Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Asma Bronkiale adalah penyakit paru kronis yang paling umum, yang
mempengaruhi sebanyak 15-17% dari beberapa populasi.Tingkat prevalensi
tertinggi dilaporkan di Australia dan Selandia Baru di Amerika Serikat, prevalensi
adalah 3-5%.Asma lebih sering terjadi pada anak-anak dan terjadi lebih sering
pada anak laki-laki daripada perempuan.Penyakit ini yang masih menjadi masalah
kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak
sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat
mematikan.Lebih dari seratus juta penduduk di seluruh dunia menderita asma
dengan peningkatan prevalensi pada anak-anak.
Data yang berhubungan dengan kematian akibat asma tidak lengkap dan
tetapi cenderung tingkat mortalitas meningkat pada baru-baru ini.meskipun
ketersediaan yang lebih besar dari pengobatan farmakologis efektif. Beberapa
mempengaruhi asma, termasuk efek samping obat-obatan dan meningkatnya
eksposur polutan industri.
Atopi, atau produksi antibodi IgE dalam menanggapi paparan alergen,
adalah umum pada penderita asma dan memainkan peran dalam evolusi
penyakit.Asma telah konvensional dibagi menjadi asma ekstrinsik dan intrinsik
tergantung pada ada atau tidaknya atopi. Ada beberapa perbedaan karakteristik
antara kedua kelompok seperti pada asma intrinsik, usia kemudian di awal,
kurangnya sensitisasi alergi jelas dengan menguji dan kecenderungan arah
keparahan penyakit yang lebih besar. Namun, dua jenis saham fitur patologis dari
saluran napas, hyperresponsiveness peradangan dan penyumbatan sehingga
perbedaan tersebut belum terbukti bermanfaat secara klinis.Kelainan mendasar
pada asma meningkat reaktivitas saluran udara terhadap rangsangan.Ada banyak
agen provokatif dikenal untuk asma. Ini dapat dikategorikan sebagai (1) fisiologis
atau mediator farmakologis dari respon saluran napas asthematic, (2) alergen yang
dapat menyebabkan inflamasi saluran nafas dan reaktivitas pada individu peka
dan (3) agen fisikokimia eksogen atau rangsangan yang menghasilkan respon

1
asthmaties saja (misalnya, olahraga, adenosin), sementara yang lain menghasilkan
khas diperbesar tanggapan dalam asthmaties yang dapat digunakan untuk
membedakan mereka dari normals di bawah kondisi pengujian yang dikendalikan
(misalnya, histamin, methacholine). Asthmaties biasanya memiliki tanggapan
awal dan akhir terhadap rangsangan provokatif.Dalam resposen asma awal, awal
penyempitan saluran napas dalam 10-15 menit setelah pajanan dan peningkatan
sebesar 60 menit.Hal ini terkadang bisa diikuti oleh tanggapan asthematic
terlambat, yang muncul 4-8 jam setelah terjadinya stimulus awal.Meskipun
mekanisme memproduksi dua tanggapan yang berbeda, mereka adalah bagian dari
suatu radang saluran napas proces umum.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa itu asma?
2. Bagaimana perjalanan penyakit asma?
3. Apa saja faktor resiko dari penyakit asma?
4. Bagaimana pengobatan pada asma

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian Asma
2. Mengetahui bagaimana perjalanan penyakitnya
3. Mengetahui faktor resiko timbulnya penyakit asma
4. Mengetahui pengobatan pada penyakit asma

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Asma adalah penyakit implamasi koronik saluran nafas dimana banyak sel
berperan terutama sel mast, esonofil, limposit T magropag, neuropil dan sel epitel.
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh
dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan
peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi
berulang (wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest
tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari.
Menurut National Heart, Lung and Blood Institute, pada individu yang rentan,
gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan
obstruksi dan hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi
derajatnya.

2.2 Patofisiologi
Asma merupakan obstruksi jalan napas yang reversibel.Obstruksi tersebut
dapat disebabkan oleh faktor berikut, seperti penyempitan jalan napas;
pembengkakan membran pada bronki; pengisian bronki dengan mucus kental.
Beberapa penderita mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan
mereka.Antibodi yang dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru yang
menyebabkan pelepasan sel-sel mast, seperti histamin dan
prostaglandin.Pelepasan ini mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas,
bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, pembentukan mukus
berlebihan.
Penderita asma idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan
napas dirangsang oleh beberapa faktor, seperti udara dingin, emosi, olahraga,
merokok, polusi dan infeksi sehingga jumlah asetilkolin yang dilepaskan
meningkat.Peningkatan asetilkolin ini secara langsung bisa menimbulkan
bronkokonstriksi.Penderita dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon
parasimpatis.

3
2.3 Klasifikasi
a. Berdasarkan berat ringan gejala
Asma dapat dibagi dalam 3 tahap menurut berat ringannya gejala,
yaitu asma intermitten, asma persisten ringan, asma persisten sedang, daan
asma persisten berat
b. Berdasarkan serangan asma
Klasifikasi ini mencerminkan berbagai kelainan patologi yang
menyebabkan gangguan aliran udara serta mempunyai dampak terhadap
pengobatan.Serangan asma ringan timbul kadang-kadang, tidak terdapat
atau ada hiperreaktivitas bronkus yang ringan.Serangan asma persisten
timbul sering dan terdapat hiperreaktivitas bronkus.Penderita asma berat
mempunyai saluran pernafasan yang sensitif, berisiko tinggi untuk
mengalami eksaserbasi tiba-tiba yang berat dan mengancam jiwa.Dalam
GINA 2006 asma diklasifikasikan berdasarkan etiologi, derajat penyakit
asma, serta pola obstruksi aliran udara di saluran napas.Walaupun berbagai
usaha telah dilakukan, klasifikasi berdasarkan etiologi sulit digunakan
karena terdapat kesulitan dalam penentuan etiologi spesifik dari sekitar
pasien.
Derajat penyakit asama ditentukan berdasarkan gabungan penilaian
gambaran klinis, jumlah penggunaan agonis β2 untuk mengatasi gejala, dan
pemeriksaan fungsi paru pada evaluasi awal pasien .Pembagian derajat
penyakit asma menurut GINA adalah sebagai berikut :
1. Intermitten
a) Gejala kurang dari 1 kali/minggu
b) Serangan singkat
c) Gejala nokturnal tidak lebih dari 2 kali/bulan (≤ 2 kali)
FEV1≥80% predicted atau PEF ≥ 80% nilai terbaik individu
Variabilitas PEF atau FEV1 < 20%
2. Persisten ringan
a) Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari
b) Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tisur
c) Geajala nokturnal >2 kali/bulan

4
FEV1≥80% predicted atau PEF ≥ 80% nilai terbaik individu
Variabilitas PEF atau FEV1 20-30%
3. Persisten sedang
a) Gejala terjadi setiap hari
b) Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur
c) Gejala nokturnal > 1 kali dalam seminggu
d) Menggunakan agonis β2 kerja pendek setiap hari
FEV1 60-80% predicted atau PEF 60-80% nilai terbaik individu
Variabilitas PEF atau FEV1 > 30%
4. Persisten berat
a) Gejala terjadi setiap hari
b) Serangan sering terjadi
c) Gejala asma nokturnal sering terjadi
FEV1 ≤ predicted atau PEF ≤ 60% nilai terbaik individu
Variabilitas PEF atau FEV1 > 30%

2.4 Manifestasi Klinik


Kejadian utama pada serangan asma adalah obstruksi jalan napas secara
luas yang merupakan kombinasi dari spasme otot polos bronkus, edema mukosa
karena sumbatan mukus. Tanda serangan asma yang dapat kita ketahui adalah
napas cepat, merasa cemas dan ketakutan, tak sanggup bicara lebih dari 1-2 kata
setiap kali tarik napas, dada dan leher tampak mencekung bila tarik napas, bersin-
bersin, hidung mampat atau hidung ngocor, gatal-gatal tenggorokan, susah tidur,
turunnya toleransi tubuh terhadap aktivitas.
Tiga gejala yang sering muncul pada asma adalah sesak napas, napas
bunyi/ wheezing, batuk-batuk terutama malam hari. Tingkat keparahan serangan
asma tergantung pada tingkat obstruksi saluran napas, kadar saturasi oksigen,
pembawaan pola napas, perubahan status mental, dan bagaimana tanggapan
penderita terhadap status pernapasannya.

5
2.5 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko timbulnya asma bronkial telah diketahui secara
pasti, antara lain: riwayat keluarga, tingkat sosial ekonomi rendah, etnis, daerah
perkotaan, letak geografi tempat tinggal, memelihara anjing atau kucing dalam
rumah, terpapar asap rokok. Secara umum faktor risiko asma dibagi kedalam dua
kelompok besar, factor resiko yang berhubungan dengan terjadinya atau
berkembangnya asma dan faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya
eksaserbasi atau serangan asma yang disebut trigger faktor atau faktor pencetus
(GINA,2006). Adapun faktor resiko pencetus asma bronkial antara lain
1. Asap Rokok
Asap rokok dapat menyebabkan asma, baik pada perokok itu
sendiri maupun orang-orang yang terkena asap rokok. Suatu penelitian di
Finlandia menunjukkan bahwa orang dewasa yang terkena asap rokok
berpeluang menderita asma dua kali lipat dibandingkan orang yang tidak
terkena asap rokok. Studi lain menunjukkan bahwa seseorang penderita
asma yang terkena asap rokok selama satu jam, maka akan mengalami
sekitar 20% kerusakan fungsi paru. Pada anak-anak, asap rokok akan
memberikan efek lebih parah dibandingkan orang dewasa, ini disebabkan
lebar saluran pernafasan anak lebih sempit, sehingga jumlah nafas anak
akan lebih cepat dari orang dewasa. Akibatnya, jumlah asap rokok yang
masuk ke dalam saluran pernapasan menjadi lebih banyak dibanding berat
badannya. Selain itu, karena sistem pertahanan tubuh yang belum
berkembang, munculnya gejala asma pada anak-anak jauh lebih cepat
dibanding orang dewasa. Hasil analisis 4.000 orang anak berumur 0-5
tahun menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya merokok 10
batang perhari, menyebabkan peningkatan jumlah kasus asma serta
mempercepat munculnya gejala asma pada anak-anaknya. Begitu juga
anak yang kembali dari rumah sakit setelah perawatan asma akut,
penyembuhan akan terganggu karena orang tua yang merokok. Efek asap
rokok ini tidak hanya memberikan efek negatif pada anak-anak yang telah
lahir, tapi juga pada janin yang masih ada di dalam rahim. Karena itu, di
negara maju seperti Jepang, diseluruh rumah sakit bersalin tidak tersedia

6
tempat yang bisa merokok. Ini karena mereka benar-benar mengerti akan
bahaya rokok tersebut. Bayi yang akan dilahirkan dari seorang ibu yang
merokok selama dalam masa kehamilan akan lebih sering mengalami
penyakit saluran pernafasan termasuk asma bronkial pada masa anak-
anak.Pembakaran tembakau sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang
menghasilkan campuran gas yang komplek dan partikel-partikel
berbahaya.Lebih dari 4500 jenis kontaminan telah dideteksi dalam
tembakau, diantaranya hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, karbon
dioksida, nitrit oksida, nikotin, dan akrolein.
Secara umum tipe perokok di bagi menjadi beberapa kategori yakni
tipe perokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup, tipe
perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari, dan tipe
perokok yang dipengaruhi oleh perasaan diri. Berdasarkan udara atau asap
yang dihirup, perokok dikategorikan menjadi: Perokok pasif yakni mereka
yang tidak merokok, tetapi berada di sekeliling perokok dan menghirup
asap rokok yang dihembuskan oleh perokok. Perokok aktif, yakni mereka
yang menghisap rokok secara langsung. Adapun berdasarkan jumlah rokok
yang dikonsumsi, tipe perokok dikategorikan menjadi ; Perokok sangat
berat, adalah jika mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari,
Perokok berat yakni mereka yang merokok sekitar 21-30 batang perhari,
Perokok sedang adalah perokok yang menghabiskan rokok 11-21 batang
perhari, dan Perokok ringan yang merokok sekitar 10 batang/hari.
2. Tungau Debu Rumah
Tungau debu adalah penyebab paling umum diseluruh dunia.
Alergi tungau lebih sering terjadi di kota dan Negara berkembang. Hal ini
terjadi karena rumah modern dan penggunaan teknik insulasi
memuningkankan tungau hidup lebih baik.Asma bronkial dikaitkan oleh
masuknya suatu alergen misalnya tungau debu. Tungau debu akan
mengeluarkan feses yang dilapisi protein pada setiap butir partikelnya.
yang menyebabkan reaksi alergi bagi penderita asma apabila masuk ke
dalam saluran nafas. Ketika tungau ini mati, tubuhnya yang membusuk
bercampur dengan debu rumah tangga.Tungau debu rumah memiliki

7
ukuran 0,1 - 0,3 mm dan lebar 0,2 mm biasanya terdapat di tempat-tempat
atau benda-benda yang banyak mengandung debu. Misalnya debu yang
berasal dari karpet dan jok kursi, terutama yang berbulu tebal dan lama
tidak dibersihkan, juga dari tumpukan koran,buku, pakaian lama.
3. Jenis Kelamin dan usia
Jumlah kejadian asma pada anak laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan anak perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada
insidensi penyakit asma bervariasi, tergantung usia dan perbedaan karakter
biologi. Insidensi penyakit asma pada anak laki-laki usia 2-5 tahun
ternyata 2 kali lebih sering dibandingkan anak perempuan sedangkan pada
usia 14 tahun risiko asma anak laki- laki 4 kali lebih sering. Kunjungan ke
rumah sakit 3 kali lebih sering dibanding anak perempuan pada usia
tersebut, tetapi pada usia 20 tahun kekerapan asma pada laki-laki
merupakan kebalikan dari insiden ini. Peningkatan resiko pada anak laki-
laki disebabkan semakin sempitnya saluran pernapasan, perubahan pada
pita suara, dan mungkin terjadi peningkatan IgE pada laki-laki yang
cenderung membatasi respon bernapas.Didukung lagi oleh adanya
hipotesis dari observasi yang menunjukkan tidak ada perbedaan ratio
diameter saluran pernafasam laki laki dan perempuan setelah berumur 10
tahun, kemungkinan disebabkan perubahan ukuran rongga dada yang
terjadi pada masa puber laki-laki dan tidak pada perempuan.Predisposisi
perempuan yang mengalami asma lebih tinggi pada laki-laki mulai ketika
masa puber, sehingga prevalensi asma pada anak yang semula laki-laki
lebih tinggi dari pada perempuan mengalami perubahan dimana nilai
prevalensi pada perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.
4. Binatang Peliharaan
Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster,
burung dapat menjadi sumber alergen inhalan.Sumber penyebab asma
adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang di bagian muka
dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil (sekitar
3-4 mikron) dan dapat terbang di udara sehingga menyebabkan serangan

8
asma, terutama dari burung dan hewan menyusui karena bulu akan rontok
dan terbang mengikuti udara.
5. Jenis Makanan
Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosis sebagai salah satu
pencetus asma meskipun penelitian membuktikan alergi makanan sebagai
pencetus bronkokontriksi pada 2% - 5% anak dengan asma.Meskipun
hubungan antara sensitivitas terhadap makanan tertentu dan perkembangan
asma masih diperdebatkan, tetapi bayi dan anak-anak yang sensitif
terhadap makanan tertentu atau menderita enteropathy atau colitis karena
alergi makanan tertentu akan cenderung menderita asma. Beberapa
makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, kacang,
berbagai buah-buahan seperti tomat, strawberry, mangga, durian berperan
menjadi pencetus seranga asma. Makanan produk industri dengan pewarna
buatan (misal: tartazine), pengawet (metabisulfit), vetsin (monosodium
glutamat-MSG) juga bisa memicu serangan asma. Makanan yang terutama
sering mengakibatkan reaksi yang fatal adalah kacang, ikan laut dan
telor.Penelitian di Arab Saudi membandingkan makanan pengidap asma
dengan tidak asma.Anak Arab Saudi yang tinggal di daerah perkotaan
banyak menunjukkan gejala nafas berbunyi atau mengi. Anak-anak ini
sering bersantap di gerai-gerai makanan cepat saji dan secara signifikan
kurang mendapatkan asupan makanan tradisional, termasuk sayuran, susu,
makanan yang kaya serat, vitamin dan mineral.
6. Perabot Rumah Tangga
Bahan polutan indoor dalam ruangan meliputi bahan pencemar
biologis (virus, bakteri, jamur), formadehyde, volatile organic
coumpounds (VOC), combustion products (CO1, NO2, SO2) yang
biasanya berasal dari asap rokok dan asap dapur. Sumber polutan VOC
berasal dari semprotan serangga, cat, pembersih, kosmetik, Hairspray,
deodorant, pewangi ruangan, segala sesuatu yang disemprotkan dengan
aerosol sebagai propelan dan pengencer (solvent) seperti thinner.Sumber
formaldehid dalam ruangan adalah bahan bangunan, insulasi, furnitur,
karpet (Ramaiah, 2006).Paparan polutan formaldehid dapat

9
mengakibatkan terjadinya iritasi pada mata dan saluran pernapasan bagian
atas.Partikel debu, khususnya respilable dust disamping menyebabkan
ketidak nyamanan juga dapat menyebabkan reaksi peradangan paru.
7. Perubahan Cuaca
Kondisi cuaca seperti temperatur dingin, tingginya kelembaban
dapat menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat membuat
asma menjadi lebih parah berhubungan dengan badai dan meningkatnya
konsentrasi partikel alergenik.Dimana partikel tersebut dapat menyapu
pollen sehingga terbawa oleh air dan udara.Perubahan tekanan atmosfer
dan suhu memperburuk asma sesak nafas dan pengeluaran lendir yang
berlebihan. Ini umum terjadi ketika kelembaban tinggi, hujan, badai
selama musim dingin. Udara yang kering dan dingin menyebabkan sesak
di saluran pernafasan. Asma berhubungan dengan iklim, kota besar seperti
Auckland, Brisbane, Hongkong dan New Orleans yang mempunyai suhu
panas >24oC dan rata rata curah hujan tahunan >100cm, mempunyai
prevalensi asma yang tinggi. RS Cipto menunjukkan penderita dengan
perubahan udara kemungkinan akan mengalami asma 31.83 x lebih besar
dari penderita tanpa perubahan cuaca. Hal ini diperkuat dengan penelitian
di Amerika seikat yang membuktikan bahwa ada hubungan antara
kunjungan asma dengan cuaca dingin dan kering pada musim semi.
8. Riwayat Penyakit Keluarga
Genetik merupakan faktor pendukung timbulnya asma. Bakat
alergi merupakan hal yang diturunkan, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Bakat alergi ini membuat
penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial jika terpapar
factor pencetus.Penderita biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga
menderita penyakit alergi. Apabila kedua orang tua memiliki riwayat
penyakit asma maka hampir 50% dari anak-anaknya memiliki
kecenderungan asma, sedangkan jika hanya salah satu orang tuanya yang
menderita asma maka kecenderungannya hanya 35%.Lebih kurang 25%
penderita penyakit asma, keluarga dekatnya juga menderita asma,
meskipun asmanya tidak aktif lagi, diantara keluarga penderita asma 2/3

10
memperlihatkan test alergi positif.Resiko orang tua dengan asma
mempunyai anak dengan asma adalah tiga kali lipat lebih tinggi jika
riwayat keluarga dengan asma disertai dengan salah satu riwayat atopi.
Predisposisi keluarga untuk mendapatkan penyakit asma yaitu kalau anak
dengan satu orangtua yang terkena mempunyai risiko menderita asma
25%, risiko bertambah menjadi sekitar 50% jika kedua orang tua asmatisk.
Asma tidak selalu ada pada kembar monozigot, tingkat stabilitas
bronkokontriksi pada olahraga ada pada kembar identik, tetapi tidak pada
kembar dizigot.Orang tua asma kemungkinan 8-16 kali menurunkan asma
dibandingkan dengan orang tua yang tidak asma, terlebih lagi bila anak
alergi terhadap tungau debu rumah.

2.6 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma adalah menghilangkan obstruksi jalan
napas segera; mengenal dan menghindari faktor-faktor pencetus serangan asma;
memberi penjelasan pada penderita atau keluarga tentang penyakit asma, baik
pengobatannya maupun tanda gejalanya. Strategi pengobatan asma ditinjau dari
berbagai hal, seperti mengurangi respon saluran napas, mencegah ikatan alergen
dengan IgE, dan merelaksasi otot polos bronkus
Pengobatan Asma Bronkial
a. Menghindari faktor pencetus
Penderita dan keluarga perlunya mengetahui apa penyebab, pencegahan,
dan perawatan serta bagaimana menghindari pencetus serangan asma, dan
inti dari preventif adalah menghindari alergen.
b. Relaksasi atau Kontrol Emosi
Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras, relaksasi fisik dalam dan
dibantu dengan latihan nafas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaf Hood, dkk. (2010) Dasar-dasar ilmu penyakit paru.Airlangga university


perss.
Basyir. (2005). Perilaku Merokok Pada Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Depkes R.I (2009) Pedoman pengendalian penyakit asma.
Djojodibroto, Darmanto. (2009). Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit
BukuKedokteran EGC. Jakarta.
Gershwin, M Eric dkk. (2006) Bronchial Asthma, A guide for practical
understanding and treatmet . Edisi V
GINA (Global Initiative for Asthma); Pocket Guide for Asthma Management
and Prevension In Children .www. Ginaasthma.org. 2006
Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam.(2006). Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Notoatmodjo.(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT Rineka Cipta
Ramaiah, Savitri. 2006. Asma Mengetahui Penyebab Gejala dan Cara
Penanggulangannya.Jakarta : Bhuana Ilmu Populer
Sutanto.(2007). Analisis Data Kesehatan.Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Sundaru H, Sukamto. (2006) Asma Bronkial , Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakulas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
World Health Organization.Facts about Asthma (cited 2016, Mei14). Available
Wibisono jusuf, dkk (2010) bukuajar ilmu penyakit paru.Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai