PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa itu ISPA?
2. Bagaimana perjalanan penyakit ISPA?
3. Apa saja faktor resiko dari penyakit ISPA?
4. Bagaimana pengobatan pada ISPA?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi respiratori akut (IRA) atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) merupakan penyebab terpenting mordibitas dan mortalitas pada anak.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli
termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) yang berlangsung
hingga dari 14 hari.
2.2 Epidemologi
Infeksi saluran pernapasan akut paling sering terjadi pada anak. Kasus
ISPA merupakan 50% dari seluruh penyakit pada anak berusia di bawah 5
tahun, dan 30% pada anak berusia 5-12 tahun. Walaupun sebagian besar
terbatas pada saluran pernapasan atas, tetapi sekitar 5% juga melibatkan
saluran pernapasan bawah, terutama pneumonia. Anak berusia 1-6 tahun dapat
mengalami episode ISPA sebanyak 7-9 kali pertahun, tetapi biasanya ringan.
Puncak insiden biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Angka kenjadian ISPA
bawah pada tahun pertama kehidupan adalah sekitar 25 per 100 anak/tahun.
Jumlah tersebut menurun secara progresif selama masa anak menjadi 12 per
100 anak pada anak usia 5 tahun dan 5 per 100 anak/tahun pada remaja.
3
Penelitian yang dilakukan oleh The Bord on Science and technology for
International Development (BOSTID) menunjukkan bahwa insiden ISPA
pada anak berusia di bawah 5 tahun mencapai 12,7-16,8 episode per 100 anak
per minggu dan insiden bulanan ISPA di daerah perkotaan sekitar 20% dan di
daerah pedesaan 17,6%.
Terdapat banyak faktor yang mendasari perjalanan ISPA pada anak. Hal
ini berhubungan dengan pejamu (host), agen penyakit dan lingkungan.
1. Faktor Pejamu (Host): usia, jenis kelamin, status gizi, pemberian ASI,
berat badan lahir rendah, imunisasi, pendidikan orang tua, status sosial
ekonomi, polusi udara dan bencana alam.
2. Faktor agen: Etiologi ISPA terdiri dari bakteri, virus polusi dan dan cairan
amonium pada saat lahir.
4
3. Faktor lingkungan (environment): ventilasi, kepadatan hunian ruang tidur,
pemakaian anti nyamuk, keberadaan Perokok dan bahan bakar untuk
memasak.
2. Suplemen vitamin A
5
4. Imunisasi
5. Polusi
Polusi udara yang berasal dari pembakaran di dapur dan di dalam rumah
mempunyai peran pada risiko kematian balita di beberapa negara
berkembang. Diperkirakan 1,6 juta kematian berhubungan dengan polusi
udara dari dapur. Hasil penelitian Dherani, dkk ( 2008) menyimpulkan bahwa
dengan menurunkan polusi pembakaran dari dapur akan menurunkan
morbiditas dan mortalitas ISPA. Hasil penelitian juga menunjukkan anak
yang tinggal di rumah yang dapurnya menggunakan listrik atau gas
cenderung lebih jarang sakit ISPA dibandingkan dengan anak yang tinggal
dalam rumah yang memasak dengan menggunakan minyak tanah atau kayu.
Selain asap bakaran dapur, polusi asap rokok juga berperan sebagai faktor
risiko. Anak dari ibu yang merokok mempunyai kecenderungan lebih sering
sakit ISPA daripada anak yang ibunya tidak merokok. Faktor lain yang
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas ISPA adalah pendidikan ibu dan
status sosio-ekonomi keluarga dan faktor lingkungan lainnya misalnya
ventilasi dan kepadatan hunian.
2.5 Patogenesis
Penyebab dan infeksi saluran pernapasan akut adalah bakteri, virus, jamur
dan benda-benda asing lainnya. Berdasarkan penyebab tersebut yang paling
pencetus ISPA adalah virus, dan virus tersebut dinamakan strotocous dan shapy
lococus kemudian masuk melalui partikel udara dan melekat pada epitel sel
dinding hidung. Kemudian masuk ke dalam bronkus udara dan ke traktus
respiratoriu atau sel napas sehingga menimbulkan tanda dan gejala influenza
seperti batuk, pilek, dan demam dan sakit kepala dan kerana adanya debu dan
6
bakteri yang masuk ke dalam saluran pernapasan melalui udara sehingga
menimbulkan gejala batuk pilek. Komplikasi yang dapat menyebabkan infeksi
sehingga menularkan ke saluran pernapasan bawah dapat berupa dapat melibatkan
bronkus yang menimbulkan bronkitis, penyebaran lebih lanjut ke jaringan paru-
paru yang menyebabkan pneumonia. Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah
yang menyebabkan otitis media dan sinusitis. Virus, bakteri masuk melalui
partikel udara (droplet)melekat pada epitel sel dinding masuk bronkus
kemudian ke traktus respiratorius (sel napas) tampak tanda dan gejala influenza
seperti batuk, pilek, demam dan sakit kepala.
7
2.7 Klasifikasi
8
2.8 Diagnosis
Gejala umum pada ISPA adalah batuk, kesulitan bernapas, sakit
tenggorokan, pilek, dan demam. ISPA diklasifikasikan menjadi pneumonia
berat, pneumonia, dan bukan pneumonia (Depkes RI, 2009). Penularan
penyakit ISPA melalui udara yang terkontaminasi dan masuk ke dalam tubuh
melalui jalur pernapasan.
9
Umumnya terapi antibiotik yang diberikan pada pneumonia
berdasarkan empiris. Antibiotik yang dianjurkan untuk pneu monia berobat-
jalan adalah antibiotik sederhana dan tidak mahal seperti kotrimoksazol atau
amoksisilin yang diberikan secara oral, dosis amoksisilin 25 mg/kg BB dan
kotrimok sazol (4 mg trimetoprim: 20 mg sulfometoksazol) /kgBB.
Penerapan Pedoman Tatalaksana Baku Pneumonia termasuk pemberian
antibiotik oral sesegera mungkin dapat menurunkan 13 -55% mortalitas
pneumonia (20% mortalitas bayi dan 24% mortalitas anak-balita.
2.10 Komplikasi
Penyebaran infeksi yang menurun ke saluran pernapasan bawah dapat
menyebabkan bronchitis, penyebaran lebih lanjut ke jaringan paru yang
menyebabkan pneumonia. Infeksi yang menyebar ke telinga tengah dapat
menyebabkan otitis media dan sinusitis (infeksi sinus).
2.11 Pencegahan
Pencegahan ISPA selain dengan menghindarkan atau mengurangi
faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu dengan
pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, penggunaan antibiotika
yang benar dan efektif, dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi
kasus yang pneumonia berat. Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI
eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan imunisasi, dan pengurangan
polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor risiko.
Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat
mengurangi kejadian ISPA.
10
Usaha Untuk mencegah ISPA ada 2 yaitu:
1. Pencegahan Non spesifik, yaitu:
a. Meningkatkan derajat sosio-ekonomi
- Kemiskinan ↓
- Tingkat pendidikan ↑
- Kurang gizi ↓
- Derajat kesehatan ↑
- Morbiditas dan mortalitas ↓
b. Lingkungan yang bersih, bebas polusi
2. Pencegahan Spesifik
- Cegah BBLR
- Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang
- Berikan imunisasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
12