( ASMA BRONKHIAL )
Disusun Oleh:
1508320045
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2016
LAPORAN KEGIATAN HOME VISIT
KELUAGA :
ALAMAT :
DISUSUN OLEH:
NPM : 1508320045
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2016
Log Book Home Visit
Identitas
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas ini. Dalam penulisan tugas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan darii
berbagai buku dan berbagai buku dan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih guna kelancaran dalam penulisan tugas ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada dokter yang telah membimbing kami dalam tugas ini.
Penulis memohon maaf apabila dalam penulisan dan penyajian tugas ini ada banyak
kekurangan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik guna
memperbaiki penulisan tugas ini. Penulisan juga berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, amin.
PENDAHULUAN
2.1. Pengertian
Asma adalah penyakit implamasi koronik saluran nafas dimana banyak sel
berperan terutama sel mast, esonofil, limposit T magropag, neuropil dan sel epitel.
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh
dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari. Menurut
National Heart, Lung and Blood Institute, pada individu yang rentan, gejala asma
2.2. Patofisiologi
Asma merupakan obstruksi jalan napas yang reversibel. Obstruksi tersebut dapat
membran pada bronki; pengisian bronki dengan mucus kental. Beberapa penderita
mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang
dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru yang menyebabkan pelepasan
sel-sel mast, seperti histamin dan prostaglandin. Pelepasan ini mempengaruhi otot
dirangsang oleh beberapa faktor, seperti udara dingin, emosi, olahraga, merokok,
Asma dapat dibagi dalam 3 tahap menurut berat ringannya gejala, yaitu asma
intermitten, asma persisten ringan, asma persisten sedang, daan asma persisten berat
gangguan aliran udara serta mempunyai dampak terhadap pengobatan. Serangan asma
ringan timbul kadang-kadang, tidak terdapat atau ada hiperreaktivitas bronkus yang
ringan. Serangan asma persisten timbul sering dan terdapat hiperreaktivitas bronkus.
Penderita asma berat mempunyai saluran pernafasan yang sensitif, berisiko tinggi untuk
mengalami eksaserbasi tiba-tiba yang berat dan mengancam jiwa. Dalam GINA 2006
asma diklasifikasikan berdasarkan etiologi, derajat penyakit asma, serta pola obstruksi
aliran udara di saluran napas. Walaupun berbagai usaha telah dilakukan, klasifikasi
berdasarkan etiologi sulit digunakan karena terdapat kesulitan dalam penentuan etiologi
klinis, jumlah penggunaan agonis β2 untuk mengatasi gejala, dan pemeriksaan fungsi paru
pada evaluasi awal pasien . Pembagian derajat penyakit asma menurut GINA adalah
sebagai berikut :
1. Intermitten
b) Serangan singkat
2. Persisten ringan
3. Persisten sedang
Kejadian utama pada serangan asma adalah obstruksi jalan napas secara luas yang
merupakan kombinasi dari spasme otot polos bronkus, edema mukosa karena sumbatan
mukus. Tanda serangan asma yang dapat kita ketahui adalah napas cepat, merasa cemas
dan ketakutan, tak sanggup bicara lebih dari 1-2 kata setiap kali tarik napas, dada dan
leher tampak mencekung bila tarik napas, bersin-bersin, hidung mampat atau hidung
ngocor, gatal-gatal tenggorokan, susah tidur, turunnya toleransi tubuh terhadap aktivitas.
Tiga gejala yang sering muncul pada asma adalah sesak napas, napas bunyi/
tergantung pada tingkat obstruksi saluran napas, kadar saturasi oksigen, pembawaan pola
napas, perubahan status mental, dan bagaimana tanggapan penderita terhadap status
pernapasannya.
Beberapa faktor resiko timbulnya asma bronkial telah diketahui secara pasti, antara lain:
riwayat keluarga, tingkat sosial ekonomi rendah, etnis, daerah perkotaan, letak geografi
tempat tinggal, memelihara anjing atau kucing dalam rumah, terpapar asap rokok. Secara
umum faktor risiko asma dibagi kedalam dua kelompok besar, factor resiko yang
berhubungan dengan terjadinya atau berkembangnya asma dan faktor resiko yang
berhubungan dengan terjadinya eksaserbasi atau serangan asma yang disebut trigger
faktor atau faktor pencetus (GINA,2006). Adapun faktor resiko pencetus asma bronkial
antara lain
1. Asap Rokok
Asap rokok dapat menyebabkan asma, baik pada perokok itu sendiri maupun
orang-orang yang terkena asap rokok. Suatu penelitian di Finlandia menunjukkan bahwa
orang dewasa yang terkena asap rokok berpeluang menderita asma dua kali lipat
dibandingkan orang yang tidak terkena asap rokok. Studi lain menunjukkan bahwa
seseorang penderita asma yang terkena asap rokok selama satu jam, maka akan
mengalami sekitar 20% kerusakan fungsi paru. Pada anak-anak, asap rokok akan
memberikan efek lebih parah dibandingkan orang dewasa, ini disebabkan lebar saluran
pernafasan anak lebih sempit, sehingga jumlah nafas anak akan lebih cepat dari orang
dewasa. Akibatnya, jumlah asap rokok yang masuk ke dalam saluran pernapasan menjadi
lebih banyak dibanding berat badannya. Selain itu, karena sistem pertahanan tubuh yang
belum berkembang, munculnya gejala asma pada anak-anak jauh lebih cepat dibanding
orang dewasa. Hasil analisis 4.000 orang anak berumur 0-5 tahun menunjukkan bahwa
jumlah kasus asma serta mempercepat munculnya gejala asma pada anak-anaknya.
Begitu juga anak yang kembali dari rumah sakit setelah perawatan asma akut,
penyembuhan akan terganggu karena orang tua yang merokok. Efek asap rokok ini tidak
hanya memberikan efek negatif pada anak-anak yang telah lahir, tapi juga pada janin
yang masih ada di dalam rahim. Karena itu, di negara maju seperti Jepang, diseluruh
rumah sakit bersalin tidak tersedia tempat yang bisa merokok. Ini karena mereka benar-
benar mengerti akan bahaya rokok tersebut. Bayi yang akan dilahirkan dari seorang ibu
yang merokok selama dalam masa kehamilan akan lebih sering mengalami penyakit
saluran pernafasan termasuk asma bronkial pada masa anak-anak. Pembakaran tembakau
sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang menghasilkan campuran gas yang komplek
dan partikel-partikel berbahaya. Lebih dari 4500 jenis kontaminan telah dideteksi dalam
Secara umum tipe perokok di bagi menjadi beberapa kategori yakni tipe perokok
yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup, tipe perokok berdasarkan jumlah
rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari, dan tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan
diri. Berdasarkan udara atau asap yang dihirup, perokok dikategorikan menjadi: Perokok
pasif yakni mereka yang tidak merokok, tetapi berada di sekeliling perokok dan
menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh perokok. Perokok aktif, yakni mereka
yang menghisap rokok secara langsung. Adapun berdasarkan jumlah rokok yang
dikonsumsi, tipe perokok dikategorikan menjadi ; Perokok sangat berat, adalah jika
mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari, Perokok berat yakni mereka yang
merokok sekitar 21-30 batang perhari, Perokok sedang adalah perokok yang
menghabiskan rokok 11-21 batang perhari, dan Perokok ringan yang merokok sekitar 10
batang/hari.
2. Tungau Debu Rumah
Tungau debu adalah penyebab paling umum diseluruh dunia. Alergi tungau lebih
sering terjadi di kota dan Negara berkembang. Hal ini terjadi karena rumah modern dan
penggunaan teknik insulasi memuningkankan tungau hidup lebih baik. Asma bronkial
dikaitkan oleh masuknya suatu alergen misalnya tungau debu. Tungau debu akan
mengeluarkan feses yang dilapisi protein pada setiap butir partikelnya. yang
menyebabkan reaksi alergi bagi penderita asma apabila masuk ke dalam saluran nafas.
Ketika tungau ini mati, tubuhnya yang membusuk bercampur dengan debu rumah tangga.
Tungau debu rumah memiliki ukuran 0,1 - 0,3 mm dan lebar 0,2 mm biasanya terdapat di
tempat-tempat atau benda-benda yang banyak mengandung debu. Misalnya debu yang
berasal dari karpet dan jok kursi, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan,
Jumlah kejadian asma pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
anak perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada insidensi penyakit asma bervariasi,
tergantung usia dan perbedaan karakter biologi. Insidensi penyakit asma pada anak laki-
laki usia 2-5 tahun ternyata 2 kali lebih sering dibandingkan anak perempuan sedangkan
pada usia 14 tahun risiko asma anak laki- laki 4 kali lebih sering. Kunjungan ke rumah
sakit 3 kali lebih sering dibanding anak perempuan pada usia tersebut, tetapi pada usia 20
tahun kekerapan asma pada laki-laki merupakan kebalikan dari insiden ini. Peningkatan
resiko pada anak laki-laki disebabkan semakin sempitnya saluran pernapasan, perubahan
pada pita suara, dan mungkin terjadi peningkatan IgE pada laki-laki yang cenderung
membatasi respon bernapas. Didukung lagi oleh adanya hipotesis dari observasi yang
menunjukkan tidak ada perbedaan ratio diameter saluran pernafasam laki laki dan
dada yang terjadi pada masa puber laki-laki dan tidak pada perempuan. Predisposisi
perempuan yang mengalami asma lebih tinggi pada laki-laki mulai ketika masa puber,
sehingga prevalensi asma pada anak yang semula laki-laki lebih tinggi dari pada
perempuan mengalami perubahan dimana nilai prevalensi pada perempuan lebih tinggi
4. Binatang Peliharaan
Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster, burung dapat
menjadi sumber alergen inhalan. Sumber penyebab asma adalah alergen protein yang
ditemukan pada bulu binatang di bagian muka dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki
ukuran yang sangat kecil (sekitar 3-4 mikron) dan dapat terbang di udara sehingga
menyebabkan serangan asma, terutama dari burung dan hewan menyusui karena bulu
5. Jenis Makanan
Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosis sebagai salah satu pencetus asma
tertentu dan perkembangan asma masih diperdebatkan, tetapi bayi dan anak-anak yang
sensitif terhadap makanan tertentu atau menderita enteropathy atau colitis karena alergi
makanan tertentu akan cenderung menderita asma. Beberapa makanan penyebab alergi
makanan seperti susu sapi, ikan laut, kacang, berbagai buah-buahan seperti tomat,
strawberry, mangga, durian berperan menjadi pencetus seranga asma. Makanan produk
(monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu serangan asma. Makanan yang terutama
sering mengakibatkan reaksi yang fatal adalah kacang, ikan laut dan telor. Penelitian di
Arab Saudi membandingkan makanan pengidap asma dengan tidak asma. Anak Arab
Saudi yang tinggal di daerah perkotaan banyak menunjukkan gejala nafas berbunyi atau
mengi. Anak-anak ini sering bersantap di gerai-gerai makanan cepat saji dan secara
Bahan polutan indoor dalam ruangan meliputi bahan pencemar biologis (virus,
(CO1, NO2, SO2) yang biasanya berasal dari asap rokok dan asap dapur. Sumber polutan
VOC berasal dari semprotan serangga, cat, pembersih, kosmetik, Hairspray, deodorant,
pewangi ruangan, segala sesuatu yang disemprotkan dengan aerosol sebagai propelan dan
pengencer (solvent) seperti thinner. Sumber formaldehid dalam ruangan adalah bahan
bangunan, insulasi, furnitur, karpet (Ramaiah, 2006). Paparan polutan formaldehid dapat
mengakibatkan terjadinya iritasi pada mata dan saluran pernapasan bagian atas. Partikel
debu, khususnya respilable dust disamping menyebabkan ketidak nyamanan juga dapat
menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat membuat asma menjadi lebih parah
partikel tersebut dapat menyapu pollen sehingga terbawa oleh air dan udara. Perubahan
tekanan atmosfer dan suhu memperburuk asma sesak nafas dan pengeluaran lendir yang
berlebihan. Ini umum terjadi ketika kelembaban tinggi, hujan, badai selama musim
dingin. Udara yang kering dan dingin menyebabkan sesak di saluran pernafasan. Asma
berhubungan dengan iklim, kota besar seperti Auckland, Brisbane, Hongkong dan New
Orleans yang mempunyai suhu panas >24oC dan rata rata curah hujan tahunan >100cm,
perubahan udara kemungkinan akan mengalami asma 31.83 x lebih besar dari penderita
tanpa perubahan cuaca. Hal ini diperkuat dengan penelitian di Amerika seikat yang
membuktikan bahwa ada hubungan antara kunjungan asma dengan cuaca dingin dan
hal yang diturunkan, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas. Bakat alergi ini membuat penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial
jika terpapar factor pencetus. Penderita biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga
menderita penyakit alergi. Apabila kedua orang tua memiliki riwayat penyakit asma
maka hampir 50% dari anak-anaknya memiliki kecenderungan asma, sedangkan jika
hanya salah satu orang tuanya yang menderita asma maka kecenderungannya hanya 35%.
Lebih kurang 25% penderita penyakit asma, keluarga dekatnya juga menderita asma,
meskipun asmanya tidak aktif lagi, diantara keluarga penderita asma 2/3 memperlihatkan
test alergi positif. Resiko orang tua dengan asma mempunyai anak dengan asma adalah
tiga kali lipat lebih tinggi jika riwayat keluarga dengan asma disertai dengan salah satu
riwayat atopi. Predisposisi keluarga untuk mendapatkan penyakit asma yaitu kalau anak
dengan satu orangtua yang terkena mempunyai risiko menderita asma 25%, risiko
bertambah menjadi sekitar 50% jika kedua orang tua asmatisk. Asma tidak selalu ada
pada kembar monozigot, tingkat stabilitas bronkokontriksi pada olahraga ada pada
kembar identik, tetapi tidak pada kembar dizigot. Orang tua asma kemungkinan 8-16 kali
menurunkan asma dibandingkan dengan orang tua yang tidak asma, terlebih lagi bila
2.5. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma adalah menghilangkan obstruksi jalan napas segera;
pada penderita atau keluarga tentang penyakit asma, baik pengobatannya maupun tanda
gejalanya. Strategi pengobatan asma ditinjau dari berbagai hal, seperti mengurangi respon
saluran napas, mencegah ikatan alergen dengan IgE, dan merelaksasi otot polos bronkus
serta bagaimana menghindari pencetus serangan asma, dan inti dari preventif adalah
menghindari alergen.
Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras, relaksasi fisik dalam dan dibantu dengan
latihan nafas.
REFERENSI
Alsagaf Hood, dkk. (2010) Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Airlangga university perss.
Gershwin, M Eric dkk. (2006) Bronchial Asthma, A guide for practical understanding and
treatmet . Edisi V
GINA (Global Initiative for Asthma); Pocket Guide for Asthma Management and Prevension In
Children . www. Ginaasthma.org. 2006
Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam. (2006). Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Ramaiah, Savitri. 2006. Asma Mengetahui Penyebab Gejala dan Cara Penanggulangannya.
Jakarta : Bhuana Ilmu Populer
Sutanto. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Sundaru H, Sukamto. (2006) Asma Bronkial , Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakulas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
World Health Organization. Facts about Asthma (cited 2016, Mei 14). Available
Wibisono jusuf, dkk (2010) buku ajar ilmu penyakit paru. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
HOME VISIT
ASMA BRONKIAL
Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Nn. Winarti :
Kedudukan
Jenis
Nama Dalam Usia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Kelamin
Keluarga
Kepala
Dermawan Laki-laki 52thn SLTA Pedagang
Keluarga
Ibu Rumah
Suwarni Istri Perempuan 50 thn SLTA Penderita
Tangga
18
Intan Anak Perempuan SMA Pelajar
tahun
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti (Tradisional
Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa keluarga inti merupakan
satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal. Keluarga inti adalah keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan
ibu sebagai ibu rumah tangga.
1.1.3 GENOGRAM KELUARGA
Ibu penderita
Kakak penderita
Suami
penderita Penderita
Anak Penderita
Keterangan :
= Perempuan sehat
= Perempuan sakit
Nama : Suwarni
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
1. Kecacatan/Gangguan
Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk pauk berupa ikan, sayur, tahu- tempe. konsumsi
daging dan buah jarang.
Dapur :
Kulkas : Ada
Status nutrisi :
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : BB/TB(m)² = 20,83
Kesan : Normoweight
Konsumsi alkohol Ya Tidak
√
3. Lingkungan Rumah
√
Lingkungan sekitar : Baik √
Eksterior rumah :
o Atap : Seng
o Pintu rumah : Kayu
o Dinding Rumah : Batu 1/2 ( bawah) papan dan triplek (atas)
o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kawat nyamuk
o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
o Halaman : Tidak ada
Interior rumah :
A. Anamnesis Penyakit
Telaah : Hal ini dialami OS dalam 3 bulan ini, sesak nafas dirasakan pasien sejak
1 bulan yang lalu. Sesak nafas terjadi bila OS terhirup debu atau saat udara
lebih dingin di waktu malam hari atau menjelang pagi. Sesak nafas
bersifat hilang timbul. Sesak nafas terjadi saat OS berada di jalan raya
yang penuh dengan asap. Batuk tidak berdahak dijumpai dirasakan lebih
kurang 2 minggu ini. Demam tidak dijumpai. Nyeri dada tidak dijumpai.
Tidak dijumpai
Tidak dijumpai
E.Riwayat Pribadi
Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk pauk berupa ikan,
Pasien adalah istri dari suami Tn.D dan ibu dari 2 anak. Pasien tidak bekerja hanya sebagai
H.Riwayat Gizi
Pasien makan 3 kali dengan nasi sepiring dan lauk pauk seperti ikan, sayur, telur, tahu,
tempe.
I. Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal dengan suami dan dua orang anaknya. Di rumah pasien yang hanya ada satu
ruangan, sirkulasi udara kurang baik, pencahayaan cukup, kebersihan cukup. Selain di
rumah pasien juga berinteraksi dengan teman dan Tetangga sekitar dirumah.
J. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
(+)
Terapi :- Salbutamol 3 x 1
- Citirizine 4 mg 3 x 1
- Vitamin C 3 x 1
Dapur : Ada
Pencahayaan : Cukup
Listrik : Ada
dll