Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KEGIATAN HOME VISIT

( ASMA BRONKHIAL )

Disusun Oleh:

TITI AMALIA HASIBUAN

1508320045

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2016
LAPORAN KEGIATAN HOME VISIT

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

KELUAGA :

ALAMAT :

DISUSUN OLEH:

NAMA : Titi Amalia Hasibuan

NPM : 1508320045

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2016
Log Book Home Visit

Identitas

Nama : Titi Amalia Hasibuan

Alamat : Komplek Marelan Indah No.20

Blok : Public Health (Kesehatan Masyarakat)

Dosen Pembimbing : dr. Heppy Jelita Sari Batubara

Dosen Pembimbing Mahasiswa

(dr. Heppy Jelita Sari batubara M.kes) (Titi Amalia Hasibuan)


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas ini. Dalam penulisan tugas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan darii
berbagai buku dan berbagai buku dan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih guna kelancaran dalam penulisan tugas ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada dokter yang telah membimbing kami dalam tugas ini.

Penulis memohon maaf apabila dalam penulisan dan penyajian tugas ini ada banyak
kekurangan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik guna
memperbaiki penulisan tugas ini. Penulisan juga berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, Mei 2016


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Asma Bronkiale adalah penyakit paru kronis yang paling umum, yang mempengaruhi
sebanyak 15-17% dari beberapa populasi. Tingkat prevalensi tertinggi dilaporkan di
Australia dan Selandia Baru di Amerika Serikat, prevalensi adalah 3-5%. Asma lebih sering
terjadi pada anak-anak dan terjadi lebih sering pada anak laki-laki daripada perempuan.
Penyakit ini yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat di hampir semua negara di
dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai
berat, bahkan dapat mematikan. Lebih dari seratus juta penduduk di seluruh dunia menderita
asma dengan peningkatan prevalensi pada anak-anak.
Data yang berhubungan dengan kematian akibat asma tidak lengkap dan tetapi cenderung
tingkat mortalitas meningkat pada baru-baru ini. meskipun ketersediaan yang lebih besar dari
pengobatan farmakologis efektif. Beberapa mempengaruhi asma, termasuk efek samping
obat-obatan dan meningkatnya eksposur polutan industri.
Atopi, atau produksi antibodi IgE dalam menanggapi paparan alergen, adalah umum pada
penderita asma dan memainkan peran dalam evolusi penyakit. Asma telah konvensional
dibagi menjadi asma ekstrinsik dan intrinsik tergantung pada ada atau tidaknya atopi. Ada
beberapa perbedaan karakteristik antara kedua kelompok seperti pada asma intrinsik, usia
kemudian di awal, kurangnya sensitisasi alergi jelas dengan menguji dan kecenderungan arah
keparahan penyakit yang lebih besar. Namun, dua jenis saham fitur patologis dari saluran
napas, hyperresponsiveness peradangan dan penyumbatan sehingga perbedaan tersebut
belum terbukti bermanfaat secara klinis. Kelainan mendasar pada asma meningkat reaktivitas
saluran udara terhadap rangsangan. Ada banyak agen provokatif dikenal untuk asma. Ini
dapat dikategorikan sebagai (1) fisiologis atau mediator farmakologis dari respon saluran
napas asthematic, (2) alergen yang dapat menyebabkan inflamasi saluran nafas dan
reaktivitas pada individu peka dan (3) agen fisikokimia eksogen atau rangsangan yang
menghasilkan respon asthmaties saja (misalnya, olahraga, adenosin), sementara yang lain
menghasilkan khas diperbesar tanggapan dalam asthmaties yang dapat digunakan untuk
membedakan mereka dari normals di bawah kondisi pengujian yang dikendalikan (misalnya,
histamin, methacholine). Asthmaties biasanya memiliki tanggapan awal dan akhir terhadap
rangsangan provokatif. Dalam resposen asma awal, awal penyempitan saluran napas dalam
10-15 menit setelah pajanan dan peningkatan sebesar 60 menit. Hal ini terkadang bisa diikuti
oleh tanggapan asthematic terlambat, yang muncul 4-8 jam setelah terjadinya stimulus awal.
Meskipun mekanisme memproduksi dua tanggapan yang berbeda, mereka adalah bagian dari
suatu radang saluran napas proces umum.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa itu asma?


2. Bagaimana perjalanan penyakit asma?
3. Apa saja faktor resiko dari penyakit asma?
4. Bagaimana pengobatan pada asma

1.3. Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian Asma
2. Mengetahui bagaimana perjalanan penyakitnya
3. Mengetahui faktor resiko timbulnya penyakit asma
4. Mengetahui pengobatan pada penyakit asma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Asma adalah penyakit implamasi koronik saluran nafas dimana banyak sel

berperan terutama sel mast, esonofil, limposit T magropag, neuropil dan sel epitel.

Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh

dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan dengan

peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang

(wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness),

dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari. Menurut

National Heart, Lung and Blood Institute, pada individu yang rentan, gejala asma

berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan

hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi derajatnya.

2.2. Patofisiologi

Asma merupakan obstruksi jalan napas yang reversibel. Obstruksi tersebut dapat

disebabkan oleh faktor berikut, seperti penyempitan jalan napas; pembengkakan

membran pada bronki; pengisian bronki dengan mucus kental. Beberapa penderita

mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang

dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru yang menyebabkan pelepasan

sel-sel mast, seperti histamin dan prostaglandin. Pelepasan ini mempengaruhi otot

polos dan kelenjar jalan napas, bronkospasme, pembengkakan membran mukosa,

pembentukan mukus berlebihan.


Penderita asma idiopatik atau nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas

dirangsang oleh beberapa faktor, seperti udara dingin, emosi, olahraga, merokok,

polusi dan infeksi sehingga jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat.

Peningkatan asetilkolin ini secara langsung bisa menimbulkan bronkokonstriksi.

Penderita dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.

2.3. Klasifikasi Asma

a. Berdasarkan berat ringan gejala

Asma dapat dibagi dalam 3 tahap menurut berat ringannya gejala, yaitu asma

intermitten, asma persisten ringan, asma persisten sedang, daan asma persisten berat

b. Berdasarkan serangan asma

Klasifikasi ini mencerminkan berbagai kelainan patologi yang menyebabkan

gangguan aliran udara serta mempunyai dampak terhadap pengobatan. Serangan asma

ringan timbul kadang-kadang, tidak terdapat atau ada hiperreaktivitas bronkus yang

ringan. Serangan asma persisten timbul sering dan terdapat hiperreaktivitas bronkus.

Penderita asma berat mempunyai saluran pernafasan yang sensitif, berisiko tinggi untuk

mengalami eksaserbasi tiba-tiba yang berat dan mengancam jiwa. Dalam GINA 2006

asma diklasifikasikan berdasarkan etiologi, derajat penyakit asma, serta pola obstruksi

aliran udara di saluran napas. Walaupun berbagai usaha telah dilakukan, klasifikasi

berdasarkan etiologi sulit digunakan karena terdapat kesulitan dalam penentuan etiologi

spesifik dari sekitar pasien.

Derajat penyakit asama ditentukan berdasarkan gabungan penilaian gambaran

klinis, jumlah penggunaan agonis β2 untuk mengatasi gejala, dan pemeriksaan fungsi paru
pada evaluasi awal pasien . Pembagian derajat penyakit asma menurut GINA adalah

sebagai berikut :

1. Intermitten

a) Gejala kurang dari 1 kali/minggu

b) Serangan singkat

c) Gejala nokturnal tidak lebih dari 2 kali/bulan (≤ 2 kali)

 FEV1≥80% predicted atau PEF ≥ 80% nilai terbaik individu

 Variabilitas PEF atau FEV1 < 20%

2. Persisten ringan

a) Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari

b) Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tisur

c) Geajala nokturnal >2 kali/bulan

 FEV1≥80% predicted atau PEF ≥ 80% nilai terbaik individu

 Variabilitas PEF atau FEV1 20-30%

3. Persisten sedang

a) Gejala terjadi setiap hari

b) Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur

c) Gejala nokturnal > 1 kali dalam seminggu

d) Menggunakan agonis β2 kerja pendek setiap hari

 FEV1 60-80% predicted atau PEF 60-80% nilai terbaik individu

 Variabilitas PEF atau FEV1 > 30%


4. Persisten berat

a) Gejala terjadi setiap hari

b) Serangan sering terjadi

c) Gejala asma nokturnal sering terjadi

 FEV1 ≤ predicted atau PEF ≤ 60% nilai terbaik individu

 Variabilitas PEF atau FEV1 > 30%

2.4. Tanda dan Gejala

Kejadian utama pada serangan asma adalah obstruksi jalan napas secara luas yang

merupakan kombinasi dari spasme otot polos bronkus, edema mukosa karena sumbatan

mukus. Tanda serangan asma yang dapat kita ketahui adalah napas cepat, merasa cemas

dan ketakutan, tak sanggup bicara lebih dari 1-2 kata setiap kali tarik napas, dada dan

leher tampak mencekung bila tarik napas, bersin-bersin, hidung mampat atau hidung

ngocor, gatal-gatal tenggorokan, susah tidur, turunnya toleransi tubuh terhadap aktivitas.

Tiga gejala yang sering muncul pada asma adalah sesak napas, napas bunyi/

wheezing, batuk-batuk terutama malam hari. Tingkat keparahan serangan asma

tergantung pada tingkat obstruksi saluran napas, kadar saturasi oksigen, pembawaan pola

napas, perubahan status mental, dan bagaimana tanggapan penderita terhadap status

pernapasannya.

2.5. Faktor Resiko Asma

Beberapa faktor resiko timbulnya asma bronkial telah diketahui secara pasti, antara lain:

riwayat keluarga, tingkat sosial ekonomi rendah, etnis, daerah perkotaan, letak geografi

tempat tinggal, memelihara anjing atau kucing dalam rumah, terpapar asap rokok. Secara
umum faktor risiko asma dibagi kedalam dua kelompok besar, factor resiko yang

berhubungan dengan terjadinya atau berkembangnya asma dan faktor resiko yang

berhubungan dengan terjadinya eksaserbasi atau serangan asma yang disebut trigger

faktor atau faktor pencetus (GINA,2006). Adapun faktor resiko pencetus asma bronkial

antara lain

1. Asap Rokok

Asap rokok dapat menyebabkan asma, baik pada perokok itu sendiri maupun

orang-orang yang terkena asap rokok. Suatu penelitian di Finlandia menunjukkan bahwa

orang dewasa yang terkena asap rokok berpeluang menderita asma dua kali lipat

dibandingkan orang yang tidak terkena asap rokok. Studi lain menunjukkan bahwa

seseorang penderita asma yang terkena asap rokok selama satu jam, maka akan

mengalami sekitar 20% kerusakan fungsi paru. Pada anak-anak, asap rokok akan

memberikan efek lebih parah dibandingkan orang dewasa, ini disebabkan lebar saluran

pernafasan anak lebih sempit, sehingga jumlah nafas anak akan lebih cepat dari orang

dewasa. Akibatnya, jumlah asap rokok yang masuk ke dalam saluran pernapasan menjadi

lebih banyak dibanding berat badannya. Selain itu, karena sistem pertahanan tubuh yang

belum berkembang, munculnya gejala asma pada anak-anak jauh lebih cepat dibanding

orang dewasa. Hasil analisis 4.000 orang anak berumur 0-5 tahun menunjukkan bahwa

anak-anak yang orang tuanya merokok 10 batang perhari, menyebabkan peningkatan

jumlah kasus asma serta mempercepat munculnya gejala asma pada anak-anaknya.

Begitu juga anak yang kembali dari rumah sakit setelah perawatan asma akut,

penyembuhan akan terganggu karena orang tua yang merokok. Efek asap rokok ini tidak

hanya memberikan efek negatif pada anak-anak yang telah lahir, tapi juga pada janin
yang masih ada di dalam rahim. Karena itu, di negara maju seperti Jepang, diseluruh

rumah sakit bersalin tidak tersedia tempat yang bisa merokok. Ini karena mereka benar-

benar mengerti akan bahaya rokok tersebut. Bayi yang akan dilahirkan dari seorang ibu

yang merokok selama dalam masa kehamilan akan lebih sering mengalami penyakit

saluran pernafasan termasuk asma bronkial pada masa anak-anak. Pembakaran tembakau

sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang menghasilkan campuran gas yang komplek

dan partikel-partikel berbahaya. Lebih dari 4500 jenis kontaminan telah dideteksi dalam

tembakau, diantaranya hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, karbon dioksida, nitrit

oksida, nikotin, dan akrolein.

Secara umum tipe perokok di bagi menjadi beberapa kategori yakni tipe perokok

yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup, tipe perokok berdasarkan jumlah

rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari, dan tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan

diri. Berdasarkan udara atau asap yang dihirup, perokok dikategorikan menjadi: Perokok

pasif yakni mereka yang tidak merokok, tetapi berada di sekeliling perokok dan

menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh perokok. Perokok aktif, yakni mereka

yang menghisap rokok secara langsung. Adapun berdasarkan jumlah rokok yang

dikonsumsi, tipe perokok dikategorikan menjadi ; Perokok sangat berat, adalah jika

mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari, Perokok berat yakni mereka yang

merokok sekitar 21-30 batang perhari, Perokok sedang adalah perokok yang

menghabiskan rokok 11-21 batang perhari, dan Perokok ringan yang merokok sekitar 10

batang/hari.
2. Tungau Debu Rumah

Tungau debu adalah penyebab paling umum diseluruh dunia. Alergi tungau lebih

sering terjadi di kota dan Negara berkembang. Hal ini terjadi karena rumah modern dan

penggunaan teknik insulasi memuningkankan tungau hidup lebih baik. Asma bronkial

dikaitkan oleh masuknya suatu alergen misalnya tungau debu. Tungau debu akan

mengeluarkan feses yang dilapisi protein pada setiap butir partikelnya. yang

menyebabkan reaksi alergi bagi penderita asma apabila masuk ke dalam saluran nafas.

Ketika tungau ini mati, tubuhnya yang membusuk bercampur dengan debu rumah tangga.

Tungau debu rumah memiliki ukuran 0,1 - 0,3 mm dan lebar 0,2 mm biasanya terdapat di

tempat-tempat atau benda-benda yang banyak mengandung debu. Misalnya debu yang

berasal dari karpet dan jok kursi, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan,

juga dari tumpukan koran,buku, pakaian lama.

3. Jenis Kelamin dan usia

Jumlah kejadian asma pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan

anak perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada insidensi penyakit asma bervariasi,

tergantung usia dan perbedaan karakter biologi. Insidensi penyakit asma pada anak laki-

laki usia 2-5 tahun ternyata 2 kali lebih sering dibandingkan anak perempuan sedangkan

pada usia 14 tahun risiko asma anak laki- laki 4 kali lebih sering. Kunjungan ke rumah

sakit 3 kali lebih sering dibanding anak perempuan pada usia tersebut, tetapi pada usia 20

tahun kekerapan asma pada laki-laki merupakan kebalikan dari insiden ini. Peningkatan

resiko pada anak laki-laki disebabkan semakin sempitnya saluran pernapasan, perubahan

pada pita suara, dan mungkin terjadi peningkatan IgE pada laki-laki yang cenderung
membatasi respon bernapas. Didukung lagi oleh adanya hipotesis dari observasi yang

menunjukkan tidak ada perbedaan ratio diameter saluran pernafasam laki laki dan

perempuan setelah berumur 10 tahun, kemungkinan disebabkan perubahan ukuran rongga

dada yang terjadi pada masa puber laki-laki dan tidak pada perempuan. Predisposisi

perempuan yang mengalami asma lebih tinggi pada laki-laki mulai ketika masa puber,

sehingga prevalensi asma pada anak yang semula laki-laki lebih tinggi dari pada

perempuan mengalami perubahan dimana nilai prevalensi pada perempuan lebih tinggi

dari pada laki-laki.

4. Binatang Peliharaan

Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster, burung dapat

menjadi sumber alergen inhalan. Sumber penyebab asma adalah alergen protein yang

ditemukan pada bulu binatang di bagian muka dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki

ukuran yang sangat kecil (sekitar 3-4 mikron) dan dapat terbang di udara sehingga

menyebabkan serangan asma, terutama dari burung dan hewan menyusui karena bulu

akan rontok dan terbang mengikuti udara.

5. Jenis Makanan

Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosis sebagai salah satu pencetus asma

meskipun penelitian membuktikan alergi makanan sebagai pencetus bronkokontriksi pada

2% - 5% anak dengan asma. Meskipun hubungan antara sensitivitas terhadap makanan

tertentu dan perkembangan asma masih diperdebatkan, tetapi bayi dan anak-anak yang

sensitif terhadap makanan tertentu atau menderita enteropathy atau colitis karena alergi

makanan tertentu akan cenderung menderita asma. Beberapa makanan penyebab alergi
makanan seperti susu sapi, ikan laut, kacang, berbagai buah-buahan seperti tomat,

strawberry, mangga, durian berperan menjadi pencetus seranga asma. Makanan produk

industri dengan pewarna buatan (misal: tartazine), pengawet (metabisulfit), vetsin

(monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu serangan asma. Makanan yang terutama

sering mengakibatkan reaksi yang fatal adalah kacang, ikan laut dan telor. Penelitian di

Arab Saudi membandingkan makanan pengidap asma dengan tidak asma. Anak Arab

Saudi yang tinggal di daerah perkotaan banyak menunjukkan gejala nafas berbunyi atau

mengi. Anak-anak ini sering bersantap di gerai-gerai makanan cepat saji dan secara

signifikan kurang mendapatkan asupan makanan tradisional, termasuk sayuran, susu,

makanan yang kaya serat, vitamin dan mineral.

6. Perabot Rumah Tangga

Bahan polutan indoor dalam ruangan meliputi bahan pencemar biologis (virus,

bakteri, jamur), formadehyde, volatile organic coumpounds (VOC), combustion products

(CO1, NO2, SO2) yang biasanya berasal dari asap rokok dan asap dapur. Sumber polutan

VOC berasal dari semprotan serangga, cat, pembersih, kosmetik, Hairspray, deodorant,

pewangi ruangan, segala sesuatu yang disemprotkan dengan aerosol sebagai propelan dan

pengencer (solvent) seperti thinner. Sumber formaldehid dalam ruangan adalah bahan

bangunan, insulasi, furnitur, karpet (Ramaiah, 2006). Paparan polutan formaldehid dapat

mengakibatkan terjadinya iritasi pada mata dan saluran pernapasan bagian atas. Partikel

debu, khususnya respilable dust disamping menyebabkan ketidak nyamanan juga dapat

menyebabkan reaksi peradangan paru.


7. Perubahan Cuaca

Kondisi cuaca seperti temperatur dingin, tingginya kelembaban dapat

menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat membuat asma menjadi lebih parah

berhubungan dengan badai dan meningkatnya konsentrasi partikel alergenik. Dimana

partikel tersebut dapat menyapu pollen sehingga terbawa oleh air dan udara. Perubahan

tekanan atmosfer dan suhu memperburuk asma sesak nafas dan pengeluaran lendir yang

berlebihan. Ini umum terjadi ketika kelembaban tinggi, hujan, badai selama musim

dingin. Udara yang kering dan dingin menyebabkan sesak di saluran pernafasan. Asma

berhubungan dengan iklim, kota besar seperti Auckland, Brisbane, Hongkong dan New

Orleans yang mempunyai suhu panas >24oC dan rata rata curah hujan tahunan >100cm,

mempunyai prevalensi asma yang tinggi. RS Cipto menunjukkan penderita dengan

perubahan udara kemungkinan akan mengalami asma 31.83 x lebih besar dari penderita

tanpa perubahan cuaca. Hal ini diperkuat dengan penelitian di Amerika seikat yang

membuktikan bahwa ada hubungan antara kunjungan asma dengan cuaca dingin dan

kering pada musim semi.

8. Riwayat Penyakit Keluarga

Genetik merupakan faktor pendukung timbulnya asma. Bakat alergi merupakan

hal yang diturunkan, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang

jelas. Bakat alergi ini membuat penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial

jika terpapar factor pencetus. Penderita biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga

menderita penyakit alergi. Apabila kedua orang tua memiliki riwayat penyakit asma

maka hampir 50% dari anak-anaknya memiliki kecenderungan asma, sedangkan jika
hanya salah satu orang tuanya yang menderita asma maka kecenderungannya hanya 35%.

Lebih kurang 25% penderita penyakit asma, keluarga dekatnya juga menderita asma,

meskipun asmanya tidak aktif lagi, diantara keluarga penderita asma 2/3 memperlihatkan

test alergi positif. Resiko orang tua dengan asma mempunyai anak dengan asma adalah

tiga kali lipat lebih tinggi jika riwayat keluarga dengan asma disertai dengan salah satu

riwayat atopi. Predisposisi keluarga untuk mendapatkan penyakit asma yaitu kalau anak

dengan satu orangtua yang terkena mempunyai risiko menderita asma 25%, risiko

bertambah menjadi sekitar 50% jika kedua orang tua asmatisk. Asma tidak selalu ada

pada kembar monozigot, tingkat stabilitas bronkokontriksi pada olahraga ada pada

kembar identik, tetapi tidak pada kembar dizigot. Orang tua asma kemungkinan 8-16 kali

menurunkan asma dibandingkan dengan orang tua yang tidak asma, terlebih lagi bila

anak alergi terhadap tungau debu rumah.

2.5. Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma adalah menghilangkan obstruksi jalan napas segera;

mengenal dan menghindari faktor-faktor pencetus serangan asma; memberi penjelasan

pada penderita atau keluarga tentang penyakit asma, baik pengobatannya maupun tanda

gejalanya. Strategi pengobatan asma ditinjau dari berbagai hal, seperti mengurangi respon

saluran napas, mencegah ikatan alergen dengan IgE, dan merelaksasi otot polos bronkus

Pengobatan Asma Bronkial

a. Menghindari faktor pencetus


Penderita dan keluarga perlunya mengetahui apa penyebab, pencegahan, dan perawatan

serta bagaimana menghindari pencetus serangan asma, dan inti dari preventif adalah

menghindari alergen.

b. Relaksasi atau Kontrol Emosi

Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras, relaksasi fisik dalam dan dibantu dengan

latihan nafas.
REFERENSI

Alsagaf Hood, dkk. (2010) Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Airlangga university perss.

Basyir. (2005). Perilaku Merokok Pada Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Depkes R.I (2009) Pedoman pengendalian penyakit asma.

Djojodibroto, Darmanto. (2009). Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

Gershwin, M Eric dkk. (2006) Bronchial Asthma, A guide for practical understanding and
treatmet . Edisi V

GINA (Global Initiative for Asthma); Pocket Guide for Asthma Management and Prevension In
Children . www. Ginaasthma.org. 2006

Hadibroto, Iwan & Syamsir Alam. (2006). Asma. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Ramaiah, Savitri. 2006. Asma Mengetahui Penyebab Gejala dan Cara Penanggulangannya.
Jakarta : Bhuana Ilmu Populer

Sutanto. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia

Sundaru H, Sukamto. (2006) Asma Bronkial , Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakulas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

World Health Organization. Facts about Asthma (cited 2016, Mei 14). Available

Wibisono jusuf, dkk (2010) buku ajar ilmu penyakit paru. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
HOME VISIT

ASMA BRONKIAL

1.1. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1.1.1. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA

Berikut ini adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Nn. Winarti :

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah

Kedudukan
Jenis
Nama Dalam Usia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Kelamin
Keluarga

Kepala
Dermawan Laki-laki 52thn SLTA Pedagang
Keluarga

Ibu Rumah
Suwarni Istri Perempuan 50 thn SLTA Penderita
Tangga

Joko Anak Laki- laki 24 thn SMA Pedagang

Yuni Anak Permpuan 20 thn SMA -

18
Intan Anak Perempuan SMA Pelajar
tahun

1.1.2 BENTUK KELUARGA

Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti (Tradisional
Nuclear). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa keluarga inti merupakan
satu bentuk keluarga tradisional yang dianggap paling ideal. Keluarga inti adalah keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak, tinggal dalam satu rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan
ibu sebagai ibu rumah tangga.
1.1.3 GENOGRAM KELUARGA

Ibu penderita

Kakak penderita
Suami
penderita Penderita

Anak Penderita
Keterangan :

= Laki - laki sehat

= Perempuan sehat

= Perempuan sakit

1.2 STATUS PENDERITA

1.2.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : Suwarni

Umur : 50 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia


Alamat : Jl. Rawa cangkuk III

Status : Menikah

Tanggal Home Visit : 13 Mei 2016

Checklist Home Visit (Berdasarkan Anamnesis dan Pengamatan)

1. Kecacatan/Gangguan

- Activities of daily living (ADL) Ya Tidak




- Penggunaan alat bantu Ya Tidak
√√

- Gangguan keseimbangan Ya Tidak
√√

- Gangguan sensoris Ya Tidak


2. Nutrisi

Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk pauk berupa ikan, sayur, tahu- tempe. konsumsi
daging dan buah jarang.

Variasi dan kualitas makanan

 Dapur :

o Beras : Beras bulog


o Ikan : Tongkol, Teri, ikan Asin dll
o Daging : Ayam (kadang dikonsumsi ± 1 bulan sekali),
Lembu/Sapi/Kambing (sangat jarang dikonsumsi)

Sayur : Bayam, Daun Ubi, Kangkung, kacang panjang, Sawi.

o Buah : Jeruk, Pepaya, Pisang (namun buah jarang


dikonsumsi oleh keluarga ini)

 Kulkas : Ada

Status nutrisi :

 Berat Badan : 50 kg
 Tinggi Badan : 155 cm
 IMT : BB/TB(m)² = 20,83
 Kesan : Normoweight
Konsumsi alkohol Ya Tidak

3. Lingkungan Rumah

Lingkungan sekitar : Baik √

Eksterior rumah :

o Atap : Seng
o Pintu rumah : Kayu
o Dinding Rumah : Batu 1/2 ( bawah) papan dan triplek (atas)
o Jendela : Jerjak besi ditutup dengan kawat nyamuk
o Ventilasi : Hanya dari jendela dan pintu
o Halaman : Tidak ada
Interior rumah :

o Kepadatan : Tidak Terlalu padat


o Kebersihan : Cukup Baik
o Kenyamanan : Cukup
o Privasi : Ada
o Hewan peliharaan : Tidak ada
o Buku-buku : Ada
o Televisi : Ada
o Pernak-pernik : Ada
4. Orang Lain

Dukungan sosial Ya Tidak



Semangat hidup Ya √ Tidak
√√
Sumber penghasilan : Dari berdagang


o Orang Tua Pasien : sudah tidak ada

Sikap pasien : menyambut dengan ramah dan baik


5. Medikasi

Obat resep Ya √ Tidak




Obat non-resep Ya Tidak √

Suplemen diet Ya Tidak √


Obat tertata rapi Ya √ Tidak √


Kepatuhan minum obat Ya √ Tidak


6. Pemeriksaan (Berdasarkan Anamnesis)

Berat Badan : 50 Kg Tinggi Badan : 155 cm

Tekanan darah : 100/70 mmHg Glukosa :-

A. Anamnesis Penyakit

Keluhan utama : Sesak nafas

Telaah : Hal ini dialami OS dalam 3 bulan ini, sesak nafas dirasakan pasien sejak

1 bulan yang lalu. Sesak nafas terjadi bila OS terhirup debu atau saat udara

lebih dingin di waktu malam hari atau menjelang pagi. Sesak nafas

bersifat hilang timbul. Sesak nafas terjadi saat OS berada di jalan raya

yang penuh dengan asap. Batuk tidak berdahak dijumpai dirasakan lebih

kurang 2 minggu ini. Demam tidak dijumpai. Nyeri dada tidak dijumpai.

Riwayat merokok tidak dijumpai.

B. Riwayat Penyakit Terdahulu


Tidak dijumpai

C. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak dijumpai

Tidak dijumpai

E.Riwayat Pribadi

Anamnesis Riwayat Kelahiran : Pasien lahir normal dengan dibantu

oleh dukun beranak.

Anamnesis Makanan : Pasien makan 3x/hari, dengan lauk pauk berupa ikan,

telur, tempe dan sayur, konsumsi buah jarang.

Sikap : Pasien cukup aktif

F.Riwayat sosial ekonomi

Pasien adalah istri dari suami Tn.D dan ibu dari 2 anak. Pasien tidak bekerja hanya sebagai

ibu rumah tangga.

H.Riwayat Gizi

Pasien makan 3 kali dengan nasi sepiring dan lauk pauk seperti ikan, sayur, telur, tahu,

tempe.

I. Riwayat Lingkungan

Pasien tinggal dengan suami dan dua orang anaknya. Di rumah pasien yang hanya ada satu

ruangan, sirkulasi udara kurang baik, pencahayaan cukup, kebersihan cukup. Selain di

rumah pasien juga berinteraksi dengan teman dan Tetangga sekitar dirumah.
J. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, diameter 2-3 mm, Refleks Cahaya

(+)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-)

Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : SP: vesikuler

ST: ronkhi(-),wheezing (-/-)

Abdomen : Simetris, Soepel, timpani pada seluruh lapangan

perut, peristaltik (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Terapi :- Salbutamol 3 x 1
- Citirizine 4 mg 3 x 1

- Vitamin C 3 x 1

Keselamatan, kesehatan Spiritual

Kamar mandi : Cukup bersih

Dapur : Ada

Lantai : Baik sebab terbuat dari semen (tidak tanah)

Pencahayaan : Cukup

Listrik : Ada

Tangga : Tidak ada

Perabotan :Ada, antara lain lemari pakaian, kasur tidur,TV

dll

Sumber air : Sumur Timbah

AC/Kipas angin : Ada (kipas angin)

Kesehatan Spiritual : Beribadah ke Mesjid

Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak ada


Lampiran Home Visit

Anda mungkin juga menyukai