Anda di halaman 1dari 21

PERCOBAAN 3

LAPORAN ELEKTRONIKA ANALOG PENGUAT NON INVERTING

Fakhrul Dewantoro
(1610501077)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2019
1. Latar belakang
Penguat tak membalik (non-inverting amplifier) merupakan penguat sinyal dengan karakteristik
dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa yang sama dengan sinyal input. Penguat tak
membalik dapat dibangun dengan menggunakan penguat operasional memang didesain utnuk penguat
sinyal baik membalik ataupun tidak membalik. Rangkaian penguat tak membalik ini dapat digunakan
untuk memperkuat isyarat ac maupun dc dengan keluaran yang tetap sefase dengan sinyal inputnya.
Impedansi masukan dari rangkaian memang didesain utnuk penguat sinyal baik membalik ataupun
tidak membalik. Rangkaian penguat tak membalik ini dapat digunakan untuk memperkuat isyarat ac
maupun dc dengan keluaran yang tetap sefase dengan sinyal inputnya. Impedansi masukan dari
rangkaian penguat tak mebalik (non-inverting) berharga sangat tinggi dengan nilai impedansi sekitar
100 MOhm (Nalhelsky, 2002).
Sedangkan perbedaan rangkaian antara penguat tegangan membalik dan tak membalik adalah
pada penguat membalik dihubungkan dengan tanah. Penguat membalik memiliki kelebihan dalam
kemampuannya mengatur suatu harga yang tepat dari impedansi masukan. Masukan membalik diberi
tanda minus (-) dan masukan tak membalik diberi tanda plus (+). Jika isyarat masukan dihubungkan
dengan masukan membalik, maka pada daerah frekuensi tengah isyarat keluaran berlawanan fase
atau berlawanan tanda dengan isyarat masukan sebaliknya, jika isyarat masukan dihubungkan dengan
masukan tak membalik, maka isyarat keluaran akan sefase atau mempunyai tanda yang sama dengan
isyarat masukan. Pada umumnya, Op-Amp menghasilkan tegangan keluaran yang sebanding dengan
beda tegangan isyarat antara kedua masukannya. Op-Amp semacam ini dikenal dengan Op-Amp biasa
(Sutrisno, 1987:45).
Arus baris dari masing - masing transistor masukan tidak
akan sama, mengingat harga βnya besarnya berbeda.Hal ini mengakibatkan timbulnya arus offset
masukan(selisih arus basis) (Wahyudi,2014:66).

2. Alat dan Bahan Praktikum


1. Alat – alat Praktikum
 Laptop
2. Bahanbahan Praktikum
 Resistor 1 KΩ, 2 KΩ, 2,2KΩ, 5 KΩ, dan 10 KΩ
 IC Op-Amp 741
 Osiloskop
 Dual power suplly
 Breadboard
 Kabel penghubung
 Multimeter
 Function generator
3. Aplikasi Simulasi
 Electronics Workbench 5.12
3. Langkah-langkah percobaan
A. Prosedur Percobaan
1. Digunakan kabel penghubung untuk membuat rangkaian seperti gambar dibawah ini.

2. Digunakan tegangan simetri untuk mengaktifkan Op-Amp. Diset Rf=Ri=1 kΩ, saklar S1 dan
S2 masih terbuka.
3. Diatur function generator pada frekuensi 1000 Hz dan keluaran kira-kira 10 mV.
4. Dihubungkan oscilloscope pada input dan output Op-Amp.
5. Dicek rangkaian dengan teliti. Setelah tidak bermasalah, ditekan saklar S1 dan S2.
6. Diamati bentuk gelombang yang dihasilkan kemudian digambar.
7. Diukur tegangan ac masukan dan keluarannya dengan mempergunakan voltmeter ac. Hasilnya
dituliskan pada table.
8. Diulangi percobaan diatas dengan mengubah nilai Rf, kemudian hasilnya ditulis pada table.
4. Data percobaan
Berdasarkan dengan simusasi dengan software Electronics Workbench 5.12 diperoleh hasil
pengamatan sebagai berikut :
Pada percobaan Rf=1K

Pengukuran 1

Pengukuran 2

Pengukuran 3

Pengukuran 4
Pengukuran 5

Pengukuran 6

Pengukuran 7

Pengukuran 8
Pengukuran 9

Pengukuran 10
Pada percobaan Rf=2 K

Pengukuran 1

Pengukura 2

Pengukuran 3

Pengukuran 4
Pengukuran 5

Pengukuran 6

Pengukuran 7

Pengukuran 8
Pengukuran 9

Pengukuran 10

Pada percobaan Rf = 2,2k

Pengukuran 1

Pengukuran 2
Pengukuran 3

Pengukuran 4

Pengukuran 5

Pengukuran 6
Pengukuran 7

Pengukuran 8

Pengukuran 9

Pengukuran 10
Pada percobaan Rf =5 k

Pengukuran 1

Pengukuran 2

Pada percobaan Pengukuran 3

Pengukuran 4
Pengukuran 5

Pengukuran 6

Pengukuran 7

Pengukuran 8
Pengukuran 9

Pengukuran 10

Pada percobaan Rf =10 k

Pengukuran 1

Pengukuran 2
Pengukuran 3

Pengukuran 4

Pengukuran 5

Pengukuran 6
Pengukuran 7

Pengukuran 8

Pengukuran 9

Pengukuran 10
PENGUKURAN KESALAHAN DALAM PENGUKURAN

Tabel Tingkat kesalahan pada pengukuran R= 1kΩ

Deviasi
Pengukuran
d d2
1,9995 -0,00035 1,225 x 10-7
2,0001 0,00025 6,25 x 10-8
2,0003 0,00045 2,025 x 10-7
1,9997 -0,00015 2,25 x 10-8
1,9996 -0,00025 6,25 x 10-8
2,0001 0,00025 6,25 x 10-8
1,9997 -0,00015 2,25 x 10-8
1,9998 -5E-05 2,5 x 10-9
1,9997 -0,00015 2,25 x 10-8
2 0,00015 2,25 x 10-8

Σx 19,9985
Nilai rata-rata = = = 1,99985
𝑛 10
√𝑑2 √6,05×10−7
Devisi standart = σ = 𝑛−1 = = 8,64242x 10-05
10−1

Kesalahan yang mungkin = 0,6745 σ = 5,82931x10-05

Tabel Tingkat kesalahan pada pengukuran 2kΩ

Deviasi
Pengukuran
d d2
2,996 -0,0014 1,96 x 10-6
3,004 0,0066 4,356 x 10-5
2,993 -0,0044 1,936 x 10-5
3,001 0,0036 1,296 x 10-5
2,993 -0,0044 1,936 x 10-5
2,996 -0,0014 1,96 x 10-5
2,993 -0,0044 1,936 x 10-5
3,004 0,0066 4,356 x 10-5
3,001 0,0036 1,296 x 10-5
2,993 -0,0044 1,936 x 10-5

Σx 29,974
Nilai rata-rata = = = 2,9974
𝑛 10

√𝑑2 √0,0001944
Devisi standart = σ = 𝑛−1 = = 0,004648
10−1

Kesalahan yang mungkin = 0,6745 σ = 0,003135076


Tabel Tingkat kesalahan pada pengukuran R=2,2kΩ

Deviasi
Pengukuran
d d2
3,1996 -0,0002 4 x 10-8
3,1996 -0,0002 4 x 10-8
3,2001 0,0003 9 x 10-8
3,1996 -0,0002 4 x 10-8
3,1993 -0,0005 2,5 x 10-7
3,2001 0,0003 9 x 10-8
3,1996 -0,0002 4 x 10-8
3,2001 0,0003 9 x 10-8
3,2004 0,0006 3,6 x 10-7
3,1996 -0,0002 4 x 107-8

Σx 31,998
Nilai rata-rata = = = 3,1998
𝑛 10
√𝑑2 √1,08×10−6
Devisi standart = σ = 𝑛−1 = = 0,00011547
10−1

Kesalahan yang mungkin = 0,6745 σ = 7,78846x10-05

Tingkat kesalahan pada pengukuran R = 5 kΩ

Deviasi
Pengukuran
d d2
5,941 0,0049 2,401x10-5
5,938 0,0019 3,61 x10-6
5,[937 0,0009 8,1x10-7
5,939 0,0029 8,41 x10-6
5,940 0,0039 1,521x10-5
5,933 -0,0031 9,61x10-6
5,934 -0,0021 4,41x10-6
5,931 -0,0051 2,601x10-5
5,937 0,0009 8,1 x10-7
5,931 -0,0051 2,6 x10-5

Σx 59,361
Nilai rata-rata = = = 5,9361
𝑛 10

√𝑑2 √1,1189×10−4
Devisi standart = σ = = = 0,000566667
𝑛−1 10−1

Kesalahan yang mungkin = 0,6745 σ = 3,822169x10-4


Tingkat kesalahan pada pengukuran R=10kΩ

Deviasi
Pengukuran
d d2
7,1055 0,00201 4,0401 x 10-6
7,0966 -0,00689 4,74721 x 10-5
7,1127 0,00921 8,48241 x 10-5
7,11 0,00651 4,23801 x 10-5
7,0965 -0,00699 4,88601 x 10-5
7,0989 -0,00459 2,10681 x 10-5
7,1148 0,01131 0,000127916
7,1024 -0,00109 1,1881 x 10-6
7,0977 -0,00579 3,35241 x 10-5
7,0998 -0,00369 1,36161 x 10-5

Σx 71,0349
Nilai rata-rata = = = 7,10349
𝑛 10
√𝑑2 √0,000424889
Devisi standart = σ = 𝑛−1 = = 0,002290315
10−1

Kesalahan yang mungkin = 0,6745 σ = 0,001544818


DATA PENGAMATAN

Hambatan (kΩ) Vpp (V) Penguat Tegangan

No. Input Output Input Output Teori Pengukuran

1 1 1 1 0,4 2 1,9
2 1 2 1 0,39 3 2,9
3 1 2,2 1 0,35 3,2 3,1
4 1 5 1 0,47 6 5,9
5 1 10 1 0,36 11 7,1
5. Analisis data

6. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapat beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut :

Dimana pada praktikum ini digunakan nilai tetap untuk Ri = 1 kΩ dan nilai yang berbeda-beda
untuk hambatan Rf atau hambatan umpan balik, yaitu 1 kΩ, 2,2 kΩ, 5 kΩ, 2 kΩ dan 10 kΩ. hal ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh hambatan umpan balik (Rf) pada penguatan. Dimana semakin
besar nilai umpan baliknya maka semakin besar nilai penguatannya. Pada percobaan dengan perubahan
hambatan umapan baliknya (Rf) didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan teorinya. Dimana
berdasarkan teori untuk nilian Rin tetap dan Rf berubah-ubah berturut-turut yaitu 1 kΩ, 2,2 kΩ, 5 kΩ, 2
kΩ dan 10 kΩ, didapat nilia penguata tegangan (Av) berturut-turut sebesar 2 x, 3,2 x, 6 x, 3 x, dan 11 x.
Sedangkan berdasarkan praktikum yaitu dengan perbandingan Vout dan Vin yang telah kita ukur
didapatkan nilai penguat tegangan sebesar 2 x, 3,3 x, 7 x, 3 x, dan 12 x. dari hasil ini terlihat bahwa
semakin besar nilai Rf maka semakin besar nilai penguatannya.

Anda mungkin juga menyukai