Anda di halaman 1dari 8

Nama : YANIS HILDA AULIA PRATAMA

NIM : 1601470069
Kelas : STr. Keperawatan 3B
SOAL LATIHAN
Tentukan uji hipotesis apa yang dipergunakan untuk menguji data sesuai dengan prtanyaan-
pertanyaan berikut:

2. Apakah terdapat perbedaan rerata kadar kolesterol (skala pengukuran numerik) sebelum dan
sesudah satu bulan pengobatan dengan simvastatin?

Jawab :
No. Langkah Jawaban
1. Identifikasi variable dan skala pengukuran Variabel rerata kadar kolesterol (numerik) dan
perbandingan pemberian pengobatan (kategorik)
2. Jenis hipotesis Hubungan antarvariabel numerik dan kategorik
bisa korelatif atau komperatif. Peneliti memilih
komparatif karena keluaran yang diinginkan
adalah selisih atau perbandingan rerata sesudah
dan sebelum diberikan pengobatan simvastatin.
3. Jenis Komparatif Hubungan antarvariabel numerik dan kategorik
adalah komperatif numeric
4. Berpasangan tidak berpasangan Berpasangan karena memenuhi kriteria “variable
yang sama diambil dari subjek yang sama atau
dianggap sama”
5. Jumlah kelompok Satu kelompok dilihat dari jumlah kategorik,
yaitu pasien dengan pengobatan simvastatin.
6. Jumlah pengukuran Dua kali
7. Kesimpulan Komparatif, numerik, berpasangan, satu
kelompok dua kali pengukuran
8. Analisis Bila sebaran normal dan varian sama, gunakan
uji t tidak berpasangan untuk varian sama
Bila sebaran normal dan varian berbeda, gunakan
uji t tidak berpasangan untuk varian berbeda
Bila sebaran tidak normal, lakukan transformasi
Analisis yang dilakukan bergantung pada sebaran
dan varian hasil transformasi
Bila sebaran tidak normal, gunakan uji Mann-
Whitney
3. Apakah terdapat perbedaan rerata kadar kolesterol (skala pengukuran numerik) antara penduduk
desa A, B, C dan D?

Jawab :
No. Langkah Jawaban
1. Identifikasi variable dan skala pengukuran Variabel rerata kadar kolesterol (numerik) dan
antara penduduk A, B, C dan D (kategorik)
2. Jenis hipotesis Hubungan antarvariabel numerik dan kategorik
bisa korelatif atau komperatif. Peneliti memilih
komparatif karena keluaran yang diinginkan
adalah selisih atau perbandingan penduduk A, B,
C dan D.
3. Jenis Komparatif Hubungan antarvariabel numerik dan kategorik
adalah komperatif numerik.
4. Berpasangan tidak berpasangan Tidak berpasangan karena tidak memenuhi
kriteria “variable yang sama diambil dari subjek
yang sama atau dianggap sama”
5. Jumlah kelompok Empat kelompok dilihat dari jumlah kategorik,
yaitu penduduk A, B, C dan D.
6. Jumlah pengukuran Satu kali
7. Kesimpulan Komparatif, numerik, tidak berpasangan, empat
kelompok satu kali pengukuran
8. Analisis Bila sebaran normal dan varian sama, gunakan
uji t tidak berpasangan untuk varian sama
Bila sebaran normal dan varian berbeda, gunakan
uji t tidak berpasangan untuk varian berbeda
Bila sebaran tidak normal, lakukan transformasi
Analisis yang dilakukan bergantung pada sebaran
dan varian hasil transformasi
Bila sebaran tidak normal, gunakan uji Mann-
Whitney
4. Apakah terdapat perbedaan rerata kadar kolesterol (skala pengukuran numerik) pada sebelum,
sebulan pengobatan, dan dua bulan pengobatan simvastatin pada pasien ?

Jawab :
no Langkah Jawaban
1 Identifikasi variabel dan skala Variabel kadar kolestrol(numerik) dan sebelum, sebulan,
pengukuran dua bulan pengobatan simvastatin(kategorik)
2 Jenis hipotesis Hubungan antarvariabel numerik dan katagorik bisa
korelatif atau komperatif. Peneliti memilih komparatif
karena keluaran yg diinginkan adalah selisih atau
perbandingan rerata.
3 Jenis komparatif Hubungan antara variabel numerik dan kategori adalah
komparatif numerik.
4 Berpasangan-tidak berpasangan Berpasangan karena memenuhi kriteria “variabel yang
sama diambil dari subyek yang sama atau dianggap sama”
5 Jumlah kelompok Satu kelompok dilihat dari jumlah kategori variabel
katagorik sebelum, sebulan, dan dua bulan pengobatan
simvastatin
6 Jumlah pengukuran Tiga kali
7 Kesimpulan Komparatif numerik berpasangan satu kelompok tiga kali
pengukuran
8. Analisis Bila sebaran normal dan varian sama, gunakan uji t tidak
berpasangan untuk varian sama
Bila sebaran normal dan varian berbeda, gunakan uji t tidak
berpasangan untuk varian berbeda
Bila sebaran tidak normal, lakukan transformasi
Analisis yang dilakukan bergantung pada sebaran dan
varian hasil transformasi
Bila sebaran tidak normal, gunakan uji Mann-Whitney
5. Apakah terdapat hubungan antara perilaku merokok (merokok dan tidak merokok) dengan
infertilitas pria (infertile dan fertile)?

Jawab :
No. Langkah Jawaban
1. Identifikasi variable dan skala pengukuran Variabel perilaku merokok dan tidak merokok
(kategorik) dengan infertilitas pria (kategorik)
2. Jenis hipotesis Hubungan antarvariabel kategorik dan kategorik
bisa korelatif atau komperatif. Peneliti memilih
korelatif karena keluaran yang diinginkan adalah
hubungan perilaku merokok dan infertilitas pria.
3. Jenis Komparatif Hubungan antarvariabel kategorik dan kategorik
adalah korelatif kategorik.
4. Berpasangan tidak berpasangan Tidak berpasangan karena memenuhi kriteria
“variable yang sama diambil dari subjek yang
sama atau dianggap sama”
5. Jumlah kelompok Dua kelompok dilihat dari jumlah kategorik,
yaitu pria merokok dan tidak merokok.
6. Jumlah pengukuran Dua kali
7. Kesimpulan Korelatif, kategorik, tidak berpasangan, dua
kelompok satu kali pengukuran
8. Analisis Bila sebaran normal dan varian sama, gunakan
uji t tidak berpasangan untuk varian sama
Bila sebaran normal dan varian berbeda, gunakan
uji t tidak berpasangan untuk varian berbeda
Bila sebaran tidak normal, lakukan transformasi
Analisis yang dilakukan bergantung pada sebaran
dan varian hasil transformasi
Bila sebaran tidak normal, gunakan uji Mann-
Whitney
6. Apakah terdapat hubungan antara perilaku merokok ibu (merokok dan tidak merokok) dengan
preeklamsia (terjadi preeklamsia, dan tidak terjadi preeklamsia)
Jawab :
Langkah-langkah yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut
No. Langkah Jawaban

1. Identifikasi variabel dan Perilaku merokok ibu (kategorik) dan preeklamsia


skala pengukuran (kategorik)
2. Jenis hipotesis Hubungan antar variabel kategorik dan kategorik adalah
hipotesis korelatif . Peneliti memilih korelatif karena
keluaran yang diinginkan adalah hubungan antara
perilaku ibu merokok dengan preeklamsia
3. Jenis korelatif Hubungan antarvariabel kategorik dan kategorik
adalah korelatif kategorik
4. Berpasangan-tidak Tidak berpasangan karena tidak memenuhi kriteria.
berpasangan “variabel yang sama diambil dari subjek yang lebih dari
satu”
5. Jumlah kelompok Dua kelompok dilihat dari jumlah kategori variabel
katagorik, yaitu merokok dan tidak merokok.
6. Jumlah pengukuran Satu kali.

7. Kesimpulan Korelatif katagorik tidak berpasangan dua kelompok satu


kali pengungkuran.
8. Analisis Bila sebaran normal dan varian sama,gunakkan uji t.
Tidak berpasangan untuk varia sama.
Bila sebaran normal dan varian berbeda, gunakkan uji t
tidak berpasangan untuk varian berbeda.
Bila sebaran tidak sama, lakukan transformasi.
Analisis yang dilakukan bergantung pada sebaran dan
varian hasil transformasi.
Bila sebaran tidak normal gunakkan uji Mann- whitney.
7. Apakah terdapat hubungan antara tingkat ekonomi (diatas garis kemiskinan dibawah garis
kemiskinan) dengan tingkat asupan makanan(lebih ,cukup, kurang) ?
Jawab:
No Langkah Jawaban
1 Identifikasi variable Variable di atas garis kemiskinan dan dibawah garis
dan sekala kemiskinan (kotegorikal)
pengukuran Tingkat asupan makanan (kategorikal)
2 Jenis hipotesis Hubungan antar variable kategorikal dan kategorikal bisa
korelatif karena keluaran yang di inginkan adalah hubungan.
3 Jenis korelatif Hubungan antara variable kategorikan dan variable kategorik
adalah korelatif kategorik
4 Berpasangan tidak Tidak berpasangankarena tidak memenuhi kriteria variable yang
berpasangan sama dan subjek yang sama.
5 Jumlah kelompok Dua kelompok dilihat dari jumlah kategorik variable kategorik
yaitu diatas garis kemiskinan dan dibawah garis kemiskinan.
6 Jumlah pengukuran Satu kali.
7 kesimpulan Korelatif kategorik tidak berpasangan dua kelompok satu kali
pengukuran.
8 Anilisis Bila sebaran normal dan variable sama, gunakan uji t tidak
berpasangan untuk varian sama.
Bila sebaran normal dan varian berbeda, gunakan uji t tidak
berpasangan untuk varian berbeda.
Bila sebaran tidak normal, lakukan transformasi.
Analisis yang dilakukan bergantung pada sebaran dan varian
hasil transformasi
Bila sebaran tidak normal, gunakan uji mann-whitney
8. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan (tinggi, sedang, rendah) dengan asupan kalori
(lebih, cukup, kurang)
No. Langkah Jawaban
1 Identifikasi variable dan skalaVariable tingkat pendidikan (kategorik) dan asupan
pengukuran kalori (kategorik)
2 Jenis hipotesis Hubungan antara variable kategorik dan kategorik bisa
korelatif dan korelatif. Peneliti memilih korelatif
karena keluaran yang diinginkan adalah hubungan
3 Jenis komparatif Hubungan antara kategorik dan kategorik adalah
korelatif katagorik
4 berpasangan-tidak berpasangan Tidak berpasangan karena tidak memenuhi kriteria
5 jumlah kelompok Tiga kelompok dilihat dari jumlah kategori variable
kategorik
6 Jumlah pengukuran Satu kali
7 Kesimpulan Korelatif katagorik tidak berpasangan dua kelompok
satu kali pengukuran
8 Analisis Bila sebaran normal dan variable sama, gunakan uji t
tidak berpasangan untuk varian sama.
Bila sebaran normal dan varian berbeda, gunakan uji t
tidak berpasangan untuk varian berbeda.
Bila sebaran tidak normal, lakukan transformasi.
Analisis yang dilakukan bergantung pada sebaran dan
varian hasil transformasi
Bila sebaran tidak normal, gunakan uji mann-whitney
9. Adakah korelasi antara kadar gula darah (skala pengukuran numerik) dengan kadar kolesterol (skala
pengukuran numerik)?
Jawab:
No. Langkah Jawaban
1. Identifikasi variabel Variabel kadar gula darah (numerik) dan kadar kolesterol (numerik)
dan skala pengukuran
2. Jenis hipotesis Hubungan antarvariabel numerik dan numerik bisa komparatif atau
korelatif. Peneliti memilih korelatif karena keluaran yang
diinginkan adalah hubungan kadar gula darah dengan kadar
kolesterol.
3. Jenis korelatif Hubungan antarvariabel numerik adalah korelatif numerik.
4. Berpasangan-tidak Berpasangan karena variabel yang sama diambil dari subyek yang
berpasangan sama.
5. Jumlah kelompok Satu kelompok
6. Jumlah pengukuran Satu kali.
7. Kesimpulan Korelatif numerik berpasangan satu kelompok satu kali pengukuran.
8. Analisis Bila sebaran normal dan varian sama, gunakan uji t tidak
berpasangan untuk varian sama.
Bila sebaran normal dan varian berbeda, gunakan uji t tidak
berpasangan untuk varian berbeda.
Bila sebaran tidak normal, lakukan transformasi.
Analisis yang dilakukan bergantung pada sebaran dan varian hasil
transformasi.
Bila sebaran tidak normal, gunakan uji Mann-Whitney.

Anda mungkin juga menyukai