Mata Merah Visus Normal
Mata Merah Visus Normal
PENDAHULUAN
Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar. Keluhan ini
timbul akibat ada perubahan warna bola mata yang sebelumnya putih menjadi merah.
Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui
bagian konjungtiva dan kapsul Tenon dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi
akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah.
Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi
pada peradangan mata akut, seperti : konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada
keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar. Sedangkan mata merah pada
konjungtiva akibat pelebaran pembuluh arteri konjungtiva posterior dan arteri siliar
anterior atau episklera.
o Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar
posterior longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus
siliar, yang memperdarahi iris dan badan siliar.
Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah juga dapat terjadi akibat
pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah diatas dan darah tertimbun di bawah
jaringan konjungtiva. Keadaan ini disebut sebagai perdarahan subkonjungtiva.
1
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang pada bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar
zeis pada pangkal rambut, kelenjar meibom pada tarsus.
Otot seperti : M.orbikularis okuli yang berjalan melingkar didalam kelopak atas
dan bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M.Rioland, M.Orbikularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N.Fasial. M.Levator palpebra,
yang berorgio pada annulus foramen orbita dan berinsersi M.Levator palpebra
terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N.III yang
berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
Didalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan Ikat dengan kelenjar
di dalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada margo palpebra.
Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
2
Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang
merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal Nervus V,
sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Film air mata berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk kedalam sakus
lakrimal melalui pungtum lakrimal. Pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata,
maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora.
3
Anatomi Konjungtiva
1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar di gerakan dari
tarsus.
2. Konjungtiva bulbi yang menutupi sclera dan mudah digerakan dari sklera di
bawahnya.
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata dibagian
depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk
dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
4
Bola mata di bungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yang mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa
di sebut juga perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea terdiri atas iris, badan sillier
dan koroid.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang mempunyai susunan 10 lapis. Retina
dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
KORNEA
Kornea (latin cornum= seperti tanduk ) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan terdiri atas lapis :
1. Epitel
Tebalnya 50µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih, yaitu sel basal, sel polygonal, sel gepeng.
Sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal
didepannya melalui dermosom dan macula okluden, ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
5
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen. Pada permukaan terlihat
seperti anyaman yang teratur. Keratosit merupakansel stroma kornae yang
merupakan fibroblast
4. Membrane Descement
5. Endotel
6
UVEA
Uvea terdiri dari iris, korpus silier dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan
vascular . tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sclera
IRIS
Secara histology iris terdiri dari stroma yang jarang dan diantaranya
terdapat lekukan –lekukan yang berjalan radier yang disebut kripta. Di dalam
stroma terdapat sel pigmen yang bercabang, banyak pembulluh darah dan serat
saraf . dipermukaan anterior ditutup oleh endotel terkecuali kripta, dimana
pembuluh darah dalam stroma dapat berhubunganb langsung dengan cairan coa,
yang memungkinkan cepatnya terjadi pengaliran makanan ke coa dan
sebaliknya.
Di bagian posterior dilapisi oleh dua epitel yang mrupakan lanjutan dari
epitel pigmen retina. Permukaan depan iris warnanya sangat bervariasi
tergantung pada sel pigmen yang bercabang yang terdapat didalam stroma.
Jaringan otot iris tersusun longgar dengan otot polos yang melingkar
pupil (m. Sfingter pupil ) terletak di dalam stroma dekat pupil dan di atur oleh
saraf parasimpatis (N. III) dan yang berjalan radial dari akar iris ke pupil
(m. dilatator pupillae) terletak di bagian posterior stroma dan diatur oleh saraf
simpatis.
7
cabang dari saraf cranial III yang bersifat simpatis untuk midriasis dan
parasimpatis untuk miosis.
BADAN SILIAR
Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke belakang sampai koroid terdiri
atas otot siliar dan prosesus siliar. Otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika
otot ini berkontraksi ai menarik prosesus siliar dan koroid kedapan dan ke dalam,
mengendorkan zonula zinni sehingga lensa menjadi lebih cembung.
8
KOROID
- koriokapiler
- suprakoroid
Pembuluh darah arteri berasal dari arteri siliais brevis yang mengandung
serat elastis dan khromatofor. Koroid melekat erat pada pinggir N.II dan berakhir
di oraserata.
LENSA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya kira-kira 4mm dan diameternya 9mm. Dibelakang iris.
9
Lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus silier. Disebelah
anterior lensa terdapat humor aquaeus, disebelah posteriornya vitreus. Kapsul lensa
adalah suatu membran yang semi permiabel ( sedikit lebih permeabel dari pada dinding
kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk.
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai zonula (zonula
zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke
dalam ekuator lensa.
kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung.
Terletak ditempatnya.
RETINA
Retina adalah selapis lembar tipis jaringan saraf yang semi transparan. Retina
merupakan reseptor yang menerima rangsangan cahaya.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan :
10
Lapisan serat saraf yang mengandung akson –akson sel ganglion yang berjalan
menuju kenervus optikus,
Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
Warna retina biasanya jingga dan kadana – kadang pucat pada anemia dan iskemia
dan merah pada hiperemia.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina seperti :
Tajam penglihatan
Penglihatan warna
Lapang pandang
11
Pemeriksaan obyektif adalah :
SARAF OPTIK
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut
saraf yaitu : saraf penglihatan dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik
menggambarkan gangguan yan diakibtakan tekanan langsung atau tidak langsung
terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi
penyaluran aliran listrik.
SKLERA
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular, sklera mempunyai
kekakuan tertantu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walau pun
sklera kaku dan tipisnya 1mm ia masih tahan terhadap kontusio trauma tumpul.
Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau merendah pada
eksoftalmos goiter, miotika dan maminum air banyak.
12
RONGGA ORBITA
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang
membentuk dinding orbita yaitu :
Lakrimal
Etmoid
Sfenoid
Frontal
Dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama – sama tulang
palatinum dan zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada keua sisi rongga hidung.
Dinding lateral orbita membentuk sudut 45°dengan dinding medialnya.
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik, arteri,
vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.
Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakimal (V),
saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen
(VI), dan arteri vena oftalmik.
13
Fisura orbita inferior terlatak didasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf
infra-orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan mata
tergantung pda letak dan umbu penglihatan sewaktu aksi otot.
14
Sekunder - intorsi dalam aduksi
Oblik inferior mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal, berinsersi
pada sklera posterir 2mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor,
bekarja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.
Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenoid diatas
foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol balik dan kemudian berjalan
diatas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian
temporal belakang bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf
troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat. Oblik superior
merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipis
Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior
dan bola mata atau sklera dan insersi 6mm di belakang limbus yang pada
persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood. Rektus
inferior dipersarafi oleh n.III
15
4. Otot Rektus Lateral
Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn diatas dan di bawah foramen
optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N.VI dengan menggerakan mata terutama
abduksi
Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf
optik yang sering memberikan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat
neuritis retrobulbar, dan berinsersi 5mm dibelakang limbus. Rektus medius
merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek.
Otot superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita superior
beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakkan
bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7mm di belakang
limbus dan dipersarafi cabang superir N.III.
16
BAB II
PEMBAHASAN
MATA MERAH VISUS NORMAL
PTERIGIUM
Definisi
Penyebab
Penyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling
umum adalah :
17
3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas,
angin, kekeringan dan asap.
Epidemiologi
Umum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis.
Gambar 2. Pterigium
Gejala
Gejalanya termasuk :
1. Mata merah
2. Mata kering
3. Iritasi
18
5. Sensasi seperti ada sesuatu dimata
Penatalaksanaan
Tidak diperlukan pengobatan karena bersifat rekuren terutama pada pasien yang
masih muda. Bila pterygium meradang dapat diberikan steroid atau tetes mata
dekongestan. Pengobatan pterygium adalah bersifat konservatif atau dilakukan
pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadi astgigmatisme ireguler atau
pterygium yang telah menutupi media penglihatan. Tindakan pembedahan kombinasi
autograph konjungtiva dan eksisi adalah suatu tindakan bedah plastic yang dilakukan
bila pterygium telah mengganggu penglihatan dan mengurangi risiko kekambuhan.
Pencegahan
Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin,
misalnya dengan memakai kacamata hitam.
PSEUDOPTERIGIUM
Gambar 3. Pseudopterigium
PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM
20
PINGUEKULA
Definisi
Patogenesis
Pengobatan
Pencegahan
Gambar 4. Pinguekula
21
HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA
Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam
waktu 1-3 minggu5.
EPISKLERITIS – SKLERITIS
Episkleritis
Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan
dengan bawaan penyakit rematik.
22
2. rasa sakit yang ringan
3. mengganjal
Bentuk radang yang terjadi pada episkleritis mempunyai gambaran khas, yaitu
berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah
konjungtiva. Bila benjolan ini ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak di atas
benjolan, akan memberikan rasa sakit yang menjalar ke sekitar mata. Pada episkleritis
bila dilakukan pengangkatan konjungtiva di atasnya, maka akan mudah terangkat atau
dilepas dari pembuluh darah yang meradang. Perjalanan penyakit ini mulai dengan
episode akut dan terdapat riwayat berulang dan dapat berminggu atau berbulan bulan.
Terlihat mata merah satu sektor yang disebabkan melebarnya pembuluh darah di
bawah konjungtiva. Pembuluh darah ini mengecil bila diberi fenil efrin 2,5% topikal.
Pada episkleritis jarang terlibat kornea dan uvea, penglihatan normal, dapat sembuh
sempurna atau bersifat residif yang menyerang tempat yang sama ataupun berbeda-beda
dengan lama sakit umumnya berlangsung 4-5 minggu. Penyulit yang dapat timbul
adalah terjadinya peradangan lebih dalam pada sklera yang disebut skleritis.
Gambar 5. Episkleritis
23
Skleritis
Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang
melapisi mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik.
Skleritis dibedakan menjadi :
Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya
mengenai sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.
2. Skleritis nodular
Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna
merah, berbeda dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.
3. Skleritis nekrotik
Gambar 6. Skleritis
Gejala
- Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu
yang kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.
24
- Fotofobia
- Mata berair
- Penglihatan menurun
Pengobatan
Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakit
yang mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.
KONJUNGTIVITIS
Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi, toksik, dan berkaitan
dengan penyakit sistemik .
LAKRIMASI ++ + +
25
ADENOPATI + Jarang -
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva
bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi
hari, pseodoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,
membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan
adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa
terbentuknya folikel pada konjungtiva.
Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari
gambaran klinisnya yaitu :
1. Konjungtivitis Kataral
3. Konjuntivitis Membran
4. Konjungtivitis Folikular
5. Konjungtivitis Vernal
6. Konjungtivitis Flikten
26
Konjungtivitis Kataral
Etiologi
Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti
bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula
menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula
disertai konjungtivitis.
Gambaran Klinis
Pengobatan
27
Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
Etiologi
Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang
berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua
kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok)
dan golongan klamidia (klamidia okulogenital)
Gambaran Klinis
Pengobatan
AB sistemik pd dewasa :
28
AB sistemik pd neonatus :
Konjungtivitis Membran
Etiologi
Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada
konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis,
yaitu membran dan pseudomembran.
Pengobatan
29
Konjungtivitis Folikular
1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi
Etiologi
Gambaran Klinis
Dapat mengenai anak-anak dan dewasa. Gejala radang mata timbul akut
dan selalu pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat
membesar dan nyeri tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal
hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada
akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di kornea. Pada
kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel.
Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir.
Gejala radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat
menetap berminggu-minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah
sembuhnya penyakit.
Pengobatan
30
2. Demam Faringo-Konjungtiva
Etiologi
Gambaran Klinis
Pengobatan
Etiologi
Gambaran Klinis
31
Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan
diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau
satu dua hari kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain. Penyakit ini
berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu.
Pengobatan
Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata
sulfasetamid atau antibiotik.
Etiologi
Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari. Konjungtivitis ini biasanya
mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang
dijumpai.
Gambaran Klinis
Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa
sakit.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder.
32
5. Inclusion Konjungtivitis
Etiologi
Gambaran Klinis
Pengobatan
6. Trachoma
Etiologi
Klamidia trakomatis
Gambaran Klinis
33
Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur
berwarna abu-abu
3. Stadium sikatriks
4. Stadium penyembuhan
Pengobatan
Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan.
Apabila perlu dapat diberikan juga sulfonamid oral.
Konjungtivitis Vernal
Etiologi
Gambaran Klinis
Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila
berada dilapangan terbuka yang panas terik.
34
Pengobatan
Konjungtivitis Flikten
Etiologi
Gejala
Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan
penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus
menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan
silau.
Pengobatan
35
Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan
terdapat infeksi bakteri sekunder.
KONJUNGTIVITIS SIKA
Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya
permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.
Etiologi
Manifestasi Klinis
Komplikasi
Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi
kornea.
Penatalaksanaan
Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang
mendasarinya. Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat
36
toksik bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi
bedah untuk mengurangi drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon.
37
BAB III
KESIMPULAN
Mata akan terlihat merah bila bagian putih mata atau sklera yang ditutup
konjungtiva menjadi merah. Pada mata normal, sklera berwarna putih karena dapat
terlihat melalui bagian konjungtiva. Hiperemia konjungtiva terajadi akibat bertambahnya
asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada
pembendungan pembuluh darah.
Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada
peradangan mata akut, misalnya konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis,
pleksus arteri perikornea yang lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma akut
kongestif. Pada konjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial yang melebar, maka
bila diberi efinefrin topikal terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan menjadi putih.
o Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar
posterior longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus
siliar, yang memperdarahi iris dan badan siliar.
38