Anda di halaman 1dari 30

MINI PROJECT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kematian janin dalam kandungan merupakan salah satu masalah yang ditemukan pada
saat hamil, keadaan ini dapat mengancam nyawa ibu. Kematian janin dalam kandungan apabila
tidak segera ditangani akan mengakibatkan ancaman bagi nyawa ibu. Biasanya ini terjadi pada
usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua (Chandra, 2010).
Kematian perinatal (lahir mati dan kematian neonatus) terjadi dalam 1% kehamilan.
Diperkirakan bahwa 10-25% kehamilan berakhir sebelum mencapai 28 minggu. Kematian janin
sebelum persalinan dimulai mungkin terdiagnosis ketika sang ibu tidak merasakan gerakan
janinya lagi atau gejala-gejala kehamilan meredup, yang pertama lebih sering di jumpai.
Kematian janin dalam kandungan / intra uterine fetal deadth (IUFD), merupakan
keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam
kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan
dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008 kematian perinatal adalah 400
per 100.000 orang atau sekitar 200.000 ribu orang pertahun sehingga kematian perinatal terjadi
1,2-1,5 menit. Kematian perinatal di Indonesia adalah yang tertinggi di antara negara-negara
ASEAN kejadian sekitar 15 kali di Malaysia.
Berdasarkan data dari Dinkes Provinsi terdapat sedikitnya 3.483 kasus kematian janin
dari 11.9437 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi, 2008). Kematian janin dapat terjadi akibat
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau infeksi yang tidak
terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.
Sebagian besar informasi yang mendasari terjadinya penyebab IUFD diperoleh dari audit
perinatal. Beberapa studi melaporkan penyebab spesifik IUFD, yaitu Intrauterine Growth
Restriction (IUGR), penyakit medis maternal, kelainan kromosom dan kelainan kongenital janin,
komplikasi plasenta dan tali pusat, infeksi, dan penyebab lain yang tidak dapat dijelaskan

[Type text] Page 1


Penyebab kematian pada janin kemungkinan besar akibat dari faktor maternal, dimana
usia ibu yang terlalu tua (> 35 tahun) (Sarah and Mcdonald, 2007). Edukasi pada pasien ini ialah
penjelasan mengenai program KB dan memotivasi ibu untuk mengikutinya, mengingat sudah
memiliki anak 2 dan usia.
Berdasarkan survey awal di Puskesmas Curup, pada tahun 2017 tercatat 5 kasus
kematian, diantaranya 2 kematian janin dalam rahim dan 3 lainnya merupakan kematian bayi
usia 0 hari sampai 12 bulan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kematian janin dalam kandungan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kematian janin dalam kandungan di
Puskesmas Curup tahun 2018 ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kematian janin dalam
kandungan di Puskesmas Curup tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kematian janin dalam
kandungan berdasarkan usia ibu
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kematian janin dalam
kandungan berdasarkan pekerjaan
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kematian janin dalam
kandungan berdasarkan tingkat pendidikan

[Type text] Page 2


1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Peneliti


Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai kematian janin
dalam kandungan.

1.4.2 Bagi Puskesmas


 Dapat dipakai sebagai masukan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan
pelayanan pada ibu hamil.
 Dapat memberikan intervensi yang tepat sebagai tindakan promotif dan preventif
dalam rangka menurunkan angka kematian janin dalam kandungan.

1.4.3 Bagi Masyarakat


Dapat memahami pentingnya kesadaran terhadap kesehatan selama kehamilan
sehingga dapat merencanakan kehamilan, memeriksakan kandungan, dan mempersiapkan
persalinan sesuai dengan kondisi fisik masing-masing.

1.4.4 Bagi Dinas Kesehatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi tambahan yang
bermanfaat sehingga dapat memberikan arahan dan kebijakan yang tepat untuk
mengurangi angka kematian janin dalam kandungan di Kota Curup.

[Type text] Page 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kematian Janin Dalam Rahim


1. Pengertian
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3
bulan, trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga daribulan ketujuh
sampai 9 bulan.
2. Etiologi
Lebih dari 50 persen kasus, etiologi kematian janin dalam rahim tidak ditemukan atau
belum diketahui penyebabnya dengan pasti. Beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan
kematian janin dalam rahim, antara lain :
a. Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta.
b. Preeklampsi dan eklampsia
c. Penyakit-penyakit kelainan darah.
d. Penyakit infeksi dan penyakit menular
e. Penyakit saluran kencing
f. Penyakit endokrin: diabetes mellitus
g. Malnutrisi
3. Diagnosis
a. Anamnesis
1.) Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat
berkurang.
2.) Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan
tidak seperti biasa.
3.) Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras danmerasa sakit-sakit seperti
mau melahirkan.
b. Inspeksi

[Type text] Page 4


Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu
yang kurus.
c. Palpasi
1) Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan-
gerakan janin.
2) Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
d. Auskultasi
Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak terdengar denyut
jantung janin (DJJ)
e. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam rahim.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonografi
Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin, seringkali tulang-
tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak sering dijumpai overlapping cairan
ketuban berkurang.
b. Rontgen foto abdomen
1) Tanda Spalding
Tanda Spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang tindih
(overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair, hal ini terjadi setelah bayi
meninggal beberapa hari dalam rahim.
2) Tanda Nojosk
Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling melenting (hiperpleksi).
3.) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
4.) Tampak udema di sekitar tulang kepala
c. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen.

[Type text] Page 5


5. Penanganan Kematian Janin Dalam Rahim
a. Penanganan Pasif
1) Menunggu persalinan spontan dalam waktu 2-4 minggu
2) Pemeriksaan kadar fibrinogen setiap minggu
b. Penanganan Aktif
1) Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan dilatasi atau
kuretase.
2) Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksi persalinan dengan
oksitosin.Untuk oksitosin diperlukan pembukaan serviks dengan pemasangan kateter
foley intra uterus selama 24 jam

B. Tinjauan Variabel Yang Diteliti


Menurut Wiknjosastro dalam buku Ilmu Kebidanan, kematian janin dalam rahim dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor janin dan faktor kelainan tali pusat.
Faktor ibu meliputi umur, paritas, pemeriksaaan antenatal, dan penyakit/penyulit kehamilan yang
diderita oleh ibu (anemia, pre eklamsia dan eklamsia, solusio plasenta, diabetes mellitus, rhesus
isi-imunisasi, infeksi dalam kehamilan, ketuban pecah dini dan letak lintang). Faktor janin yaitu
kelainan kongenital dan infeksi intranatal. Faktor kelainan tali pusat yaitu insersi tali pusat,
simpul tali pusat, dan lilitan tali pusat. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan factor ibu
sebagai variabel yang diteliti.
1. Faktor Ibu
a. Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. Umur yang
paling baik dan aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun.
Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan perkembangan dari organ-organ tubuh
terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat
mempengaruhi kehamilan yang tidak secara langsung dapat mempengaruhi kehidupan janin
dalam rahim.

[Type text] Page 6


Bertambahnya usia pada wanita mengakibatkan semakin berkurangnya jumlah sel telur,
usia diatas 35 tahun juga berpengaruh terhadap kemampuan rahim untuk menerima bakal janin
atau embrio. Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan
pada jaringan alat-alat rahim dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, ada kecenderungan
didapatkan penyakit lain didalam tubuh.
Umur dibawah 20 tahun atau terlalu muda secara fisik, kondisi rahim dan panggul belum
optimal sehingga dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada kehamilan, persalinan
dan nifas serta bayinya. Dalam kurun waktu reproduksi sehat ini sebagaian besar wanita dapat
menjalani masa kehamilan, persalinan, dan nifas dalam kondisi yang optimal sehingga ibu dan
bayinya dalam keadaan sehat.
Dengan kata lain, angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) ibu dan
bayi yang terjadi akibat kehamilan dan persalinan kelompok usia tersebut paling rendah
dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Selain itu, kehamilan remaja maupun kehamilan
yang dialami oleh wanita berusia lebih dari 35 tahun, terutama primipara mempunyai risiko yang
meningkat akan terjadinya retardasi pertumbuhan dalam rahim, gawat janin, dan kematian
intrauterine.
b. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh seorang ibu baik lahir hidup
maupun lahir mati. Jumlah persalinan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang
dilahirkan dengan berat badan > 500 gram atau umur kehamilan ≥ 22 minggu. Paritas terdiri atas
3 kelompok yaitu : (1) Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 paritas, (2)
Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-6 dan (3) Golongan grande
multiparaadalah golongan ibu dengan paritas > 6.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian ibu dan perinatal.
Banyak studi yangmenunjukkan bahwa kehamilan kedua dan ketiga adalah tidak paling
menyulitkan, sedang komplikasi meningkat setelah anak ketiga. Ibu hamil yang telah
melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara, mempunyai risiko tinggi dalam kehamilan
seperti hipertensi, plasenta previa, dan lain-lain yang akan dapat
mengakibatkan kematian janin

[Type text] Page 7


c. Pemeriksaan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam jiwa, oleh karena
itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal.
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan 1-3 bulan)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (umur kehamilan 4-6 bulan).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-9 bulan).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan sedini mungkin pada seorang wanita hamil
penting sekali sehingga kelainan-kelainan yang mungkin terdapat pada ibu hamil dapat diobati
dan ditangani dengan segera. Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan
dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam Rahim berguna untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi fundus uteri dan terdengar
atau tidaknya denyut jantung janin.
d. Penyulit / Penyakit
1.) Anemia
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat besi dalam jumlah
besar untuk pembuatan butir butir darah pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat zat besi. Jumlah
ini merupakan 1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan
bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila
persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan kelima sampai bulan keenam
kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya
terhadap hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam Rahim. Pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dapat digolongkan sebagai
berikut :
a. Normal : 11 gr%
b. Anemia ringan : 9-10 gr%
c. Anemia sedang : 7-8 gr%
d. Anemia berat : <7 gr%.

[Type text] Page 8


2.) Pre-eklampsi dan eklampsi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka
aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena
kekurangan oksigen terjadi gawat janin.
3.) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas
dari perlekatannya sebelum janin lahir. Solusio plasenta dapat terjadi akibat turunnya darah
secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke ruang intervirale maka terjadilah
anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini terjadi nekrotis, spasme hilang darah
kembali mengalir ke dalam intervilli, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuh,
mudah pecah terjadinya hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Sehingga
aliran darah ke janin melalui plasenta tidak ada dan terjadilah kematian janin.
4.) Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dengan ciri-ciri kekurangan
atau tidak terbentuknya insulin, akibat kadar gula dalam darah yang tinggi dan mempengaruhi
metabolisme tubuh secara menyeluruh dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin. Umumnya wanita penderita diabetes melahirkan bayi yang besar (makrosomia).
Makrosomia dapat terjadi karena glukosa dalam aliran darahnya, pankreas yang
menghasilkan lebih banyak insulin untuk menanggulangi kadar gula yang tinggi. Glukosa
berubah menjadi lemak dan bayi menjadi besar. Bayi besar atau makrosomia menimbulkan
masalah sewaktu melahirkan dan kadang-kadang mati sebelum lahir.
5.) Rhesus Iso-Imunisasi
Jika orang berdarah rhesus negatif diberi darah rhesus positif, maka antigen rhesus akan
membuat penerima darah membentuk antibodi antirhesus. Jika transfusi darah rhesus positif
yang kedua diberikan, maka antibodi mencari dan menempel pada sel darah rhesus negatif dan
memecahnya sehingga terjadi anemia ini disebut rhesus iso-imunisasi. Hal ini dapat terjadi
begitu saja di awal kehamilan, tetapi perlahan - lahan sesuai perkembangan kehamilan. Dalam
aliran darah, antibodi antihresus bertemu dengan sel darah merah rhesus positif normal dan
menyelimuti sehingga pecahmelepaskan zat bernama bilirubin, yang menumpuk dalam darah,

[Type text] Page 9


dan sebagian dikeluarkan ke kantong ketuban bersama urine bayi. Jika banyak sel darah merah
yang hancur maka bayi menjadi anemia sampai akhirnya mati.
6.) Infeksi dalam kehamilan
Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seorang ibu terhadap infeksi, namun
keparahan setiap infeksi berhubungan dengan efeknya terhadap janin. Infeksi mempunyai efek
langsung dan tidak langsung pada janin. Efek tidak langsung timbul karena mengurangi oksigen
darah ke plasenta. Efek langsung tergantung pada kemampuan organisme penyebab menembus
plasenta dan menginfeksi janin, sehingga dapat mengakibatkan kematian janinin utero.
7.) Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dan kematian
janin dalam rahim. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Kejadianketuban pecah
dini mendekati 10 persen semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu,
kejadiannya sekitar 4 persen.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban adalah
melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi
kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim,
persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan
kematian janin dalam rahim.
8.) Letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus dengan kepala
pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada letak lintang
denganukuran panggul normal dan cukup bulan, tidak dapat terjadipersalinan spontan. Bila
persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin. Bahu masuk ke
dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya.
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk
mengeluarkan janin, segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas antara dua
bagian ini makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik sehingga dapat
mengakibatkan kematian janin.

[Type text] Page 10


BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data primer berupa
kuesioner dengan wawancara dan data sekunder berupa Laporan Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) Puskesmas Perumnas Curup September 2018, buku KIA
subjek, dan dokumen formulir pemberitahuan kematian perinatal-neonatal poli KIA Puskesmas
Perumnas Curup. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ialah kuisioner yang digunakan
dalam penelitian serupa di Puskemas Bontang Utara I pada tahun 2015 dan telah tervalidasi.
Penelitian lapangan dilakukan dengan mendatangi rumah subjek yang diteliti secara door-to-
door untuk mengumpulkan data yang tertera pada kuesioner.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi target penelitian ini adalah semua kematian janin dalam rahim dan kematian bayi
(usia 0 hingga 12 bulan) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Perumnas dengan populasi
terjangkau berupa kematian janin dalam rahim dan bayi yang dilaporkan ke Puskesmas
Perumnas pada bulan Januari hingga September 2018. Metode pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh kematian janin dalam rahim dan bayi yang
dilaporkan. Berdasarkan Laporan Pemantauan Wilayah Setempat KIA Puskesmas Perumnas
hingga September 2018, didapatkan 5 sampel, terdiri dari 2 kematian janin.

3.2.1 Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi penelitian ini ialah semua kematian janin dalam rahim dan kematian bayi
yang dilaporkan di Puskesmas Perumnas Curup Januari–September 2018.

3.2.2 Kriteria Eksklusi


Kriteria eksklusi penelitian ini ialah subjek penelitian yang tidak berdomisili lagi di kota
Curup.

[Type text] Page 11


3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner yang
telah tervalidasi dan data sekunder berupa Laporan Pemantauan Wilayah Setempat KIA
Puskesmas Perumnas, buku KIA subjek, dan dokumen formulir pemberitahuan kematian
perinatal-neonatal poli KIA Puskesmas Perumnas Curup. Wawancara akan dilakukan dengan
tatap muka oleh peneliti sebagai dokter internsip yang bertugas di Puskesmas Perumnas Curup.

3.4 Variabel Penelitian


Variabel penelitian ini adalah kematian bayi dan faktor penyebab kematian bayi berupa
faktor maternal (usia, paritas, riwayat abortus, usia kehamilan saat kunjungan ANC pertama,
frekuensi ANC, riwayat imunisasi TT, sakit selama hamil, komplikasi selama hamil, kategori
risiko tinggi, peningkatan berat badan selama hamil, tingkat pengetahuan, dan sosio-ekonomi),
faktor neonatal (usia kehamilan saat dilahirkan dan berat badan lahir), dan faktor pelayanan
kesehatan dan proses persalinan (pemeriksaan laboratorium, skrining TORCH dan infeksi
menular seksual, persalinan, dan komplikasi peripartum).

3.5 Definisi Operasional


1. Kematian Bayi
Definisi : Kematian pada usia 0-12 bulan.
Alat ukur : Data sekunder laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS KIA) Puskesmas Perumnas Curup September 2018, buku KIA subjek, dan
dokumen formulir pemberitahuan kematian perinatal-neonatal poli KIA Puskesmas
Perumnas Curup.

2. Faktor Penyebab Kematian Bayi


Definisi operasional faktor penyebab kematian bayi disajikan dalam tabel di bawah ini.

[Type text] Page 12


Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Faktor Risiko Kematian Bayi

Variabel Definisi Operasional Skala Ukur Skala Analisis


Faktor Maternal
Usia ibu Usia ibu saat melahirkan anak Nominal 0= <20 tahun
terakhir 1= 20-35 tahun
2= >35 tahun
Paritas Frekuensi paritas ibu saat Ordinal 0= < 3 kali
melahirkan anak terakhir 1= > 3 kali
Riwayat Frekuensi abortus ibu saat Nominal 0= ada
abortus melahirkan anak terakhir 1= tidak ada
Usia Usia kehamilan ibu saat pertama kali Nominal 0= trimester 1
kehamilan periksa ANC 1= trimester 2
saat pertama 2= trimester 3
kali ANC
Frekuensi Jumlah kunjungan ANC selama ibu Nominal 0= tidak pernah
ANC hamil 1= < 4 kali
2= > 4 kali
Riwayat Riwayat imunisasi TT ibu seumur Nominal 0= pernah
imunisasi TT hidup 1= tidak pernah
Sakit selama Riwayat ibu sakit selama kehamilan Nominal 0= ya
hamil 1= tidak
Komplikasi Riwayat komplikasi ibu selama Nominal 0= ya
selama hamil kehamilan 1= tidak
Peningkatan Total peningkatan berat badan ibu Nominal 0= tidak naik
berat badan dari awal hamil hingga saat 1= naik, tidak sesuai berat
selama hamil persalinan ideal ibu hamil
2 = naik, sesuai berat ideal
ibu hamil

Faktor Fetal
Usia Usia kehamilan saat mengandung Ordinal 0 = kurang bulan
kehamilan bayi yang diteliti, mulai konsepsi (<38 minggu)
sampai melahirkan 1 = cukup bulan
(38-42 minggu)
2 = lebih bulan
(>42 minggu)
Berat badan Berat badan bayi segera setelah Ordinal 0 = normal (>2500g)
lahir dilahirkan yang dikelompokkan 1 = BBLR (1500-2500g)
berdasarkan ukuran WHO 2 = BBLSR (1000-1500g)
3 = BBLASR (<1000g)

[Type text] Page 13


Berat badan Berat badan bayi segera setelah Ordinal 1 = Kecil Masa Kehamilan
lahir sesuai dilahirkan yang dibandingkan 2 = Sesuai Masa Kehamilan
usia dengan usia kehamilan yang 3 = Besar Masa Kehamilan
kehamilan dikelompokkan berdasarkan kurva
grafik WHO

3.6 Analisis Hasil


Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif terhadap variabel yang tersedia
sehingga dapat memberikan gambaran hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan angka
kematian bayi sehingga dapat ditentukan faktor penyebab kematian bayi di Puskesmas Perumnas
Curup.

[Type text] Page 14


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Puskesmas


4.1.1 Demografi
Puskesmas Perumnas Curup berada di wilayah kecamatan Curup Tengah kabupaten
Rejang Lebong yang memiliki wilayah kerja meliputi 2 desa dan 7 kelurahan dari 9
desa/kelurahan yang ada. Satu desa merupakan desa dengan kriteria desa terpencil, yaitu desa
Air Merah. Luas wilayah kerja puskesmas Perumnas ialah 48,2 km2 merupakan daerah dataran
tinggi yang sebagian besar berupa lahan pertanian penduduk dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Kampung Delima
2. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Talang Rimbo Lama
3. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Curup Timur
4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Curup

4.1.2 Kependudukan
Jumlah pasti penduduk di wilayah kerja puskesmas Perumnas Curup sulit ditentukan
karena lamanya sistem pencatatan di desa dan adanya mobilisasi penduduk. Estimasi jumlah
penduduk di wilayah kerja puskesmas Perumnas sebesar 30649 jiwa. Kelurahan terpadat adalah
kelurahan Air Bang (6870 jiwa) dan terjarang adalah desa Air Merah (1261 jiwa). Perincian data
kependudukan wilayah kerja puskesmas ialah:
Jumlah penduduk : 30649 jiwa
Laki-laki : 13166 jiwa
Perempuan : 18383 jiwa
Jumlah KK : 7662 jiwa
Kepadatan : 3999 jiwa
Sex ratio : 1:1
Distribusi penduduk :
- 0-1 th : 1171 jiwa
- 1-5 tahun :1066 jiwa

[Type text] Page 15


- 6-10 tahun : 114 7 jiwa
- 11-19 tahun : 2063 jiwa
- 20-44 tahun : 5625 jiwa
- 45-49 tahun : 1015 jiwa
- 60-69 tahun : 621 jiwa
- diatas 70 tahun : 458 jiwa

4.1.3 Sosial Ekonomi


Penduduk di wilayah kerja puskesmas Perumnas Curup sebagian besar terdiri dari
suku asli daerah (Rejang Lebong) dan suku lainnya seperti Minang, Palembang dan lain-lain.
Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani dan pedagang. Tingkat pendidikan
masyarakat secara umum 75% pernah atau tamat SLTP. Perbedaan lingkungan dan budaya
di wilayah kerja puskesmas akan mempengaruhi peran serta masyarakat terhadap pelayanan
kerja puskesmas.

4.1.4 Sumber Daya Manusia dan Sarana Kesehatan


Sumber daya manusia (SDM) puskesmas Perumnas berjumlah 56 orang terdiri dari:
kepala puskesmas (1 orang), kepala tata usaha (1 orang), dokter umum (1 orang), perawat (9
orang), perawat ahli (6 orang), perawat terampil (8 orang), perawat gigi (1 orang), bidan (26
orang), SMF/DIII farmasi (1 orang), ahli nutrisi (1 orang), sopir (1 orang), penjaga
puskesmas (1 orang), petugas kebersihan (1 orang).
Sarana kesehatan yang ada di puskesmas Perumnas Curup berfungsi untuk menunjang
segala jenis kegiatan atau program yang ada. Fasilitas pelayanan meliputi:
- Puskesmas induk :1
- Puskesmas pembantu :2
- Posyandu : 15
- Poskesdes :2
- Pusling :1
- Puslingkap :-
- Sepeda motor :6

[Type text] Page 16


4.2 Hasil
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Curup pada September 2018.
Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
wawancara oleh dokter internsip selaku peneliti kepada ibu dengan bayi lahir mati dan bayi
meninggal usia 0-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Perumnas Curup tahun 2018,
sedangan data sekunder diperoleh dari laporan PWS KIA puskesmas Perumnas tahun 2018,
buku KIA subjek penelitian, dokumen formulir kematian perinatal-neonatal poli KIA
puskesmas Perumnas.
Berdasarkan laporan PWS KIA puskesmas Perumnas tahun 2018, terdapat 5 kasus
kematian bayi periode Januari hingga September 2018. Dua kasus merupakan kasus
kematian janin dalam rahim (IUFD/intrauterine fetal death). Tiga kasus lainnya merupakan
kematian bayi dengan usia di bawah 12 bulan.
Untuk memperkuat temuan data primer, peneliti juga melakukan cek silang data primer
dengan data sekunder dengan mencocokkan buku KIA subjek serta formulir kematian
perinatal-neonatal. Dalam penelitian ini, 2 subjek tidak dapat menunjukkan buku KIA.
4.2.1 Data Ibu
a. Usia Ibu
Usia ibu saat melahirkan Jumlah (n=5) Persentase (%)
<20 tahun 0 0,00
20-35 tahun 4 80,00
>35 tahun 1 20,00

Berdasarkan usia saat melahirkan anak terakhir, 80,00% ibu melahirkan anak terakhir
pada usia 20-35 tahun, 20% ibu melahirkan pada usia di atas 35 tahun. Usia tertinggi saat
melahirkan yaitu 42 tahun dan terendah pada usia 22 tahun. Pada penelitian ini mayoritas ibu
melahirkan pada rentang usia yang aman.

b. Riwayat Pendidikan Terakhir


Pendidikan Terakhir Jumlah (n=5) Persentase (%)
Tamat SD 2 40,00
Tamat SMP 1 20,00
Tamat SMA 2 40,00
Sarjana 0 0,00

[Type text] Page 17


Dari hasil data primer dan sekunder didapatkan 40% dari responden berstatus pendidikan
tamat SD, 20% dari responden dengan status pendidikan tamat SMP, 40% dari responden
berstatus pendidikan SMA.

c. Angka Paritas
Angka paritas (P) Jumlah (n=5) Persentase
P≤3 4 80,00
P >3 1 20,00

Karakteristik ibu berdasarkan angka paritas, yaitu mayoritas ibu (80,00%) telah
melahirkan anak tiga kali dan atau kurang dari tiga kali, sedangkan ibu yang telah melahirkan
anak lebih dari tiga kali hanya satu subjek.

d. Riwayat Abortus
Riwayat Abortus Jumlah (n=5) Persentase
Ada 1 20,00
Tidak ada 4 80,00

Berdasarkan ada atau tidak ada riwayat abortus sebelum kehamilan terakhir, 80,00% ibu
tidak memiliki riwayat abortus dan 20,00% ibu pernah mengalami abortus yaitu satu kali
dalam kehamilan.

4.2.2 Data Kehamilan Ibu


a. Riwayat Sakit Selama Hamil
Riwayat sakit selama hamil Jumlah (n=5) Persentase
Ya 0 00,00
Tidak 5 100,00

Dari data primer dan sekunder didapatkan keseluruhan koresponden tidak memiliki
riwayat sakit selama hamil.

b. Komplikasi Selama Hamil


Komplikasi selama hamil Jumlah (n=5) Persentase
Ya 2 40,00
Tidak 3 60,00

[Type text] Page 18


Ibu yang tidak mengalami komplikasi selama kehamilan anak terakhir berjumlah 3 orang
(60,00%) dan 40,00% lainnya mengeluhkan adanya komplikasi selama hamil anak terakhir.
Komplikasi yang dialami yaitu hiperemesis gravidarum (2 ibu).

c. Komplikasi pada Kehamilan Sebelumnya


Komplikasi pada kehamilan Jumlah Persentase
sebelumnya (n=5)
Ya 0 0,00
Tidak 5 100,00

Didapatkan dari seluruh responden tidak memiliki komplikasi pada kehamilan


sebelumnya.

4.2.3 Tingkat Pengetahuan Ibu


Tingkat pengetahuan ibu dinilai dari hasil jawaban ibu mengenai pertanyaan seputar
kehamilan, persalinan, dan perawatan bayi baru lahir. Berdasarkan jawaban tersebut, ibu
dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu ibu yang memiliki pengetahuan kurang (jawaban
benar kurang dari 55%), cukup (jawaban benar 55-75%), dan baik (jawaban benar lebih dari
75%).
Tingkat Pengetahuan Ibu Jumlah (n=5) Persentase
Kurang 5 100,00
Cukup 0 0,00
Baik 0 0,00

Pada penelitian ini, semua ibu dikategorikan dalam ibu dengan pengetahuan kurang
(100,00%).

[Type text] Page 19


4.2.4 Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
Frekuensi ANC Jumlah (n=5) Persentase
Tidak pernah 0 0,00
<4 kali 1 20,00
≥4 kali 4 80,00
Umur kehamilan saat ANC pertama
Trimester 1 5 100,00
Trimester 2 0 0,00
Trimester 3 0 0,00

Berdasarkan data primer dan sekunder, 4 subjek melakukan ANC ≥4 kali, sedang satu
subjek hanya melakukan 2x ANC (<4 kali).
Seluruh ibu dalam penelitian ini, melakukan pemeriksaan kehamilan saat trimester
pertama dengan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan setiap bulannya. Mayoritas ibu
melakukan pemeriksaan dengan tenaga kesehatan yaitu bidan.

4.2.5 Status Gizi Ibu


Peningkatan berat badan ibu Jumlah (n=5) Persentase
Tidak naik 0 0,00
Naik, tidak sesuai berat ideal ibu 4 80,00
hamil
Naik, sesuai berat ideal ibu 1 20,00
hamil

Pada penelitian ini, semua ibu mengalami peningkatan berat badan selama hamil. Namun,
sebagian besar ibu (80,00%) mengalami peningkatan berat badan yang tidak sesuai dengan
peningkatan berat badan ideal ibu hamil atau dengan kata lain ibu mengalami peningkatan berat
badan kurang dari 8 kg selama kehamilan. Hanya 20,00 % ibu yang mengalami peningkatan
berat badan sesuai dengan berat badan ideal untuk ibu hamil.

4.2.6 Status Imunisasi Tetanus


Status imunisasi tetanus Jumlah (n=5) Persentase
Pernah imunisasi 4 80,00
Tidak pernah imunisasi 1 20,00

[Type text] Page 20


Satu subjek dalam penelitian ini tidak pernah melakukan imunisasi tetanus. Sedangkan 4
subjek lainnya pernah mendapatkan imunisasi tetanus termasuk di dalamnya imunisasi tetanus
yang telah lengkap dan belum lengkap.

4.2.7 Pemeriksaan Laboratorium


Skrining TORCH Jumlah (n=5) Persentase
Ya 0 0,00
Tidak 5 100,00
Skrining IMS
Ya 4 80,00
Tidak 1 20,00
Pemeriksaan Hb
Ya 4 80,00
Tidak 1 20,00

Semua ibu tidak pernah menjalani skrining TORCH dan hanya 4 ibu yang melakukan
pemeriksaan IMS. Sama halnya dengan pemeriksaan laboratorium (mencakup pemeriksan
Hb), 1 ibu tidak menjalani pemeriksaan laboratorium selama hamil.

4.2.8 Data Bayi


Jenis kelamin bayi Jumlah (n=5) Persentase
Laki-laki 5 100,00
Perempuan 0 0,00

Berdasarkan data primer dan sekunder semua bayi lahir berjenis kelamin laki-laki.
4.2.9 Usia Kehamilan
Usia kehamilan Jumlah (n=5) Persentase
Kurang bulan (<38 minggu) 2 40,00
Cukup bulan (38-42 minggu) 3 60,00
Lebih bulan (>42 minggu) 0 0,00

Dari hasil wawancara dan data sekunder berupa formulir laporan kematian perinatal-
neonata, dua bayi lahir kurang bulan (40,00%) dan 3 bayi lahir cukup bulan (60,00%)

[Type text] Page 21


4.2.10 Berat badan lahir
Berat badan lahir Jumlah Persentase
(n=5)
>2.500 gram (normal) 2 40,00
1.500 - 2.500 gram (BBLR) 2 40,00
1.000-1.500 gram (BBLSR) 1 20,00
<1.000 gram (BBLASR) 0 0,00

Berdasarkan kuesioner, 2 dari responden memiliki bayi dengan berat lahir normal >2.500
gram (40%), 2 dari responden dengan berat badan lahir rendah 1.500-2.500 gram (40%), dan
1 dari responden dengan berat badan lahir sangat rendah <1.000 gram (20%).

4.2.11 Berat badan sesuai usia kehamilan


Berat badan lahir sesuai usia kehamilan Jumlah Persentase
(n=5)
Kecil masa kehamilan (KMK) 2 40,00
Sesuai masa kehamilan (SMK) 3 60,00
Besar masa kehamilan (BMK) 0 0,00

Dua subjek penelitian dengan status kehamilan kecil masa kehamilan (40%) dan 3
subjek penelitian dengan status kehamilan sesuai masa kehamilan(60%).

4.3. Pembahasan
4.3.1 Faktor Maternal
Faktor maternal yang menjadi variabel penelitian ini antara lain meliputi usia ibu, status
paritas, riwayat abortus, riwayat sakit selama hamil, komplikasi selama hamil, jarak kelahiran
dengan anak sebelumnya, status imunisasi tetanus, peningkatan berat badan ibu selama hamil,
frekuensi ANC, umur kehamilan saat pertama kali diperiksa, dan merupakan kehamilan yang
direncanakan atau tidak. Selain itu, sosio-ekonomi dan pengetahuan ibu tentang kehamilan
dan persalinan termasuk dalam faktor maternal yang menjadi variabel dalam penelitian ini.

a. Usia Ibu
Berdasarkan usia saat melahirkan anak terakhir, 80,00% ibu melahirkan anak terakhir
pada usia 20-35 tahun, 20% ibu melahirkan pada usia di atas 35 tahun. Usia tertinggi saat

[Type text] Page 22


melahirkan yaitu 42 tahun dan terendah pada usia 22 tahun. Pada penelitian ini mayoritas ibu
melahirkan pada rentang usia yang aman.
Dalam kasus kematian janin dalam rahim dan kematian bayi yang dilaporkan di
Puskesmas Perumnas Curup tahun 2017 satu kasus ibu melahirkan pada usia 42 tahun (>35
tahun) memiliki komplikasi bayi lahir mati. Literatur juga telah menunjukkan bahwa ibu
hamil yang berusia di atas 35 tahun memperlihatkan peningkatan bermakna risiko kejadian
hipertensi, diabetes, solusio plasenta, persalinan prematur, lahir mati, dan plasenta previa.
Pada satu kasus ibu dengan usia melahirkan 42 tahun dan janin lahir mati, risiko penyakit
yang terjadi seperti hipertensi pada kehamilan, diabetes dan lainnya tidak diketahui karena ibu
jarang memeriksakan kehamilan sehingga ibu tidak mengetahui bahwa kehamilan pada usia
>35 tahun merupakan kehamilan risiko tinggi. Pada keterangan ibu dan formulir kematian
prenatal-neonatal, kemungkinan penyebab kematian janin ialah infeksi ditandai dengan
ketuban kental hijau dan berbau.

b. Angka Paritas
Karakteristik ibu berdasarkan angka paritas, yaitu mayoritas ibu (80,00%) telah
melahirkan anak tiga kali dan atau kurang dari tiga kali, sedangkan ibu yang telah melahirkan
anak lebih dari tiga kali hanya satu subjek.
Paritas yang aman terhadap ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun
janin adalah sekitar 2-3 paritas. Ibu dengan paritas lebih dari 5 kali atau grandemultipara akan
memiliki risiko tinggi terjadinya komplikasi seperti hipertensi, plasenta previa dan komplikasi
lain yang dapat menyebabkan kematian janin. Satu ibu dengan riwayat paritas 5 kali
mengalami komplikasi kematian janin dalam rahim.

c. Riwayat Abortus
Berdasarkan ada atau tidak ada riwayat abortus sebelum kehamilan terakhir, 80,00% ibu
tidak memiliki riwayat abortus dan 20,00% ibu pernah mengalami abortus yaitu satu kali
dalam kehamilan. Riwayat abortus yang menyebabkan risiko mortalitas dan morbiditas pada
kehamilan yaitu recurrence pregnancy loss yaitu pasien dengan riwayat abortus > 2 kali.
Penyebab abortus berulang ini antara lain kelainan genetik (biasanya dengan trisomi), usia,
antiphospholipid syndrome (APS), anomali uterus, trombofilia, gangguan hormonal atau

[Type text] Page 23


metabolik, infeksi, autoimunitas, dan lifestyle. Dalam wawancara pada ibu penyebab abortus
pada kehamilan sebelumnya tidak diketahui. Adapun dalam penelitian ini, tidak ditemukan
adanya riwayat abortus berulang sehingga tidak menjadi risiko morbiditas dan mortalitas
kehamilan.

d. Riwayat Sakit Selama Hamil


Seluruh sebjek penelitian (100,00%) tidak pernah mengeluhkan adanya penyakit selama
hamil, dan mengatakan hanya demam biasa. Satu subjek penelitian dengan bayi mati
intrauterine jarang melakukan ANC (2 kali) tidak diketahui riwayat penyakit selama hamil.

e. Komplikasi Selama Hamil


Ibu yang tidak mengalami komplikasi selama kehamilan anak terakhir adalah
berjumlah 3 orang (60,00%) dan 40,00% lainnya mengeluhkan adanya komplikasi selama
hamil anak terakhir. Komplikasi yang dialami yaitu hiperemesis gravidarum (2 ibu).
Hiperemesis gravidarum merupakan kondisi mual dan muntah yang parah selama
kehamilan, biasanya terjadi di trimester pertama akibat tingginya β-hCG pada ibu hamil.
Hiperemesis gravidarum terdiri dari beberapa derajat, dan pada derajat yang parah dapat
menyebabkan dehidrasi hebat, imbalans elektrolit, gangguan intake makanan dan nutrisi, serta
gangguan metabolisme sehingga dapat berujung pada kelahiran prematur dan BBLR. Pada
penelitian ini, dua orang ibu hamil memiliki riwayat hiperemesis gravidarum derajat ringan-
sedang namun tidak sampai dirawat inap.

f. Frekuensi ANC
Mayoritas ibu atau 80,00% ibu dalam penelitian ini memeriksakan kehamilannya lebih
dari 4 kali, sedangkan 20,00% atau 1 subjek penelitian memeriksakan kehamilan kurang dari
4 kali pemeriksaan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC yang dilakukan
oleh ibu hamil, yaitu faktor internal dan faktor eksternak. Faktor internal terdiri dari usia,
pendidikan dan sikap, sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah ekonomi, sosial,
budaya, geografis, dan informasi.

[Type text] Page 24


g. Usia Kehamilan saat ANC Pertama
Seluruh ibu dalam penelitian ini, melakukan pemeriksaan kehamilan saat trimester
pertama dengan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan setiap bulannya. Dalam penelitian
ini hanya ada satu subjek yang jarang melakukan pemeriksaan kehamilan (2x selama hamil).
Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang terencana berupa observasi,
edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, yang diberikan oleh tenaga kesehatan dengan
frekuensi kunjungan paling sedikit empat kali. Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan
komponen pelayanan antenatal yang berkualitas sebagai berikut: (i) pengukuran tinggi dan
berat badan, (ii), pengukuran tekanan darah, (iii) tablet besi, (iv) imunisasi tetanus toksoid, (v)
pemeriksaan perut, (vi) pemeriksaan sampel darah dan urin, (vii) informasi tentang tanda-
tanda komplikasi kehamilan. Pada penelitian ini, mayoritas subjek melakukan kunjungan
pertama di trimester I kemungkinan menunjukkan pengetahuan ibu yang baik mengenai
tanda-tanda kehamilan.

h. Peningkatan Berat Badan Ibu


Berdasarkan Panduan Praktik Klinis (PPK) bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer, pertambahan berat badan sesuai minimal 8 kg selama kehamilan atau
bertambah 1 kg setiap bulan (Depkes, 2014). Pada penelitian ini, semua ibu mengalami
peningkatan berat badan selama hamil. Namun, sebagian besar ibu (80,00%) mengalami
peningkatan berat badan yang tidak sesuai dengan peningkatan berat badan ideal ibu hamil
atau dengan kata lain ibu mengalami peningkatan berat badan kurang dari 8 kg selama
kehamilan. Hanya 20,00 % ibu yang mengalami peningkatan berat badan sesuai dengan berat
badan ideal untuk ibu hamil.
Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, bayi yang dilahirkan memiliki berat lahir rendah,
gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, serta meningkatkan risiko kesakitan dan
kematian

i. Imunisasi Tetanus
Satu subjek dalam penelitian ini tidak pernah melakukan imunisasi tetanus. Sedangkan
4 subjek lainnya pernah mendapatkan imunisasi tetanus termasuk di dalamnya imunisasi

[Type text] Page 25


tetanus yang telah lengkap dan belum lengkap. Imunisasi tetanus ditujukan untuk mencegah
terjadinya tetanus pada bayi baru lahir. Spora tetanus dapat masuk melalui luka terbuka pada
kulit dan dapat masuk melalui tali pusat bayi baru lahir bila dipotong dengan peralatan yang
tidak steril.

j. Tingkat Pengetahuan Ibu


Tingkat pengetahuan ibu dinilai dari hasil jawaban ibu mengenai pertanyaan seputar
kehamilan, persalinan, dan perawatan bayi baru lahir. Berdasarkan jawaban tersebut, ibu
dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu ibu yang memiliki pengetahuan kurang (jawaban
benar kurang dari 55%), cukup (jawaban benar 55-75%), dan baik (jawaban benar lebih dari
75%). Pada penelitian ini, semua ibu dikategorikan dalam ibu dengan pengetahuan kurang
(100,00%).

4.3.2 Faktor Fetal


Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis kelamin bayi, usia janin dalam
kandungan, dan berat badan lahir. Seluruh kematian adalah berjenis kelamin laki-laki dengan
umur janin kurang bulan sebanyak 2 kasus dan cukup bulan 3 kasus. Tidak ada bayi pada
penelitian ini yang dilahirkan setelah lebih bulan dalam kandungan.
Berdasarkan berat lahir 2 kasus memiliki berat badan lahir normal, sedang 3 kasus
lainnya merupakan bayi dengan berat badan lahir rendah dan sangat rendah.

Ringkasan Faktor Penyebab Kematian Janin dalam Rahim dan Kematian Bayi di
Wilayah Puskesmas Perumnas Curup tahun 2018
Subjek Penelitian Penyebab Kematian Faktor –Faktor Penyebab
Kasus I IUFD -Riwayat komplikasi kehamilan: hiperemesis
gravidarum
-berat badan naik tidak sesuai
-Pengetahuan ibu tentang kehamilan, ANC, tanda
bahaya kehamilan kurang dipengaruhi tingkat
pendidikan
- Tidak melakukan skrining TORCH

Kasus II Anencephali -Riwayat komplikasi kehamilan: hiperemesis


gravidarum
-berat badan naik tidak sesuai

[Type text] Page 26


-Pengetahuan ibu tentang kehamilan, ANC, tanda
bahaya kehamilan kurang, dipengaruhi tingkat
pendidikan
- Tidak melakukan skrining TORCH
-Berat badan lahir rendah, kurang bulan
Kasus III Bronchopneumonia - Pengetahuan ibu tentang kehamilan, ANC,
tanda bahaya kehamilan kurang dipengaruhi
tingkat pendidikan
-Berat badan lahir rendah
-Faktor infeksi post-natal
Kasus IV Palatoschisis + -Pengetahuan ibu tentang kehamilan, ANC,
Atresia Ani tanda bahaya kehamilan kurang dipengaruhi
tingkat pendidikan
-Tidak melakukan skrining TORCH
Kasus V IUFD -Usia risiko tinggi >35 tahun
-Grandemultipara
-Tidak melakukan ANC rutin
-Tidak melakukan pemeriksaan
laboratorium, skrining TORCH, IMS
-Tidak mendapat imunisasi TT
-Pengetahuan ibu tentang kehamilan, ANC,
tanda bahaya kehamilan kurang dipengaruhi
tingkat pendidikan
-Ketuban pecah dini, hijau dan berbau
-Berat badan lahir sangat rendah, kurang
bulan

[Type text] Page 27


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dari 5 kematian anak yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Curup Tahun 2018,
2 kasus adalah kematian janin dalam rahim dan 3 kasus adalah kematian bayi usia 0-12
bulan.
2. Penyebab kematian janin dalam rahim dan bayi yang dilaporkan antara lain kelainan bawaan
(2 bayi), infeksi (1 bayi), 2 (imaturitas organ/prematur)
3. Faktor maternal yang menjadi faktor penyebab kematian janin dalam rahim dan kematian
bayi adalah tingkat pengetahuan ibu yang kurang tentang kehamilan. Ditinjau dari faktor
fetal yang berperan, dari 5 kasus yang diteliti, 2 bayi lahir prematur dengan berat badan lahir
rendah.
4. Dalam hal pengetahuan, semua ibu memiliki pengetahuan kurang. Dari segi pelayanan
kesehatan semua ibu tidak menjalani skrining TORCH, dan dari keseluruhan ibu, satu ibu
tidak menjalani pemeriksaan laboratorium, skrining IMS, dan tidak mendapat imunisasi TT
serta tidak memeriksakan kehamilan rutin dengan kehamilan risiko tinggi (usia 42 tahun).

5.2 Saran
1. Melakukan penelitian analitik komparatif atau korelatif atau kualitatif lebih lanjut untuk
mendeterminasi faktor-faktor apa yang paling berperan dalam peningkatan angka kematian
janin dalam rahim dan bayi, dengan jumlah sampel lebih besar. Selain itu penelitian lebih
lanjut dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam dari segi fasilitas
kesehatan, pemerintah, dan masyarakat (lebih banyak informan).
2. Menjaring pasangan calon pengantin, terutama saat dilakukan imunisasi tetanus, untuk
mengikuti konseling pra-nikah.
3. Meningkatkan kualitas pelaksanaan ANC di semua fasilitas kesehatan wilayah Puskesmas
Perumnas Curup, dengan:
a. Menjaring, menskrining ibu hamil berisiko tinggi, dan melakukan asuhan serta rujukan
terarah sesuai indikasi.

[Type text] Page 28


b. Mewajibkan setiap ibu hamil untuk pemeriksaan laboratorium (darah lengkap dan urin
lengkap) minimal sekali selama kehamilan, terutama di trimester pertama.
c. Merekomendasikan pemeriksaan TORCH dan IMS bagi ibu hamil berdasarkan faktor
risiko tinggi dan riwayat persalinan .
d. Konseling gizi ibu hamil untuk mengejar target peningkatan berat badan sesuai usia
kehamilan dan indeks massa tubuh.
e. Edukasi mengenai kehamilan (terutama kehamilan risiko tinggi dan tanda bahaya
kehamilan), tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan tanda bahaya neonatus untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil terkait kehamilannya

[Type text] Page 29


DAFTAR PUSTAKA

Agus Riyanto (2009). Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Arikunto, S (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S (2002).Sikap manusia teori dan pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, (2007). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Jakarta : EGC

Prabumurti, P. Analisis Faktor Risiko Status Kematian Neonatal, (2008). Studi Kasus Kontrol di

Kecamatan Losari Kabupaten Brebes Tahun 2006. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 3.

Rukminto Adi, et al.(2009). Pemasyarakatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak

Sulistyawati, (2009) Ari. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta; Salemba Medika.

Saifuddin. A, B, (2006) Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatus, Jakarta : YHB-SP.

WHO. Trend in Mortality 1990 to 2008. Geneva.(2010) WHO-UNICEF-UNFPA.

[Type text] Page 30

Anda mungkin juga menyukai