Oleh:
dr. Irwan Tan Sani
dr. Putri Ananda Tumanggor
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi Puskesmas
• Mengetahui tingkat kepatuhan penderita TB paru selama
pengobatan sehingga Puskesmas diharapkan mampu memberikan
pengobatan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) yang lengkap
untuk menunjang tingkat kepatuhan pengobatan TB Paru di
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
• TB Paru adalah penyakit menular melalui udara
(droplet) yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis
(Mycobacterium Tuberculosis).
• Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Kulit : TB Kulit
Tulang & Sendi : TB tulang & sendi / Spondilitis TB
Otak & saraf : Meningitis TB
Mata : TB Mata
PATOFISIOLOGI
• Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar
pertama kali dengan kuman Tuberkulosis yang
terhirup sampai di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Adanya infeksi dapat
dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberculin dari negatif menjadi positif.
• Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari
bakteri dan besarnya respon imunitas. Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut
dapat menghentikan perkembangan kuman TB
Paru. Namun bakteri dapat menetap (persisten
atau dormant).
GEJALA
• Batuk berdahak >3 minggu
• Batuk dahak bercampur darah
• Batuk darah
• Sesak nafas dan nyeri dada
• Badan lemah, nafsu makan menurun, berat
badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan, demam atau meriang lebih dari
sebulan.
TIPE PENDERITA
• Baru : Penderita yang belum pernah diobati dengan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah meminum OAT kurang dari satu
bulan (4 minggu).
• Kambuh : Penderita Tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan Tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, di diagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
• Putus berobat : Penderita yang telah minum obat lebih dari 1 bulan dan
putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
• Gagal : Penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
• Pindahan : Penderita yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB
lain untuk melanjutkan pengobatannya.
• Lain-lain : Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu penderita dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
Pemeriksaan
• Tes Mantoux
• Pemeriksaan dahak ( sewantu-pagi-sewaktu)
• Foto Rontgen Dada
Pengobatan Tuberkulosis Paru
Pengobatan TB Paru dilakukan dalam 2 tahap, yaitu
tahap Intensif dan Lanjutan.
Tahap awal (Intensif)
• Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat
setiap hari
• Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat,
biasanya penderita menjadi tidak menularkan dalam
kurun waktu 2 minggu.
Tahap Lanjutan
• Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat
lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih
lama.
• Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Berat Badan Tahap Intensip Tiap Hari Tahap Lanjutan 3 kali seminggu
selama 56 Hari (RHZE) selama 16 minggu (RH)
KATEGORI I
2(RHZE)/ 4(RH)3
Table 2,1 Pengobatan Kategori I 30-37 kg 2 Tab 4 KDT 2 Tab 2 KDT
Jenis Penelitian
• Penelitian yang akan dilakukan merupakan
penelitian deskriptif untuk mengetahui
gambaran kepatuhan pasien tuberkulosis paru
di Puskesmas Perumas.
Kriteria Eksklusi
• Pasien dengan disabilitas atau gangguan kesehatan mental sehingga tidak
cakap untuk menjawab pertanyaan dan/atau kesulitan berkomunikasi.
Variabel Penelitian
• Variabel pada penelitian ini adalah pasien tuberkulosis dan faktor predisposisi kepatuhan berobat.
Adapun faktor predisposisi yang dinilai pada penelitian ini mencakup sosiodemografi, pengetahuan
tentang penyakit TB Paru.
Definisi Operasional
Tuberkulosis
• Definisi : Penyakit infeksi kronis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang aktif secara klinis, ditandai adanya batuk produktif yang lama, penurunan berat
badan, dengan tanda dan gejala khas TB lainnya.
• Alat ukut : Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
• Cara Ukur : Diagnosis tuberkulosis pada individu dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologik (hapusan sputum, kultur), foto rontgen
toraks, dan bisa juga pemeriksaan PCR.
• Hasil Ukur :Anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan temuan yang mendukung atau
tidak mendukung, adanya gejala klinis TB , Hapusan sputum: BTA positif atau BTA negatif, Radiologi:
Ada gambaran lesi tuberkulosis yang mendukung diagnosis TB atau tidak ada.
Kepatuhan Pengobatan TB
• Definisi : Perilaku pasien dalam menjalani pengobatan TB yang sesuai dengan anjuran,
baik jumlah obat, aturan dan frekuensi minum obat, durasi pengobatan serta jadwal kontrol ulang
dan jadwal pemeriksaan dahak yang menunjang untuk evaluasi pengobatan.
• Alat Ukur : Kuisioner
• Cara Ukur : Wawancara, mengisi kuisioner
• Hasil Ukur : Patuh : jika responden memenuhi seluruh kriteria kepatuhan ,
Tidal patuh : jika responden gagal memenuhi seluruh kriteria kepatuhan diatas
Faktor Sosiodemografis
Jenis kelamin
• Definisi : jenis kelamin responden penelitian
• Kategori: 1. Laki-laki
2. Perempuan
Usia
• Definisi : usia responden yang dihitung berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya
• Kategori: 1. 15 – 24 tahun
2. 25 – 35 tahun
3. 45 – 44 tahun
4. 45 – 55 tahun
5. >55 tahun
Pendidikan
• Definisi : pendidikan terakhir yang ditamatkan responden penelitian
• Kategori: 1. Tidak sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. D3/S1/S2/S3
Pekerjaan
• Definisi : jenis pekerjaan responden penelitian
• Kategori: 1. Tidak bekerja
2. Pelajar/mahasiswa
3. Pegawai
4. Wirausaha
5. Ibu rumah tangga
6. Lain-lain
Pengetahuan Responden
• Definisi : hal-hal yang diketahui oleh responden, dalam hal ini mengenai
penyakit dan cara pengobatan TB paru, yang meliputi (1) pengertian, (2)
penyebab penyakit, (3) gejala dan tanda, (4) cara penularan, (5) cara
menghindari penularan, (6) lama pengobatan, (7) akibat pengobatan tidak
teratur, (8) rumah yang layak bagi penderita, (9) jumlah butir obat yang
diminum (10) waktu minum obat yang dianjurkan, (11) cara minum obat,
• Kategori :
– Sangat baik: jika responden menjawab dengan benar 9 sampai
11 pertanyaan mengenai penyakit dan pengobatan TB paru.
– Baik : jika responden menjawab dengan benar 7 sampai 8
pertanyaan mengenai penyakit dan pengobatan TB paru.
– Cukup : jika responden menjawab dengan benar 5 sampai 6
pertanyaan mengenai penyakit dan pengobatan TB paru.
– Kurang : jika responden hanya menjawab dengan benar 3
sampai 4 pertanyaan mengenai penyakit dan pengobatan TB
paru.
– Buruk : jika responden tidak dapat menjawab semua
pertanyaan atau minimal menjawab 2 pertanyaan mengenai
penyakit dan pengobatan TB paru dengan benar.
Cara Kerja / Cara Pengumpulan Data
Pengambilan sampel
• Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
total sampling, semua pasien TB di Puskesmas Perumnas yang
memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian.
Cara Pengumpulan Data
• Semua partisipan yang bersedia untuk diikutsertakan sebagai
sampel diminta untuk mendengar informasi penyuluhan kemudian
mengisi kuisioner yang telah disediakan.
Kesimpulan
• Berdasarkan hasil analisis terhadap 15 total responden, didapatkan semua
responden (100%) patuh dalam menjalankan pengobatan tuberkulosis
paru pada tahun 2018 di puskesmas Perumnas Curup.
• Dari faktor predisposisi (sosiodemografis), didapatkan temuan mencolok
proporsi penderita laki-laki didapatkan lebih banyak dari pada perempuan
yaitu terdiri dari 14 orang laki-laki (93,7%) dan 1 orang perempuan (6,6%).
• Sebagian besar responden penelitian berada pada kelompok dewasa
muda (66,7%) yang merupakan usia produktif dan paling banyak terjadi
pada kelompok usia 25-34 tahun, yaitu sebanyak 40%.
• Pengetahuan pasien penderita tuberkulosis paru di puskesmas perumnas
curup sudah baik. Dengan melakukan penyuluhan atau pembagian
pamphlet atau jenis penyampaian informasi lainnya sangan membantu
pasien dalam mendapat informasi dan pengetahuan.
Saran
• Pengetahuan pasien penderita tuberkulosis paru di puskesmas
perumnas curup sudah baik. Dengan melakukan penyuluhan atau
pembagian pamphlet atau jenis penyampaian informasi lainnya
sangan membantu pasien dalam mendapat informasi dan
pengetahuan. Dengan melihat antusiasnya pasien dalam
mendengarkan penyuluhan yang dilakukan menunjukkan bahwa
penderita memiliki daya ingin tahu yang tinggi terhadap sakit yang
diderita. Sehingga dipenelitian berikutnya perlu diberikan informasi
yang lebih mendalam. Hal ini bertujuan agar pasien patuh bukan
hanya karena menuruti anjuran pengobatan saja, namun
memahami penyakitnya dan cara penularannya. Sehingga rantai
penyebaran panyakit tuberkulosis dapat dikendalikan karena
adanya kesadaran masyarakat karena pemahamannya terhadap
penyakit.
• Bagi peneliti lain, perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut
berupa studi analitik komparatif atau korelatif yang untuk
menentukan faktor yang berpengaruh serta hubungan sebab akibat
terkait tingkat pengetahuan pengobatan TB Paru pada pasien
tuberkulosis.
TERIMAKASIH