Anda di halaman 1dari 25

MINI PROJECT

TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA


TUBERKULOSIS PARU TENTANG KEPATUHAN
PENGOBATAN PERIODE MEI - JUNI 2018
DI PUSKESMAS PERUMNAS CURUP

Oleh:
dr. Irwan Tan Sani
dr. Putri Ananda Tumanggor
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


• Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis).
Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya.
• Tuberkulosis paru atau yang biasa disebut TB paru merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang cukup penting, terutama di
negara-negara berkembang. Setiap tahun lebih dari 8 juta orang
terkena penyakit TB paru, serta 2 juta orang meninggal karenanya.
• Di Indonesia Tuberkulosis Paru merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat. Jumlah penderita Tuberkulosis Paru di
Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan
Cina dengan jumlah penderita sekitar 10 % dari total jumlah
penderita Tuberkulosis Paru di Dunia.
• Pada tahun 1995, program nasional penanggulangan TB paru mulai
menerapkan sistem DOTS (Directly Observed Treatment, Shorcourse
chemotherapy) dan dilaksanakan di puskesmas secara bertahap.
1.2 Rumusan Masalah
• Belum diketahuinya tingkat kepatuhan berobat penderita
Tuberkulosis paru di puskesmas perumnas curup.
• Belum diketahuinya tingkat pengetahuan penderita tuberkulosis
paru terkait penyakit yang diderita.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
• Mengetahui tingkat kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis
paru berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
pekerjaan, dalam menjalani pengobatan TB paru di Puskesmas
Perumnas Curup.
1.3.2 Tujuan Khusus
• Mengidentifikasi karakteristik penderita TB Paru yang meliputi jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan
• Mengidentifikasi kepatuhan pengobatan TB Paru pada penderita TB
Paru.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
• Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan memperdalam
pengalaman peneliti tentang penyakit TB Paru.

Bagi Penderita dan Masyarakat


• Memberi masukan kepada penderita dan masyarakat tentang
pentingnya pengetahuan mengenai penyakit TB Paru sehingga
penderita mampu menjalani pengobatan secara maksimal didukung
keluarga dan masyarakat lingkungan sekitarnya

Bagi Puskesmas
• Mengetahui tingkat kepatuhan penderita TB paru selama
pengobatan sehingga Puskesmas diharapkan mampu memberikan
pengobatan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) yang lengkap
untuk menunjang tingkat kepatuhan pengobatan TB Paru di
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
• TB Paru adalah penyakit menular melalui udara
(droplet) yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis
(Mycobacterium Tuberculosis).
• Sebagian besar kuman Tuberkulosis menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Kulit : TB Kulit
Tulang & Sendi : TB tulang & sendi / Spondilitis TB
Otak & saraf : Meningitis TB
Mata : TB Mata
PATOFISIOLOGI
• Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar
pertama kali dengan kuman Tuberkulosis yang
terhirup sampai di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Adanya infeksi dapat
dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberculin dari negatif menjadi positif.
• Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari
bakteri dan besarnya respon imunitas. Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut
dapat menghentikan perkembangan kuman TB
Paru. Namun bakteri dapat menetap (persisten
atau dormant).
GEJALA
• Batuk berdahak >3 minggu
• Batuk dahak bercampur darah
• Batuk darah
• Sesak nafas dan nyeri dada
• Badan lemah, nafsu makan menurun, berat
badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa
kegiatan, demam atau meriang lebih dari
sebulan.
TIPE PENDERITA
• Baru : Penderita yang belum pernah diobati dengan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah meminum OAT kurang dari satu
bulan (4 minggu).
• Kambuh : Penderita Tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan Tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, di diagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
• Putus berobat : Penderita yang telah minum obat lebih dari 1 bulan dan
putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
• Gagal : Penderita yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
• Pindahan : Penderita yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB
lain untuk melanjutkan pengobatannya.
• Lain-lain : Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu penderita dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
Pemeriksaan
• Tes Mantoux
• Pemeriksaan dahak ( sewantu-pagi-sewaktu)
• Foto Rontgen Dada
Pengobatan Tuberkulosis Paru
Pengobatan TB Paru dilakukan dalam 2 tahap, yaitu
tahap Intensif dan Lanjutan.
 Tahap awal (Intensif)
• Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat
setiap hari
• Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat,
biasanya penderita menjadi tidak menularkan dalam
kurun waktu 2 minggu.
 Tahap Lanjutan
• Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat
lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih
lama.
• Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Berat Badan Tahap Intensip Tiap Hari Tahap Lanjutan 3 kali seminggu
selama 56 Hari (RHZE) selama 16 minggu (RH)
KATEGORI I
2(RHZE)/ 4(RH)3
Table 2,1 Pengobatan Kategori I 30-37 kg 2 Tab 4 KDT 2 Tab 2 KDT

38-54 kg 3 Tab 4 KDT 3 Tab 2 KDT

55-70 kg 4 Tab 4 KDT 4 Tab 2 KDT

≥71 kg 5 Tab 4 KDT 5 Tab 2 KDT

Tahap Intensif Tiap Tahap lanjutan 3


hari kali seminggu

Berat Badan 56 hari (RHZES) 28 HARI (RHZE) 20 minggu (RHE)


KATEGORI II 30-37 kg 2 Tab 4 KDT+INJ 2 Tab 4 KDT 2 Tab 2 KDT + 2 Tab
2(RHZE)S/ (RHZE)/ 5(RHE)3
Streptomicin Etabutol
Table 2,2 Pengobatan
Kategori II 3 Tab 4 KDT+ INJ 3 Tab 4 KDT 3 Tab 2 KDT + 3 Tab
38-54 kg
Streptomicin Etabutol

55-70 kg 4 Tab 4 KDT+ INJ 4 Tab 4 KDT 4 Tab 2 KDT + 4 Tab


Streptomicin Etabutol

≥71 kg 5 Tab 4 KDT+ INJ 5 Tab 4 KDT 5 Tab 2 KDT + 5 Tab


Streptomicin Etabutol
PERAWATAN PASIEN TB
• Minum obat teratur selama 6 bulan atau sesuai kategori
• Melibatkan anggota keluarga untuk mengawasi dan
memastikan pasien minum obat TB dengan benar dan
teratur
• Mengupayakan rumah penderita cukup ventilasi udara dan
masuk sinar matahari
• Gunakan masker untuk meminimalkan penularan
• Bila ada anggota keluarga batuk >3 minggu dan tidak
sembuh dengan pengobatan biasa segera periksa kedokter
• Menerapkan pola hidup sehat (makan makanan yang
bergizi, istirahat yang cukup , olah raga teratur, hindari
rokok
• Bila batuk tutup mulut
• Jangan meludah sembarangan
BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
• Penelitian yang akan dilakukan merupakan
penelitian deskriptif untuk mengetahui
gambaran kepatuhan pasien tuberkulosis paru
di Puskesmas Perumas.

Waktu dan Tempat Penelitian


• Penelitian dilakukan di Puskesmas Perumnas
dalam kurun waktu 23 Mei hingga 6 Juni 2018.
Populasi dan Sampel
• Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien dengan diagnosis
tuberkulosis paru. Populasi terjangkau penelitian ini adalah semua pasien
yang didiagnosis tuberkulosis paru dan menjalani pengobatan di
Puskesmas Perumnas.
• Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dengan
diagnosis tuberkulosis paru yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode total
sampling.
Kriteria Inklusi
• Pasien yang didiagnosis tuberkulosis paru dan telah menjalani pengobatan
minimal dua minggu.
• Pada pemeriksaan hapusan sputum ditemukan BTA positif dan/atau kesan
rontgen positif.
• Pasien bersedia diikutsertakan dalam penelitian.

Kriteria Eksklusi
• Pasien dengan disabilitas atau gangguan kesehatan mental sehingga tidak
cakap untuk menjawab pertanyaan dan/atau kesulitan berkomunikasi.
Variabel Penelitian
• Variabel pada penelitian ini adalah pasien tuberkulosis dan faktor predisposisi kepatuhan berobat.
Adapun faktor predisposisi yang dinilai pada penelitian ini mencakup sosiodemografi, pengetahuan
tentang penyakit TB Paru.

Definisi Operasional
Tuberkulosis
• Definisi : Penyakit infeksi kronis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang aktif secara klinis, ditandai adanya batuk produktif yang lama, penurunan berat
badan, dengan tanda dan gejala khas TB lainnya.
• Alat ukut : Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
• Cara Ukur : Diagnosis tuberkulosis pada individu dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologik (hapusan sputum, kultur), foto rontgen
toraks, dan bisa juga pemeriksaan PCR.
• Hasil Ukur :Anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan temuan yang mendukung atau
tidak mendukung, adanya gejala klinis TB , Hapusan sputum: BTA positif atau BTA negatif, Radiologi:
Ada gambaran lesi tuberkulosis yang mendukung diagnosis TB atau tidak ada.

Kepatuhan Pengobatan TB
• Definisi : Perilaku pasien dalam menjalani pengobatan TB yang sesuai dengan anjuran,
baik jumlah obat, aturan dan frekuensi minum obat, durasi pengobatan serta jadwal kontrol ulang
dan jadwal pemeriksaan dahak yang menunjang untuk evaluasi pengobatan.
• Alat Ukur : Kuisioner
• Cara Ukur : Wawancara, mengisi kuisioner
• Hasil Ukur : Patuh : jika responden memenuhi seluruh kriteria kepatuhan ,
Tidal patuh : jika responden gagal memenuhi seluruh kriteria kepatuhan diatas
Faktor Sosiodemografis
Jenis kelamin
• Definisi : jenis kelamin responden penelitian
• Kategori: 1. Laki-laki
2. Perempuan
Usia
• Definisi : usia responden yang dihitung berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya
• Kategori: 1. 15 – 24 tahun
2. 25 – 35 tahun
3. 45 – 44 tahun
4. 45 – 55 tahun
5. >55 tahun
Pendidikan
• Definisi : pendidikan terakhir yang ditamatkan responden penelitian
• Kategori: 1. Tidak sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. D3/S1/S2/S3
Pekerjaan
• Definisi : jenis pekerjaan responden penelitian
• Kategori: 1. Tidak bekerja
2. Pelajar/mahasiswa
3. Pegawai
4. Wirausaha
5. Ibu rumah tangga
6. Lain-lain
Pengetahuan Responden
• Definisi : hal-hal yang diketahui oleh responden, dalam hal ini mengenai
penyakit dan cara pengobatan TB paru, yang meliputi (1) pengertian, (2)
penyebab penyakit, (3) gejala dan tanda, (4) cara penularan, (5) cara
menghindari penularan, (6) lama pengobatan, (7) akibat pengobatan tidak
teratur, (8) rumah yang layak bagi penderita, (9) jumlah butir obat yang
diminum (10) waktu minum obat yang dianjurkan, (11) cara minum obat,
• Kategori :
– Sangat baik: jika responden menjawab dengan benar 9 sampai
11 pertanyaan mengenai penyakit dan pengobatan TB paru.
– Baik : jika responden menjawab dengan benar 7 sampai 8
pertanyaan mengenai penyakit dan pengobatan TB paru.
– Cukup : jika responden menjawab dengan benar 5 sampai 6
pertanyaan mengenai penyakit dan pengobatan TB paru.
– Kurang : jika responden hanya menjawab dengan benar 3
sampai 4 pertanyaan mengenai penyakit dan pengobatan TB
paru.
– Buruk : jika responden tidak dapat menjawab semua
pertanyaan atau minimal menjawab 2 pertanyaan mengenai
penyakit dan pengobatan TB paru dengan benar.
Cara Kerja / Cara Pengumpulan Data
Pengambilan sampel
• Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
total sampling, semua pasien TB di Puskesmas Perumnas yang
memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian.
Cara Pengumpulan Data
• Semua partisipan yang bersedia untuk diikutsertakan sebagai
sampel diminta untuk mendengar informasi penyuluhan kemudian
mengisi kuisioner yang telah disediakan.

Cara Pengolahan dan Analisis Data


• Pengolahan dan analisis data dikerjakan setelah semua partisipan
selesai diwawancara dan diperoleh data hasil penelitian. Data
tersebut akan diolah dengan menggunaan program IBM SPSS
Statistics 22 dan Microsoft Office 2013 dan disajikan dalam bentuk
tabel frekuensi atau dalam bentuk yang sederhana sehingga lebih
mudah dijabarkan dan dipahami.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Sosiodemografis Responden Penelitian
• Karakteristik sosiodemografis penderita tuberkulosis (TB) paru yang diteliti terdiri
dari usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Penderita TB paru yang telitit di
Puskesmas Perumnas Curup berjumlah 15 orang. Responden terdiri dari 14 orang
laki-laki (93,7%) dan 1 orang perempuan (6,6%). Proporsi penderita laki-laki
didapatkan lebih banyak dari pada perempuan.
• Responden penderita yang paling muda pada penelitian ini berusia 18 tahun,
sedangkan yang paling tua berusia 66 tahun. sebagian besar responden penelitian
berada pada kelompok dewasa muda (66,7%) yang merupakan usia produktif dan
paling banyak terjadi pada kelompok usia 25-34 tahun, yaitu sebanyak 40%.
• Kelompok responden terkait tingkat pendidikan pada penelitian ini didominasi
oleh tamatan SMA yaitu sebesar 66,7% dari total responden. Sementara itu tidak
ditemukan responden yang tidak bersekolah dan yang D1/D3/S1/S2/S3.
• Kelompok pekerjaan pada responden penelitian ini kebanyakan adalah wirausaha
sebesar 40%. Jenis pekerjaan lain adalah kelompok pelajar/mahasiswa (33,3%),
tidak bekerja (13,3%), pegawai dan lain-lainnya sebesar (6,7%). Adapun responden
yang termasuk jenis pekerjaan lain-lain adalah tukang ojek. Sementara itu tidak
ditemukan responden yang merupakan ibu rumah tangga.
Pengetahuan Responden
• Penilaian pengetahuan responden pada penelitian ini dilakukan
berdasarkan pengetahuan pasien terkait pengertian, penyebab
penyakit, gejala dan tanda, cara penularan, cara menghindari
penularan, lama pengobatan, akibat pengobatan tidak teratur,
rumah yang layak bagi penderita, jumlah butir obat yang diminum,
waktu minum obat yang dianjurkan, cara minum obat.
• Berdasarkan hasil analisis terhadap total 15 pasien tuberkulosis di
puskesmas Perumnas Curup yang menjadi responden penelitian,
didapatkan 12 responden (80%) memiliki pengetahuan yang sangat
baik terkait penyakit tuberkulosis, 3 orang responden (20%)
memiliki pengetahuan yang baik, dan tidak ada responden yang
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, kurang dan buruk.
• Berdasarkan pengamatan langsung terdapat temuan yang menarik
perhatian, dimana responden yang dirasa sangat antusias dalam
mendengarkan penyuluhan yang dilakukan. Hal ini terbukti setelah
melihat hasil pengisian kuesioner yang menunjukkan bahwa secara
umum, penderita TB di puskesmas perumnas Curup memiliki
pengetahuan yang baik mengenai penyakit TB paru.
Tingkat Kepatuhan
• Evaluasi kepatuhan pada penderita TB dilakukan berdasarkan
penilaian apakah pasien pernah lupa meminum obat, minum obat
tidak sesuai anjuran termasuk jumlah obat yang dikonsumsi, waktu
minum obat, frekuensi minum obat, atau terlambat mengambil
obat dan jadawal pemeriksaan dahak ulang.
• Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa seluruh responden
(100%) patuh dalam pengobatan tuberkulosis. Alasan yang paling
banyak diungkapkan oleh responden yang patuh adalah karena
adanya keyakinan untuk sembuh dengan berobat secara teratur,
disamping adanya dukungan dari keluarga dan informasi yang
lengkap dari petugas TB di puskesmas.
• Namun terdapat 1 orang yang saat ini menjalani pengobatan
tuberkulosis kategori dua. Responden tersebut menjalani
pengobatan TB kategori dua karena putus obat. Setelah dilakukan
wawancara mendalam, didapatkan alasan mengapa terjadi putus
obat dikarenakan responden merasa keluhan atas sakit yang
dirasakannya sudah tidak ada dan dirinya telah sehat setelah
mengkonsumsi obat selama 2 bulan .
Keterbatasan Penelitian
Desain penelitian
• Desain penelitian ini adalah desktriptif observatif, dimana
pengukuran semua variabel yang diteliti atau diobservasi
hanya dilakukan satu kali

Cara pengambilan dan kualitas data


• Pengambilan data pasien dilakukan dengan metode self-
report menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul
data. Namun sebelumnya responden diberi penyuluhan
mengenai TB Paru oleh peneliti. Dengan metode ini,
kemungkinan terjadi kesalahan akibat keterbatasan
responden untuk mengingat kembali, malu, atau ragu saat
menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti
sangat mungkin terjadi dan mengakibatkan jawaban yang
diberikan lebih cenderung subjektif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
• Berdasarkan hasil analisis terhadap 15 total responden, didapatkan semua
responden (100%) patuh dalam menjalankan pengobatan tuberkulosis
paru pada tahun 2018 di puskesmas Perumnas Curup.
• Dari faktor predisposisi (sosiodemografis), didapatkan temuan mencolok
proporsi penderita laki-laki didapatkan lebih banyak dari pada perempuan
yaitu terdiri dari 14 orang laki-laki (93,7%) dan 1 orang perempuan (6,6%).
• Sebagian besar responden penelitian berada pada kelompok dewasa
muda (66,7%) yang merupakan usia produktif dan paling banyak terjadi
pada kelompok usia 25-34 tahun, yaitu sebanyak 40%.
• Pengetahuan pasien penderita tuberkulosis paru di puskesmas perumnas
curup sudah baik. Dengan melakukan penyuluhan atau pembagian
pamphlet atau jenis penyampaian informasi lainnya sangan membantu
pasien dalam mendapat informasi dan pengetahuan.
Saran
• Pengetahuan pasien penderita tuberkulosis paru di puskesmas
perumnas curup sudah baik. Dengan melakukan penyuluhan atau
pembagian pamphlet atau jenis penyampaian informasi lainnya
sangan membantu pasien dalam mendapat informasi dan
pengetahuan. Dengan melihat antusiasnya pasien dalam
mendengarkan penyuluhan yang dilakukan menunjukkan bahwa
penderita memiliki daya ingin tahu yang tinggi terhadap sakit yang
diderita. Sehingga dipenelitian berikutnya perlu diberikan informasi
yang lebih mendalam. Hal ini bertujuan agar pasien patuh bukan
hanya karena menuruti anjuran pengobatan saja, namun
memahami penyakitnya dan cara penularannya. Sehingga rantai
penyebaran panyakit tuberkulosis dapat dikendalikan karena
adanya kesadaran masyarakat karena pemahamannya terhadap
penyakit.
• Bagi peneliti lain, perlu dilakukan suatu penelitian lebih lanjut
berupa studi analitik komparatif atau korelatif yang untuk
menentukan faktor yang berpengaruh serta hubungan sebab akibat
terkait tingkat pengetahuan pengobatan TB Paru pada pasien
tuberkulosis.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai