Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam dunia medis manusia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu orang yang sehat
dan orang yang sakit. Orang sehat adalah orang yang kondisi fisik, biologis, dan psikisnya
dalam keadaan normal. Sementara orang sakit yaitu seseorang yang dalam kondisi tidak
normal baik fisik, biologis, maupun psikisnya. Sehat itu penting. Maka dari itu, orang yang
sakit akan selalu berusaha menjadi sehat. Namun demikian, orang yang sehat tidak bisa
santai saja. Orang yang sehat juga harus selalu mempertahankan kesehatannya.
Demi terwujudnya hidup sehat, setiap orang harus memenuhi kebutuhan dasar
manusia yang erat kaitannya dengan ciri-cirinya seperti makan yaitu membutuhkan nutrisi,
bernafas yang membutuhkan oksigen, berkembang biak agar dapat melestarikan keturunan,
beraktivitas seperti berolahraga agar badan terjaga kebugarannya, serta istirahat untuk
mempertahankan status kesehatan dan lain sebagainya.
Istirahat adalah keadaan relaks tanpa adanya suatu tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga dalam kondisi yang membutuhkan
ketenangan.Istirahat merupakan suatu kondisi ketika seseorang merasakan merasakan bahwa
segala sesuatu dapat diatasi, bebas dari gangguan ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah
kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan, serta mengetahui adanya bantuan
sewaktu memerlukan.
Salah satu bentuk istirahat yaitu tidur. Tidur adalah kondisi tidak sadar dimana
seseorang dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai. Tidur yang baik
adalah tidur yang sesuai kebutuhan. Kebutuhan tidur setiap orang berbeda bergantung kepada
usia orang tersebut. Apabila seseorang tidur dalam kondisi kurang atau lebih dari normalnya
kebutuhan tidur, maka tidur hal tersebut dikategorikan kepada masalah kebutuhan tidur.
Banyak sekali ragam masalah kebutuhan tidur, seperti insomnia atau gangguan sulit tidur,
parasomnia, enuresa, hipersomnia dan lain-lain.
Sesuai dengan uraian di atas, penulis membuat makalah yang berhubungan dengan
masalah kebutuhan tidur yang berjudul “Hipersomnia”. Diharapkan makalah ini dapat
berguna bagi pembaca dan masyarakat umum dan khususnya untuk penulis sebagai pedoman
dalam semua kegiatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan tidur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.KONSEP ISTIRAHAT DAN TIDUR


1.Pengertian
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh
semua orang. Istirahat dan tidur yang cukup, akan membuat tubuh baru dapat berfungsi
secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu.
Istirahat berarti suatu keadaan tenang,relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari
perasaan gelisah. Beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Berjalan-
jalan di taman terkadang juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat
kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon terhadap
stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu individu digunakan untuk tidur. Hal tersebut
didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah
seharian beraktivitas, mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan
kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari.

2.Fisiologi Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular
Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas
batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran,memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba,serta emosi dan
proses berfikir. RASmelepaskan katekolaminpada saat sadar, sedangkan pada saat tidur
terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR

3.Tahapan Tidur
Penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat elektroensefalogram (EEG),
elektrookulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG),diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu
non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
a.Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena gelombang otak
yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek dari pada gelombang alfa dan beta yang
ditunjukkan orang yang sadar. Tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi
tubuh. Semua proses metabolisme termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot
melambat.
Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light
sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep) atau (deltasleep).

1.Tahap 1 NREM
a)Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b)Tahap berakhir beberapa menit
c)Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-
tanda vital dan metabolisme
d)Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara) Seseorang
ketika terbangun merasa seperti telah melamun
2. Tahap 2 NREM
a)Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
b)Kemajuan relaksasi
c)Terbangun masih relatif mudah
d)Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
e)Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3. Tahap 3 NREM
a)Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
b)Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c)Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d)Tanda-tanda vital menurun tapi tetap teratur
e)Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
4.Tahap 4 NREM
a)Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
b)Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c)Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada
tahap ini
d)Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
e)Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
f)Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi
b.Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit.
Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.
Otak cenderung aktif
selama tidur REM dan metabolismnya meningkat hingga 20%. Tahap ini individu menjadi
sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi,
sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur
Karakteristik tidur REM:
1. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang
hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.
2. Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
3. Dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan
kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah
4. Terjadi tonus otot skelet penurunan
5. Peningkatan sekresi lambung
6. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
7. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit

4.Siklus Tidur
Individu melewati tahap tidur NREM dan REM selama tidur. Siklus tidur yang
komplit normalnya berlangsung selama1,5 jam,dan setiap orang biasanya melalui empat
hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang
berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian
diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit.
Individu kemudian kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM
muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.
B. GANGGUAN TIDUR
1. Definisi gangguan tidur
Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan dengan adanya
gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seorang individu. Kuantitas tidur
inadekuat adalah durasi tidur yang inadekuat berdasarkan kebutuhan tidur sesuai usia akibat
kesulitan memulai (awitan tidur yang terlambat) dan/atau mempertahankan tidur (periode
panjang terjaga di malam hari). Kualitas tidur inadekuat adalah fragmentasi dan terputusnya
tidur akibat periode singkat terjaga di malam hari yang sering dan berulang.

2.Klasifikasi gangguan tidur

Menurut PPDGJ III,gangguan tidur secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
dissomnia dan parasomnia. Dissomnia merupakan suatu kondisi psikogenik primer dengan
ciri gangguan utama pada jumlah, kualitas, atau waktu tidur yang terkait faktor emosional.
Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah insomnia, hipersomnia, dan gangguan
jadwal tidur.
Parasomnia merupakan peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama masa tidur.
Termasuk dalam golongan ini adalah somnabulisme, teror tidur, dan mimpi buruk.
Penggolongan gangguan tidur lain berdasarkan PPDGJ III adalah gangguan tidur organik,
gangguan nonpsikogenik termasuk narkolepsi dan katapleksi,apneu waktu tidur, gangguan
pergerakan episodik termasuk mioklonus nokturnal, dan enuresis.
Menurut DSM IV-TR, gangguan tidur dibagi menjadi insomnia primer, hipersomnia primer,
narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan, gangguan tidur irama
sirkadian, gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur, gangguan tidur berjalan, gangguan
tidur terkait kondisi medis, dan gangguan tidur yang diinduksi zat.

2.1 HIPERSOMNIA
2.1.1 DEFINISI HIPERSOMNIA
Kata Hipersomnia (hypersomnia) berasal dari kata Yunani hyper, yang artinya “lebih”
atau “lebih dari normal”, dan dari bahasa Latin somnus, artinya “tidur”. Hipersomnia disebut
juga dengan oversleeping. Hipersomnia adalah gejala kelebihan tidur atau bertambahnya
waktu tidur sampai 25% dari pola tidur yang biasa.
Hipersomnia adalah suatu keadaan kecenderungan tidur yang berlebihan, sulit
mempertahankan keadaan terjaga pada siang hari, rasa mengantuk disiang hari yang
berlebihan, berkepanjangan tidur malam hari, atau kadang kedua-duanya, yang terjadi secara
teratur atau rekuren untuk waktu singkat, dan menyebabkan gangguan fungsi sosial dan
pekerjaan (Kaplan, H.I , Sadock, B.J ,)

2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Hipersomnia dianggap sebagai penyakit langka lebih jarang dibandingkan insomnia.
Penelitian baru- baru ini mengatakan kejadian hipersomnia 1 : 800 di Amerika Serikat saja.
Berdasarkan National Sleep Foundation melaporkan hipersomnia 0,3 % - 4,0 % orang
dewasa, 5% - 10% dewasa muda dan dewasa menengah, 20%- 30% lanjut usia jatuh tertidur
disiang hari dan adanya serangan tidur disiang hari, durasi tidur pada hari kerja rata-rata 39%
6,9 jam atau kurang dari 7 jam. Tidak ada perbedaan jenis kelamin pada penyakit
hipersomnia. Masalah tidur ini berdampak pada fungsi mereka sehari-hari (social, keluarga,
pekerjaan).

2.1.3 ETIOLOGI
Penyebab paling umum dari hipersomnia :
1. Idiopatik
Diperkirakan bahwa munculnya Gangguan perilaku tidur REM hasil dari lesi
lokalisasi yang berhubungan dengan gangguan neurologis yang mendasari. Penelitian baru-
baru ini telah mengidentifikasi beberapa kelainan yang berhubungan dengan hipersomnia,
seperti menemukan sebuah hipersensitivitas abnormal reseptor GABA (kimia otak yang
bertanggung jawab utama untuk sedasi atau untuk proses tidur ) pada pasien dengan
hipersomnia. Jadi hipersensitivitasi abnormal GABA terjadi secara alamiah oleh zat bioaktif
(yaitu peptida seperti tripsin yang tersensitisasi) dalam CSF pasien menderita. Zat ini
memerlukan penelitian lebih lanjut dari struktur kimianya yang telah terbukti dapat
menyebabkan hiperreaktivitas reseptor GABA menyebabkan peningkatan sedasi atau
mengantuk.
2. Kurang tidur
Banyak orang tidak menjadwalkan waktu yang cukup untuk tidur di malam hari
sehingga disiang hari pada terjaga merasakan ngantuk. Ini dikelola oleh pendidikan pasien
tentang kebiasaan tidur yang sehat.
3. Sleep apnea
Sleep apnea adalah suatu kondisi di mana pasien secara berkala berhenti bernapas saat
tidur. Ada dua jenis sleep apnea-pusat dan obstruktif. Yang paling penyebab umum
sleepapnea adalah karena obstruksi sementara saluran napas bagian atas. Obstructive sleep
apnea adalah penyebab medis yang paling umum dari mengantuk siang hari yang berlebihan.
Yang sangat penting bagi diagnosis adalah riwayat episode apnea saat tidur. Biasanya pasien
tidak menyadari episode karena mereka singkat dan gairah hanya parsial, sehingga sejarah
harus diperoleh secara tidak langsung, biasanya dari pasangan atau teman sekamar. Gejala
/tanda-tanda yang umum termasuk keras mendengkur dan jeda dalam bernapas. Gejala
tambahan termasuk terengah-engah selama tidur, sakit kepala kusam, dan perilaku otomatis.
4. Penyalahgunaan obat dan alkohol
Seperti Benzodiazepin yang bekerja melalui sistem GABA.
6. Cedera kepala atau penyakit saraf , misalnya multiple sclerosis
7. Penyakit - seperti hipotiroidisme (kelenjar tiroid kurang aktif), refluks esofagus, asma
nokturnal dan penyakit kronis dapat mengganggu tidur.
7. Genetik (memiliki relatif dengan hipersomnia).

2.1.4 KLASIFIKASI
Menurut kriteris DSM-IV-TR dibagi menjadi 2 yaitu : Hipersomia Primer dan
Hipersomnia Akibat Gangguan Jiwa Lain.

1. Hipersomnia Primer
 Keluhan yang dominan adalah rasa mengantuk berlebihan untuk waktu sedikitnya 1 bulan
(atau kurang jika berulang) yang tampak baik dengan episode tidur lama atau episode siang
hari yang terjadi hampir setiap hari
 Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderita yang secara klinis bermakna atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
 Rasa mengantuk sebaiknya tidak disebabkan oleh insomnia dan tidak hanya terjadi selama
perjalanan gangguan tidur lain (seperti, narkolepsi, gangguan tidur yang terkain dengan
pernafasan, gangguan tidur irama sirkadian atau parasomnia) dan tidak dapat disebabkan
karena kurangnya tidur.
 Gangguan ini tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa lain ( seperti gangguan
depresif berat, gangguan ansietas menyeluruh, delerium)
 Gangguan ini bukan disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat ( seperti penyalahgunaan
obat, suatu obat) atau keadaan medis umum. Tentukan jika : Berulang : jika terdapat periode
rasa mengantuk berlebihan yang berlangsung sedikitnya selama 3 hari terjadi beberapa kali
dalam setahun selama sedikitnya 2 tahun.
2. Hipersomnia Akibat Gangguan Jiwa Lain
 Keluhan yang dominan adalah rasa mengantuk berlebihan setidaknya 1 bulan seperti
adanya episode tidur malam atau episode siang hari yang terjadi hampir setiap hari
 Rasa mengantuk yang berlebihan menyebabkan penderita yang secara klinis bermakna atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain
 Hipersomnia dianggap terkait dengan gangguan Aksis I atau Aksis II lain (contoh,
gangguan depresif berat, gangguan distimik) tetapi cukup berat sehingga memerlukan
perhatian klinis sendiri.
 Gangguan ini sebaiknya tidak disebabkan oleh gangguan tidur lain (contoh, narkolepsi,
gangguan tidur terkait pernafasan, parasomnia) atau kurang tidur
 Gangguan ini tidak disebabkkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh penyalahgunaan
obat, suatu obat) atau keadaan medis umum.

2.1.4 GEJALA KLINIS

Tergantung dari penyebabnya, gejala hipersomnia dapat berupa:

 Merasa lelah yang hebat sepanjang hari


 Selalu ingin tidur di siang hari
 Berlebihan kantuk di siang hari menyebabkan tidur siang berkepanjangan yang tidak
menyegarkan sehingga sulit untuk bangun dari tidur siang ataupun tidur malam.
 Merasa tetap mengantuk meskipun telah tidur malam dan tidur siang
 Sulit berpikir dan membuat keputusan, pikiran tidak jernih
 Sulit berkonsentrasi atau mengingat
 Beberapa pasien mengeluh sakit kepala, episode pingsan, hipotensi ortostatik.
 Pasien dengan hipersomnia primer peningkatan risiko mengembangkan gangguan
depresi mayor. Gejala khas termasuk mood depresi, anhedonia (kehilangan minat dan
kesenangan), penurunan energi, agitasi psikomotor atau retardasi, penurunan atau
peningkatan nafsu makan (yang dapat menyebabkan penurunan berat badan atau
keuntungan), penurunan perhatian dan konsentrasi, penurunan libido
 Pada pasien dengan bentuk berulang hipersomnia terjadi selama berhari-hari hingga
berminggu-minggu beberapa kali dalam setahun. Beberapa pasien mungkin
mengalami gejala mudah marah, mudah tersinggung.
2.1.5 KRITERIA DIAGNOSIS
Berdasarkan Pedoman Diagnostik Gangguan Jiwa dari PPDGJ III ,PedomaDiagnostik
Hipersomnia :

 Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :


a) Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan tidur/ sleep
attacks (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan atau transisi yang memanjang
dari saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkenness)
b) Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang dengan
kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
c) Tidak ada gejala tambahan “narcolepsy” (cataplexy, sleep paralysis, hynagogic
hallucination) atau bukti klinis untuk “sleep apnoe” (nocturnal breath cessation, typical
intermittent snoring sound,dsb)
d) Tidak ada kondis neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa kantuk pada
siang hari.
 Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain, misalnya
Gangguan Afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang mendasarinya.
Diagnosis hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan keluhan
yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa lainnya.

2.1.6. PENATALAKSANAAN
a) Non Psikofarmako
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya :
 Untuk mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat
 Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh penggunaan obat
hipnotik, alkohol, gangguan mental
 Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek
2. Psikotherapi
Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti depresi,
obsessi, kompulsi, gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita dapat membantu
mengatasi masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan
obat hipnotik.
3. Sleep hygiene terdiri dari:
 Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
 Hindari tidur pada siang hari
 Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
 Jangan mengkonsumsi alkohol
 Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
 Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
 Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut kosong
 Hindari rasa cemas atau frustasi
 Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
 Perubahan perilaku yang baik misalnya menghindari kerja malam dan kegiatan
sosial yang menunda waktu tidur

b) Psikofarmaka
1. Antidepresan dengan sifat stimulan (misalnya atomoxetine)
2. Antipsikosis
3. Amfetamin
Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah
neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari saraf pra-
sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya meningkatkan
aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan
konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi,
dalam keadaan overdosis, efek-efek. Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan
kokain, tetapi amfetamin memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain
(waktu paruh amfetamin 10 – 15 jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya 4 – 8 kali
lebih lama dibandingkan kokain.
4. Methylphenidate
Secara khusus adalah inhibitor reuptake dopamin, lebih lemah inhibitor reuptake
norepinefrine, dan meningkatkan neurotransmitter diotak.
5. Modafinil
Menghambat aksi reuptake dari dopamine,yang merupakan obat pemicu kesadaran, dipakai
untuk mengobati gangguan tidur berat yang disertai narkolepsi.
2.1.6 PROGNOSIS
Tidak semua kasus hipersomnia dapat diobati dengan mudah, terutama jika
penyebabnya tidak diketahui. Hipersomnia yang disebabkan penyakit yang diketahui dengan
cara mengobati penyakit tersebut. Mengubah kebiasaan tidur juga dapat meningkatkan
kualitas tidur di malam hari sehingga mengurangi efek kantuk berlebihan yang dapat terjadi
pada saat siang hari.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Kebutuhan dasar manusia salah satunya yaitu istirahat. Macam istirahat yaitu tidur.
Tidur adalah kondisi tidak sadar dimana seseorang dapat dibangunkan oleh stimulus atau
sensoris yang sesuai. Kebutuhan tidur setiap orang bergantung kepada tingkatan usianya.
Tidak sesuainya tidur seseorang dengan kebutuhan tidur orang yang bersangkutan
dikategorikan sebagai masalah kebutuhan tidur. Salah satu masalah kebutuhan tidur yaitu
hipersomnia. Hipersomnia adalah gangguan masalah kebutuhan tidur dengan gejala kelebihan
tidur. Meskipun tidur merupakan kebutuhan, akan tetapi kelebihan tidur juga berdampak
buruk pada kesehatan seseorang.
Hipersomnia dapat disebabkan oleh kelelahan, kurang tidur pada suatu malam,
gangguan pada mental seperti rasa cemas, depresi, atau stres. Hipersomnia juga dapat
disebabkan karena adanya gangguan pada otak, karena obat tidur, dan kurangnya kadar
oksigen dalam tubuh.Hipersomnia yang merupakan gangguan masalah kebutuhan tidur
menimbulkan dapak negatif bagi kesehatan. Diantara dampak yang timbul akibat
hipersomnia yaitu diabetes, obesitas, sakit jantung, sakit kepala, sakit punggung, bahkan
kematian.
Namun demikian, gangguan kebutuhan tidur ini masih dapat dicegah dan diatasi
dengan cara hidup sehat terutama mengatur jadwal tidur, mengatur pola makan,
menyempatkan diri untuk berolahraga,serta dengan cara farmako yaitu mengunakan obat-
obatan anti depresan, anti psikosis, amfetamin,methylpenidate, dan modafinil.

3.2 SARAN
Disarankan untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari termasuk jam tidur dan jam
bangun. Dukung jadwal tidur tersebut dengan jadwal makan dan olahraga yang teratur. Hal
ini dilakukan untuk mengkondisikan suplay oksigen dalam tubuh. Selain itu jika perlu atur
juga jadwal kegiatan sehari-hari lainnya. Hindari aktivitas berat yang mengakibatkan tubuh
kita sangat lelah. Jika memang suatu saat dihadapkan dengan aktivitas yang sangat
melelahkan tersebut, maka hendaknya kondisi orang yang bersangkutan harus benar-benar fit
dan segeralah mengganti energi yang terkuras. Hindari begadang, Jika tidak hendaknya
dirutinkan saja pola tidurnya agar tubuh tidak stres atau kaget. Selalu menjaga kondisi mental
agar tidak terjadi stres psikis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. iskandar Japardi. 2002.Gangguan Tidur. Universitas Sumatra Utara.

2. B.K Puri, P.J. Laking, dkk. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. EGC. cetakan 2011.

3. E- journal universitas undayana.ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/4267/3237.

4. Kaplan, H.I , Sadock, B.J , and Grebb, J.A , 2010. Tidur Normal dan Gangguan
Tidur.Dalam: Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ke 7. Tanggerang: Binarupa Aksara.

5. Dr. rusdi Maslim. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasa dari PPDGJ

III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA Atma Jaya, Jakarta.

6. Trotti, L et al (3 Desember 2013). "Peningkatan kantuk di siang hari dengan klaritromisin

pada pasien dengan-GABA terkait hipersomnia: Pengalaman klinis". Journal of

Psychopharmacology

7. Guyton, A. C. and Hall, J. E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:
EGC.Hanning, C. (2009). Sleep Disturbance and Wind Turbine Noise on Behalf of Stop
Swinford Wind Farm Action Group (SSWFAG).

8. Martin, J. (2000). Assessment and Treatment of Sleep Disturbance in Older Adults.


University of California San Diego and San Diego Veterans Affairs Healthcare System. USU
Digital Library.

9. Rains, J. C. (2006). Sleep Disorders and Headache. Center for Sleep Evaluation at Elliot
Hospital, Manchester.

10. Johanna, Christa & Jachens. (2004). Sleep Disturbances & Healthy Sleep. The
Association of Waldorf Schools of North America.
.

Anda mungkin juga menyukai