Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Supervisi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta
keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam
manajemen keperawatan. Untuk mengelola asuhan keperawatan
dibutuhkan kemampuan manajemen dari perawat profesional diharapkan
mempunyai kemampuan dalam supervisi dan evaluasi. Pendelegasian
merupakan elemen yang esensial pada fase pengarahan dalam proses
manajemen karena sebagian besar tugas yang diselesaikan oleh manajer
( tingkat bawah, menengah dan atas ) bukan hanya hasil usaha mereka
sendiri, tetapi juga hasil usaha pegawai. Ada banyak tugas yang sering kali
harus diselesaikan oleh satu orang. Dalam situasi ini, pendelegasian sering
terkait erat dengan produktivitas. Ada banyak alasan yang tepat untuk
melakukan pendelegasian. Kadang kala manajer harus mendelegasikan
tugas rutin sehingga mereka dapat menangani masalah yang lebih
kompleks atau yang membutuhkan keahlian dengan tingkat yang lebih
tinggi.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan
dalam fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar
segala kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan
lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan
menemukan berbagai hambatan atau permasalahan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara
menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama dengan staf
keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya. Sukar seorang manajer
1
keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa
melakukan supervisi, karena masalah-masalah yang terjadi dapat diketahui
oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staff
keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi
keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian supervisi?
1.2.2 Apa manfaat dan tujuan supervisi?
1.2.3 Apa sasaran supervisi?
1.2.4 Bagaimana prinsip supervisi yang efektif?
1.2.5 Kapan waktu supervisi dilakukan?
1.2.6 Bagaimana supervisi dalam keperawatan?
1.2.7 Apa saja macam-macam supervisi?
1.2.8 Bagaimana teknik supervisi?
1.2.9 Apa yang dimaksud dengan konsep berubah dalam keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian supervisi
1.3.2 Untuk mengetahui manfaat dan tujuan supervisi
1.3.3 Untuk mengetahui sasaran supervisi
1.3.4 Untuk mengatahui prinsip supervisi yang efektif
1.3.5 Untuk mengetahui waktu supervisi dilakukan
1.3.6 Untuk mengetahui supervisi dalam keperawatan
1.3.7 Untuk mengetahui macam-macam supervisi
1.3.8 Untuk mengetahui teknik supervisi
1.3.9 Untuk mengetahui konsep berubah dalam keperawatan

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoretis
2
Secara teoretis, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
dijadikan sebagai sumber informasi dalam menjawab permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran terutama
dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Selain itu makalah ini
dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dalam merancang desain
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran.

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Bagi Dosen
Manfaat makalah ini dapat mengembangkan kualitas
pembelajaran menjadi lebih menarik, dapat menjalankan tugas
sebagai pendidik dengan baik yaitu dengan merencanakan
pembelajaran secara matang, dapat mengidentifikasi kesulitan-
kesulitan belajar yang dialami oleh mahasiswa pada
pembelajaran juga dapat menciptakan kreativitas dan inovasi-
inovasi dalam pembelajaran salah satunya dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran.

1.4.2.2 Bagi Mahasiswa


Manfaat makalah ini bagi siswa dapat meningkatkan
semangat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran.
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang inovatif diharapkan
dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan tidak
membuat mahasiswa jenuh. Seslain itu kesulitan-kesulitan yang
dialami oleh mahasiswa dalam memahami mata kuliah
Manajemen Keperawatan khususnya materi-materi yang
3
terdapat dalam pembelajaran subtema Konsep Supervisi dalam
Keperawatan dan Konsep Berubah dalam Keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Supervisi


Supervisi berasal dari bahasa latin yaitu super dan videre. Super yang
berarti di atas dan videre berarti melihat, jadi supervisi berarti melihat dari atas.
Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara langsung
dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk
4
kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat
langsung untuk mengatasinya. Banyak ahli mengemukakan tentang pengertian
supervisi, mulai dari pengertian yang sangat luas sampai pada definisi supervisi
yang lebih khusus. Supervisi dalam arti luas memiliki dimensi yang beragam.
Admosudiro (1982) dalam Cahyati (2000) mendefinisikan supervisi sebagai suatu
pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan
yang bersifat rutin. Swansburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu
proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu
tugas. Sementara Kron&Gray (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang
merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi,
mendorong, memperbaiki, mempercayai, dan mengevaluasi secara
berkesinambungan secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan yang dimiliki anggota. Dalam arti khusus supervisi dikaitkan dengan
suatu disiplin ilmu tertentu dalam hal ini adalah keperawatan. Supervisi dalam
konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-
sumber yang dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kuntoro, 2010).
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
supervisi merupakan suatu kegiatan yang mengandung dua dimensi pelaku, yaitu
pimpinan dan anggota atau orang yang disupervisi. Kedua dimensi pelaku tersebut
walaupun secara administratif berbeda level dan perannya, namun dalam
pelaksanaan kegiatan supervisi keduanya memiliki andil yang sama-sama penting.
Pemimpin mampu melakukan pengawasan sekaligus menilai seluruh kegiatan
yang telah direncanakan bersama, dan anggota mampu menjalankan tugas-tugas
yang menjadi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya. Jadi, dalam kegiatan
supervisi semua orang yang terlibat bukan sebagai pelaksana pasif, namun secara
5
bersama sebagai mitra kerja yang memiliki ide-ide, pendapat, dan pengalaman
yang perlu didengar, dihargai, dan diikutsertakan dalam usaha perbaikan proses
kegiatan termasuk proses keperawatan. Dengan demikian, supervisi merupakan
suatu kegiatan dinamis yang mampu meningkatkan motivasi dan kepuasan di
antara orang-orang yang terlibat baik pimpinan, anggota, maupun pasien dan
keluarganya.

2.2 Manfaat dan Tujuan Supervisi


Pelaksanaan supervisi yang tepat, organisasi akan memperoleh manfaat
yakni, 1) dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan
oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber
dayanya (staf, sarana, dana dan sebagainya) sudah digunakan sesuai dengan yang
telah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat
untuk meningkatkan efisiensi kegiatan program. 2) dapat mengetahui adanya
penyimpangan pada pemahaman staf melaksanakan tugas-tugasnya. Jika hal ini
diketahui, pimpinan organisasi akan memberikan pelatihan lanjutan bagi stafnya.
Latihan staf digunakan untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan dan
keterampilan staf yang terkait dengan tugas-tugasnya, 3) dapat mengetahui apakah
waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan
secara efisien, 4) dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan, 5)
dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau
diberikan pelatihan lanjutan.
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan
jumlah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas.

6
Oleh karena itu, tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan mengorientasikan staf
dan pelaksana keperawatan, melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan
arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran
dan mengerti peran serta fungsinya sebagai staf, dan difokuskan pada pemberian
pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan . Supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil
akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan kualitas
pelayanan keperawatan.

2.3 Sasaran Supervisi


Supervisi yang dilakukan memiliki sasaran dan target tertentu yang akan
dicapai. Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati
berdasarkan struktur dan hierarki tugas. Dengan demikian, sasaran yang menjadi
target dalam kegiatan supervisi adalah terbentuknya staf yang berkualitas dan
berkesinambungan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, tersedianya
sistem dan prosedur yang tidak menyimpang, adanya pembagian tugas dan
wewenang yang proporsional, dan tidak terjadinya penyelewengan kekuasaan,
kedudukan, dan keuangan. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan.
Pekerja menjadi bagian dari budaya organisasi yang memiliki filosofi,
nilai dan tujuan . Oleh karenanya, pengawasan yang baik adalah pengawasan yang
ditujukan kepada segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi. Pengawasan harus
bersifat komprehensif dalam arti bahwa tidak ada satupun segi pelaksanaan yang
boleh luput dari sasaran dan cakupan pengawasan. Agar pengawasan
terselenggara dengan efektif, dalam arti berhasil menemukan secara faktual hal-
7
hal yang terjadi dalam penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional, baik yang
sifatnya positif maupun yang berupa penyimpangan, penyelewengan atau
kesalahan, diperlukan berbagai instrumen, seperti standar hasil yang direncanakan
untuk dicapai, anggaran, data-data statistik, laporan, auditing, dan observasi
langsung.
Pelaksanaan supervisi haruslah dilakukan pada sasaran yang tepat. Adapun
tugas dan tanggung jawab supervisor yaitu 1) merencanakan tugas sehari-hari:
pembagian beban kerja, perincian penggunaan waktu dan batas kewenangan,
2) menggunakan kewenangan dengan tepat: bertindak efektif dan efisien serta
mampu mengatasi masalah, transformasi baik dari atasan maupun bawahan dan
sebaliknya, melaksanakan petunjuk, menyaring dan menyampaikan informasi
atasan, mengusahakan hasil kerja maksimal.

2.4 Prinsip Supervisi yang Efektif


Pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan salah satu refleksi dari
efektivitas manajerial seorang pemimpin. Oleh karenanya, agar pengawasan
terlaksana dengan baik diperlukan suatu sistem informasi yang andal sesuai
dengan kebutuhan. Pengawasan akan berlangsung dengan efektif apabila memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang
diselenggarakan. Teknik pengawasan yang dilakukan harus sesuai
dengan informasi yang berkaitan dengan kegiatan pengawasan,
seperti siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang
menjadi sasaran pengawasan.
8
b. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang
kemungkinan adanya deviasi atau penyimpangan dari rencana agar
dapat segera ditangani atau dilakukan tindakan pencegahannya.
c. Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik-titik
strategik tertentu. Manajer mampu menentukan kegiatan apa yang
perlu dilakukan sendiri dan kegiatan apa yang didelegasikan pada
orang lain, mampu melihat dan menentukan kegiatan-kegiatan apa
saja yang langsung harus ditangani sendiri.
d. Objektivitas dalam melakukan pengawasan. Pengawasan
dilaksanakan berdasarkan standar prestasi kerja yang memenuhi
persyaratan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
e. Keluwesan pengawasan. Pengawasan harus bersifat fleksibel.
Pelaksanaan pengawasan harus tetap bisa berlangsung meskipun
organisasi menghadapi perubahan karena timbulnya keadaan yang
tidak diduga sebelumnya atau bahkan juga bila terjadi kegagalan.
f. Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi.
Kemampuan dan tanggung jawab adalah hal yang penting dalam
melakukan pengawasan baik dalam melakukan pembagian tugas,
pendelegasian wewenang, pola pertanggungjawaban, jalur
komunikasi dan jaringan informasi.
g. Efisiensi pelaksanaan pengawasan. Perhatian utama pengawasan
ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang mempunyai nilai strategik
bagi organisasi sehingga apabila terjadi penyimpangan dari
rencana, dampaknya bagi organisasi akan bersifat negatif yang
akan berpengaruh pada kemampuan organisasi mencapai tujuan
dan sasaran kegiatan.
9
h. Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat.
Para manajer selaku pelaksana kegiatan pengawasan harus dapat
menentukan pengawasan bagaimana yang dibutuhkan dan alat
bantu yang perlu dikuasai dan dimiliki.
i. Pengawasan mencari yang tidak beres. Pengawasan adalah
merupakan usaha untuk mencari dan menemukan apa yang tidak
beres dalam organisasi atau adanya penyimpangan dari rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.
j. Pengawasan harus bersifat membimbing. Apabila pada saat
melakukan pengawasan ditemukan penyimpangan, siapa yang
salah serta faktor-faktor penyebabnya, seorang manajer harus
berani mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan bersifat membimbing, mendidik, objektif dan
rasional.

2.5 Waktu Supervisi


Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya
adalah sebagai berikut:
1. Sebelum Pertukaran Shift (15-30 menit)
a. Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu
b. Mengecek jadwal kerja

2. Pada Waktu Mulai Shift (15-30 menit)


a. Mengecek personil yang ada
b. Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan
c. Mengatur pekerjaan
d. Mengidentifikasi kendala yang muncul
e. Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan.
3. Sepanjang Hari Dinas (6-7 jam)

10
a. Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan, instruksi,
mengoreksi atau memberikan latihan sesuai kebutuhannya
b. Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera
membantu apabila diperlukan
c. Mengecek pekerjaan rumah tangga
d. Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja,
terutama untuk personil baru
e. Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan bantuan
atau hal-hal yang terkait
f. Mengatur jam istirahat personil
g. Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan
mencari cara memudahkannya
h. Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi
operasional
i. Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya
j. Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja
k. Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan
4. Sekali dalam sehari (15-30 menit)
a. Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk 15
menit
b. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti:
Keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan
pekerjaan dan lain sebagainya
5. Sebelum Pulang
a. Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha untuk
memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya
b. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan
mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya
c. Lengkapi laporan harian sebelum pulang
d. Membuat daftar pekerjaan untuk harinya, membawa pulang
memperlajari di rumah sebelum pergi bekerja kembali

2.6 Supervisi dalam Keperawatan


11
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang
sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab
kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf
lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi
semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi
pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat.
Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan
memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi
serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap proses
keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan
variabel yang harus disupervisi.
1. Pelaksana Supervisi Keperawatan
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas
dari masing-masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait
dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi
keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung
jawab antara lain:
1) Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan
keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang
dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di
ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang
menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan
supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing
(Suarli dan Bahtiar, 2009).
12
2) Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah
unit pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang
bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
3) Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang
keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab
melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung
melalui para pengawas keperawatan. Mengusahakan seoptimal
mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien.
Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah
mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai
baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan
pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti
terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan
keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

2.7 Macam-Macam Supervisi


Beberapa macam supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi
antara lain:
a. Konvensional
Supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk
menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan
keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan
memata-matai staf dalam menjalankan tugas. Model ini sering
tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan
13
pekerjaan yang dilakukan perawat pelaksana sehingga sulit
terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang
telah dilakukan.
b. Ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah
direncanakan sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau
masalah saja. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan dengan
model ini memiliki karakteristik antara lain 1) dilakukan secara
berkesinambungan, 2) dilakukan dengan prosedur, instrumen dan
standar supervisi yang baku, 3) menggunakan data yang obyektif
sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan, 4)
menggunakan rating scale, check list, pedoman wawancara, 5)
berkaitan erat dengan penelitian.
c. Klinis
Supervisi klinis bertujuan untuk membantu perawat
pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga
penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuhan keperawatan
meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui
pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang
perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.
d. Artistik
Supervisi artistik dilakukan dengan pendekatan personal
untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima
oleh perawat pelaksana yang akan disupervisi. Dengan demikian
akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungan antara
perawat dan supervisor akan terbuka yang mempermudah
supervisi.

2.8 Teknik supervisi


14
Teknik pokok dari supervisi pada dasarnya identik dengan teknik
penyelesaian masalah (problem solving). Perbedaan terletak pada teknik
pengumpulan data untuk menetapkan masalah dan penyebab masalah,
supervisi mempergunakan teknik pengamatan langsung (direct supervisi) oleh
pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar.
Untuk mengatasi masalah dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-
sama dengan sasaran supervisi secara langsung di tempat (on the spot). Untuk
dapat melaksanakan supervise yang baik, ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu sebagai berikut:

a. Pengamatan langsung

Untuk berhasilnya supervisi, pengamatan langsung yang dilakukan


tersebut harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu ada
beberapa hal lain yang harus di perhatikan seperti :

1) Sasaran pengamatan, pengalaman langsung yang tidak jelas


sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana
supervisi dapat terperangkan pada sesuatu yang bersifat detail.
Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya
ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja
(selective supervison).

15
2) Objektivitas pengamatan, pengamatan langsung yang tidak
terstandarisasi dapat mengganggu objektivitas. Untuk mencegah
keadaan seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu
dengan suatu daftar isi (check list) yang telah dipersiapkan. Istilah
daftar ini tersebut ditujukan untuk setiap sasaran pengamatan
secara lengkap dan apa adanya.

3) Pendekatan pengamatan, pengamatan langsung sering


menimbulkan beberapa dampak dan kesan negatif (rasa takut,
tidak tenang, atau kesan mengganggu kelancaran pekerjaan) untuk
mencegah keadaan ini, pengamatan langsung tersebut harus
dilakukan sedemikian rupa, sehingga berbagai dampak atau kesan
negatif tersebut tidak sampai muncul. Dianjurkan pendekatan
pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif,
bukan kekuasaan atau otoriter.

b. Cara tidak langsung

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui


laporan baik tertulis maupun lisan. Kepala ruangan tidak melihat langsung
apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan
fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

Melalui laporan lisan, pimpinan hanya memperoleh informasi


terbatas tentang kemajuan program atau laporan kasus penyalahgunaan
wewenang oleh staf dari laporan masyarakat. Sedangkan, melalui laporan
tertulis, informasinya hanya terbatas pada hal-hal yang dianggap penting
oleh staf. Hal ini dikarenakan staf penanggung jawab program diminta
16
membuat laporan singkat tentang hasil kegiatannya. Format laporan staf
harus dibuat. Sistem pencatatan dan pelaporan program yang secara rutin
dibuat oleh staf dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan program
asalkan laporan tersebut sudah dianalisis dengan baik. Langkah-langkah
supervisi tidak langsung sebagai berikut:

1. Lakukan supervisi tidak langsung dengan melihat hasil dokumentasi


pada buku rekam medik.

2. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.

3. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi


asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit.

4. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang disupervisi dengan


memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan catatan
tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.

5. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau


sesuai standar.

2.9 Konsep Berubah dalam Keperawatan

Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu


mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu
keadaan dan situasi. Perawat harus mempunyai keterampilan dalam proses
perubahan. Keterampilan pertama adalah proses keperawatan. Proses keperawatan
merupakan pendekatan dalam menyelesaikan masalah yang sistematis dan
konsisten dengan perencanaan perubahan. Keterampilan kedua adalah ilmu

17
teoritis dan pengalaman praktik. Perawat harus diajarkan ilmu teoritis di kelas dan
mempunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara efektif dengan orang lain.

Perubahan pelayanan kesehatan/keperawatan merupakan kesatuan dalam


perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Bahkan, menjadi hal
yang aneh atau tidak semestinya terjadi, apabila masyarakat umum dan
lingkungannya terus-menerus berubah, sedangkan keperawatan yang merupakan
bagian masyarakat tersebut tidak berubah dalam menata kehidupan profesi
keperawatan. Perubahan adalah cara keperawatan mempertahankan diri sebagai
profesi dan berperan aktif dalam menghadapi era global (millennium III).
Masyarakat ilmuwan dan professional keperawatan Indonesia melihat dan
mempersiapkan proses profesionalisasi pada era global ini bukan sebagai suatu
ancaman untuk ditakuti atau dihindari, tetapi merupakan tantangan untuk
berupaya lebih keras memacu proses profesionalisasi keperawatan di Indonesia
serta menyejajarkan diri dengan keperawatan di negara-negara lain.

A. Teori-Teori Perubahan
1. Teori Kurt Lewin (1951)
Lewin mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3
tahapan :
1) Pencairan (unfreezing)
Motifasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula.
Merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk berubah,
menyiapkan diri dan siap untuk berubah dan melakukan
perubahan.
2) Bergerak (moving)
Bergerak menuju keadaan yang baru atau tidak / tahap
perkembangan baru, karena memiliki cukup informasi, serta sikap

18
dan kemampuan untuk berubah. Pada tahap ini perawat berusaha
mengumpulkan informasi dan mencari dukungan dari orang-orang
yang dapat membantu memecahkan masalah.
3) Pembekuan (refresing)
Telah mencapai tingkat atau tahap baru, mencapai
keseimbangan baru. Tingkat baru yang dicapai harus dijaga untuk
tidak mengalami kemunduran atau bergerak kembali pada tingkat
atau tahap perkembangan semula. Tugas perawat sebagai agen
berubah berusaha mengatasi orang-orang yang masih menghambat
perubahan.
Lewin juga (1951) mengidentifikasi beberapa hal dan alasan yang harus
dilaksanakan oleh seseorang manajer dalam melaksanakan suatu perubahan,
yaitu:

1. Perubahan hanya boleh untuk alasan yang baik


2. Perubahan harus secara bertahap
3. Semua perubahan harus direncanakan dan tidak secara drastis atau
mendadak
4. Semua individu yang terkena perubahan harus dilibatkan dalam
perancanaan perubahan

Alasan perubahan Lewin tersebut ada alasan yang dapat diterapkan pada
setiap situasi, yaitu:

1. Perubahan ditunjukan untuk menyelesaikan masalah


2. Perubahan ditunjukan untuk membuat proses kerja lebih efesien
3. Perubahan ditunjukan untuk mengurangi pekerjaan yang tidak penting

2. Teori Roger (1962)

19
Roger 1962 mengembangkan teori dari Lewis 1951 tentang tiga tahap
perubahan dengan menekankan latar belakang individu yang terlibat dalam
perubahan dan lingkungan di mana perubahan tersebut di laksanakan. Roger
1962 menjelaskan lima tahap dalam perubahan,yaitu: kesadaran, keinginan,
evaluasi, mencoba, dan penerimaan atau dikenal juga sebegai awareness,
interes, evaluation, trial, adiption (AIETA).

3. Teori Lipitts (1973)

Lipitts (1973) dalam husin (1999) mendefinisikan perubahan sebagai


suatu yang direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam
individu, situasi atau proses dan dalam perencanaan perubahan yang
diharapkan, disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau sistem sosial
yang mempengaruhi secara langsung tentang status qou, organisasi lain atau
situasi lain. Tidak seorang pun lari dari perubahan. Pertanyaannya adalah
bagaimana seorang mengatasi perubahan tersebut? Kunci proses perubahan.
Tujuh tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menentukan masalah.

Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan


harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua fakta
dapat dikumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering
memikirkan dan mengetahui apa yang salah serta berusaha
menghindari data data yang dianggap tidak sesuai. Setiap orang
mempunyai tanggung jawab untuk selalu menginformasikan tentang
fenomena yang terjadi. Semakin banyak informasi tentang perubahan
yang dimilikdi seorang manajer, maka semakin akurat data yang dapat

20
diidentifikasi sebagai masalah. Semua orang yang mempunyai
kekuasaan harus diikutkan sedini mungkin dalam proses perubahan
tersebut.

2) Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan.

Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi keberhasilan


perubahan dalam mencapai tujuan yang lebih baik akan memerlukan
kerja keras dan komitmen yang tinggi dari semua orang yang terlibat
di dalamnya. Pada tahap ini, semua orang yang terlibat dan lingkungan
yang tersedia harus dikaji tentang kemampuan, hambatan yang
mungkin timbul, dan dukungan yang akan diberikan. Mengingat
mayoritas praktik keperawatan berada pada suatu organisasi/instansi,
maka struktur organisasi harus dikaji apakah peraturan yanyg ada,
kebijakan, budaya organisasi, dan orang yang terlibat akan membantu
proses perubahan atau justru menghambatnya. Fokus perubahan pada
tahap ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat terhadap proses perubahan tersebut.

3) Mengkaji motivasi agen pembaru dan sarana yang tersedia.

Pada tahap ini, diperlukan suatu komitmen dan motivasi


manajer dalam proses perubahan. Pandangan manajer tentang
perubahan harus dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Manajer
harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam
pelaksanaan perubahan dengan selalu mendengarkan masukan-
masukan dari staf dan selalu mencari solusi yang terbaik

4) Menyeleksi tujuan perubahan.


21
Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun sebagai suatu
kegiatan secara operasional, terorganisasi, berurutan, kepada siapa
perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk
dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan perlu
dilakukan uji coba sebelum menentukan efektivitas perubahan

5) Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaru.

Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin


atau manajer yang ahli dan sesuai di bidangnya. Manajer tersebut akan
dapat memberikan masuk dan solusi yang terbaik dalam perubahan
serta dia bisa berperan sebagai seorang mentor yang baik. Perubahan
akan berhasil dengan baik apabila antara manajer dan staf mempunyai
pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam
melaksanakan perubahan tersebut.

6) Mempertahankan perubahan yang telah dimulai.

Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus


dipertahankan dengan komitmen yang ada. Komunikasi harus terbuka
dan terus dinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan
permasalahan yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh
kedua belah pihak.

7) Mengakhiri bantuan.

Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti


oleh perencanaarn yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini
harus dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat
mempunyai peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan
22
perubahan yang telah terjadi. Manajer harus terus-menerus bersedia
menjadi konsultan dan secara aktif terus terlibat dalam perubahan.

Tabel 1.1 Perbandingan Perubahan Berdasarkan Tiga Teori Perubahan

Lewin Roger Lipitts


Pencairan Kesadaran  Mendiagnosis
masalah
Tertarik
 Mengkaji motivasi,
Evaluasi kemampuan untuk
berubah.
 Mengkaji motivasi
agen pembaru dan
berbagai sumber
saran.
Bergerak Mencoba  Menetapkan tujuan
perubahan.
 Menetapkan peran
agen pembaru.
Pembekuan Penerimaan  Mempertahankan
perubahan
 Mengakhiri bantuan

B. Strategi Pembuat Perubahan

23
Strategi pembuat perubahan dikelompokan menjadi 4 yaitu: memiliki
visi yang jelas, menciptakan budaya organisasi tentang nilai-nilai moral dan
percaya kepada oranglain, system komunikasi sesering mungkin secara jelas
dan singkat, serta keterlibatan orang yang tepat.

1) Visi yang Jelas

Visi ini merupakan hal yang sederhana dan utama, karena visi
dapat mempengaruhi pandangan orang lain, misalnya visi J.F.
Kennedy, “Menempatkan seseorang di bulan sebelum akhir abad ini”.
Visi harus disusun secara jelas, ringkas, mudah, dipahami dan
dilaksanakan setiap orang.

2) Iklim atau Budaya Organisasi yang Kondusif

Menciptakan iklim yang kondusif dan rasa saling percaya


adalah hal yang penting. Setiap perubuhan harus dicipatkan dalam
suasana keterbukaan, kejujuran, dan secara langsung. Upaya yang
harus ditanamakan dalam menciptakan iklim yang kondusif adalah:

1. Kebebasan untuk berfungsi secara efektif


2. Dukungan dari sejawat dan pinmpinan
3. Kejelasan harapan tentang lingkungan kerja
4. Sumber yang tepat praktik secara efektif
5. Iklim organisasi yang terbuka

3) Sistem Komunikasi yang Jelas Singkat dan Berkesinambungan


Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam setiap
orang perlu mendapatkan penjelasan tentang perubahan untuk
menghindari rumor atau informasi yang salah. Jika semakin

24
banyak orang mengetahui keadaan, maka mereka semakin baik dan
mampu memberikan pandangan ke depan.

C. Kunci Sukses Strategi Untuk Terjadinya Perubahan Yang Baik

Keberhasilan perubahan bergantung strategi yang diterapkan agen


pembaru hal yang penting adalah harus memulainya

1) Mulai diri sendiri


Perubahan dan pembenahan dari diri sendiri, baik sebagai
individu maupun sebagai profesi merupakan titik sentral yang
harus di mulai. Sebagai anggota profesi, perawat tidakakan pernah
berubah atau bertambah baik dalam suatu tujuan profesionalisme
jika perawat belum memulai pada diri sendiri.
2) Mulai dari hal hal kecil
Perubahan yang benar untuk mencapai professional
manajer keperawatan Indonesia tidak akan pernah berhasil, jika
dimulai dari hal-hal kecil. Hal-hal kecil yang harus dijaga
ditanamkan perawat Indonesia adalah menjaga citra keperawatan
yang sudah membaik dihati masyarakat dengan tidak merusaknya
sendiri.
3) Mulai Sekarang Jangan Menunda
Lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali, lebih baik
dikerjakan sekarang daripada harus terus menunda. Manfaat
kesempatan yang ad merupakan konsep keperawatan saat ini dan
masa yang akan datang.

D. Tahap Dan Pedoman Pengelolaan Perubahan


Pengelolaan perubahan menjadi kompetensi utama bagi
manajer perawat saat ini. Ketidakefektifan penerapan perubhanan

25
akan berdampak buruk terhadap manajer, staf dan organisasi serta
menghabiskan waktu dan dana yang sia sia. Pegawai ingin belajar
perubahan dari pimpinan, Bolton dkk, (1992) menjelaskan sepuluh
tahap pengelolaan perubahan organisasi sebagimana pada tabel 1.2
berikut.

Tahap Penjelasan
1 Mendefinisikan tujuan perubahan dengan melakukan pengkajian kepada
orang yang layak, menguji dokumen dan menulis bahan bahan yang
sudah dikembangkan, serta secara konsisten mentap ke depan sesuai visi
yang telah ditetapkan
2 Menyakinkan tentang kesesuaian tujuan perubahan dengan rencana
strategis organisasi
3 Dimana tujuan akan dapat dilaksanakan dengan baik dan orang lain akan
dengan senang hati terlibat didalamnya
4 Menentukan siapa yang kan memimpin perubahan. Pemimpin harus
mengomunikasikan visi secara efektif kepada setiap orang di masing
masing tatanan jabatan organisasi dan berperan sebagai pelatih, mentor,
pendengar dan pendukung kelompok kerja
5 Memfasilitasi komitmen semua pihak yang terlibat
6 Mengindentifikasi intrumen tujuan yang spefisik yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur pencapaian perubahan
7 Membangun suatu tim kerja yang solid. Tim kerja tersebut harus
mempunyai tanggung jawab yang jelas, mampu berkumonikasi dengan
yang lainnya, dan juga mampu melakukan negosiasi serta penyelesaian
masalah
26
8 Melibatkan semua tim kesehatan yang turut serta dalam praktik
keperawatan profesional kepada pasien. Tim tersebut harus mendukung
dan terlibat dalam perubahan yang diharapkan oleh organisasi
9 Belajar dari kesalahan masa lalu untuk menghindari kesalahan yang
sama
10 Ajarkan kepada kelompok kerja tentang proses interaksi perencanaan
yang baik. Selalu mengebangkan suatu yang komprehensif dan
mengkomunkasikannya secara terus menerus

E. Agen Pembaru

Dalam perkembangan karier profesional, setiap individu akan


terpanggil untuk menjadi agen pembaru. Menjadi agen pembaru menjadi
hal yang sangat menarik dan menyenangkan sebagai bagian dari peran
profesional. Keadaan tersebut akan terjadi jika anda merespon setiap
perubahan yang terjadi di sekeliling anda.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengintrol perilaku dan


cara anda mengelola perubahan. Anda dapat memilih perilaku pionir,
penjelajahan , seorang yang berpikir positif, atau seorang dengan motivasi
tinggi. Anda dapat mengawali proses perubahan dengan mengurangi
hambatan yang dimana bukan hal yang sulit apabila perawat dapat
mengontrol prilaku yang akan menjadi pemimpin yang baik.

Anda perlu menjadi bagian dari perubahan dan tidak menjadi


resistan terhadap perubahan untuk menjdai seorang agen pembaru yang
efektif.

27
Agen pembaru berperan untuk menyeleksi setiap fenomena yang
terjadi dan memilih hal hal yang akan diubah. Perubahan yang dipilih
bukan hanya pada hal hal yang mudah sebagaimana orang bijak
mengetakan “Siapa saja yang berhasil menyeberangi laut yang tenang
tetapi keberhasilan menyeberangi ombak akan mendapatkan penghargaan
yang sesngguhnya”.

Setiap perubahan harus dihadapi dengan senang dan penuh humor.


Yakinkan bahwa perubhanan adalah hal yang menantang dan menjadi agen
perbaharu memang tidak mudah. Jika anda mengalami stress keadaan itu
berdampak buruk kepada kesehatan anda sendiri dan tempat anda bekerja.

Selalu berpikir ke depan daripada hanya merenungi hal hal yang


sudah terjadi pada masa lalu (fix the past). Berpikir suatu cara terbaru dan
kesempatan untuk melaksanankan perubahan. Belajar dari kesalahan, dan
berpikir terus ke depan akan menjadi anda seorang agen yang sukses. Hal
yang harus disadari adalah bahwa apa yang anda lakukan sekarang belum
tentu dapat dipetik manfaatnya, oleh karena itu kesuksesan dalam
perubahan harus disertai langkah langkah antisipasi untuk kesuksesan
institusi di masa depan

BAB III

PENUTUP

28
3.1 Simpulan
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat
luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada
perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya
dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini
merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan
perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008). Seorang
supervisor harus melakukan tugas rutin sesuai waktu yang telah ditentukan.
Macam-macam supervisi terdiri dari konvensional, ilmiah, klinis, dan artistik.
Adapun teknik pelaksanaan supervisi yaitu pengamatan langsung dan tidak
langsung. Perubahan pelayanan kesehatan/keperawatan merupakan kesatuan
dalam perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Perubahan
adalah cara keperawatan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan
aktif dalam menghadapi era global (millennium III). Tuntutan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan akan terus berubah karena masalah
kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus mengalami perubahan.

3.2 Saran
Adapun saran penulis sebagai mahasiswa yang berada dijenjang
pendidikan, yaitu menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat
dimengerti dan dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang
konsep supervisi keperawatan dan konsep berubah dalam keperawatan. Agar
dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat serta dapat kita aplikasikan
di dunia kerja nanti.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arwani, Heru Supriyatno. 2005. Manajemen Bangsal


Keperawatan. Jakarta: EGC

Githa, I Wayan. 2010. Manajemen Keperawatan. Denpasar:


Poltekkes Depkes Denpasar Jurusan Keperawatan

30
Nursalam. 2017. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Triwibowo, Cecep. 2013. Manajemen Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit.
Jakarta: TIM

31

Anda mungkin juga menyukai