Retensio Plasenta
Retensio Plasenta
Kesalahan pada manajemen melahirkan kala 3 persalinan dapat mengakibatkan kntraksi uterus dan
serviks dapat bermasalah. Plasenta akan tertahan di serviks yang mengencang dan menghambat
pengeluaran plasenta.
Penanganan Pada Retensio Plasenta
Terhambatnya plasenta yang keluar dapat beresiko mengakibatkan pendarahan pada ibu. Apabila
terjadi retensio plasenta setelah lahir, penanganan dini harus segera dilakukan. Berikut tahap-tahap
retensio plasenta yang dilakukan tenaga medis untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi.
Mencegah Hipovolemik
Syok hipovolemik terjadi akibat pendarahan akut yang terus keluar segera setelah plasenta lepas
dari dinding rahim. Maka dari itu pemberian infus cepat diberikan agar tekanan darah, nadi, dan
oksigen selau ada dalam angka stabil
Persiapan transfusi
Transfusi darah disiapkan apabila timbul pendarahan kronis yang membutuhkan transfusi darah
segera guna melancarkan pengeluaran plasenta tanpa membahayakan jiwa ibu.
Manual Plasenta
Metode manual plasenta dilakukan dengan melepaskan plasenta secara manual dengan bantuan
tangan sedangkan tahan lain menahan dinding rahim dari luar. Syarat yang perlu diperhatikan
sebelum melakukan plasenta manual adalah bayi sudah lahir sepenuhnya, pendarahan kurang dari
400 cc, dan plasenta tertahan di dalam uterus lebih dari 30 menit,
Kuret
Kuretase atau kuret dilakukan setelah plasenta keluar seutuhnya oleh bantuan tangan atau masih
ada jaringan sisa plasenta yang belum keluar seluruhnya. Kuretase dilakukan di rumah sakit oleh
dokter spesialis kandungan yang berpengalaman. Kesalahan dalam kuretase malah dapat beresiko
merusak dinding rahim yang tipis dan dapat memicu pendarahan kembali dari rahim
Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik bagi ibu bertujuan untuk mencegah infeksi paska persalinan dan paska
penanganan retensio plasenta.