Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DAN PRAKNIKAH


PADA Nn. F USIA 20 TAHUN TENTANG KONSELING GIZI MASA
PRANIKAH DI TPMB BIDAN SITI ROHIMAH, AM.KEB.
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH

NAMA : APRIYANI SISKADEWI, S.ST


NPM : -

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


POLITEKNIK KARYA HUSADA
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang " Manajemen Asuhan
Kebidanan Remaja Dan Praknikah Pada Nn. F Usia 20 Tahun Tentang Konseling
Gizi Masa Pranikah di TPMB Bidan Siti Rohimah, AM.Keb. Tahun 2023".

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Sukabumi, September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………..………………… 2
Daftar Isi……………………………………………………….…….……..... 3
BAB I Pendahuluan………………………………………………………….. 4
1.1 Latar Belakang………………………………………………..…. 4
1.2 Tujuan…………………………………………………………… 7
1.3 Ruang Lingkup………………………………………………...… 7
1.4 Manfaat………………………………………………..………… 8
BAB II Tinjauan Teori……………………………………………………….. 9
2.1 Pranikah ………………..……………………………………...… 9
2.2 Status gizi (IMT) ……………………………………………...… 9
2.3 Gizi Seimbang………………………………………….……..…. 10
2.4 Makanan Yang Harus Dihindari………………………..…..…… 11
2.5 Manfaat Pemenuhan Gizi………………………………...….…... 13
2.6 Dampak Kurang Gizi………………………………….........…… 13
2.7 Konseling……………….……………………………..........…… 15
2.8 Pendokumentasian SOAP……………………………..........…… 17
BAB III Kasus………………………………………………………………... 19
BAB IV Pembahasan……………………………………………….……..…. 22
BAB V Penutup……………………………………….……………...……… 24
5.1 Kesimpulan…………………….……..……………...………….. 24
5.2 Saran……………………………………………………….…….. 24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...………… 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status gizi kesehatan ibu dan anak merupakan penentu kualitas
sumber daya manusia. Hal tersebut semakin jelas dengan adanya bukti
bahwa status gizi dan kesehatan calon ibu pada masa prakonsepsi, saat
kehamilan, dan menyusui merupakan periode yang sangat kritis periode
1000 HPK (hari pertama kehidupan) yang terdiri dari 270 hari selama
kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkan,
merupakan periode sensitif. Dampak dari masalah kesehatan dan gizi yang
dialami secara berkelanjutan sejak bayi akan menjadi permanen (Fillah, dkk.
2019).
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena
setelah menikah wanita akan segera menjalani proses konsepsi (Lusyana
dan Abdul, 2019). Prakonsepsi merupakan masa sebelum terjadinya
pertemuan sel sperma dengan ovum/pembuahan atau sebelum hamil (Fillah,
dkk. 2019). Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan
hingga satu tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu
saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi
(Susilowati dkk. 2016).
Oleh karena itu, perlunya persiapan pranikah bagi calon pasangan
pengantin untuk mencegah terjadinya masalah gizi pada anak sejak awal
kelahiran. Salah satu persiapan pranikah yang dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan status gizi khususnya status gizi calon pengantin
perempuan untuk mendeteksi secara dini masalah gizi dan menyiapkan
calon pengantin yang dapat menjalankan kehamilan yang sehat.
Pemeriksaan status gizi ini dapat dilakukan dengan pengukuran Indeks
Massa Tubuh (IMT), Lingkar Lengan Atas (LiLA), dan tanda-tanda anemia
pada calon pengantin perempuan.

4
Kekurangan gizi pada wanita usia subur (WUS) menimbulkan
masalah kesehatan morbiditas, mortalitas, dan disabilitas, juga menurunkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih
luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan
kelangsungan hidup suatu bangsa (Paramata & Sandalayuk, 2019).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) sering diderita oleh wanita usia subur
(WUS). Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berada pada masa
kematangan organ reproduksi dan organ reproduksi tersebut telah berfungsi
dengan baik, yaitu pada rentang usia 15 – 49 tahun termasuk wanita hamil,
wanita tidak hamil, ibu nifas, calon pengantin, remaja putri, dan pekerja
wanita. KEK menggambarkan asupan energi dan protein yang tidak
adekuat.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 proporsi WUS risiko KEK
mengalami peningkatan yaitu usia 15-19 tahun yang hamil sebesar 38,5%
yang tidak hamil sebesar 46,6% (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013). Pada usia 20-24 tahun adalah sebesar 30,1% yang hamil
dan 30,6% yang tidak hamil. Pada usia 25-29 tahun adalah 20,9% yang
hamil dan 19,3% yang tidak hamil. Dan pada usia 30-34 tahun yang hamil
21,4% dan yang tidak hamil 13,6% (Putri et al., 2019).
Status kekurangan energi kronis sebelum kehamilan dalam jangka
panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR), anemia pada bayi baru lahir,
mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak janin (Siti,
2013). Kurang energi kronis pada masa usia subur khususnya masa
persiapan kehamilan maupun saat kehamilan dapat berakibat pada ibu
maupun janin yang dikandungnya. Terhadap persalinan pengaruhnya dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya, dan
pendarahan. Pengaruhnya terhadap janin dapat menimbulkan
keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, dan berat badan lahir rendah (BBLR) (Pratiwi, 2018).

5
Upaya penanggulangan masalah KEK dapat dilakukan dengan
program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam bentuk biskuit yang
dibagikan kepada seluruh WUS dan ibu hamil yang mengalami KEK,
pemberian tablet Fe atau penambah darah untuk mencegah terjadiya anemia
pada ibu hamil, serta melakukan program konseling kepada Wanita Usia
Subur (WUS) mengenai masalah kesehatan reproduksi, kesiapan sebelum
hamil, persalinan, nifas dan konseling pemilihan alat kontrasepsi KB.
(Muhamad & Liputo, 2017)
Selain program PMT, ada juga program nasional yaitu program
Pekan Seribu Hari Kehidupan (HPK) yaitu program untuk menyelamatkan
kehidupan ibu dan bayi yang dimulai dari seribu HPK yaitu setiap sebulan
sekali di setiap Puskesmas semua ibu hamil, bersalin, nifas, bayi, dan balita
harus dilayani ditimbang berat badan dan dilihat status gizinya. Selain
mengikuti program yang dilakukan oleh puskesmas dan pemerintah, WUS
dan ibu hamil perlu melakukan perbaikan gizi secara mandiri. (Muhamad &
Liputo, 2017)

6
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan remaja dan pranikah
pada Nn. F usia 20 tahun tentang konseling gizi masa pranikah di
TPMB Bidan Siti Rohimah, AM.Keb Tahun 2023 dengan
menggunakan pendokumentasian sesuai SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif pada Nn. F
usia 20 tahun tentang konseling gizi masa pranikah di TPMB Bidan Siti
Rohimah, AM.Keb Tahun 2023.
b. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan data obyektif pada Nn. F
usia 20 tahun tentang konseling gizi masa pranikah di TPMB Bidan Siti
Rohimah, AM.Keb Tahun 2023.
c. Mahasiswa mampu menentukan analisis data pada Nn. F usia 20 tahun
tentang konseling gizi masa pranikah di TPMB Bidan Siti Rohimah,
AM.Keb Tahun 2023.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan planning pada Nn. F usia 20 tahun
tentang konseling gizi masa pranikah di TPMB Bidan Siti Rohimah,
AM.Keb Tahun 2023.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup makalah ini menyajikan manajemen asuhan kebidanan
remaja dan pranikah pada Nn. F usia 20 tahun tentang konseling gizi pada
pranikah di TPMB Bidan Siti Rohimah, AM.Keb Tahun 2023, pengambilan
data dilakukan pada tanggal 25 September 2023 jam 16.00 WIB. Setelah
dilakukan pengkajian berupa data subyektif dan obyektif kemudian
melakukan penatalaksanaan sesuai kebutuhan dan melakukan
pendokumentasian dengan SOAP.

7
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi refrensi dalam membantu
mahasiswa untuk memahami tentang praktik asuhan kebidanan remaja
dan pranikah Nn. F usia 20 tahun tentang konseling gizi pada pranikah di
TPMB Bidan Siti Rohimah, AM.Keb Tahun 2023 beserta tehnik
pendokumentasian dengan SOAP.
2. Manfaat Praktis
Makalah ini diharapkan dapat diaplikasikan para petugas
kesehatan khususnya tenaga bidan dalam menjalankan praktik asuhan
kebidanan remaja dan pranikah pada Nn. F usia 20 tahun tentang konseling
gizi pada pranikah di TPMB Bidan Siti Rohimah, AM.Keb Tahun 2023.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pranikah
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena
setelah menikah wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa
prakonsepsi merupakan masa sebelum kehamilan. Pelayanan prakonsepsi
dianggap sebagai komponen utama pelayanan kesehatan pada wanita usia
subur. Tujuan pelayanan prakonsepsi adalah menyediakan sarana promosi,
skrining, dan intervensi pada wanita usia subur dalam rangka menurunkan
faktor resiko yang mempengaruhi kehamilan yang akan datang.

2.2 Status gizi (IMT)


Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode pengukuran status gizi
yang sederhana, murah, dan mudah dari berat badan terhadap tinggi badan
yang digunakan untuk mengklasifikasi kekurangan atau kelebihan berat
badan pada orang dewasa (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2013). IMT
didefinisikan sebagai hasil perhitungan berat badan seseorang dalam
kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (kg/m2 ) (Irianto,
2017). Metode ini digunakan hanya pada seseorang yang berusia 18-70
tahun dengan struktur tulang belakang normal, bukan atlet atau
binaragawan, dan bukan ibu hamil atau ibu menyusui (Arisman, 2011). IMT
dapat dhitung dengan rumus berikut :
Berat Badan(kg )
IMT =
Tinggi badan(m)2
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Kemenkes (2018), yaitu :
Sangat Kurus : < 17,0
Kurus :17 sampai < 18,5
Normal : 18,5 sampai < 25,0
Gemuk (Overweight) : ≥ 25,0 sampai < 27,0
Obesitas : ≥ 27,0

9
2.3 Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah susunan asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat
gizinya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemenuhan asupan gizi ini juga
harus memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal guna
mencegah masalah gizi.
Dalam prinsipnya, gizi seimbang terdiri dari 4 pilar, yang pada dasarnya
merupakan upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan
zat gizi yang masuk dengan mengontrol berat badan secara teratur.
Adapun 4 pilar gizi seimbang tersebut, yaitu:
1. Konsumsi makanan dengan beraneka ragam
Makanan yang kita makan menyumbangkan zat-zat gizi yang beragam,
sehingga tidak ada makanan yang lengkap kandungan zat gizinya,
terkecuali ASI untuk bayi 0-6 bln.
Dalam satu sumber zat gizi kita harus mengonsumsi beraneka ragam
makanan. Seperti sumber karbohidrat dapat kita penuhi dari nasi, mie,
umbi-umbian, tepung-tepungan sekitar 3-4 porsi sehari. Sumber protein
kita dapat penuhi dari ikan, daging ayam, daging sapi, telur, tahu, tempe
dan kacang-kacangan sekitar 2-4 porsi sehari. Sumber vitamin dapat
kita penuhi dari sayur dan buah-buahan yang beraneka ragam warna
masing-masing sekitar 2-3 porsi buah per hari dan 3-4 porsi sayur per
hari. Buah dan sayur ini hendaknya dikonsumsi keduanya dan bukanlah
dipilih salah satu berdasarkan kesukaan karena vitamin dan mineral
yang dikandungnya berbeda fungsi dalam tubuh kita. Akan tetapi,
konsumsi makanan yang beraneka ragam ini harus dalam proporsi
makanan yang seimbang, jumlah yang cukup, tidak berlebihan, dan
dilakukan secara teratur.
2. Pola hidup aktif dan berolahraga
Pola hidup aktif dilakukan dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah
segala macam kegiatan tubuh, termasuk olahraga. Aktivitas fisik
merupakan upaya tubuh dalam menyeimbangkan keluar dan masuknya

10
zat gizi, terutama sumber energi utama dalam tubuh.
Selain itu, aktivitas fisik juga dapat memperlancar sistem metabolisme
tubuh, tak terkecuali metabolisme zat gizi. Untuk meningkatkan
aktivitas fisik kita dapat menambahkan olah raga setidaknya 3 kali
seminggu dengan durasi 30 menit per sesi. Agar keseimbangan zat gizi
dalam tubuh dapat terpelihara.
3. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
sehat adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
Dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), kita dapat
menghindarkan dari penyakit infeksi. Bahkan 45% penyakit diare bisa
dicegah dengan mencuci tangan.
4. Menjaga berat badan ideal
Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi
keseimbangan gizi di dalam tubuh adalah memiliki berat badan yang
normal dalam Indeks Masa Tubuh (IMT). Pemantauan berat badan
dapat dilakukan dengan mengukur berat badan per tinggi badan kuadrat
dalam meter dengan panduan sebagai tertera di gambar.

2.4 Makanan Yang Harus Dihindari


1. Gorengan
Kandungan kalori pada gorengan terbilang tinggi. Begitu juga dengan
kandungan lemak dan oksidan yang terdapat di dalamnya. Bila
dikonsumsi terlalu sering, gorengan dapat menjadi makanan tidak sehat
karena gorengan merupakan salah satu penyebab obesitas, memicu
hyperlipidemia, dan dapat menjadi salah satu penyebab penyakit
jantung koroner.

11
2. Makanan Kalengan
Makanan kalengan memang terlihat lebih mudah dimakan dan menarik.
Namun, gizi makanan kalengan tidak memadai ketika sudah dikemas
dalam kaleng, tidak seperti makanan segar. Nilai gizinya sudah
berkurang drastis. Kandungan vitamin dan protein makan kalengan
kebanyakan sudah rusak saat proses pengalengan itu dilakukan.

3. Makanan Asinan
Makanan asinan juga termasuk makanan tidak sehat karena
mengandung kadar garam tinggi. Makanan yang memiliki kadar garam
melebihi batas normal akan menambah beban beberapa organ dalam
tubuh seperti ginjal, usus, dan selaput lendir pada lambung.

4. Daging Olahan
Daging olahan termasuk makanan yang tidak sehat karena saat proses
pengolahan, daging akan diberi bahan tambahan bahan pengawet dan
pewarna. Jika sering memakan daging olahan dalam jumlah banyak,
menjadikan tekanan darah kurang stabil dan kinerja ginjal terganggu.

5. Olahan Keju
Olahan keju sebenarnya bermanfaat bagi tubuh jika dimakan
sewajarnya. Namun, berbagai macam makanan yang memiliki bahan
dasar keju, seperti kue, jika dimakan berlebihan, akan berbahaya bagi
tubuh.
Saat dikonsumsi berlebihan, olahan keju bisa menyebabkan gairah
makan menurun, gula darah naik, berat badan meningkat. Jika gairah
makan menurun, perut akan sering kosong dan menjadi rentan terhadap
berbagai penyakit.

6. Mi Instan
Mi instan masuk dalam kategori makanan tidak sehat karena memiliki
banyak sekali bahaya jika dikonsumsi berlebihan. Sebab, berbagai
bahan baku dan bahan pelengkap yang digunakan dalam pembuatan mi
instan membuat mi tidak disarankan untuk dikonsumsi.

12
7. Banyak Gula Tambahan
Makanan dan minuman yang ditambahkan gula harus dihindari.
Konsumsi gula dalam jumlah besar, bisa memicu terjadinya resistensi
insulin pada tubuh dan menyebabkan berbagai penyakit serius,
termasuk diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

2.5 Manfaat Pemenuhan Gizi


Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak
remaja, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola
makan yang sehat juga membantu para remaja untuk berpartisipasi lebih
aktif disekolah dan beraktivitas fisik.
Begitupun bagi usia pranikah, nutrisi yang tepat dapat membantu
mempersiapkan kehamilan yang sehat. Makanan yang cukup diperlukan
oleh tubuh, cukup dalam memilih makanan yang memenuhi kebutuhan
tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan sehat.

2.6 Dampak Kurang Gizi


1. Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada
remaja daripada dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya
terlalu banyak melebihi kebutuhannya sehingga menjadi gemuk.
Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan adalah
cara untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai
untuk para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada
umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi,
dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan, disamping
itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menghindari
ngemil makanan/kue-kue.

13
2. Kurang Energi Kronis
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis
tidak selalu berupa akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik.
Pada umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan
yang menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan
faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang
lawan jenis kurang seksi. Kekurangan energi kronis (KEK) ditandai
dengan lingkar lengan atas < 23,5cm. Bagi usia pranikah, keadaan ini
dapat mengakibatkan terjadinya keadaan KEK pada kehamilan dan
dapat menyebabkan berbagai masalah pada masa kehamilannya.
(Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019)
Lingkar Lengan Atas (LiLA) merupakan metode pengukuran
status gizi secara antropometri yang digunakan untuk mengukur risiko
terjadinya KEK pada wanita usia subur (WUS), ibu hamil, ibu
menyusui dan pasangan usia subur (PUS) (Supariasa I.,2012).
Pengukuran LiLA digunakan sebagai skrining untuk mendeteksi ibu
hamil dengan risiko KEK dan melahirkan bayi dengan berat bada lahir
rendah (BBLR) (Holil, Harjatmo, & Wiyono, 2017).
Pola makan yang tidak seimbang dan tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi individu menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
asupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh sehingga kekurangan gizi
dapat terjadi pada wanita usia subur di masa kehamilannya. Wanita usia
subur (WUS) dengan pola makan kategori kurang dapat diindikasikan
bahwa WUS tersebut tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya sesuai angka
kebutuhan gizi (AKG) yang direkomendasikan sehingga berpotensi
terjadi gangguan gizi atau kekurangan gizi.
Kebiasaan pola makan yang tidak memenuhi standar, jika
berlangsung lama maka WUS akan berisiko mengalami KEK
dibandingkan individu dengan pola makan yang baik. Makanan yang
adekuat pada WUS adalah makanan yang dikonsumsi tiap harinya dapat
memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh yang

14
terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitasnya (Alam et al., 2020).

3. Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling
umum dijumpai terutama pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk
membentuk sel-sel darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin,
beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-
laki.
Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh,
maka diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada
daging, hati, ikan, ayam, selainitu bahan maknan yang tinggi vitamin C
membantu penyerapan zat besi.
Anemia merupakan salah satu masalah gizi remaja yang
berkaitan langsung dengan AKI (Angka Kematian Ibu). Anemia,
dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang
kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya.
Anemia, terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh
seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan,
sementara zat besi yang masuk sedikit.

2.7 Konseling
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan
hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan
secara professional (sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien
untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan
memenuhi kebutuhan klien.
Langkah Konseling dalam Praktik Kebidanan
Agar bidan dapat melakukan kegiatan konseling dengan baik dan
berhasil, maka bidan harus memperhatikan langkah-langkah dalam proses
konseling. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.

15
Langkah Awal
Merupakan langkah penting dalam proses konseling kebidanan,
keberhasilan langkah awal akan mempermudah langkah berikutnya dalam
proses konseling kebidanan. Pada langkah awal tugas bidan sebagai seorang
konselor adalah sebagai berikut:
- Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan sendiri
- Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri
- Menentukan alasan klien minta pertolongan
- Membina rasa percaya (trust), penerimaan, dan melakukan komunikasi
secara terbuka
- Membuat kontrak bersama
- Mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perbuatan klien.
- Mengidentifikasi masalah klien
- Merumuskan tujuan bersama klien
Langkah Inti
Langkah kedua dari proses konseling kebidanan adalah langkah inti atau
langkah pokok. Langkah ini menentukan apakah bantuan yang diberikan
benar-benar sesuai dengan kebutuhan klien dan apakah konseling berhasil
dengan baik. Tugas bidan pada langkah inti adalah sebagai berikut:
- Mengeksplorasi stressor yang tepat
- Mendukung perkembangan kesadaran diri klien dan pemakaian koping
mekanisme yang konstruktif.
- Mengatasi penolakan perilaku maladaptif
- Memberikan beberapa alternatf pilihan pemecahan masalah
- Melaksanakan alternatif yang dipilih klien
- Merencanakan tindak lanjut dari alternatif pilihan.
Langkah Akhir
Setelah melakukan kegiatan pokok dalam proses konseling, meskipun bidan
bukan orang yang paling berhak untuk mengakhiri proses konseling, akan
tetapi bidan harus dapat melakukan terminasi atau pengakhiran. Tugas bidan
pada langkah akhir adalah sebagai berikut:

16
- Menciptakan realitas perpisahan
- Membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan
- Saling mengeksplorasi perasaan, penolakan (kehilangan), sedih, marah,
dan perilaku lain
- Mengevaluasi kegiatan dan tujuan konseling
- Apabila masih diperlukan, melakukan rencana tindak lanjut dengan
membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.

2.8 Pendokumentasian SOAP


SOAP Kebidanan merupakan singkatan dari Subjective (subjektif),
Objective (objektif), Assessment (penilaian), dan Plan (perencanaan) dalam
profesi kebidanan. SOAP kebidanan menjadi sarana yang digunakan oleh
para bidan untuk mencatat rekam medis. Rekam medis sendiri merupakan
informasi mengenai kondisi pasien yang dicatat supaya lebih terorganisir.
Sehingga, SOAP dan juga rekam medis ini jadi salah satu sarana
bagi para tenaga medis untuk dapat mencatat diagnosis terhadap suatu
kondisi yang dialami oleh pasien dari bidan tersebut. Dengan metode
penulisan SOAP, maka bidan dapat dengan jelas menjelaskan mengenai apa
yang terjadi dengan pasien dan apa saja rencana yang akan dilakukan
kepada pasien.
Selain itu, SOAP kebidanan juga akan menunjukkan bagaimana
reaksi pasien terhadap perawatan yang sudah ditempuh oleh pasien tersebut.
Sehingga tak heran jika SOAP sangat membantu mempercepat pelayanan
bidan terhadap para pasiennya.
1. Tulis Bagian Subjektif (S)
Bagian pertama adalah menuliskan riwayat medis dan juga hasil
temuan subjektif seorang bidan berdasarkan laporan medis dari pasien
tersebut. Riwayat pasien yang dicantumkan pada bagian subjektif ini
umumnya meliputi etiologi atau penyebab utama penyakit atau kasus
yang dialami. Selain itu, juga biasanya dituliskan keluhan utama, gejala
penyakit, deskripsi keluhan, dan juga riwayat yang pernah dialami oleh
pasien.

17
2. Tulis Bagian Objektif (O)
Langkah selanjutnya adalah menulis bagian objek pada catatan
rekam medis SOAP. Yang mana di dalamnya berisi mengenai hasil
observasi kuantitatif sebagai seorang bidan. Dari hasil tersebut, akan
tercatat bagian objektif yang harus dituliskan di dalam SOAP kebidanan,
dengan catatan : jika dilakukan pemeriksaan khusus lain (misalnya hasil
cek laboratorium, hasil USG, dan lain sebagainya), masukkan juga hasil-
hasil pemeriksaan tersebut ke dalam catatan.
3. Tulis Analisis (A)
Selanjutnya, cantumkan juga diagnosis yang paling
memungkinkan. Pada bagian ini, jika diagnosis terakhir belum
didapatkan, dapat mencantumkan beberapa kemungkinan diagnosis
terlebih dahulu. Jika ada, cantumkan juga beberapa diagnosis tambahan
yang perlu diperhatikan, dengan catatan : pada diagnosis penilaian ini,
dapat mencantumkan berbagai tes medis yang dilakukan pasien,
misalnya hasil cek laboratorium, hasil tes darah, hasil urin, hasil USG,
dan lain sebagainya untuk rekomendasi berobat ke spesialis lainnya atau
ke dokter.
4. Tulis Bagian Planning (P)
Terakhir, pada bagian ini mencatat langkah pengobatan yang
sekiranya akan ditempuh oleh pasien tersebut. Cantumkan pula
bagaimana perawatan yang akan diberikan kepada pasien, misalnya
terapi, jenis obat, dan atau metode perawatan lain.
Setelah itu, tuliskan bagaimana rencana pengobatan jangka
panjang dan juga rekomendasi gaya hidup pasien. Hal ini akan
menjelaskan mengenai tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek
dari pasien tersebut.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Nn. F
Umur : 20 tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Kp. Cimahi, Rt 01 Rw 01, Ds. Selajambe, Kec. Cisaat

2. Alasan Datang
Periksa/Keluhan Utama
Sering merasa lemas, dan
pusing
3. Riwayat Kesehatan
Klien
Tidak ada riwayat penyakit
hipertensi, asma, jantung,
hepatitis, TBC, HIV/AIDS

19
atau penyakit yang dapat
memperberat lainnya.
4. Riwayat Kesehatan
Keluarga
Dikeluarga tidak ada
riwayat penyakit berat
yang berpotensi menular
ataupun
menurun
2. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama
- Ibu mengatakan ingin melengkapi persyaratan ke KUA untuk pranikah.
- Ibu merasa khawatir dengan kondisi berat badannya yang kurang.

3. Riwayat Kesehatan Klien

Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, asma, jantung, hepatitis, TBC,


HIV/AIDS atau penyakit yang dapat memperberat lainnya.
4. Riwayat Kesehatan Dikeluarga
Tidak ada riwayat penyakit berat yang berpotensi menular
ataupun menurun.

5. Riwayat Menstruasi

Menarche : 11 tahun

Siklus : 28-30 hari

Lamanya : 5-7 hari

20
Banyak : 3x/hari ganti pembalut

6. Pola Fungsional Kesehatan


Klien mengatakan pola makannya normal 2-3 x sehari tetapi dalam porsi
kecil, minum air putih ± 2-4 gelas perhari, tidak ada kebiasaan buruk
seperti meroko atau minum alkohol.

3.2 Data Objektif


1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik, Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital
TD : 100/60 mmHg, N : 76x/menit, S : 36,4°C, R : 21x/menit
Antropometri
BB : 45 kg, TB : 157 cm, LILA : 22 cm, IMT : 18,2
2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala : wajah agak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan
dengan genetik seperti sindrom down, konjungtiva agak
pucat, sklera putih
 Leher : tidak dilakukan pemeriksaan
 Payudara : tidak dilakukan pemeriksaan
 Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

3.3 Analisis
Diagnosa : Nn. F usia 20 tahun masa pranikah dengan KEK
Dasar
 Subjektif
- Klien mengatakan pola makannya normal 2-3 x sehari tetapi dalam
porsi kecil
 Objektif

21
- BB : 45 kg, TB : 157 cm, LILA : 22 cm, IMT : 18,2

Masalah : Kekurangan Energi Kronik (KEK)


Kebutuhan : Konseling tentang gizi pada pranikah

3.4 Planning
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien mengenai keluhan yang
dialami saat ini yaitu hasil pemeriksaan TB:157cm,BB:45kg,
LILA:22cm,IMT:18,2 dikategorikan KEK karena hasil pemeriksaan
LILA kurang dari 23,5cm.
Klien mengerti penjeasan dan mengetahui kondisinya.
2. Menjelaskan pada klien tentang indeks masa tubuh (IMT). Indeks Massa
Tubuh (IMT) adalah metode pengukuran status gizi dari berat badan
terhadap tinggi badan yang digunakan untuk mengklasifikasi kekurangan
atau kelebihan berat badan pada orang dewasa.
Klien mengerti penjelasan yang diberikan.
3. Menjelaskan pada klien tentang gizi seimbang. Gizi seimbang adalah
susunan asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai
dengan kebutuhan tubuh. Terdapat 4 pilar gizi seimbang yaitu konsumsi
makanan dengan beraneka ragam, pola hidup aktif dan berolahraga,
menerapkan pola hidup bersih dan sehat, menjaga berat badan ideal.
Klien mengerti penjelasan yang diberikan.
4. Menjelaskan pada klien tentang makanan yang harus dihindari. Beberapa
makanan yang harus dihindari diantaranya gorengan, makanan kalengan,
makanan asinan, daging olahan, olahan keju, mi instan, makanan yang
banyak gula tambahan.
Klien mengetahui tentang makanan yang harus dihindari.
5. Menjelaskan pada klien tentang manfaat pemenuhan gizi. Nutrisi yang
tepat dapat membantu mempersiapkan kehamilan yang sehat.
Klien mengerti penjelasan yang diberikan.

22
6. Menjelaskan pada klien tentang dampak kurang gizi. Kekurangan gizi
dapat menyebabkan Obesitas, Kurang Energi Kronis (KEK), dan Anemia.
Klien mengerti penjelasan yang diberikan.

7. Menganjurkan pada klien untuk merubah pola makan yang adekuat.


Makanan yang adekuat pada WUS adalah makanan yang dikonsumsi tiap
harinya dapat memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
yang terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitasnya dengan
mengkonsumsi gizi seimbang.
Klien mengerti dan bersedia untuk merubah pola makan yang adekuat.
8. Menjadwalkan kunjungan ulang apabila klien merasakan keluhan lain.
Klien mengerti dan bersedia melakukan kunjungan ulang.

23
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian Subjektif
Dari hasil pengkajian data subjektif didapatkan alasan klien datang
ingin mendapatkan konseling pranikah. Klien tidak memiliki riwayat penyakit
berat yang sedang di derita ataupun riwayat penyakit berat di keluarga, riwayat
menstruasi normal dan tidak ada kebiasaan buruk seperti meroko atau minum
alkohol. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.
2. Pengkajian Objektif
Dari hasil pengkajian data obyektif didapatkan hasil pemeriksaan TTV
dalam batas normal. Hasil pemeriksaan antopometri di dapatkan data
TB:157cm, BB:45kg, LILA;22cm, IMT;18,2. Indeks Massa Tubuh (IMT)
adalah metode pengukuran status gizi dari berat badan terhadap tinggi badan
yang digunakan untuk mengklasifikasi kekurangan atau kelebihan berat badan
pada orang dewasa (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2013). Data objektif berisi
mengenai hasil observasi kuantitatif sebagai seorang bidan. Dalam hal ini tidak
ada kesenjangan antara kasus dan teori.
3. Analisa Data
Dari hasil pengkajian data subjektif didapatkan pola makan Nn. F 2;3
kali sehari tapi dalam porsi kecil. Kebiasaan pola makan yang tidak memenuhi
standar, jika berlangsung lama maka WUS akan berisiko mengalami KEK
dibandingkan individu dengan pola makan yang baik. (Alam et al., 2020).
Dari hasil pengkajian data objektif didapatkan TB:157cm, BB:45cm,
LILA:22cm, IMT:18,2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut
Kemenkes (2018), yaitu sangat kurus < 17,0, kurus 17 sampai < 18,5, normal
18,5 sampai < 25,0, gemuk (overweight) ≥ 25,0 sampai < 27,0 , obesitas ≥
27,0. Kekurangan energi kronis (KEK) ditandai dengan lingkar lengan atas <
23,5cm (Dieny, Ayu and Dewi Marfu’ah Kurniawati, 2019).
Maka diagnosa yang dibuat dari data dasar tersebut yaitu Nn. F usia 20
tahun masa pranikah dengan KEK. Dalam hal ini penentuan diagnosa pada Nn.
F sudah sesuai, tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.

24
4. Planning
Dari hasil pengkajian data subyektif, obyektif dan juga analisa data,
untuk pemecahan masalah dan memenuhi kebutuhan klien maka dilakukan
konseling tentang gizi pada klien dengan menjelaskan indek masa tubuh
(IMT), gizi seimbang, makanan yang harus dihindari, manfaat pemenuhan gizi,
dan dampak kurang gizi. Sesuai dengan teori bahwa konseling kebidanan
adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian
bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai
dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah,
mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien. Dan juga
menganjurkan untuk merubah pola makan yang adekuat. Makanan yang
adekuat pada WUS adalah makanan yang dikonsumsi tiap harinya dapat
memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh yang terpenuhi baik
secara kualitas maupun kuantitasnya (Alam et al., 2020). Dalam hal ini
penatalaksaan yang diberikan sudah sesuai tidak ada kesenjangan antara kasus
dan teori.

25
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengkajian data subyektif pada Nn. F meliputi
identitas, alasan kedatangan, keluhan yang dirasakan, riwayat penyakit
sekarang dan dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat menstruasi, dan
pola fungsional kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus.
2. Setelah dilakukan pengkajian data obyektif pada Nn. F meliputi
pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, TB, BB, IMT, LiLA, tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik. Hal ini sesuai dengan teori sehingga tidak
ada kesenjangan antara teori dan kasus.
3. Setelah dilakukan analisa pada Nn. F yang meliputi diagnosa kebidanan,
data dasar, masalah, dan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan teori sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
4. Setelah dilakukan planning/penatalaksanaan, asuhan yang diberikan pada
Nn. F sesuai dengan masalah dan diagnosa kebidanan. Hal ini sesuai
dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

5.2 Saran
1. Untuk Klien
Setelah mendapatkan konseling tentang gizi pada masa pranikah, klien
diharapakan mengetahui pentingnya zat gizi bagi kesehatan tubuhnya
dalam mempersiapkan calon ibu dan janin yang sehat. Dan juga dapat
merubah pola makan yang adekuat bergizi seimbang dengan menerapkan
pola hidup bersih dan sehat.
2. Untuk Bidan
a. Mengutamakan upaya promotif dan preventif dalam pelayanan asuhan
kebidanan kehamilan.
b. Meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan kebidanan
khusunya dalam konseling, informasi dan edukasi kehamilan.

26
3. Untuk Institusi
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan
manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan
dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam
membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang
berpotensi dan professional.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2011). Obesitas, Diabetes Mellitus & Dislipedia : Konsep Teori dan
Penanganan Aplikatif. Jakarta: EGC.
Alam, S., Ansyar, D. I., & Satrianegara, M. F. (2020). Eating pattern and educational
history in women of childbearing age. Al-Sihah: The Public Health Science
Journal, 12(1), 81.
Dieny, F. F., Ayu, R. and Dewi Marfu’ah Kurniawati (2019) Gizi Prakonsepsi. Edited by
nur syansiah. jakarta: Bumi Medika.
Holil, M., Harjatmo, T. P., & Wiyono, S. (2017). Bahan Ajar Gizi : Penilaian Status Gizi.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Perberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
Irianto, P. (2017). Pediman Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: CV.
Andi offset.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Muhamad, Z., & Liputo, S. (2017). PERAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
DALAM MENANGGULANGI THE ROLE OF THE LOCAL GOVERNMENT
POLICY IN ERADICATION OF. 7(November), 113–122.
Mulyaningrum. (2009). Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Barru. Media Gizi Pangan, VII(1).
Paramata, Y., & Sandalayuk, M. (2019). Kurang Energi Kronis pada Wanita Usia Subur
di Wilayah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Journal of
Public Health, 2(1), 120. https://doi.org/10.32662/gjph.v2i1.390
Pratiwi, S. K. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga dan Tingkat Pendidikan Ibu
dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Politeknik
Kesehatan Kendari.
Putri, M. C., Angraini, D. I., & Hanriko, R. (2019). Hubungan asupan makan dengan
kejadian kurang energi kronis (kek) pada wanita usia subur (wus) di kecamatan
terbanggi besar kabupaten lampung tengah. Journal Agromedicine, 6(1), 105-113.
Supariasa, I. N., Bakri, B., & Fajar, I. (2013). Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Supariasa, I. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
https://www.academia.edu/38373859/Kebutuhan_gizi_pada_remaja

28
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/page/31/apa-itu-imt-dan-
bagaimana-cara-menghitungnya
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/179/pilar-utama-dalam-prinsip-gizi-
seimbang

29

Anda mungkin juga menyukai