DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema proses pelarutan batugamping …………………...…… 3
Gambar 1.2 Proses pelarutan yang diikuti oleh pembentukkan .................... 4
Gambar 1.3 (a) Stadium Muda, (b) S. Dewasa, dan (c) S. Tua .................... 5
Gambar 1.4 Tower karst …………………................................................... 7
Gambar 1.5 Tropical Doline (cocpits) dan plan view contour ..................... 8
Gambar 1.6 Klasifikasi bentuklahan karst .................................................... 9
Gambar 1.7 (a) Perkembangan doline menjadi uvala dan (b) Perkembangan
lembah menjadi uvala ……………....................................……………... 9-10
Gambar 1.8 (a) Border polje, (b) Struktural, dan (c) Base-level ……...…. 10
Gambar 1.9 Ilustrasi lembah buta ……………………………………....... 11
Gambar 1.10 Kerucut Karst formasi Wonosari Kabupaten Malang ……... 11
Gambar 1.11 Menara karst Southern Guilin Guangxi, China …………..... 12
Gambar 1.12 (a) Dataran Karst dan (b) Dataran Aluvial Karst Malang .… 12
Gambar 1.13 Sistem sungai bawah tanah kawasan Karst-Goa Coban
Perawan Malang ………………………………………………………….. 13
Gambar 1.14 Stalaktit kawasan Endokarst-Goa Coban Perawan Malang ... 13
Gambar 1.15 Stalakmit kawasan Endokarst-Goa Coban Perawan Malang . 14
Gambar 1.16 Tower Karst of Paninsular Thailand ……………………….. 14
Gambar 1.17 Bentukan tirai pada kawasan Endokarst-Goa Coban Perawan
Malang ……………………………………………………………………. 15
Gambar 1.18 Bentukan teras pada kawasan Endokarst-Goa Coban Perawan
Malang ……………………………………………………………….…… 15
BENTUKLAHAN KARST Modul
(Karst Landform)
Bentuklahan karst secara harfiah berasal dari bahasa Jerman yang
merupakan turunan dari bahasa Slovenia “Kras” dan memiliki arti “gersang
batu”. Pada awalnya penamaan di Slovenia ini tidak memiliki hubungan dengan
proses pelarutan batuan atau batu gamping seperti saat ini sehingga relatif sulit
diidentifikasi lebih lanjut. Istilah “Kras” juga didasarkan pada wilayah yang
dicirikan adanya suatu area batu kapur dengan minim vegetasi yang terletak di
Timur Laut Tireste (Pavlous). Kemudian setelah diturunkan ke Bahasa Jerman
yang memiliki kesamaan karakteristik bentangalam, istilah “Karst” secara resmi
dijadikan sebagai salah satu penamaan pada bentuklahan asal pelarutan batuan
(batuan karbonat–batugamping–dolomit) oleh International Geology and
Geomorphological Bibliography.
Bentuklahan karst memiliki bentuk relief dan drainase khusus yang
perkembangannya pada formasi batuan mudah larut dengan air. Salah satu
batuan yang mudah mengalami pelarutan oleh air yaitu batugamping. Formasi
pada batugamping membentuk topografi karst dengan lapisan tebal, banyak
retakan (diaklas), curah hujan tinggi, dan terletak pada elevasi yang tinggi
(Santosa, 2015). Topografi karst umumnya juga ditemukan pada jenis batuan
evaporite seperti halit, gipsum, dan anhidrat yang mencirikan porositas sekunder
(kekar dan sesar intensif). Akan tetapi, sebaran batuan karbonat yang lebih luas
menyebabkan karst banyak berkembang pada batuan karbonat.
Beberapa ahli geomorfologi menggunakan istilah karst sebagai wilayah
dengan batuan gamping yang dicirikan oleh drainase permukaan yang langka,
solum tanah yang tipis, dan terdapat cekungan-cekungan tertutup (doline) serta
keberadaan sistem drainase dominan di bawah tanah (Summerfield, 1991).
Batuan karbonat–batugamping–dolomit merupakan jenis batuan sedimen
umumnya berbentuk di lingkungan laut (dangkal). Berbeda dengan batuan
sedimen lainnya, batugamping terbentuk secara kimia. Batugamping jenis
terumbu yang berasal dari akumulasi beberapa jenis binatang dan tumbuhan
yang hidup di pinggiran laut dangkal yang telah mati. Proses selanjutnya diikuti
dengan adanya perubahan mutu lingkungan hidup atau gejala dinamika bumi
seperti proses pengangkatan yang membentuk endapan batugamping setelah
melewati proses pembatuan selama ruang dan waktu geologi masih tersedia.
Ciri-ciri bentuklahan karst menurut Haryono (2013): (1) Terdapat cekungan
tertutup atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan bentuk, (2) Sulitnya
terdapat drainase dan aliran sungai permukaan, dan (3) Indikasi sistem drainase
bawah tanah yang ditandai dengan adanya goa.
Bentuklahan Karst 1
Modul
A. PROSES KARSTIFIKASI
Proses karstifikasi merupakan proses pembentukkan bentuklahan karst
yang dipengaruhi oleh faktor pendorong dan pengontrol. Faktor pendorong
bentuklahan karst yaitu temperatur dan penutupan lahan di atasnya.
Sedangkan faktor pengontrol bentuklahan karst yaitu terdiri dari: (1) batuan
mudah larut, kompak, tebal, dan mempunyai rekahan yang relatif banyak; (2)
curah hujan cukup (>250 mm/tahun); dan (3) batuan yang terekspos di
ketinggian sehingga dapat terjadi perkembangan sirkulasi air atau drainase
secara vertikal (Haryono, 2013).
Proses karstifikasi secara kimiawi adalah akibat adanya zat padat yang
mengandung mineral karbonat, zat cair atau air yang mengandung unsur-
unsur terlarut tertentu, dan udara yang mengandung gas karbondioksida
(White, 1988). Sementara skema pelarutan batugamping diawali dengan
adanya pelarutan CO2 di dalam air dan membentuk H2CO3. Larutan H2CO3
yang tidak stabil akan terurai menjadi H- dan HCO32-. Kemudian ion H-
menguraikan CaCO3 menjadi Ca2+ dan HCO32-. Skema reaksi kimia secara
umum terjadi di kawasan batugamping sebagai berikut:
Bentuklahan Karst 2
Modul
3. Karena H2CO3 merupakan asam kuat, maka dapat mengalami
dissociation (perpecahan) yaitu yang pertama H2CO3 HCO3- + H+
dan yang kedua adalah HCO3- CO32-+ H+ dengan proporsi yang
kecil dibawah pH 8,4 sehingga dapat diabaikan.
4. Ketika air dan batuan karbonat berinteraksi, terjadi pelepasan ion dan
kemudian terjadi reaksi pelarutan karbonat CaCO3 Ca2++ CO3.
+
Kemudian ion CO3- bergabung dengan ion H yang lepas sehingga
CO32-+ H+ HCO3-.
Bentuklahan Karst 3
Modul
2. Perubahan derajat keasaman (pH) air. Proses karstifikasi ditandai
dengan adanya reaksi pertama pada perpindahan massa dan reaksi
kimia antar udara dan air yaitu pH air akan menurun apabila
kandungan karbondioksida yang terlarut pada air bertambah sehingga
menyebabkan air tidak dalam keadaan jenuh.
3. Perubahan dari adanya pengaruh ion lain. Pada sistem SKD (Sistem
Karst Dinamis), ion mayor selai Ca2+ dan HCO3- biasanya juga
terlarut dalam air biasanya Mg2+ punya proporsi yang cukup tinggi,
sementara SO42- biasanya terlarut dalam jumlah yang kecil. Pengaruh
ion-ion tersebut adalah terhadap kemudahan untuk melarutkan batuan
gamping (solubility).
4. Perubahan adanya pencampuran (mixing) dengan komponen-
komponen air lainnya.
Batuan dengan kandungan CaCO3 yang tinggi akan sangat mudah untuk
larut sehingga semakin mempercepat perkembangan bentuklahan karst.
Umumnya resistensi batuan dapat menentukan kestabilan morfologi karst
seperti; (1) apabila terdapat batuan lunak, maka setiap kenampakan karst
yang terbentuk seperti karren dan bukit akan cepat hilang karena intensitas
proses pelarutan ataupun dipengaruhi oleh erosi dan gerak massa batuan (2)
ketebalan menentukan terbentuknya sirkulasi air secara vertikal lebih tinggi
sehingga kemungkinan proses karstifikasi lebih cepat, dan (3) rekahan batuan
merupakan jalan masuknya air membentuk drainase vertikal dan
berkembangnya sungai bawah tanah serta peningkatan konsentrasi pelarutan.
Pembentukkan topografi karst melalui proses yang sangat lama,
sehingga dapat dikategorikan menjadi tiga tahapan yaitu stadium muda,
dewasa, dan tua. Perkembangan pada stadium muda yaitu terjadi proses
pelarutan mineral melalui struktur diaklas yang semakin lama semakin
membesar membentuk lubang-lubang ponor, kemudian ponor berkembang
semakin intensif menjadi ladokan-ladokan berbentuk corong yang terus
berkembang menjadi dolin-doline hingga awal pembentukkan uvala,
kemudian uvala dapat terus berkembang mengikuti alur sungai pendek
dengan aliran air masuk melalui ponor yang diakhiri dengan pembentukkan
sistem sungai bawah tanah.
Pada stadium dewasa akan terbentuk beberapa ledokan yang kemudian
runtuh membentuk graben, dan pada setiap ledokan dapat dijumpai
konsentrasi aliran air yang membentuk pola polje. Selanjutnya perkembangan
pada stadium tua yaitu permukaan tanah asli telah hilang secara menyeluruh
membentuk permukaan yang kasar, doline banyak mengalami kerusakan
Bentuklahan Karst 4
Modul
sehingga permukaan tanah turun, terbentuk lembah-lembah baru
menyebabkan batuan dasar tersingkap, permukaan yang tidak teratur
membentuk menara lereng curam atau bentukan sisir memanjang, aliran air
sering keluar masuk melalui sistem gua, dan batuan yang tersingkap
membentuk bukit sisa terisolir (hum). Perkembangan kawasan karst
berdasarkan stadia (Petersen) dapat diperhatikan pada gambar berikut 1.3
Gambar 1.3 (a) Stadium Muda, (b) Stadium Dewasa, dan (c) Stadium Tua (Patersen,
2010)
B. KLASIFIKASI KARST
Persebaran topografi karst telah banyak ditentukan di berbagai wilayah
di permukaan bumi dengan tipe-tipe yang berbeda. Variasi topografi karst
telah banyak dijelaskan dengan beberapa klasifikasi tipe-tipe karst yang
secara umum dibedakan menjadi tiga kelompok (Haryono, 2013) yaitu:
1. Klasifikasi Cvijic (1914)
Pembagian tipe karst menurut Cvijic (1914) yaitu holokarst, monokarst,
dan karst transisi. Penjelasan tipe karst berdasarkan Cvijic meliputi:
Bentuklahan Karst 5
Modul
a. Holokarst: merupakan tipe karst dengan perkembangan sempurna
dari sudut pandang bentuklahannya maupun hidrologi bawah
permukaannya. Karst tipe ini dapat terjadi apabila perkembangan
karst secara horisontal dan vertikal tidak terbatas; batuan karbonat
masif dan murni dengan kekar vertikal yang menerus dari permukaan
hingga batuan dasarnya; serta tidak terdapat batuan impermeable yang
berarti. Di Indonesia karst tipe ini jarang ditemukan, karena besarnya
curah hujan menyebabkan sebagian besar karst dipengaruhi oleh
proses fluvial.
b. Monokarst: merupakan karst dengan perkembangan tidak sempurna
(parsial) dengan hanya mempunyai sebagian ciri bentuklahan karst.
Merokarst berkembang di batugamping yang relatif tipis dan tidak
murni. Perkembangan secara vertikal tidak sedalam perkembangan
holokarst dengan perubahan relief yang cepat. Erosi lebih dominan
apabila dibandingkan dengan pelarutan dan sungai permukaan
berkembang. Monokarst pada umumnya tertutup oleh tanah, tidak
ditemukan karren, dolin, goa, swallowhole berekembang hanya
setempat-setempat. Sistem hidrologi tidak kompleks, alur sungai
permukaan dan bawah permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi.
c. Karst Transisi: merupakan karst yang secara dominan berkembang
di batuan karbonat yang cukup tebal sehingga memungkinkan untuk
pembentukkan karst pada bawah tanah. Kondisi ketebalan tidak
sedalam pada kawasan karst holokarst sehingga evolusi karst lebih
cepat. Pada tipe ini lembah fluvial lebih banyak dijumpai dan polje
hampir tidak ditemukan. Contoh holokarst di Indonesia antara lain
Karst Gunung Sewu (Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan), Karst
Karangbolong (Gombong), dan Karst Maros (Sulawesi Selatan).
2. Klasifikasi Sweeting (1972)
a. True Karst: merupakan klasifikasi karst yang tahap
perkembangannya sempurna (holokarst) yang dapat diketahui dengan
adanya karst doline yang disebabkan oleh pelarutan vertikal.
b. Fluvio Karst: merupakan hasil akumulasi antara proses fluvial dan
proses pelarutan. Fluvio karst pada umumnya terjadi di daerah
berbatuan gamping yang dilalui oleh sungai alogenik (sungai berhilir
di daerah non-karst). Sebaran batugamping baik secara lateral
maupun vertikal yang jauh lebih kecil daripada true karst dan
perkembangan sirkulasi bawah tanah juga terbatas disebabkan oleh
muka air tanah lokal.
Bentuklahan Karst 6
Modul
c. Tropical Karst: pengaruh dari presipitasi yang besar menghasilkan
aliran permukaan sesaat yang lebih besar, sedangkan evaporasi
menghasilkan re-kristalisasi larutan karbonat membentuk lapisan
keras di permukaan. Hal ini menyebabkan doline membulat seperti di
iklim sedang jarang ditemukan dan digantikan oleh doline berbentuk
bintang yang tidak beraturan. Doline tipe ini sering disebut cockpit.
Klasifikasi karst pada daerah tropis umumnya dibedakan menjadi 2
bagian meliputi:
1) Turm karst: merupakan tipe karst yang sering dijumpai di daerah
tropis. Tipe karst ini dicirikan oleh bukit-bukit dengan lereng
terjal, biasanya ditemukan dalam kelompok yang dipisahkan satu
sama lain dengan sungai atau dataran aluvial. Tower karst
terbentuk dari hasil pelarutan lateral oleh muka air tanah yang
sangat dangkal atau oleh sungai alogenik yang melewati
singkapan batugamping. Ukuran bukit menara sangat bervariasi
dari pinacle kecil hingga blok dengan ukuran beberapa kilometer
persegi. Permukaan tidak teratur disebabkan oleh depresi-depresi
dan koridor dengan kedalaman hingga 150 meter. Kontak dari
bukit menara dengan dataran aluvium merupakan tempat
pemunculan mataair dan perkembangan gua.
Bentuklahan Karst 7
Modul
Bentuklahan Karst 8
Modul
(a).
Bentuklahan Karst 9
Modul
(b).
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.8 (a) Border polje, (b) Struktural polje, dan (c) Base-level polje
(Ford and Williams, 1989 dalam Routledge 2013)
Bentuklahan Karst 10
Modul
d. Lembah Buta (Blind Valley) merupakan bentukan lembah yang
mendadak terputu atau buntu dan ditandai oleh adanya sungai di
lembah tersebut kemudian hilang karena mengalir ke dalam tanah.
Identifikasi bentukan lembah buta dapat diperhatikan pada gambar
berikut.
Gambar 1.9 Ilustrasi lembah buta (Jennings, 1971 dalam Routledge 2013)
Bentuklahan Karst 11
Modul
b. Menara karst (turm karst) merupakan perbukitan berlereng curam
secara vertikal yang berdiri tegak diantara dataran aluvial. Menara
karst umumnya berasosiasi dengan daratan fluvial yang dipengaruhi
oleh proses pengikisan tingkat lanjut. Kenampakkan topografi menara
karst dapat diperhatikan pada gambar berikut.
Gambar 1.11 Menara karst Southern Guilin Guangxi, China (Frumkin, 2011)
Gambar 1.12 (a) Dataran Karst dan (b) Dataran Aluvial Karst Malang (Pict
by Hikamsyah, 2018)
2. Endokarst
Sistem pembentukkan endokarst yaitu secara dominan dipengaruhi
oleh proses pelarutan tingkat lanjut. Hal ini menjadi pembeda antara
kawasan karst dan kawasan batu batugamping yang umumnya terdapat di
atas permukaan tanah. Ciri umum pada kawasan endokarst yaitu tingginya
proses geokimia sehingga menyebabkan keadaan lingkungan membentuk
sistem hidrosfera dan biosfera yang diawali oleh pembentukan di
Bentuklahan Karst 12
Modul
permukaan dan di bawah permukaan tanah. Sistem hidrosfera atau tata air
sebagian besar membentuk sistem aliran bawah-permukaan tanah yang
kemudian membentuk jaringan saluran dan sungai bawah tanah.
Sedangkan pada biosfera yaitu diwakili oleh jenis tumbuhan dan hewan
yang mampu menyesuaikan lingkungan lorong gua yang termasuk pada
kawasan gelap abadi. Satuan bentuklahan yang dapat ditemukan pada
kawasan endokarst yaitu pada mulut, lorong dan ornamen gua yang
meliputi:
a. Sungai sistem karst: Authigenic adalah aliran sungai bawah tanah
yaitu pergerakan sungai permukaan yang nampak di permukaan tanah
yang kemudian tiba-tiba menghilang masuk ke dalam sistem sungai
bawah tanah, yang kemudian muncul-masuk kembali di permukaan,
dan demikian seterusnya sehingga bermuara di pantai. Gambar aliran
authigenic dapat diperhatikan pada gambar.
Gambar 1.13 Sistem sungai bawah tanah kawasan Karst-Goa Coban Perawan
Malang (Pict by Hikamsyah, 2018)
b. Stalaktit: yaitu salah satu ornamen dalam gua yang terletak di bagian
atas dinding yang dipengaruhi oleh pelarutan batuan karbonat yang di
bawa oleh tetesan air hasil pergerakan aliran air yang vertikal.
Semakin tinggi curah hujan dan permeabilitas lahan maka akan
mempercepat perkembangan stalaktit. Bentukan stalaktit pada
kawasan endokarst dapat diperhatikan pada gambar.
Bentuklahan Karst 13
Modul
c. Stalakmit: yaitu pasangan dari stalaktit yang tumbuh di lantai gua
akibat adanya tetesan air dari langit-langit gua yang mencapai lantai
gua. Bentukan stalakmit pada kawasan endokarst dapat diperhatikan
pada gambar.
Bentuklahan Karst 14
Modul
Bentuklahan Karst 15
Modul
IDENTITAS MAHASISWA
Nama :
NIM :
Offering :
1. Bentangalam Kars adalah Bentangalam yang terbentuk pada daerah dengan
litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukan relief yang khas, aliran
sungainya tiba-tiba masuk ke dalam tanah dan meninggalkan lembah kering
yang kemudian keluar di tempat lainsebagai mata air yang besar. (Bloom,
1979). Identifikasi ciri khusus yang terdapat pada kawasan karst Malang
Selatan berikut.
Jawaban:.............................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
......................................................................................................
2. Karstifikasi merupakan proses pembentukan bentuklahan karst yang
dipengaruhi oleh faktor pendorong dan faktor pengontrolnya. Jelaskan
perbedaan karstifikasi pada batuan penyusun bentuklahan karst berikut.
Bentuklahan Karst 16
Modul
Jawaban:.............................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
......................................................................................................
Jawaban:.............................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
......................................................................................................
Bentuklahan Karst 17
Modul
Bentuklahan Karst 18
Modul
Jawaban:...................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.............................................................................................................
Jawaban:...................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
10. Pada perkembangan kawasan karst di atas permukaan atau eksokarst yaitu
dapat dibedakan menjadi bentukan negatif dan bentukan positif. Bentukan
negatif diantaranya Doline, Uvala, Polje dan bentukan positif yang terdiri dari
kerucut karst, menara karst, dataran aluvial karst. Tentukan bentuklahan
eksokarst Malang Selatan berdasarkan kenampakan 3 dimensi wilayah berikut
ini serta perbandingannya.
Bentuklahan Karst 19
Modul
Jawaban:
A :....................................................................................
B :....................................................................................
C :....................................................................................
D :....................................................................................
E :.....................................................................................
F :....................................................................................
Jawaban:...........................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................
Bentuklahan Karst 20