PENDAHULUAN
yang mampu bekerja untuk menghasilkan suatu suhu atau temperatur dingin
saat ini, misalnya untuk pembekuan ikan, pendingin sayur atau buah-buahan, dan
terdiri dari beberapa jenis antara lain : Refrigerator untuk keperluan Industri,
efek pendinginan melalui ekspansi udara pada tekanan tinggi dan temperatur kamar.
mendinginkan alat-alat permesinan seperti pada mesin bor, mesin bubut, dan lain-
lain.
Prinsip kerja sistem pendingin tabung vortex ialah udara bertekanan dialirkan
ke dalam sebuah pipa dengan inlet membentuk sudut tangensial, sehingga akan
menghasilkan perubahan suhu terhadap udara yang dialirkan tersebut. Udara yang
1
mengalir di dalam pipa akan dikeluarkan dari dua sisi yaitu sisi panas dan sisi
dingin. Dari fenomena tersebut, terlihat bahwa tekanan udara masuk berpengaruh
2. Penelitian dilakukan pada suhu ruangan (25 - 35 °C) dan tekanan 2 - 4 bar
1.4.1 Tujuan
(input) dan bukaan katup terhadap performa sistem pendingin tabung vortex.
2
a. Mengetahui kinerja dari tabung vortex pada sisi pendingin
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aliran Vortex
Aliran vortex adalah aliran fluida yang berputar dan biasanya turbulen.
Gerakan spiral apapun dengan arah aliran tertutup disebut aliran vortex. Gerakan
cairan yang berputar cepat mengitari pusatnya disebut vortex. Kecepatan dan
tingkat rotasi cairan dalam vortex bebas (irotasional) lebih tinggi di pusatnya, dan
menurun secara progresif sesuai jarak dari pusatnya, sementara kecepatan vortex
dorongan (rotasional) adalah nol di pusat dan meningkat secara proporsional sesuai
jarak dari pusatnya. Kedua jenis vortex tersebut memiliki tekanan minimum di
pusat, meski tekanan minimum pada vortex bebas lebih rendah. (Nusantara, 2013)
Aliran vortex juga dikenal sebagai aliran pulsating atau aliran yang berputar
belokan atau perubahan diameter pipa. Aliran vortex cenderung dianggap sebagai
suatu kerugian pada suatu aliran, namun belakangan justru sudah dikembangan
4
dalam dunia industri, baik fabrikasi, pertambangan, pengeboran minyak dalam
Tabung vortex atau juga dikenal dengan nama Ranque–Hilsch Tube pertama
kali ditemukan oleh Georges J.Ranque, fisikawan Prancis pada tahun 1931. Tabung
Ranque- Hilsch adalah sebuah alat sederhana yang bekerja tanpa terjadi laju
perpindahan materi (Hansske dkk., 2007). Pada awal pembuatannya alat ini
digunakan untuk penelitian proses pemisahan partikel gas pada fluida dengan
membuat pusaran paksa. Penemuan ini sempat ditinggalkan karena dianggap tidak
efisien, pada tahun 1947 seorang engineer Jerman Rudolf Hilch berhasil
memperbaiki desain dan kinerja alat ini. Semenjak itu banyak peneliti berusaha
Rudolf Hilch menemukan perubahan temperatur udara pada tabung vortex, saat ini
menjadikan suatu yang sangat menguntungkan. Pada awalnya tabung vortex hanya
digunakan sebagai alat pemisah partikel fluida namun ternyata perubahan suhu
yang terbentuk justru dapat dijadikan keuntungan yang lebih menarik dalam dunia
industri. Tabung vortex adalah alat yang menghasilkan udara dingin dan udara
panas secara bersamaan. Tabung vortex dapat dimanfaatkan sebagai pendingin atau
juga sebagaipemanas tergantung dari setting yang diberikan. Sumber energi alat ini
5
Gambar 2.2 Tabung vortex
menunjukkan bagian-bagian tabung vortex. Aliran udara akan berawal dari saluran
inlet kemudian nozzle dan chamber, dilanjutkan pada hot tube, valve dan hot air
pendingin dan pemanas karena bentuknya yg praktis, ringkas, ringan serta alat yang
tidak berisik (Bruno, 1992). Udara bertemperatur rendah yang dihasilkan oleh
tabung vortex banyak digunakan dalam dunia industri, seperti pada industri logam,
6
efek tabung vortex digunakan untuk mendinginkan coolant pada alat-alat produksi
seperti bubut, freis, dan lain sebagainya. Kemudian pada industri pengecoran
logam, efek tabung vortex juga dimanfaatkan sebagai penyuplai udara dingin pada
baju khusus yang digunakan di area-area panas seperti pada seragam astronot.
Gambar 2.4 Tabung vortex digunakan sebagai pendingin pada coolant mesin
mesin produksi, pada alat ini fluida yang digunakan adalah cairan coolant
tube dan uni-flow vortex tube. Kedua jenis tabung vortex ini masih digunakan dalam
industri, namun yang lebih populer adalah counter-flow vortex tube. (Giorgio De
Vera, 2010)
7
Nozzle Air inlet
Hot air
Air in
Oirfice plate
Nozzle Cone valve
Gambar 2.5 menunjukkan skema kerja dari counter-flow vortex tube, sistem
ini menempatkan cold outlet pada posisi berlawanan arah dengan hot outlet. Sistem
ini lebih banyak digunakan karena dianggap lebih efisien dengan perbedaan suhu
Cone valve
Nozzle
Gambar 2.6 Uni-flow vorteks tube
tabung vortex menempatkan cold air sejajar dengan hot outlet. Sistem ini tidak
dapat menghasilkan kinerja yang optimal baik untuk udara dingin maupun udara
panas. Sistem ini digunakan apabila ruang dan biaya perawatan dianggap lebih
penting.
8
2.5. Prinsip Kerja Tabung Vortex
Udara terkompresi dialirkan kedalam tabung vortex melalui nosel, yang di
alirkan dengan sudut tangensial terhadap pusat silinder maka aliran akan bergerak
secara spiral di sepanjang sisi tabung. Aliran akan bergerak ke arah hot end dan
akan terhambat oleh control valve. Hambatan oleh control valve mengakibatkan
peningkatan tekanan di sekitar hot end dan memaksa aliran balik bergerak kearah
cold end. Aliran balik ini mengalir melalui sumbu silinder karena pada bagian ini
memiliki tekanan yang lebih rendah. Aliran akan mulai mengalir dari hot end yang
bertekanan tinggi ke sisi tekanan rendah di cold end. (Boswell & Chandratilleke ,
2009). Selama proses mengalirnya udara secara vortex didalam tabung vortex,
perpindahan energi berlangsung secara continue antara udara balik dan udara maju.
Perpindahan energi ini mengakibatkan penurunan suhu pada udara balik dan
peningkatan suhu pada udara maju (Frohlingsdorf dan H. Unger, dikutip Gatra
Putra Nusantara, 2013). Aliran udara balik akan mengalir keluar melaui diafragma
dan berakhir di cold outlet, sedangkan udara maju akan keluar melalui celah bukaan
control valve dan berakhir di hot outlet. Dengan mengatur bukaan control valve,
maka kuantitas dan temperatur udara dingin dapat divariasikan. Gambar 2.7 berikut
akan menggambarkan sistem kerja serta aliran udara di dalam tabung vortex.
9
Gambar 2.7 Sistem kerja serta aliran udara di dalam tabung vortex.
2.6. Teori Fenomena Transfer Energi
Tabung vortex dapat menghasilakan udara panas dan dingin secara
bersamaan tanpa ada perpindahan materi, penambahan alat penukar kalor, maupun
input kalor dari luar sistem. Fenomena ini menjadi pertanyaan yang menarik tentang
bagaimana proses perpindahan energi yang terjadi di dalam tabung vortex. Hingga
saat ini belum ada satu teori yang dapat menjelaskan secara pasti dan sempurna
pada satu sisi tabung vortex dan peningkatan suhu pada sisi lainnya. Ada banyak
penjelasan tentang fenomena ini namun dua teori yang populer hingga saat ini yaitu:
membentuk aliran pusaran bebas dalam tabung vortex yang disebabkan oleh
percepatan sentripetal, Pusaran udara bergerak sepanjang sisi tabung hingga saat
hampir mencapai katup pada ujung tabung, rotasi udara hampir berhenti sehingga
terdapat suatu titik stagnan pada daerah ini. Pada saat tekanan di dekat katup ini
melebihi tekanan atmosfir, suatu aliran udara aksial balik mulai terbentuk. Aliran
udara ini bersinggungan langsung dengan arus pusar bebas yang bergerak dengan
10
cepat di sisi tabung yang mengakibatkan udara balik pada aksial di ujung katup ikut
bergerak dan menjadi arus pusaran paksa dengan arah rotasi yang sama dengan sisi
luar namun arah alirannya berlawanan. Energi yang dibutuhkan untuk membentuk
dan menjaga pusaran paksa balik di sumbu tabung diperoleh dari arus pusaran pada
sisi tabung. Hal ini mengakibatkan adanya laju aliran energi momentum dari lapisan
udara sisi tabung terhadap arus pusar balik di sumbu tabung. Kecepatan rotasi arus
pusar pada sisi tabung berkurang secara perlahan dari sisi nosel ke sisi katup,
Akibatnya terdapat perpindahan energi yang kontinyu dari bidang nosel ke bidang
katup, hal ini menyebabkan pemanasan pada udara yang menuju katup.
membentuk arus pusar bebas. Arus pusaran tersebut bergerak sepanjang dinding
tabung. Pada daerah mendekati katup, pusaran udara hampir berhenti berputar
karena udara dimampatkan oleh katup yang berbentuk kerucut meruncing. Tekanan
udara di daerah ini meningkat dan melebihi tekanan udara luar pada sisi ujung yang
lain sehingga udara mulai bergerak menuju sisi bertekanan rendah dan aliran udara
balik di pusat tabung mulai terbentuk. Aliran balik ini berkontak langsung dengan
pusaran bebas di sisi tabung sehingga memaksa aliran pada pusat tabung turut
bergerak berputar searah dengan putaran luar dengan kecepatran tinggi membentuk
arus pusaran paksa. Energi yang dibutuhkan untuk membentuk arus pusar paksa
pada aliran di sumbu tabung diperoleh dari arus pusar bebas di sisi tabung. Meski
demikian, aliran energi tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan perpindahan
11
energi dari sumbu tabung ke sisi tabung, sehingga akibatnya terdapat netto
perpindahan energi radial keluar dan menuju katup. Jadi aliran udara disisi tabung
akan menjadi panas sedangkan aliran udara di sumbu tabung akan menjadi dingin.
2.7.1 Termodinamika
positif atau negatif. Artinya suhu dapat naik atau turun sebagai akibat
2.7.2 Performansi
Parameter yang paling penting dalam menentukan performa Tabung vortex adalah
12
Laju Aliran massa udara dingin
Coeffisient of performance dari aliran udara dingin didefenisikan kalor dingin (Qc)
tekanan udara atmosfer menjadi tekanan udara masukan dengan proses kompresi
reversible isothermal.
P
WK = ṁin Rin Tin ln( P𝑖𝑛) ............................................................ (2.6)
𝑐
Jadi,
𝑄𝑐
COPc = ................................................................................ (2.7)
𝑊𝐾
Dimana :
ε = cold fraction
13
Qc = Kalor dingin (kW)
14
BAB III
METODE PENELITIAN
Negeri Ujung Pandang. Waktu pelaksanaan dimulai pada akhir bulan Maret sampai
Bulan
No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengadaan
1 Alat dan
Bahan
Perakitan
2
Peralatan
Proses
3
Pengujian
Pembuatan
Laporan
4
dan
Artikel
Seminar
5
Hasil
a) Peralatan Utama:
15
b) Peralataan Bantu:
kompresor
selang
katup
Termometer
panas
Barometer
16
3.3 Diagram Alir Penelitian Tugas Akhir
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Alat
Hitung:
(Th − Tin )+4
ε= Th − Tin
Hitung:
ΔTc = Tin – Tc
ṁc = ṁin . ε
Qc = ṁc Cp ΔTc
Hitung:
P
WK = ṁin Rin Tin ln( P𝑖𝑛)
𝑐
Hitung:
𝑄𝑐
COPn = 𝑊𝐾
A B
17
A B
Tidak
Berhasil
Ya
Tulis Hasil
Kesimpulan
Selesai
Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan informasi dan data kepustakaan
18
P P
TANGKI
UDARA
F T F T
KOMPRESOR UDARA PANAS
TABUNG VORTEKS
UDARA DINGIN
Keterangan:
bertekanan yang masuk pada tabung vortex untuk mengetahui unjuk kerja atau
19
performansi dari tabung vortex. Penelitian ditekankan pada proses pendinginan
tabung vortex.
5) Meng-ON-kan kompresor
9) Mencatat temperatur keluaran tabung votex pada sisi dingin (Tc) dan
10) Mencatat laju aliran massa udara keluaran tabung vortex pada sisi
dingin (ṁc)
dengan beberapa variasi tekanan yaitu 2.5 bar, 3 bar, 3.5 bar dan 4
bar serta variasi bukaan katup yaitu 5mm, 4mm, 3mm, 2mm, dan
1mm
20
3.7 Teknik Pengolahan/Analisis Data
Persamaan yang akan digunakan dalam perhitungan performansi tabung
vortex adalah :
Performansi
Parameter yang paling penting dalam menentukan performa Tabung vortex adalah
ΔTc = Tin – Tc
ṁc = ṁin . ε
Coeffisient of performance dari aliran udara dingin didefenisikan kalor dingin (Qc)
Qc = ṁc cp (Tin - Tc)
tekanan udara atmosfer menjadi tekanan udara masukan dengan proses kompresi
reversible isothermal.
P
WK = ṁin Rin Tin ln( P𝑖𝑛)
𝑐
Jadi,
𝑄𝑐
COPc = 𝑊𝐾
Dimana :
ε = cold fraction
21
ṁc = Laju aliran massa udara dingin (kg/s)
22
BAB IV
Dalam menganalisa penulis mengambil data pada tabel hasil pengujian dengan
membandingkan data variasi tekanan input dan vaariasi bukaan katup untuk
menghitung nilai cold fraction (ε), penurunan temperatur udara dingin (ΔTc), Laju
aliran massa udara dingin (ṁc), kalor dingin (Qc), kerja kompresor (WK), dan
Bukaan Katup 6 mm
Pc = 1 bar
Tin = 29,1°C
Th = 47,71°C
Tc = 6,11°C
23
(47,71°C− 29,1°C)+4
ε= 47,71°C− 29,1°C
ε = 0.54351
ΔTc = Tin – Tc
ΔTc = 22,99°C
ṁc = ṁin . ε
ṁc = 0.00158 kg/s
Qc = ṁc cp (Tin - Tc)
Qc = 0.03636 kJ/s
P
WK = ṁin Rin Tin ln( P𝑖𝑛)
𝑐
2 bar
WK = 0,0029 kg/s . 0,2869 kJ/kg K . (29,1+273)°K ln(1 bar)
WK = 0.17422 kJ/s
0.03636 kJ/s
COP = 0.17422 kJ/s
COP = 0.20872
24
Data hasil analisa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran b tabel 1 sampai
tabel 7
0.21
0.2
0.19
COP
0.18
0.17
0.16
0.15
4 3.5 3 2.5 2
Pin (Bar)
Gambar 4.1 Hubungan antara Tekanan Input dan COP pada Bukaan Katup 1 mm
Terlihat pada gambar 4.1 bahwa nilai COP akan semakin tinggi apabila tekanan
input (Pin) semakin rendah dengan kata lain bahwa COP berbanding terbalik dengan
tekanan input (Pin). Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0,20093 pada tekanan input 2
bar sedangkan nilai COP terendah yaitu 0,15298 pada tekanan input 4 bar.
0.2
0.18
COP
0.16
0.14
4 3.5 3 2.5 2
Pin (Bar)
25
Gambar 4.2 Hubungan antara Tekanan Input dan COP pada Bukaan Katup 2 mm
Terlihat pada gambar 4.2 bahwa nilai COP akan semakin tinggi apabila tekanan
input (Pin) semakin rendah dengan kata lain bahwa COP berbanding terbalik dengan
tekanan input (Pin). Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0.195 pada tekanan input 2
bar sedangkan nilai COP terendah yaitu 0.14186 pada tekanan input 4 bar.
0.21
0.19
COP
0.17
0.15
0.13
4 3.5 3 2.5 2
Pin (Bar)
Gambar 4,3 Hubungan antara Tekanan Input dan COP pada Bukaan Katup 3 mm
Terlihat pada Gambar 4.3 bahwa nilai COP akan semakin tinggi apabila tekanan
input (Pin) semakin rendah dengan kata lain bahwa COP berbanding terbalik dengan
tekanan input (Pin). Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0,19118 pada tekanan input 2
bar sedangkan nilai COP terendah yaitu 0,13862 pada tekanan input 4 bar.
0.2
0.18
COP
0.16
0.14
4 3.5 3 2.5 2
Pin(Bar)
Gambar 4.4 Hubungan antara Tekanan Input dan COP pada Bukaan Katup 4 mm
26
Terlihat pada gambar 4.4 bahwa nilai COP akan semakin tinggi apabila tekanan
input (Pin) semakin rendah dengan kata lain bahwa COP berbanding terbalik dengan
tekanan input (Pin). Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0,19205 pada tekanan input 2
bar sedangkan nilai COP terendah yaitu 0,146038 pada tekanan input 4 bar.
0.23
0.21
COP
0.19
0.17
0.15
4 3.5 3 2.5 2
Pin (Bar)
Gambar 4.5 Hubungan antara Tekanan Input dan COP pada Bukaan Katup 5 mm
Terlihat pada gambar 4.5 bahwa nilai COP akan semakin tinggi apabila tekanan
input (Pin) semakin rendah dengan kata lain bahwa COP berbanding terbalik dengan
tekanan input (Pin). Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0,20738 pada tekanan input 2
bar sedangkan nilai COP terendah yaitu 0,16175 pada tekanan input 4 bar.
0.23
0.21
COP
0.19
0.17
0.15
4 3.5 3 2.5 2
Pin (Bar)
Gambar 4.6 Hubungan antara Tekanan Input dan COP pada Bukaan Katup 6 mm
27
Terlihat pada gambar 4.6 bahwa nilai COP akan semakin tinggi apabila tekanan
input (Pin) semakin rendah dengan kata lain bahwa COP berbanding terbalik dengan
tekanan input (Pin). Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0,20872 pada tekanan input 2
bar sedangkan nilai COP terendah yaitu 0,15441 pada tekanan input 4 bar.
0.22
0.21
0.2
0.19
Bukaan Katup 1 mm
0.18 Bukaan Katup 2 mm
COP
0.13
4 3.5 3 2.5 2
Pin (Bar)
Gambar 4.7 Hubungan antara Tekanan Input dan COP pada variasi Bukaan Katup
Terlihat pada gambar 4.7 bahwa nilai COP akan semakin tinggi apabila tekanan
input (Pin) semakin rendah dengan kata lain bahwa COP berbanding terbalik dengan
tekanan input (Pin) pada setiap bukaan katup. Adapun nilai COP tertinggi yaitu
bukaan katup 6mm pada tekanan input 2 bar dengan nilai 0,20872 sedangkan nilai
COP terendah yaitu bukaan katup 3 mm pada tekanan input 4 bar dengan nilai
0,13862
28
0.165
0.155
COP
0.145
0.135
1 2 3 4 5 6
Bukaan Katup (mm)
Gambar 4.8 Hubungan antara Bukaan Katup dan COP pada Tekanan Input 4 Bar
Terlihat pada gambar 4.8 bahwa nilai COP naik turun dimana pada bukaan
penurunan. Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0,16175 pada bukaan katup 5 mm
sedangkan nilai COP terendah yaitu 0.13862 pada bukaan katup 3 mm.
0.17
0.165
0.16
COP
0.155
0.15
0.145
1 2 3 4 5 6
Bukaan Katup (mm)
Gambar 4.9 Hubungan antara Bukaan Katup dan COP pada Tekanan Input 3.5 bar
Terlihat pada gambar 4.9 bahwa nilai COP naik turun dimana pada bukaan katup
Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0,16577 pada bukaan katup 5 mm sedangkan nilai
29
0.18
0.175
0.17
COP
0.165
0.16
0.155
1 2 3 4 5 6
Bukaan Katup (mm)
Gambar 4.10 Hubungan antara Bukaan Katup dan COP pada Tekanan Input 3 Bar
Terlihat pada gambar 4.10 bahwa nilai COP naik turun dimana pada bukaan
penurunan. Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0,17556 pada bukaan katup 1 mm
sedangkan nilai COP terendah yaitu 0,115813 pada bukaan katup 3 mm.
0.185
0.18
0.175
COP
0.17
0.165
0.16
1 2 3 4 5 6
Bukaan Katup (mm)
Gambar 4.11 Hubungan antara Bukaan Katup dan COP pada Tekanan Input 2.5 bar
Terlihat pada gambar 4.11 bahwa nilai COP naik turun dimana pada bukaan
mm – 6 mm terjadi lagi kenaikan. Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0,18333 pada
bukaan katup 6 mm sedangkan nilai COP terendah yaitu 0,16732 pada bukaan katup
4 mm.
30
0.21
0.205
0.2
COP
0.195
0.19
0.185
1 2 3 4 5 6
Bukaan Katup (mm)
Gambar 4.12 Hubungan antara Bukaan Katup dan COP pada Tekanan Input 2 Bar
Terlihat pada gambar 4.12 bahwa nilai COP naik turun dimana pada bukaan
mm – 6 mm terjadi lagi kenaikan. Adapun nilai COP tertinggi yaitu 0.20872 pada
bukaan katup 6 mm sedangkan nilai COP terendah yaitu 0,19118pada bukaan katup
3 mm.
0.22
0.21
0.2
0.19
Pin 4 Bar
0.18
COP
0.14
0.13
1 2 3 4 5 6
Bukaan Katup (mm)
Grafik 4.13 Hubungan Antara Bukaan Katup dan COP pada Variasi Tekanan Input
31
Pada pengujian performa sistem pendingin tabung vortex nilai COP tertinggi
yaitu 0,20872 pada bukaan katup 6 mm dan tekanan 2 bar dibandingkan dengan
pengujian dengan bukaan katup dan tekanan input lainnya. Adapun bukaan katup 5
mm nilai COP tertinggi yaitu 0,20738 pada tekanan input 2 bar. Pada bukaan katup
4 mm nilai COP tertinggi yaitu 0,19205 pada tekanan input 2 bar. Pada bukaan
katup 3 mm nilai COP tertinggi yaitu 0,19118 pada tekanan input 2 bar. Pada
bukaan katup 2 mm nilai COP tertinggi yaitu 0,195 pada tekanan input 2 bar. Pada
bukaan katup 1 mm nilai COP tertinggi yaitu 0,20093 pada tekanan input 2 bar.
nilai COP terendah yaitu 0,13862 pada bukaan katup 3 mm dan tekanan 4 bar
dibandingkan pengujian dengan bukaan katup dan tekanan input lainnya. Adapun
bukaan katup 6 mm nilai COP terendah yaitu 0,15441 pada tekanan input 4 bar.
Pada bukaan katup 5 mm nilai COP terendah yaitu 0,16175 pada tekanan input 4
bar. Pada bukaan katup 4 mm nilai COP terendah yaitu 0,14638 pada tekanan input
4 bar. Pada bukaan katup 2 mm nilai COP terendah yaitu 0,14186 pada tekanan
input 4 bar. Pada bukaan katup 1 mm nilai COP terendah yaitu 0,15298 pada
32
BAB V
5.1 Kesimpulan
tinggi.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil kinerja tabung vortex yang optimum yang baik,
sebaiknya :
33
1. Agar penelitian ini tidak terjadi kebocoran di setiap sambungan atau
34
DAFTAR PUSTAKA
Najamuddin, 2014. Siklus Dasar dan Konsep Teknik Pendingin Pada Sistem Kerja
Mesin Pendingin (Refrigerator). Teknik Mesin, Univesitas Bandar
Lampung.
Hansske, A., D. Müller, R. Streblow and F. Ziegler, 2007. Experiments and
simulation of a vortex tube.
Bruno, T.J. 1992. Applications of the vortex tube in chemical analysis. Process
Control Qual. 3: 195-207.
Boswell, B., Chandratilleke, T.T., (2009), “Air-cooling used for metal cutting”,
American Journal of Applied Sciences 6 (2), pp. 251 – 262.
Nusantara, Gatra Putra .2013. Studi Performa Tabung Vorteks. Tugas Akhir.
Bengkulu , Universitas Bengkulu.
Nugroho Ari. Pengaruh Tekanan Input, Panjang Tabung dan Diameter Vortex
Chamber terhadap Unjuk Kerja Vortex Tube Cooler. Teknik Mesin dan
Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
35
L
A
M
P
I
R
A
N
36
LAMPIRAN A
(DATA-DATA HASIL PENGAMATAN)
37
Lampiran A1
1 4 1 0.0029
60.87 -4.28 29.45
2 3.5 1 0.0029
60.66 -2.13 29.46
0.0029
3 3 1 59.41 0.54 29.47
4 2.5 1 0.0029
55.97 6.76 29.46
5 2 1 0.0029
51.53 10.51 29.46
1 4 1 0.0029
55.82 -4.08 29.4
0.0029
2 3.5 1 55.2 -0.91 29.41
3 3 1 0.0029
54.28 0.07 29.4
4 2.5 1 0.0029
51.95 6.28 29.43
0.0029
5 2 1 48.42 9.8 29.46
38
Tabel 3 Hasil pengujian dengan bukaan katup 3 mm
39
Tabel 6 Hasil pengujian dengan bukaan katup 5mm
40
LAMPIRAN B
(HASIL ANALISA DATA)
41
Lampiran B1
3.5 1 60.66 -2.13 29.46 0.0029 1.0035 0.5606 31.59 0.00163 0.05154 0.2869 0.31526 0.16348
3 1 59.41 0.54 29.47 0.0029 1.0035 0.57652 28.93 0.00167 0.04854 0.2869 0.27647 0.17556
2.5 1 55.97 6.76 29.46 0.0029 1.0035 0.62 22.7 0.0018 0.04096 0.2869 0.23058 0.17762
2 1 51.53 10.51 29.46 0.0029 1.0035 0.63554 18.95 0.00184 0.03505 0.2869 0.17443 0.20093
42
Tabel 2 Hasil analisa data dengan bukaan katup 2mm
Pin Pc Th Tc Tin ṁin cold ∆Tc ṁc Qc Rin WK COP
Cp
fraction
bar bar °C °C °C kg/s kJ/kg°C ℃ kg/s kJ/s kJ/kg.K kJ/s
55.8
4 1 0.0029 1.0035 0.50785 33.48 0.00147 0.04948 0.2869 0.34879 0.14186
2 -4.08 29.4
3.5 1 55.2 -0.91 29.41 0.0029 1.0035 0.53092 30.32 0.00154 0.04685 0.2869 0.31521 0.14862
54.2
3 1 0.0029 1.0035 0.53274 29.33 0.00154 0.04547 0.2869 0.27641 0.16451
8 0.07 29.4
51.9
2.5 1 0.0029 1.0035 0.58069 23.15 0.00168 0.03912 0.2869 0.23056 0.16968
5 6.28 29.43
48.4
2 1 0.0029 1.0035 0.59451 19.66 0.00172 0.03401 0.2869 0.17443 0.195
2 9.8 29.46
43
Tabel 3 Hasil analisa data dengan bukaan katup 3mm
cold
Pin Pc Th Tc Tin ṁin Cp ∆Tc ṁc Qc Rin WK COP
fraction
bar bar °C °C °C kg/s kJ/kg°C ℃ kg/s kJ/s kJ/kg.K kJ/s
53.1
-6 29.42 0.0029 1.0035 0.46908 35.42 0.00136 0.04835 0.2869 0.34881 0.13862
4 1 8
52.7
-2.98 29.44 0.0029 1.0035 0.48967 32.42 0.00142 0.0462 0.2869 0.31524 0.14655
3.5 1 1
51.9
0.05 29.43 0.0029 1.0035 0.51127 29.38 0.00148 0.04371 0.2869 0.27644 0.15813
3 1 8
49.6
4.89 29.38 0.0029 1.0035 0.54192 24.49 0.00157 0.03862 0.2869 0.23052 0.16754
2.5 1 2
46.2
8.83 29.4 0.0029 1.0035 0.55695 20.57 0.00162 0.03334 0.2869 0.1744 0.19118
2 1 3
44
Tabel 4 Hasil analisa data dengan bukaan katup 4mm
45
Tabel 5 Hasil analisa data dengan bukaan katup 5mm
cold
Pin Pc Th Tc Tin ṁin Cp ∆Tc ṁc Qc Rin WK COP
fraction
bar bar °C °C °C kg/s kJ/kg°C ℃ kg/s kJ/s kJ/kg.K kJ/s
62.65 -6.66 29.25 0.0029 1.0035 0.5396 35.91 0.00156 0.05639 0.2869 0.34862 0.16175
4 1
60.36 -3.28 29.29 0.0029 1.0035 0.55107 32.57 0.0016 0.05223 0.2869 0.31508 0.16577
3.5 1
57.27 0.04 29.28 0.0029 1.0035 0.55897 29.24 0.00162 0.04756 0.2869 0.2763 0.17215
3 1
53.31 3.67 29.32 0.0029 1.0035 0.56386 25.65 0.00164 0.04209 0.2869 0.23048 0.18262
2.5 1
48.86 7.48 29.27 0.0029 1.0035 0.57008 21.79 0.00165 0.03615 0.2869 0.17432 0.20738
2 1
46
Tabel 6 Hasil analisa data dengan bukaan katup 6mm
cold
Pin Pc Th Tc Tin ṁin Cp ∆Tc ṁc Qc Rin WK COP
fraction
bar bar °C °C °C kg/s kJ/kg°C ℃ kg/s kJ/s kJ/kg.K kJ/s
58.53 -7.28 29.02 0.0029 1.0035 0.50919 36.3 0.00148 0.05379 0.2869 0.34835 0.15441
4 1
57.36 -4.44 29.01 0.0029 1.0035 0.52346 33.45 0.00152 0.05096 0.2869 0.31479 0.16187
3.5 1
54.83 -0.88 29 0.0029 1.0035 0.53545 29.88 0.00155 0.04656 0.2869 0.27605 0.16867
3 1
51.77 2.06 29.08 0.0029 1.0035 0.53691 27.02 0.00156 0.04222 0.2869 0.23029 0.18333
2.5 1
47.71 6.11 29.1 0.0029 1.0035 0.54351 22.99 0.00158 0.03636 0.2869 0.17422 0.20872
2 1
47
LAMPIRAN C
(FOTO-FOTO KEGIATAN)
48
Proses pemotongan besi untuk pembuatan rangka dudukan pengujian
49
Proses pengukuran rangka dudukan pengujian
50
Proses pengujian (membuka katup utama untuk penyaluran udara bertekanan)
51
Proses pengujian (mengatur jarak bukaan katup tabung vortex)
52