Materi Prasyarat :
Telah mampu menerapkan prinsip kekakalan massa dan energi pada
setiap proses termodinamika.
Standar Kompetensi :
Mampu mendeskripisikan konsep hukum kedua termodinamika dan
menerapkannya pada berbagai proses dan siklus termodinamika teknik.
Kompetensi Dasar :
1. Mampu mendeskripsikan pernyataan Clausius dan Kelvin-Planck
serta kesetaraannya dalam menerapakan konsep hukum kedua
termodinamika.
2. Mampu mengidentifkas jenis-jenis proses reversibel dan irreversibel.
3. Mampu mengkaji/mengevaluasi kinerja mesin yang menerapkan
siklus daya serta siklus refrigerasi dan pompa kalor.
4. Mampu mendeskripsikan siklus Carnot.
Pendahuluan
Sejauh ini topik yang telah dibahas adalah analisis termodinamika dengan
mempergunakan hukum pertama termodinamika atau prinsip kekekalan massa
dan kekekalan energi serta hubungan sifat-sifat. Pembahasan tersebut
memperlihatkan bahwa tidak semua proses yang memenuhi prinsip kekekalan
energi dapat terjadi. Pada umumnya, neraca energi saja tidak dapat
memperkirakan arah proses yang diharapkan serta tidak dapat menjelaskan proses
mana yang dapat terjadi atau tidak dapat terjadi. Pada kasus yang sangat mendasar
semacam ini, pengalaman dapat dipergunakan untuk menentukan proses spontan
tertentu manakah yang terjadi dan arah prosesnya. Untuk kasus yang lebih rumit,
di mana pengalaman sangat terbatas atau tidak menentu, tersedianya suatu prinsip
pemandu akan sangat membantu, hal ini akan diberikan oleh hukum kedua
termodinamika. Tujuan dari bab ini adalah untuk memperkenalkan hukum kedua
termodinamika dan implikasinya dalam siklus-siklus termodinamika, sehingga
pada setiap proses kesetimbangan spontan dapat diperoleh peluang menghasilkan
energi.
5.1 Pernyataan Tentang Hukum Kedua Termodinamika
# Pernyataan Clausius
Pernyataan Clausius untuk hukum kedua
menegaskan bahwa: adalah tidak mungkin bagi
sistem apa pun untuk beroperasi sedemikian rupa
sehingga hasil tunggalnya akan berupa suatu
perpindahan energi dalam bentuk kalor dari benda
yang lebih dingin ke benda yang lebih panas.
Pernyataan Clausius tidak mengesampingkan adanya kemungkinan
memindahkan energi kalor dari satu benda yang lebih dingin ke benda yang
lebih panas di mana hal ini dapat secara tepat dilakukan dengan menggunakan
refrijerator (mesin pendingin) dan pompa kalor. Walaupun demikian.
Sebagaimana kata-kata "hasil tunggalnya" dalam pernyataan menunjukkan. bila
suatu perpindahan kalor dari satu benda yang lebih dingin ke benda yang lebih
panas terjadi, maka harus ada suatu pengaruh lain di dalam sistem yang
menangani perpindahan kalor sekelilingnya atau keduanya. Bila sistem tersebut
# Pernyataan Kelvin-Planck
Sebelum membahas pernyataan Kelvin-Planck untuk hukum kedua,
maka konsep reservoir termal (thermal reservoir) akan diperkenalkan. Suatu
reservoir termal atau singkatnya suatu penampungan (reservoir), adalah suatu
bentuk sistem khusus yang selalu tetap pada suatu temperatur konstan walaupun
energi ditambahkan ataupun dikurangi melalui perpindahan kalor. Sebuah
reservoir tentu saja merupakan suatu idealisasi, tetapi sistem semacam itu dapat
diserupakan dengan berbagai cara sebagai atmosfer bumi, jumlah air yang
sangat besar (danau, samudera), satu balok besar tembaga, dan sebagainya.
Contoh lainnya diberikan oleh suatu sistem yang terdiri dari dua fasa: walaupun
perbandingan massa dari kedua fasa berubah dengan dipanaskannya atau
didinginkannya sistem tersebut pada tekanan konstan, temperatumya tetap akan
konstan selama kedua fasa tersebut ada bersamaan. Sifat ekstensif suatu
reservoir termal seperti energi dalam, dapat berubah pada interaksi dengan
sistem lainnya walaupun temperatur reservoir tersebut tetap konstan.
Setelah diperkenalkannya konsep reservoir
termal, berikutnya diberikan pernyataan Kelvin-Planck
untuk hukum kedua: adalah tidak mungkin untuk sistem
apapun dapat beroperasi dalam siklus termodinamika
dan memberikan sejumlah kerja neto ke sekelilingnya
sementara menerima energi melalui perpindahan kalor
dari suatu resenvoir termal tunggal. Pernyataan Kelvin-Planck tidak
Gambar 5.2 Sistem yang menjalani siklus daya serta terjadi perpindahan energi
melalui perpindahan kalor dengan dua reservoir termal
Jika nilai QC = 0, sistem pada Gambar 5.2 yang sementara mengalami
sebuah siklus akan mengambil energi QH dari reservoir panas dan menghasilkan
sejumlah kerja yang sama, efisiensi termal untuk siklus semacam ini mempunyai
nilai sama densan satu (100%). Namun demikian. metode operasi semacam ini
Gambar 5.3 Sistem mengalami siklus refrijerasi atau pompa kalor sementara
mempertukarkan energi melalui perpindahan kalor dengan dua
reservoir.
Efek untuk Siklus Refrijerasi dan Pompa Kalor. Koefisien kinerja
teoretis maksimum untuk sistem yang menjalani siklus refrijerasi dan pompa kalor
sementara berinteraksi secara termal dengan dua reservoir pada temperatur yang
berbeda, akan dievaluasi pada Subbab berikutnya, dengan mengacu pada dua efek
dari hukum kedua sebagai berikut:
a. Koefisien kinerja sebuah siklus refrijerasi ireversibel selalu lebih kecil dari
koefisien kinerja sebuah siklus refrijerasi reversibel ketika masing-masing
beroperasi di antara dua reservoir termal yang sama.
b. Semua siklus refrijerasi reversibel beroperasi di antara dua reservoir termal
yang sama mempunyai koefisien kinerja yang sama.
Dengan menggantikan bentuk refrijerasi dengan pompa kalor, akan diperoleh efek
pasangan untuk siklus pompa kalor.
Gambar 5.5 Diagram p-v untuk siklus daya Carnot yang berisi gas.
Gambar 5.8 Diagram p-v untuk siklus refrijerasi atau pompa kalor Carnot
yang dilakukan oleh suatu gas.
Gambar C5.1
Asumsi:.
1. Sistem tampak pada gambar di atas.
2. Gas panas dan atmosfer berfungsi sebagai reservoir panas dan dingin.
Analisis:
Dengan mempergunakan data yang diberikan oleh penemu, efisiensi termal
siklus adalah
410 kJ
η= = 0.41(41%)
1000 kJ
efisiensi termal maksimum untuk siklus daya apapun yang beroperasi diantara
reservoir pada TH = 500 K dan TC = 300 K diberikan oleh Persamaan 5.6
T 300 K
η maks = 1 − C = 1 − = 0,4 (40%)
TH 500 K
Karena efisiensi termal dari siklus aktual melampaui nilai maksimum teoritis,
maka klaim tersebut tidak sahih.
Komentar:
Temperatur yang dipergunakan untuk menghitung ηmaks harus dalam K atau °R.
Gambar C5.2
Asumsi:
1. Sistem seperti ditunjukkan pada gambar pendamping beroperasi pada
keadaan tunak.
2. Ruangan pendingin dan udara di sekitarnya berperan sebagai reservoir
dingin dan reservoir panas.
Analisis:
Dengan mempergunakan data yang tersedia, besarnya koefisien kinerja
refrijerator adalah
Gambar C5.3
Asumsi:
1. Sistem seperti ditunjukkan pada gambar pendamping.
2. Rumah dan udara di sekitarnya, masing-masing berperan sehagai reservoir
panas dan reservoir dingin.
1. Sebuah penyejuk udara jenis jendela (AC Window) diletakkan di atas sebuah
meja dalam ruangan dan dioperasikan. Apakah temperatur ruangan akan
meningkat, menurun, atau tetap?
2. Untuk meningkatkan efisiensi termal dari sebuah siklus daya reversibel yang
beroperasi di antara reservoir termal pada temperatur TH dan TC, apakah akan
lebih baik dengan meningkatkan TH atau menurunkan TC dalam jumlah yang
sama?
3. Sebuah pompa kalor digunakan untuk memanaskan sebuah rumah selama
musim dingin. Temperatur di dalam rumah tersebut dipertahankan 21oC pada
setiap waktu. Rumah tersebut diperkirakan kehilangan kalor dengan laju
135.000 kJ/h ketika temperatur luar rumah turun hingga -5oC. Tentukan daya
minimum yang diperlukan untuk menggerakkan pompa kalor tersebut.
4. Seorang insinyur teknik mesin mengaku telah mengembangkan sebuah
refrigerator yang mempertahankan ruangan refrigerasi pada 35oF pada saat
beroperasi di dalam sebuah kamar di mana temperaturnya 75oF dan
mempunyai COP=13,5. Apakah klaim ini beralasan? Jelaskan dan buktrikan.
5. Sebuah mesin kalor Carnot menerima 500 kJ kalor per siklus dari sumber
temperatur tinggi pada 652oC dan membuang kalor ke pembuangan
temperatur rendah pada 30oC. Tentukan (a) efisiensi termal dari mesin
Carnot ini, (a) Sejumlah kalor per siklus yang dilepaskan ke tempat
pembuangan.
Referensi/Sumber Rujukan
1. Cengel, Y.A. dan Boles, M.A., 2002. Thermodynamics. 4th edition. Boston-
USA: Mc. Graw Hill. (halaman 245 s.d. 285).
2. Granet, I.P.E. and Blustien, M.Ph.D. 2000. Thermodynamics and Heat Power,
6th edition. New Jersey USA: Prentice Hall. (halaman 138 s.d168).
3. Moran, M.J. dan Shapiro, H.N. 2000. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics. 4th edition (terjemahan oleh: Nugroho, Y.S.. 2003).
New York USA: Jhon Wiley and Sons. (halaman 225 s.d. 257).