Materi Prasyarat :
Telah mampu menggunakan tabel data sifat-sifat termodinamika zat
sederhana dan model gas ideal.
Standar Kompetensi :
Mampu menerapkan prinsip-prinsip atau konsep konservasi massa dan
energi dalam analisis termodinamika teknik sistem terbuka (volume atur)
khususnya yang beroperasi pada keadaan tunak (steady state).
Kompetensi Dasar :
1. Mampu menerapkan persamaan kesetimbangan laju massa dan energi
pada volume atur.
2. Mampu mengidentifikasi dan menerapkan asumsi-asumsi rasional untuk
setiap proses (volume atur, khususnya yang beroperasi pada keadaan
tunak.
3. Mampu menyederhanakan persamaan energi yang ditransfer pada setiap
volume atur, baik energi dalam bentuk kalor maupun kerja.
Pendahuluan
Tujuan bab ini untuk mengembangkan dan menggambarkan penggunaan
bentuk volume atur dari prinsip-prinsip kekekalan massa dan kekekalan energi.
Oleh karena selama beroperasi, peralatan seperti: turbin, pompa, kompresor, dan
perlatan sejenis terdapat aliran massa, maka secara prinsip dapat dianalisis sebagai
sistem volume atur (control volume; cv) atau sistem terbuka. Berdasarkan prinsip
kekekalan energi, perpindahan energi melalui batas volume atur dapat terjadi
dalam bentuk kerja dan panas. Selain itu, satu bentuk lain perpindahan energi
yaitu: energi yang dibawa massa yang mengalir masuk atau keluar volume atur
harus juga diperhitungkan.
dengan mcv(t) adalah massa yang berada didalam volume atur, dan mi adalah
massa yang berada didalam daerah kecil bertanda i yang letaknya bersebelahan
dengan volume atur, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1a. Pembahasan
diberikan untuk sejumlah massa tetap m tersebut sejalan dengan bergulirnya
waktu.
Jumlah massa yang berada di dalam daerah berlabel i dan e tidak harus sama, dan
jumlah massa yang terdapat di dalam volume atur mungkin sudah berubah.
Persamaan 4.3 adalah satu neraca akunting massa, yang menyatakan bahwa
perubahan massa pada volume atur selama selang waktu Δt adalah sama dengan
jumlah massa yang masuk dikurangi jumlah massa keluar
Persamaan 4.3 dapat dinyatakan berdasarkan laju waktu, dengan cara
bagilah dengan Δt untuk mendapatkan
mcv (t + Δt ) −m cv (t ) mi me
= − (4.4)
Δt Δt Δt
kemudian menyelesaikan setiap suku secara limit Δt mendekati nol, sehingga
diperoleh: suku kiri sebagai rata-rata dari laju perubahan massa (rate of change of
mass) di dalam volume atur selama selang waktu dan suku kanan sebagai laju
aliran massa (mass flow rate) rata-rata selama selang waktu Δt, yakni :
⎡ m (t + Δt ) −m cv (t ) ⎤ dmcv mi m
lim ⎢ cv ⎥ = dt ; lim = m& i ; dan lim e = m& e
Δt →0 ⎣ Δt ⎦ Δt → 0 Δt Δt → 0 Δt
yang mana dmcv/dt adalah laju waktu dari perubahan massa yang berada di dalam
volume atur pada waktu t, sedangkan m
& i dan m& e masing sebagai laju aliran
massa sesaat pada sisi masuk dan keluar volume atur. Dengan demikian
Persamaan 4.4 menjadi
dm cv
= m& i − m& e (4.5)
dt
Pada beberapa aplikasi, sisi aliran massa masuk ataupun keluar pada batas
volume atur dapat berada di beberapa lokasi. Hal ini dapat diperhitungkan dengan
penjumlahan sebagai berikut;
dm cv
= ∑ m& i − ∑ m& e (4.6)
dt i e
dengan mi dan me menunjukkan jumlah massa yang masuk pada i dan keluar dari e
selama selang waktu tertentu.
Bentuk Integral
Pertama perhatikan neraca laju massa yang dinyatakan dalam sifat
setempat (ρ). Jumlah massa total yang berada di dalam volume atur pada waktu
sesaat t dapat dihubungkan dengan kerapatan setempat sebagai berikut:
mcv (t ) = ∫ ρ dV (4.8)
V
Berdasarkan Persamaan 4.8 dan 4.9, maka neraca laju massa pada
Persamaan 4.6 dapat dituliskan sebagai berikut:
Catatan bahwa Persamaan 4.12 meliputi penjumlahan seluruh sisi masuk dan
sisi keluar volume atur. Setiap suku dalam penjumlahan tersebut berlaku untuk
sisi masuk atau sisi keluar tertentu. Luas, kecepatan, dan volume spesifik yang
muncul dalam satu suku mengacu pada sisi masuk dan sisi keluar yang
berhubungan saja.
∑ m& = ∑ m&
i
i
e
e
dengan demikian laju aliran massa total yang masuk dan keluar volume atur
adalah sama.
⎛ V2 ⎞
E (t ) = Ecv (t ) + mi ⎜ u i + i + gz i ⎟ (4.13)
⎜ 2 ⎟
⎝ ⎠
Suku kedua bagian kanan dari persamaan 4.13 menunjukkan energi yang berada
hubungan dengan massa mi yang berada di dalam dearah i, yang bersebelahan
dengan volume atur. Energi spesifik dari massa mi adalah (ui+ Vi2/2+gzi).
Selanjutnya dibahas sejumlah tertentu zat m seiring dengan berjalannya waktu.
Seperti ditunjukkan gambar 2.3b, dalam selang waktu Δt seluruh massa di
dalam daerah i melintas batas volume atur, sementara itu sejumlah massa me yang
semula berada di dalam volume atur keluar untuk mengisi daerah e. Selama selang
waktu ini bisa terjadi perpindahan energi, melalui perpindahan kalor dan kerja,
dari atau ke dalam sistem yang sedang dibahas. Pada waktu t+Δt, energi sistem
adalah
⎛ V2 ⎞
E (t + Δt ) = Ecv (t + Δt ) + me ⎜ u e + e + gz e ⎟ (4.14)
⎜ 2 ⎟
⎝ ⎠
Perhatikan bahwa massa dan energi di dalam volume atur kemungkinan sudah
berubah dalam selang waktu tersebut, dan juga bahwa massa mi dan me tidak
harus sama, ataupun energinya tidak harus sama pula. Dalam penulisan persamaan
4.13 dan 4.14, sifat intensif massa mi dan me diasumsikan merata di setiap bagian.
Walaupun massa total m dalam pembahasan ini mengisi ruang dari daerah
yang berada pada waktu yang berbeda, tetapi jumlah zat yang ada adalah tetap.
Dengan demikian, neraca energi sistem tertutup dapat diaplikasikan
di mana m
& i dan m& e adalah laju aliran massa dan vi dan ve adalah volume spesifik
yang dievaluasi di sisi masuk dan keluar. Dalam persamaan 4.21, suku m& i ( pi vi )
dan m& e ( peve ) menunjukkan kerja yang berhubungan dengan tekanan pada sisi
masuk dan keluar yang disebut sebagai kerja aliran (flow work). Bentuk W& cv
menunjukkkan semua perpindahan energi lainnya melalui kerja yang melintasi
batas dari volume atur.
dEcv ⎡ V2 ⎤ ⎡ V 2 ⎤
= Q& cv − W& cv + m& i ⎢ui + pi vi + i + gzi ⎥ − m& e ⎢u e + pe ve + e + gz e ⎥ (4.22)
dt ⎢⎣ 2 ⎥⎦ ⎢⎣ 2 ⎥⎦
Subskrip “cv” ditambahkan pada Q& untuk menekankan bahwa bentuk ini meru-
pakan laju perpindahan kalor melewati batas (permukaaan atur) dari volume atur.
Kedua suku terakhir dari pesamaan 4.22 dapat dituliskan kembali dengan
menggunakan entalpi spesifik h yang telah diperkenalkan di dalam Bab 3. Dengan
h = u + pv, maka neraca laju energi menjadi
dEcv ⎡ V2 ⎤ ⎡ V 2 ⎤
= Q& cv − W& cv + m& i ⎢hi + i + gz i ⎥ − m& e ⎢he + e + gz e ⎥ (4.23)
dt ⎢⎣ 2 ⎥⎦ ⎢⎣ 2 ⎥⎦
Dalam aplikasinya, terdapat beberapa kemungkinan tempat untuk masuk/
keluarnya massa pada batas volume atur, sehingga neraca laju energi menjadi
dE cv ⎡ V2 ⎤ ⎡ V 2 ⎤
= Q& cv − W& cv + ∑ m& i ⎢hi + i + gz i ⎥ − ∑ m& e ⎢he + e + gz e ⎥ (4.24)
dt i ⎢⎣ 2 ⎥⎦ i ⎢⎣ 2 ⎥⎦
lebih lanjut, pada keadaan tunak dEcv/dt = 0, maka Pesamaan 4.24 menjadi:
⎡ V2 ⎤ ⎡ V 2 ⎤
0 = Q& cv − W& cv + ∑ m& i ⎢hi + i + gz i ⎥ − ∑ m& e ⎢he + e + gz e ⎥ (4.26a)
i ⎢⎣ 2 ⎥⎦ i ⎢⎣ 2 ⎥⎦
0=
Q& cv W& cv
−
(V − V2 ) + g (z − z )
+ (h1 − h2 ) − 1 (4.28b)
1 2
m& m& 2
Bentuk entalpi, energi kinetik, dan energi potensial semuanya muncul di dalam
persamaan 4.28 sebagai perbedaaan antara nilai pada sisi masuk dan nilai pada sisi
keluar sedangkan perbandingan Q& cv m& dan W& cv m& adalah laju perpindahan energi
per satuan massa yang mengalir melalui volume atur.
0=
Q& cv
+ (h1 − h2 ) +
(V12 − V2 2 )
m& 2
dengan m& adalah laju aliran massa. Bentuk Q& cv m& yang mewakili perpindahan
kalor terhadap sekeliling per satuan aliran massa melewati nozel atau diffuser,
namun demikian seringkali cukup kecil dibanding dengan perubahan entalpi dan
energi kinetik sehingga dapat dihilangkan/diabaikan.
Neraca laju massa dan energi untuk kompresor dan pompa pada keadaan
tunak juga lebih sederhana sebagaimana halnya pada kasus turbin yang telah
dibahas sebelumnya. Untuk kompresor, perubahan energi kinetik spesifik dan
energi potensial spesifik dari sis masuk kesisi keluar, seringkali relatif lebih
kecil dibandingkan dengan kerja yang dilakukan per satuan massa yang lewat
melalui peralatan ini. Perpindahan kalor dengan sekelilingnya seringkali
merupakan efek sekunder pada kompressor dan pompa.
⎛ V2 ⎞ ⎛ V 2 ⎞
0 = Q& cv − W& cv = m& 1 ⎜ h1 + 1 + gz1 ⎟ − m& 2 ⎜ h2 + 2 + gz 2 ⎟
⎜ 2 ⎟ ⎜ 2 ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
V2 V 2
h1 + 1 = h2 + 2
2 2
Walaupun kecepatan bisa menjadi relatif tinggi di dalam daerah sekitar
penghalang, pengukuran yang dilakukan di hulu dan hilir dari penampang di
mana aliran dikurangi menunjukkan bahwa untuk kebanyakan kasus, perubahan
energi kinetik spesifik, dari gas atau cairan yang mengalir, antara kedua tempat
pengukuran tersebut dapat diabaikan. Dengan penyederhanaan yang lebih lanjut
ini, bentuk persamaan terakhir menjadi,
h1 = h2 (4.30)
Apabila suatu aliran melalui satu katup atau penghalang lain yang
diidealisasikan seperti ini, maka proses yang terjadi disebut proses trotel atau
proses entalpi konstan. Salah satu aplikasi dari proses trotel terdapat dalam
sistem refrigerasi kompresi-uap, dimana satu katup digunakan untuk
mengurangi tekanan dari zat refrigeran dari tekanan pada keluaran dari
kondensor ke tekanan yang lebih rendah yang ada dalam evaporator. Aplikasi
lainnya dari proses trotel adalah pada kalorimeter trotel (throtling calorimeter),
yaitu suatu peralatan untuk menentukan kualitas dari suatu campuran dua-fase
cairan-uap.
Gambar C4.1
Asumsi: Volume atur yang digambarkan dalam gambar diatas berada dalam
keadaan tunak dan aliran satu-dimensi pada setiap saluran.
Analisis::
Hubungan dasar yang akan digunakan dalam analisis adalah neraca laju massa
(Persamaan 4.6) dan persamaan m& = AV / v (Persamaan 4.11b). Pada keadaan
tunak, neraca laju massa menjadi.
dmcv
= m& 1 + m& 2 − m& 3
dt
V2 =
(14,15 kg/s )(1,0078 x 10-3 m 3 /kg ) 10 4 cm 2 = 5,7 m/s
25 cm 2 1 m2
Komentar:
Sebagai latihan, tunjukkanlah bahwa laju aliran volumetris pada sisi keluar
tidak sama dengan penjumlahan laju aliran volumetris pada sisi masuk
Gambar C4.2
Asumsi:
1. volume atur yang ditunjukkan dalam gambar pada keadaan tunak.
2. perpindahan kalor dan kerja volume atur diabaika.
3. perubahan energi potensial antara sisi masuk dan sisi keluar dapat
diabaikan.
Analisis:
Luas penampang sisi keluar (A2) dapat ditentukan dari besarnya laju aliran
massa m& sebagai berikut:
m& v 2
A2 =
V2
Untuk mengevaluasi A2 dari persamaan ini, dibutuhkan volume spesifik v2 pada
sisi keluar, oleh akrena itu keadaaan pada sisi keluar ditentukan terlebih dahulu.
Keadaan pada sisi keluar ditentukan dengan nilai dari 2 sifat intensif bebas;
pertama ialah tekanan p2 yang telah diketahui, yang lainnya ialah entalpi
spesifik h2 yang ditentukan dari neraca laju energi pada keadaan tunak.
⎛ V12 ⎞ ⎛ V22 ⎞
& & ⎜
0 = Qcv − Wcv + m& 1 h1 + ⎟ ⎜
+ gz1 − m& 1 h2 + + gz 2 ⎟
⎜ 2 ⎟ ⎜ 2 ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
yang mana Q& cv dan W& cv dapat dihilangkan sesuai asumsi nomor 2, perubahan
energi potensial sesuai asumsi nomor 3, dan m& saling menghilangkan
sehingga:
0 = (h1 − h2 ) +
(V12 − V2 2 )
2
Penyelesaian untuk mendapatkan h2 memberikan :
h2 = h1 +
(V12 − V2 2 )
2
Dari table A-4, h1 = 3213,6 kJ/kg, kecepatan V1 dan V2 sudah diketahui.
Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut dan mengubah satuan energi kinetik
menjadi kJ/kg dihasilkan :
h2 = 3213,6 kJ/kg +
( )
(10) 2 − (665) 2 ⎡ m 2 ⎤
⎢ 2 ⎥
1N 1kJ
2 2 3
⎣⎢ s ⎦⎥ 1 kg.m/s 10 N.m
= 3213,6 − 221,1 = 2992,5 kJ/kg
Gambar C4.3
Asumsi:
1. Volume atur yang ditunjukkan dalam gambar berada pada keadaan
tunak
2. perubahan energi potensial dari sisi masuk dan sisi keluar dapat
diabaikan
= 1,2 kJ/kg
Perhitungan Qcv dari pernyataan tersebut di atas
⎛ kg ⎞ ⎛ kJ ⎞ 1 hr 1 kW
Q& cv = (1000 kW ) + ⎜ 4600 ⎟ (− 831.8 + 1,2)⎜⎜ ⎟⎟
⎝ hr ⎠ ⎝ kg ⎠ 3600 s 1 kJ/s
= − 61,3 kW
Komentar:
- Nilai negatif dari Q& cv berarti bahwa terjadi perpindahan kalor dari turbin
ke sekeliling. Besarnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan besarnya
daya yang dibangkitkan.
Gambar C4.4
Asumsi:
1. Volume atur yang ditunjukkan dalam keadaan tunak
2. Perubahan energi potensial dari sisi masuk kesisi keluar dapat diabaikan.
3. Model gas ideal diterapkan pada udara.
Analisis:
Untuk menghitung daya masukan kompresor, mulailah dengan neraca
laju energi untuk volume atur dengan satu sisi keluar pada keadaan tunak :
⎡ V ⎤ ⎡ V 2 ⎤
0 = Q& cv − W& cv + m& ⎢h1 + 1 + gz1 ⎥ − m ⎢h2 + 2 + gz 2 ⎥
⎣ 2 ⎦ ⎢⎣ 2 ⎥⎦
Selesaikan
& & (
Wcv = Qcv + m h1 − h2 +
&
(
)
)
V12 − V2 2
2
Perubahan energi potensial dari sisi masuk kesisi keluar dihilangkan sesuai
asumsi 2.
Laju aliran massa m& dapat dievaluasi dengan data yang diberikan pada
sisi masuk, serta persamaan keadaan untuk gas ideal.
AV AV p (0,1 m 2 )(6 m/s)(10 5 N/m 2 )
m& = 1 1 = 1 1 1 = = 0,72 kg/s
v1 ( R / M )T1 ⎛ 8314 N.m ⎞
⎜⎜ ⎟⎟(290 K)
⎝ 28,97 kg.K ⎠
Penyelesaian:
Diketahui: Uap air diembunkan pada keadaan tunak dengan cara interaksi
dengan aliran air yang terpisah.
Ditanyakan: Tentukan rasio antara laju aliran massa air pendingin terhadap
laju aliran massa uap air, serta laju perpindahan energi dari uap
air ke air pendingin.
Gambar C4.5
Asumsi:
1. Kedua volume atur beroperasi dalam keadaan tunak.
2. Tidak ada perpindahan kalor yang berarti keseluruhan kondensor
dengan sekelilingnya, begitupula kondensor tidak menerima/melakukan
kerja.
3. Perubahan energi kinetik dan potensial dari arus yang mengalir dari sisi
masuk ke sisi keluar dapat diabaikan.
4. Model cairan inkompresibel berlaku pada air pendingin, dimana
tekanannya tetap konstan.
Analisis:
Uap air dan arus air pendingin tidak bercampur. Jadi, neraca laju massa
untuk setiap arus dari keduanya pada keadaan tunak menjadi :
m& 1 = m& 2 dan m& 3 = m& 4
(a) Perbandingan antara laju aliran massa air pendingin terhadap laju aliran
massa uap pengembunan, m& 3 m& 1 , bisa didapatkan dari bentuk keadaan
tunak dari neraca laju energi yang diaplikasikan pada keseluruhan
kondenser, sebagai berikut :
⎛ V 2 ⎞ ⎛ V 2 ⎞
0 = Q& cv − W& cv + m& 1 ⎜ h1 + 1 + gz 1 ⎟ + m& 3 ⎜ h 3 + 3 + gz 3 ⎟
⎜ 2 ⎟ ⎜ 2 ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
⎛ V 2 ⎞ ⎛ V 2 ⎞
− m& 2 ⎜ h 2 + 2 + gz 2 ⎟ − m& 4 ⎜ h 4 + 4 + gz 4 ⎟
⎜ 2 ⎟ ⎜ 2 ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
Bentuk atau suku yang digaris-bawahi menjadi hilang berdasarkan asumsi
nomor 2 dan 3. Dengan penyederhaan ini, bersama dengan hubungan laju
aliran massa tersebut di atas, neraca laju energi menjadi sederhana
Gambar C4.6
Asumsi:
1. Volume atur yang ditunjukkan beroperasi pada keadaan tunak.
2. Uap air yang dibelokkan menjalani proses trotel.
Analisis:
Untuk suatu proses trotel, neraca energi dan massa berkurang dan
menghasilkan h2 = h1, di mana sesuai dengan persamaan 4.30. Jadi, dengan
keadaan 2 yang ditetapkan, entalpi spesifik di dalam saluran pasokan dapat
diketahui, dan keadaan 1 dapat ditetapkan dengan nilai p1 dan h1 yang diketahui.
Sebagaimana ditunjukkan dalam diagram p-v di atas, keadaan 1 berada
pada daerah cairan-uap dua-fase dan keadaan 2 berada pada daerah uap panas
lanjut. Jadi,
h2 = h1 = hf1 + x1(hg1 – hf1)
Penyelesaian untuk mendapatkan x1
h2 − h1
x1 =
hg1 − h f 1
Dari tabel A-3E pada 300 lbf/in2, hf1 = 394,1 Btu/lb dan hg1 = 1203,9 Btu/lb.
Pada 14,7 lbf/in2 dan 250oF, dari Tabel A-4E h2 = 1168,8 Btu/lb. Dengan
memasukkan nilai ini ke dalam persamaan tersebut di atas, maka kualitas uap di
dalam saluran adalah x1 = 0,957 (95,7%).
Komentar: untuk kalorimeter trotel dengan pembuangan ke atmosfer, kualitas
uap di dalam saluran harus lebih besar dari 94 % untuk meyakinkan
uap air yang meninggalkan kalorimeter merupakan uap panas
lanjut.
Referensi/Sumber Rujukan
1. Cengel, Y.A. dan Boles, M.A. 2002. Thermodynamics. 4th edition. Boston-
USA: Mc. Graw Hill. (halaman 165 s.d. 216).
2. Granet, I.P.E. and Blustien, M.Ph.D. 2000. Thermodynamics and Heat Power,
6th edition. New Jersey USA: Prentice Hall. (halaman 86 s.d.130).
3. Moran, M.J. dan Shapiro, H.N. 2000. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics. 4th edition (terjemahan oleh: Nugroho, Y.S.. 2003).
New York USA: Jhon Wiley and Sons. (halaman 156 s.d. 205).