Anda di halaman 1dari 28

BAB 8

PENGANTAR SISTEM TENAGA GAS


Materi Prasyarat :
1. Telah mampu menerapakan persamaan kesetimbangan laju massa
dan energi dalam analisis volume atur pada suatu siklus
termodinamika.
2. Telah mampu memanfaatkan persamaan, grafik, dan tabel data
sifat-sifat termodinamika zat.
3. Telah mampu menerapkan konsep isentropik pada proses volume
atur tertentu.
Standar Kompetensi :
Mampu melakukan analisis termodinamika pada sistem tenaga gas
sederhana.
Kompetensi Dasar :
1. Mampu mendeskripsikan siklus Otto udara-standar.
2. Mampu mendeskripsikan siklus Diesel udara-standar
3. Mampu mendeskripisikan siklus Gabungan udara-standar
4. Mampu mendeskripsikan siklus Bryton udara-standar.
5. Mampu melakukan analisis kesetimbangan laju massa dan energi
pada sistem tenaga gas sederhana.
Pendahuluan
Sama seperti sistem tenaga uap, sistem tenaga gas ini juga merupakan
kelompok siklus daya (power cycle) dalam kajian siklus termodinamika. Pada
sistem tenaga uap, fluida kerja yang digunakan dalam siklus dapat mengalami
perubahan fasa melalui proses penguapan dan kondensasi. Sedangkan pada sistem
tenaga gas, fluida kerja yang mengalami siklus selalu berada dalam fasa gas.
Kajian dalam sistem tenaga gas ini terdiri atas dua kelompok pembangkit tenaga
yakni: mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) dan turbin gas.
Kelompok mesin pembakaran dalam banyak diaplikasikan pada motor bakar torak
dan pembangkit tenaga diesel (misalnya PLTD), sedangkan kelompok turbin gas
banyak diaplikasikan pada pembangkit tenaga gas (misalnya PLTG) dan mesin-
mesin jet propulsi (pesawat terbang).
Pengetahuan yang komprehensi pada Bab ini, akan memberikan dasar bagi
mahasiswa untuk mengikuti mata kuliah Sistem Pembangkit Tenaga pada
semester berikutnya.
8.1 Mesin Pembakaran Dalam (Internal Combustion Engine)
Siklus daya dapat dikategorikan sebagai Mesin Pembakaran Dalam apabila
setiap proses siklus tersebut terjadi dalam satu komponen, misalnya di dalam
gerakan bolak-balik silinder-piston, bukan dalam rangakaian (interkoneksi) antara
komponen-komponen proses yang berbeda. Terdapat dua tipe umum Mesin
Pembakaran Dalam ini yakni: mesin pengapian percikan (spark-igniton engine)
dan mesin pengapian mampat (comprssion-ignition engine). Pada spark-igniton
engine campuran udara dan bahan bakar dibakar oleh adanya percikan busi,
sedangkan pada comprssion-ignition engine udara dikompressi hingga mencapai
tekanan dan temperatur yang cukup untuk menyebabkan terjadinya pembakaran
secara spontan ketika bahan bakar diinjeksikan. Menurut Moran (1995), spark-
igniton engine memiliki keuntungan bila digunakan pada kebutuhan daya di bwah
225 kW (300 hp), karena relatif mudah dan biayanya murah. Mesin ini cocok
untuk penggunaan dalam otomotif (automobile). Compression-ignition engine
umumnya lebih disukai penggunaannya untuk penghematan bahan bakar dan
untuk kebutuhan sejumlah tenaga yang relatif besar. Pada kebutuhan daya
menengah, kedua jenis mesin pembakaran dalam ini dapat digunakan.
Gambar 8.1 merupakan sketsa mesin pembakaran dalam bolak-balik yang
terdiri atas sebuah piston yang bergerak di dalam sebuah silinder yang dipasangi
dua katup. Lubang (bore) silinder merupakan diameter. Langkah (stroke)
merupakan jarak pergerakan piston dalam satu arah. Piston dikatakan berada pada
titik mati atas (top dead center) ketika telah bergerak ke suatu posisi di mana
volume silinder minimum atau disebut sebagai volume pembersihan (clearance
volume). Ketika piston telah bergerak hingga volume silnder maksimum, piston
dikatakan berada pada titik mati bawah (bottom dead center). Volume yang
dicakup oleh piston ketika bergerak dari titik mati atas hingga ke titik mati bawah
disebut volume perpindahan (displacement volume). Rasio kompressi; r,
didefensikan sebagai volume pada saat titik mati bawah dibagi dengan volume
pada saat titik mati atas. Gerakan bolak-balik piston diubah menjadi gerakan
rotasi melalui mekanisme engkol.

Termodinamika Teknik VIII-2


Gambar 8.1 Tatanama mesin bolak-balik silinder-piston

Secara umum siklus mesin pembakaran dalam (siklus motor bakar torak)
dibagi atas dua kelompok yakni: mesin siklus empat langkah (four-stroke) dan
mesin siklus dua langkah (two-stroke).

Gambar 8.2 Urutan langkah mesin siklus empat-langkah

Mesin siklus empat langkah membutuhkan empat langkah penuh untuk


menyempurnakan satu siklus. Ke-empat langkah seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 8.2 di atas terdiri atas:
1. Pengisapan: Katup hisap terbuka, piston bergerak ke bawah, campuran
udara dan bahan bakar dihisap ke dalam silinder.
2. Kompressi: Katup saluran masuk menutup, piston bergerk ke atas,
campuran udara dan bahan bakar dimampatkan ke dalam ruang kecil di
atas piston.

Termodinamika Teknik VIII-3


3. Pembakaran: Percikan api dari busi menyebabkan campuran tersebut
meletup, gas panas dari letupan itu menekan piston turun ke bagian
bawah silinder.
4. Pembuangan: Katup buang terbuka, piston bergerak ke atas. Gas hasil
pembakaran dibuang keluar.
Mesin siklus dua langkah mengkombinasikan keempat langkah yang
dibutuhkan dalam mesin siklus empat langkah menjadi hanya dua langkah saja,
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 8.3. Ketika piston bergerak turun di
dalam silinder dalam langkah kerja, pintu pengeluaran semula tidak tertutup dan
gas buang bertekanan mulai keluar ke atmosfir. Sementara piston bergerak turun,
piston juga menekan campuran oli, gas, dan udara di dalam rumah engkol. Ketika
piston terus turun, pintu pemasukan terbuka dan campuran bahan bakar-udara
bertekanan masuk ke dalam silinder dari rumah engkol. Pada langkah kompressi
(ke atas) piston menutup saluran pemasukan lalu saluran pengeluaran dan
menekan sisa campuran gas sampai busi menyalakan campuran sesaat sebelum
titik mati atas. Piston kemudian ditekan turun oleh hasil pembakaran pada langkah
kerja berkutnya. Ketika piston berada di dekat titik mati atas, pintu pengeluaran
karburator terbuka sehingga sejumlah bahan bakar ditambahkan ke dalam rumah
engkol. Dalam sistem ini oli dicampurkan ke dalam bensin untuk melumasi poros
engkol dan bantalan.

Gambar 8.3 Urutan langkah mesin siklus dua-langkah

Pada mesin siklus empat langkah, piston melakukan empat perpindahan


dalam silinder untuk setiap dua perputaran poros engkol dalam menghasilkan satu
kerja. Sedangkan pada mesin siklus dua langkah, dua kali perpindahan piston

Termodinamika Teknik VIII-4


dalam satu putaran poros engkol untuk menghasilkan satu kerja. Gambar 8.4
berikut menunjukkan diagram indikator atau diagram tekanan-perpindahan
silinder piston berdasarkan hasil displai osiloskop.

Gambar 8.4 Diagram indikator gerakan boalk-balik mesin


pembakaran dalam

Parameter yang digunakan untuk menggambarkan unjuk kerja mesin piston


bolak-balik ialah tekanan efektif rata-rata (mean effective pressure); mep, adalah
tekanan kosntan teoritis yang apabila diberikan pada piston selama langkah kerja,
akan memproduksi kerja bersih yang sama secara aktual yang dihasilkan oleh satu
siklus, secara matematis:
kerja bersih untuk satu siklus
mep = (9.1)
volume perpindahan
Sebagai pengantar dalam analisis dasar termodinamika untuk mesin
pembakaran dalam, ditetapkan penyederhanaan analisis yakni dengan menerapkan
analisis udara-standar (air-standard analysis), dengan elemen-elemen penyeder-
hanaan yang mengikutinya ialah sebagai berikut: (1) Fluida kerja udara yang
digunakan dianggap sebagai model gas ideal. (2) Proses pembakaran diganti
sebagai perpindahan kalor dari sumber luar. (3) Tidak ada proses penghisapan dan
pembuangan seperti di atas dalam mesin aktual. Siklus dilengkapi oleh proses
perpindahan kalor pada volume konstan yang diambil pada saat piston berda pada

Termodinamika Teknik VIII-5


titik mati bawah. (4) Semua prosesnya adalah reversibel internal. Dalam
pengembangannya, pada analisis udara-standar dingin (cold air-standard
analysis), panas spesifik di asumsikan konstan pada nilai temperatur ambiennya.

8.1.1 Siklus Otto Udara-Standar

Siklus Otto udara-standar merupakan siklus ideal yang mengasumsikan


penambahan kalor terjadi secara tiba-tiba (instantaneously) saat piston berada
pada titik mati atas. Diagram p-v dan T-s siklus Otto dapat diperhatikan pada
Gambar 8.5, siklus ini terdiri dari empat rangkaian proses reversibel internal sbb:
Proses 1-2 : Kompressi isentropik udara saat piston berpindah dari titik mati
bawah ke titik mati atas.
Proses 2-3 : Perpindahan kalor pada volume konstan ke udara dari suatu sumber
luar pada saat piston sedang berada di titik mati atas. Proses ini
diharapkan menimbulkan penyalaan pada campuran udara-bahan
bakar dan membakar secara cepat.
Proses 3-4 : Ekspansi isentropik (langkah kerja).
Proses 4-1 : Proses pelepasan kalor udara pada volume konstan pada saat piston
berada pada titik mati bawah.

Gambar 8.5 Diagram p-v dan T-s siklus Otto udara-standar


Oleh karena siklus Otto udara-standar disusun dari proses-proses reversibel
internal, luasan pada diagram T-s dan p-v pada Gambar 8.5 dapat diinterpretasi
masing-masing sebagai kalor dan kerja. Pada diagram T-s, luasan 2-3-a-b-2
menggambarkan kalor per satuan massa yang ditambahkan dan luasan 1-4-a-b-1
menggambarkan kalor per satuan massa yang dilepaskan. Padas diagram p-v,
luasan 1-2-a-b-1 adalah kerja masukan per satuan massa selama proses kompressi
dan luasan 3-4-b-a-3 adalah kerja per satuan massa yang dilakukan selama proses

Termodinamika Teknik VIII-6


ekspansi. Luasan yang tertutup pada masing-masing gambar dapat di
interpretasikan sebagai kerja bersih keluaran atau setara dengan kalor bersih yang
ditambahkan.
Siklus Otto udara-standar terdiri atas dua proses di mana ada kerja tetapi
tidak ada perpindahan kalor; proses 1-2 dan 3-4, dan dua proses di mana ada
perpindahan kalor tetapi tidak ada kerja; proses 2-3 dan 4-1. Ungkapan-ungkapan
untuk perpindahan energi ini diperoleh untuk mereduksi kesetimbangan energi
sistem tertutup dengan asumsi bahwa perubahan energi kinetik dan energi
potensial dapat diabaikan. Hasilnya adalah:
W12 W34
= u 2 − u1 , = u3 − u 4
m m
(8.2)
Q 23 Q41
= u3 − u 2 , = u 4 − u1
m m
Kerja bersih siklus diungkapkan sebagai:
Wsiklus W34 W12
= − = (u3 − u 4 ) − (u 2 − u1 )
m m m
sebagai alternatif, kerja bersih dapat dievaluasi sebagai panas yang ditambahkan,
Wsiklus Q23 Q41
= − = (u3 − u 2 ) − (u 4 − u1 )
m m m
Efisiensi termal adalah rasio kerja bersih siklus dengan panas yang
ditambahkan, yakni
(u3 − u 2 ) − (u 4 − u1 ) (u − u )
η= = 1− 4 1 (8.3)
(u3 − u 2 ) (u3 − u 2 )
Apabila data tabel udara digunakan untuk melakukan suatu analisis yang
menyertakan siklus Otto udara-standar, nilai energi dalam spesifik yang
diperlukan pada Persamaan 8.3 dapat didapatkan dari Tabel A-22 atau A-22E
yang sesuai. Hubungan berikut ini berlaku untuk proses-proses isentropik (proses
1-2 dan 3-4):
⎛V ⎞ v
v r 2 = v r1 ⎜⎜ 2 ⎟⎟ = r1 (8.4)
⎝ V1 ⎠ r

Termodinamika Teknik VIII-7


⎛V ⎞
v r 4 = v r 3 ⎜⎜ 4 ⎟⎟ = r v r 3 (8.5)
⎝ V3 ⎠
dengan r dinotasikan sebagai rasio kompressi. Perlu dicatat bahwa V3 = V2 dan V4
= V1, dan r = V1/V2 = V4/V3. Parameter vr ditabulasikan fungsi temperatur untuk
udara pada Tabel A-22
Apabila siklus Otto di-analisis berdasarkan basis udara-standar dingin (cold
sir-standar basis), ungkapan yang menyertai, seperti diperkenalkan pada Bab 6,
akan digunakan untuk prosdes-proses isentropik dalam Persamaan 8.4 dan 8.5,
secara berturut-turut:
k −1
T2 ⎛ V1 ⎞
=⎜ ⎟ = r k −1 (k konstanta) (8.6)
T1 ⎜⎝ V2 ⎟⎠

k −1
T4 ⎛ V3 ⎞ 1
=⎜ ⎟ = (k konstanta) (8.7)
T 3 ⎜⎝ V4 ⎟⎠ r k −1
dengan k adalah rasio kalor spesifik, k = cp/cv .
Dengan merujuk diagram T-s pada Gambar 8.5, dapat disimpulkan bahwa
peningkatan efisiensi termal siklus Otto sebanding dengan peningkatan rasio
kompressi. Untuk cv konstan, Persamaan 8.3 menjadi:
c (T − T ) T ⎛ T4 T1 − 1 ⎞
η = 1 − v 4 1 atau η = 1 − 1 ⎜⎜ ⎟
cv (T3 − T2 ) T2 ⎝ T3 T2 − 1 ⎟⎠

Dari Persamaan 8.6 dan 8.7 di atas, T4/T1 = T3/T2, sehingga


T
η =1 − 1
T2
Akhirnya dengan menggabungkan Persamaan 8.6, diperoleh:
1
η =1 − ( k konstanta) (8.8)
r k −1
Persamaan 8.8 menunjukkan bahwa efisiensi termal siklus Otto udara-standar
dingin merupakan fungsi dari rasio kompressi semata. Hubungan ini diperlihatkan
pada Gambar 8.6.

Termodinamika Teknik VIII-8


Gambar 8.6 Efisiensi termal siklus Otto udara-standar dingin, k = 1,4

8.1.2 Siklus Diesel Udara-Standar

Siklus Diesel udara-standar adalah siklus ideal yang mengasumsikan


penambahan kalor terjadi selama proses tekanan konstan, yang dimulai pada saat
piston berada pada titik mati atas. Diagram p-v dan T-s Siklus Diesel ini dapat
diperhatikan pada Gambar 8.7, siklus ini terdiri dari empat rangkaian proses
reversibel internal sbb:
Proses 1-2 : Kompressi isentropik udara saat piston berpindah dari titik mati
bawah ke titik mati atas.
Proses 2-3 : Kalor dipindahkan ke fluida kerja pada tekanan konstan. Proses ini
juga merupakan awal dari langkah kerja.
Proses 3-4 : Ekspansi isentropik (langkah kerja). Proses ini juga merupakan sisa
dari langkah kerja.
Proses 4-1 : Proses pelepasan kalor udara pada volume konstan pada saat piston
berada pada titik mati bawah. Proses ini menggantikan proses
pembuangan dan penghisapan pada mesin aktual.

Gambar 8.7 Diagram p-v dan T-s siklus Diesel udara-standar

Termodinamika Teknik VIII-9


Oleh karena Siklus diesel udara-standar disusun dari proses-proses
reversibel internal, maka luasan pada diagram p-v dan T-s dapat diinterpretasikan
masing-masing sebagai kalor dan kerja. Pada diagram T-s, luasan 2-3-a-b-2
menggambarkan kalor per satuan massa yang ditambahkan dan luasan 1-4-a-b-1
adalah kalor per satuan massa yang dilepaskan. Pada diagram p-v, 1-2-a-b-1
adalah kerja per satuan massa selama proses kompressi. Luasan 2-3-4-b-a-2
adalah kerja per satuan massa yang terjadi pada saat piston bergerak dari titik mati
atas ke titik mati bawah. Luasan yang tertutup pada masing-masing gambar adalah
kerja bersih keluaran yang mana sama dengan kalor bersih yang ditambahkan.
Dalam siklus Diesel, kalor yang yang dimasukkan terjadi saat tekanan
konstan. Berdasarkan dengan hal itu, maka Proses 2-3 melibatkan kerja dan kalor.
Kerja diberikan oleh:
W23
= ∫ p dv = p 2 (v3 − v 2 )
3
(8.9)
m 2

Kalor yang ditambahkan pada Proses 2-3 dapat dihitung dengan menerapkan
kesetimbangan energi sistem tertutup
m(u3 − u 2 ) = Q23 − W23
dengan menggabungkan Persamaan 8.9, diperoleh perpindahan kalor:
Q23
= (u 3 − u 2 ) + p (v3 − v 2 ) = (u3 + pv3 ) − (u 2 + pv 2 )
m
atau
Q23
= (h3 − h2 ) (8.10)
m
dimana entalpi spesifik ditampilkan hanya untuk menyederhanakan ungkapan.
Seperti pada siklus Otto, kalor yang dilepaskan pada Proses 4-1 diberikan oleh:
Q41
= (u 4 − u1 )
m
Efisiensi termal adalah rasio kerja bersih siklus dengan kalor yang
ditambahkan,
Wsiklus /m Q /m u −u
η= = 1 − 41 = 1 − 4 1 (8.11)
Q23 /m Q 23 /m h3 − h2

Termodinamika Teknik VIII-10


Sama seperti untuk siklus Otto, efisiensi termal siklus Diesel meningkat dengan
meningkatnya rasio kompressi.
Untuk mengevaluasi efisiensi termal dari Persamaan 8.11, diperlukan nilai
u1, u4, h2, dan h3 atau setara dengan temperatur pada keadaan dasar siklus. Untuk
keadan awal diberikan temepratur T1 dan rasio kompressi; r, temperatur keadan 2
dapat diperoleh dengan menggunakan hubungan isentropik berikut serta data vr :
V 1
v r 2 = 2 v r1 = v r1
V1 r
Untuk mendapatkan T3, catat bahwa persamaan keadaan gas ideal direduksi
dengan p3 = p2 untuk memberikan
V
T3 = 3 T2 = rc T2
V2
dengan rc = V3/V2 yang disebut sebagai cutoff ratio, seperti telah diperkenalkan
sebelumnya.
Karena V4 = V1, rasio volumeuntuk proses isentropik 3-4 dapat diungkapkan
seperti:
V4 V4 V2 V1 V2 r
= = = (8.12)
V3 V2 V3 V2 V3 rc
Dengan menggunakan Persamaan 8.12 bersama vr3 pad T3, temperatur T4
dapat ditentukan melalui sekali interpolasi vr4 yang didapatkan dari hubungan
isentropik.
V r
vr 4 = 4 vr 3 = vr 3
V3 rc
Dalam analisis udara-standar dingin, ungkapan yang cocok untuk
mengevaluasi T2 adalah diberikan oleh
k −1
T2 ⎛ V1 ⎞
=⎜ ⎟ = r k −1 (k konstanta)
T1 ⎜⎝ V2 ⎟⎠

Temperatur T4 didapatkan dari bentuk yang sama


k −1 k −1
T4 ⎛ V3 ⎞ ⎛r ⎞
=⎜ ⎟ =⎜ c ⎟ (k konstanta)
T 3 ⎜⎝ V4 ⎟⎠ ⎝ r ⎠

Termodinamika Teknik VIII-11


Pada basis udara-standar dingin, efisiensi termal dari siklus Diesel dapat
diungkapan sebagai berikut:

1 ⎡ r k −1 ⎤
η = 1− ⎢ c ⎥ (k konstanta) (8.13)
r k −1 ⎢ k ( r − 1) ⎥⎦
⎣ c
dengan r adalah rasio kompressi dan rc adalah cutoff ratio.

8.1.3 Siklus Gabungan Udara-Standar (Air-Standard Dual Cycle)

Siklus gabungan udara-standar merupakan siklus aktual yang meng-


gabungkan siklus Otto dan siklus Diesel, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.8.
Siklus ini terdiri dari lima rangkaian proses reversibel internal sbb:
Proses 1-2 : Kompressi isentropik.
Proses 2-3 : Pemasukan kalor pada volume konstan.
Proses 3-4 : Pemasukan kalor pada tekanan konstan dan merupakan bagian
pertama langkah kerja.
Proses 4-5 : Ekspansi isentropik yang merupakan sisa langkah kerja.
Proses 5-1 : Pelepasan kalor pada volume konstan.

Gambar 8.8 Diagram p-v dan T-s siklus gabungan udara-standar

Oleh karena siklus gabungan ini disusun dari jenis-jenis proses yang sama
dengan siklus Otto dan Diesel, maka selanjutnya dapat ditulis sederhana
persamaan perpindahan kalor dan kerja pada setiap proses dalam siklus. Kerja
selama proses kompressi isentropik adalah
W12
= u 2 − u1
m

Termodinamika Teknik VIII-12


Pemasukan kalor selama Proses 2-3 adalah
Q23
= u3 − u 2
m
Pada Proses 3-4 terjadi perpindahan kalor dan kerja, sehingga diperoleh:
W34 Q34
= p (v 4 − v3 ) dan = h 4 − h3
m m
Kerja yang dihasilkan selama proses ekspansi isentropik (Proses 4-5) adalah
W45
= u 4 − u5
m
Dan akhirnya, kalor yang dilepaskan pada Proses 5-1 dan merupakan pelngkap
siklus adalah
Q51
= u5 − u1
m
Efisiensi termal siklus gabungan udara-standar adalah rasio kerja bersih
siklus terhadap total pemasukan kalor,
Wsiklus /m Q51/m
η= = 1−
(Q23 /m + Q34 /m ) (Q23 /m + Q34 /m )
atau
(u5 − u1 )
η = 1− (8.14)
(u3 − u 2 ) + (h4 − h5 )

8.2 Pembangkit Tenaga Turbin Gas


Pembangkit tenaga turbin gas adalah mesin pembakaran luar yang
memanfaatkan fluida kerja berfasa gas untuk menghasilkan kerja/tenaga mekanis.
Pengoperasian pembangkit tenaga ini dapat secara terbuka maupun secara
tertutup. Untuk jenis terbuka pada Gambar 8.9a, yang lebih umum digunakan,
udara atmosfir secara kontinyu mengalir ke kompressor kemudian dikompressi
hingga mencapai tekanan tinggi. Udara tersebut kemudian masuk ke ruang bakar
untuk dicampur dengan bahan bakar lalu terjadi pembakaran, pembakaran ini
menghasilkan gas buang yang bertemperatur tinggi. Gas buang kemudian
berekspansi melalui turbin dan selanjutnya dilepaskan menuju atmosfir. Sebagian

Termodinamika Teknik VIII-13


dari kerja turbin yang dibangkitkan digunakan untuk menggerakkan kompressor,
sisanya dimanfaatkan untuk membangkit tenaga listrik, penggerak pesawat, atau
untuk penggunaan lainnya. Untuk jenis tertutup pada Gambar 8.9b fluida kerja
menerima energi input melalui perpindahan kalor dari sumber luar, sebagai
contoh, dari reaktor nuklir gas dingin. Gas yang meninggalkan turbin dilewatkan
melalui alat penukar kalor untuk didinginkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan
lagi ke kompressor.

Gambar 8.9 Pembangkit tenaga turbin gas sederhana (a) Sistem terbuka
(b) Sistem tertutup
Idealisasi yang sering digunakan dalam studi pembangkit tenaga turbin gas
sistem tertutuo adalah analisis udara-standar. Pada analisis udara-standar, dua
asumsi yang selalu digunakan: (1) Fluida kerjanya ialah udara, yang memiliki
sifat sebagai gas ideal, dan (2) kenaikan temperatur akan disempurnakan oleh
pembakaran atau terpenuhi oleh suatu pemindahan kalor dari sumber eksternal.

9.2.1 Siklus Bryton Udara-Standar

Secara skematik turbin gas udara-standar diperlihatkan pada Gambar 8.10.


Arah perpindahan energi secara prinsip ditunjukkan oleh panah pada gambar.
Berdasarkan idealisasi/asumsi-asumsi pada analisis udara-standar, maka udara
yang mengalir masuk ke kompressor dari sekitarnya (Keadaan 1), akan kembali
lagi ke sekitarnya (Keadaan 4) dengan temperatur yang lebih besar dari
temperatur lingkungannya. Setelah berinteraksi dengan sekitarnya, setiap satuan
massa udara yang dilepas akan secepatnya kembali ke keadaan yang sama seperti

Termodinamika Teknik VIII-14


ketika masuk kompressor, sehingga dapat dikatakan bahwa udara yang mengalir
melewati komponen-komponen pembangkit tenaga turbin gas mengalami sebuah
siklus termodinamika. Idealisasi ini disebut sebagai siklus udara-standar Bryton.

Gambar 8.10 Siklus turbin gas udara-standar


Persamaan perpindahan energi dalam bentuk kalor dan kerja yang terjadi
pada siklus diperoleh dari penyelesaian kesetimbangan laju massa dan energi
volume kontrol pada masing-masing komponen siklus, dan terjadi pada keadaan
tunak. Dengan asumsi turbin beroperasi secara adiabatik dan pengaruh energi
kinetik dan energi potensial diabaikan, maka kerja dibangkitkan per satuan massa
yang adalah:
W& t
= h3 − h4 (8.15)
m&
dengan asumsi yang sama, kerja kompressor per satuan massa adalah:
W& c
= h2 − h1 (8.16)
m&
Kalor yang ditambahkan ke siklus per satuan massa adalah:
Q& in
= h3 − h2 (8.17)
m&
Kalor yang dilepaskan per satuan massa adalah:
Q& out
= h3 − h4 (8.18)
m&
Efisiensi termal siklus Bryton udara-standar yang ditunjukkan pada Gambar
8.10 adalah:

Termodinamika Teknik VIII-15


W& t /m& − W& c /m& (h3 − h4 ) − (h2 − h1 )
η= = (8.19)
Qin /m& (h3 − h2 )
sedangkan Rasio Kerja Balik (bwr) untuk siklus ini adalah:
W& c /m& h2 − h1
bwr = = (8.20)
W& t /m& h3 − h4
Rasio kerja balik untuk pembangkit tenaga turbin gas berkisar 40 s.d. 80%,
banding untuk pembangkit tenaga uap yang hanya berkisar 1 s.d. 2% (Moran,
1995).
Apabila temperatur pada setiap keadaan diketahui, maka entalpi spesifik
yang diperlukan pada penyelesaian persamaan-persamaan di atas diperoleh dari
tabel gas ideal udara yakni Tabel A-22 dan Tabel A-22E. Sebagai alternatif
penyelesaian dapat digunakan analisis udara-standar dingin, dengan ketentuan
perubahan kalor spesifik terhadap temperatur diabaikan dan diambil konstan.

” Siklus Bryton Ideal Udara-Standar


Dengan mengabaikan irreversibilitas udara yang bersirkulasi melalui
berbagai komponen pada siklus Bryton udara-standar; tidak ada penurunan
tekanan akibat friksi, udara yang mengalir melewati kompressor tekanannya
konstan, pelepasan kalor ke sekitar diabaikan, proses pada turbin dan kompressor
merupakan proses isentropik, maka siklus Byrton udara-standar ini dapat
dikatakan sebagai siklus Bryton ideal udara-standar (Ideal air-standard Bryton
cycle) sebagaimana diperlihatkan pada diagram p-v dan T-s dalam Gambar 8.11.

Gambar 8.11 Siklus Bryton ideal udara-standar


Luasan pada diagram T-s dan p-v dari Gambar 8.11 dapat diinterpretasikan
masing-masing sebagai kalor dan kerja per satuan massa mengalir. Pada diagram

Termodinamika Teknik VIII-16


T-s, luasan 2-3-a-b-2 merepresentasikan kalor yang ditambahkan per satuan massa
dan luasan 1-4-a-b-1 adalah kalor yang dilepaskan per satuan massa. Pada
diagram p-v, luasan 1-2-a-b-1 merepresentasikan kerja masukan kompressor per
satuan massa dan luasan 3-4-b-a-3 adalah kerja keluaran turbin per satuan massa
atau setara dengan kalor bersih yang ditambahkan.
Untuk proses-proses isentropik, yakni proses 1-2 dan 3-4 berlaku hubungan:
p
p r 2 = p r1 2 (8.21)
p1

p p
pr 4 = pr 3 4 = pr 3 1 (8.22)
p3 p2
Nilai tekanan relative ditabelkan sebagi fungsi temperature pada Tabel A-22.
Karena udara yang mengalir melalui alat penukar kalor pada siklus ideal
tekanannya konstan maka p4/p3 = p1/p2. Hubungan ini telah digunakan pada
Persamaan 8.22.
Jika siklus Bruton ideal dianalisis pada basis udara-standar dingin maka
panas spesifik diambil konstan, sehingga Persamaan 8.21 dan 8.22 diganti
masing-masing sebagi berikut:

⎛p ⎞
(k −1) / k
T2 = T1 ⎜⎜ 2 ⎟⎟ (8.23)
⎝ p1 ⎠


(k −1) / k (k −1) / k
p4 ⎞ ⎛ p1 ⎞
T4 = T3 ⎜⎜ ⎟ = T3 ⎜⎜ ⎟ (8.24)
⎝ p3 ⎟⎠ ⎝ p 2 ⎟⎠

dengan k adalah rasio kalor spesifik, k = cp / cv.


Berdasarkan diagram T-s pada Gambar 8.11, diketahui bahwa
meningkatnya rasio tekanan, mengubah siklus dari 1-2-3-4-1 ke 1-2’-3’-4-1, dan
karena temperatur rata-rata pada kalor masuk lebih besar dari siklus sebelumnya
sementara kedua siklus mempunyai proses pelepasan kalor yang sama, maka
siklus 1-2’-3’-4-1 mempunyai efisiensi terml yang lebih besar. Oleh karena itu
dapat ditarik kesimpulan bahwa efisien termal meningkat dengan meningkatnya
rasio komporessi.
Untuk cp konstan, Persamaan 8.19 dapat menjadi:

Termodinamika Teknik VIII-17


c p (T3 − T4 ) − c p (T2 − T1 ) (T − T )
η= = 1− 4 1
c p (T3 − T2 ) (T3 − T2 )
atau
T (T /T − 1)
η = 1− 1 4 1
T2 (T3 /T2 − 1)
Dari Persamaan 8.23 dan 8.24 diketahui bahwa T4/T1 = T3/T2, maka:
T
η = 1− 1
T2
Akhirnya, dengan mensubstitusikan persamaan di atas ke Persamaan 8.23,
diperoleh:

η = 1−
1
(k konstanta ) (8.25)
( p2 /p3 )(k −1)/k
Dengan memperhatikan Persamaan 8.25, dapat dibuktikan bahwa untuk siklus
Bryton ideal udara-standar, efisiensi termal merupakan fungsi dari rasio tekanan
yang melewati kompressor, yang mana meningkat seiring dengan meningkatnya
rasio tekanan.

” Pengaruh Irreversibilitas pada Siklus Bryton Udara-Standar


Titik-titik utama keadaan pada siklus tertutup pembangkit tenaga gas
sederhana yang memungkinkan lebih realisitis ialah seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 8.12a. Hal ini disebabkan adanya irreversibilitas daalam kompressor dan
turbin, serta terjadinya peningkatan entropi spesifik fluida kerja saat melintasi
komponen-komponen siklus. Irreversibilitas juga dapat menurunkan tekanan saat
fluida kerja melewati alat penukar kalor atau ruang bakar untuk turbin gas siklus
terbuka. Namun demikain, karena penurunan tekanan gesekan merupakan
sumber-sumber irreversibel yang tidak signifikan maka hal itu dapat diabaikan
pada diskusi selanjutnya, dan sebagai penyederhanaan ditunjukkan pada Gambar
8.12b, yakni aliran yang melalui alat penukar kalor terjadi pada tekanan konstan.
Kehilangan akibat perpindahan kalor dari komponen-komponen pembangkit
tenaga gas ke sekitarnya dianggap sebagai rugi-rugi (losses), akan tetapi efek-efek
ini biasanya menjadi kepentingan sekunder dan juga diabaikan pada diskusi

Termodinamika Teknik VIII-18


selanjutnya.

Gambar 8.12 Efek-efek irreversibilitas pada turbin gas sederhana


siklus tertutup
Sebagai pengaruh irreversibilitas dalam turbin dan kompressor, maka kerja
yang dibangkitkan turbin mengalami penurunan sedangkan kerja masukan pada
kompressor mengalami peningkatan sehingga menyebabakan penurunan kerja
bersih sistem pembangkit tenaga. Efisiensi isentropik turbin dan kompressor
seperti ditunjukkan pada Gambar 8.12 di atas diberikan sbb:

ηt =
(W& t m& ) = h3 − h4
(W& t m& )s h3 − h4s
(W&c m& )s h2s − h1
ηc =
(W&c m& ) = h2 − h1

Termodinamika Teknik VIII-19


Latihan Penyelesaian Soal

Contoh 8.1 : Siklus Otto udara-standar


Temperatur pada keadaan awal proses kompressi sebuah siklus Otto udara-
standar dengan rasio kompressi 8 adalah 540oR, tekanannya 1 atm, dan volume
silinder 0,02 ft3. Temperatur maksimum selama siklus adalah 3600oR. Tentukan
(a) temperatur dan tekanan akhir setiap proses pada siklus, (b) efisiensi termal,
dan (c) tekanan efektif rata-rata (mep).
Penyelesaian:
Diketahui: Sebuah siklus Otto udara-standar dengan pemberian nilai rasio
kompressi ditentukan .pada keadaan spesifik yang berawal dari
langkah kompressi seperti temperatur spesifik maksimum tertentu
selama siklus.
Ditanyakan: Tentukan temperatur dan tekanan akhir setiap proses pada
siklus, efisiensi termal, dan tekanan efektif rata-rata (mep) pada
siklus
Gambar skema dan data yang tersedia:

Gambar C8.1
Asumsi:.
1. Udara didalam silinder-piston hádala sistem tertutup.
2. Proses kompressi dan ekspansi terjadi secara adiabaik.
3. Semua proses merupakan reversible internal.
4. Udara dimodelkan sebagai gas ideal.
5. Pengaruh energi kinetik dan potencial diabaikan.
Analisis:
(a) Analisis diawali dengan menentukan temperatur, tekanan, dan energi dalam
spesifik pada keadaan-keadaan dasar siklus. Pada T1 = 540oR, Tabel A-22E
memberikan u1 = 92,04 Btu/lb dan vr1 = 144,32.
Untuk kompressi isentropik, Proses 1-2 :
V v 144 ,32
v r 2 = 2 v r1 = r1 = = 18,04
V1 r 8

Termodinamika Teknik VIII-20


Dengan menginterpolasi vr2 dalam Tabel A-22E, diperoleh T2 = 1212oR dan
vr2 = 211,3 Btu/lb. Melalui persamaan keadan gas ideal diperoleh:
T V1 ⎛ 1212 ⎞
p 2 = p1 2 = (1 atm )⎜ ⎟ 8 = 17 ,96 atm
T1 V2 ⎝ 540 ⎠
Tekanan pada keadaan 2 dapat dievaluasi dengan cara lain, menggunakan
hubungan isentropik p2 = p1(pr2/pr1).
Karena Proses 2-3 terjadi pada volume konstan, persamaan keadaan
gas ideal meberikan:
T ⎛ 3600 ⎞
p3 = p 2 3 = (17 ,96 atm )⎜ ⎟ = 53,3 atm
T2 ⎝ 1212 ⎠
pada T3 = 3600oR, Tabel A-22E memberikan u3 = 721,44 Btu/lb dan vr3 =
0,6449
Untuk ekspnsi isentropik, Proses 3-4
V V
v r 4 = v r 3 4 = v r 3 1 = 0 ,6449 . (8) = 5,16
V3 V2
Interpolasi dalam Tabel A-22E dengan vr4, memberikan T4 = 1878oR, u4 =
342,2 Btu/lb. Tekanan pada keadaan 4 dapat didapatkan dengan
menggunakan relasi isentropik p4 = p3(pr4/pr3) atau persamaan keadaan gas
ideal yangh diterapkan pada keadaan 1. Dengan V4 = V1, persamaan
keadaan gasi ideal memberikan:
T ⎛ 1878 ⎞
p 4 = p1 4 = (1 atm )⎜ ⎟ = 3,48 atm
T1 ⎝ 540 ⎠
(b) Efisiensi Termal adalah,
Q41 m u −u 342 ,2 − 92 ,04
η = 1− = 1− 4 1 =1− = 0 ,51 ≈ 51%
Q23 m u3 − u 2 721,44 − 211,3
(b) Untuk mengevaluasi tekanan efektif rata-rata (mep), dibutuhkan kerja
bersih per siklus, yakni:
Wsiklus = m[(u3 − u 4 ) − (u 2 − u1 )]
di mana m adalah massa udara, yang dievaluasi dari persamaan keadaan gas
ideal berikut ini:

m=
p1V1
=
( )( )(
14 ,696 lbf/in 2 144 in 2 /ft 2 0 ,02 ft 3 )
= 1,47 x 10 − 3 lb
(R / M )T1 ⎛ 1545 ft.lbf ⎞
⎜ ⎟
⎜ 28,97 o ⎟ 540 R ( o )
⎝ lb. R ⎠
dengan memasukkan ke persamaan untuk Wsiklus, diperoleh:

Termodinamika Teknik VIII-21


( )
Wsiklus = 1,47x10 − 3 lb [(721,44 − 342,2 ) − (211,3 − 92,04)]Btu/lb
= 0,382 Btu
Volume perpindahan adalah V1-V2, sehingga tekanan efektif rata-rata
adalah:

⎛ 778 ft.lbf ⎞⎛⎜ ft


Wsiklus Wsiklus 0,382 Btu 2 ⎞

mep = = =
( ) ⎜ ⎟
V1 − V2 V1 (1 - V2 V1 ) 0,02 ft 3 (1 − 1/8) ⎝ Btu ⎠⎜ 144 in 2 ⎟
⎝ ⎠
= 118 lbf/in 2 = 8,03 atm
Komentar:
Alternatif penyelesaian penyelesaian problem ini juga dapat menggunakan
analisis berbasis udara-standar dingin, dengan panas spesifik konstan dan nilai k
tertentu ( k = 1,4).

Contoh 8.2: Siklus gabungan udara-standar


Keadaan awal proses kompressi sebuah siklus gabungan udara-standar dengan
rasio kompressi 8, temperaturnya 300 K dan tekanannya 0,1 Mpa. Rasio
tekanan untuk bagian proses pemanasan pada volume konstan ialah 1,5 : 1.
Rasio volume untuk bagian pemanasan pada tekanan konstan ialah 1,2 : 1.
Tentukanlah (a) efisiensi termalnya dan (b) tekanan efektif rata-rata (mep).
Penyelesaian:
Diketahui: Sebuah siklus gabungan udara-standar dalam silinder piston.
Kondisi yang diketahui pada awal kompressi serta rasio volume
dasn tekanan tertentu.
Ditanyakan: Tentukan efisiensi termal dan tekanan efektif rata-rata (mep)
Gambar skema dan data yang tersedia:

Gambar C8.2
Asumsi: Asumsi-asumsi yang diterapkan sama seperti pada soal Contoh 9.1

Termodinamika Teknik VIII-22


Analisis:
Analisis diawali dengan menentukan sifat-sifat pada masing-masing
keadaan siklus. Dengan T1 = 300 K, Tabel A-22 memberikan u1 = 214,07 kJ/kg
dan vr1 = 621,2. Untuk proses 1-2 kompressi isentropik
Untuk kompressi isentropik, Proses 1-2 :
V v 621,2
v r 2 = 2 v r1 = r1 = = 34 ,51
V1 r 18
Interpolasi di Tabel A-22, diperoleh T2 = 898,3 K dan u2 = 673,2 kJ/kg.
Karena Proses 2-3 terjadi pada volume konstan, reduksi persamaan
keadaan gas ideal memberikan:
p
T3 = 3 T2 = (1,5 )(898,3) = 1347 ,5 K
p2
Interpolasi di Tabel A-22, diperoleh h3 = 1452,6 kJ/kg dan u3 = 1065,8 kJ/kg.
Karena Proses 3-4 terjadi pad tekanan konstan, reduksi persamaan keadaan
gas ideal memberikan:
V
T4 = 4 T3 = (1,2 )(1347 ,5) = 1617 K
V3
Interpolasi di Tabel A-22, diperoleh h4 = 1778,3 kJ/kg dan vr4 = 5,609
Proses 4-5 adalah ekspansi isentropik, sehingga
V
vr 5 = vr 4 5
V4
rasio volume V5/V4 yang dibutuhkan pada persamaan ini dapat diungkapkan
dalam bentuk:
V5 V5 V3
=
V4 V3 V4
dengan V5 = V1, V2 = V3, dan diberikan beberapa rasio volume,
V5 V1 V3 ⎛ 1 ⎞
= = 18⎜ ⎟ = 1,5
V4 V2 V4 ⎝ 1,2 ⎠
masukkan nilai ini ke dalam persamaan untuk vr5 di atas,
vr 5 = 5,609(15) = 84,135
Interpolasi di Tabel A-22, diperoleh u5 = 475,96 kJ/kg
(a) Efisiensi termal siklus adalah:
Q51/m (u5 − u1 )
η = 1− = 1−
(Q23 /m + Q34 /m ) (u3 − u 2 ) + (h4 − h3 )
= 1−
(475,96 − 214,07 ) = 0,635 ≈ 63,5%
(1065,8 − 673,2) + (1778,3 − 1452,6)
(b) Tekanan efektif rata-rata adalah:
W /m W /m
mep = siklus = siklus
v1 − v 2 v1 (1 − 1/r )
Kerja bersih siklus sama dengan kalor bersih yang ditambahkan, sehingga:

Termodinamika Teknik VIII-23


mep =
(u3 − u2 ) + (h4 − h3 ) − (u5 − u1 )
v1(1 − 1/r )
Volume spesifik pada keadaan 1 adalah :
⎛ 8314 N.m ⎞
⎜ ⎟(300 K )
v1 =
(
R /M T 1) =

⎝ 28 ,97 kg.K ⎟

= 0,861 m 3 /kg
p1 10 5 N/m 2
Masukkan nilainya ke persamaan untuk mep di atas, diperoleh:
[(1065,8 − 673,2) + (1778,3 − 1452,6) − (475,96 − 214,07 )]⎛⎜⎜ kJ ⎞⎟⎟
mep = ⎝ kg ⎠
0,861(1 − 1/18) m 3 /kg
⎛ kJ ⎞
456 ,41⎜⎜ ⎟⎟
⎝ kg ⎠ ⎛⎜ 10 N.m ⎞⎟⎛⎜ MPa ⎞⎟ = 0 ,561 MPa
3
=
( )
0,8132 m 3 /kg ⎜⎝ kJ ⎟⎠⎜⎝ 10 6 N/m 2 ⎟⎠

Contoh 8.3: Siklus Bryton ideal udara-standar


Udara masuk ke kompressor dari suatu siklus Bryton ideal udara-standar pada
100 kPa, 300 K, dengan laju aliran volumetrik. 5 m3/s. Rasio tekanan
kompressor adalah 10. Temperatur sisi masukan turbin adalah 1400 K.
Tentukan (a) Efisiensi termal siklus, (b) Rasio kerja balik; bwr, dan (c) Daya
bersih yang dibangkitkan, dalam kW.
Penyelesaian:
Diketahui: Sebuah siklus Bryton ideal udara-standar yang beroperasi dengan
kondisi masukan diketahui, temperatur masukan turbin diketahui,
dan rasio tekanan kompressor diketahui.
Ditanyakan: Tentukan efisiensi termal, bwr, dan daya bersih keluaran siklus.
Gambar skema dan data yang tersedia:

Gambar C8.3

Termodinamika Teknik VIII-24


Asumsi:.
1. Masing-masing componen dianalisis sebagai sebuah volume control pada
keadaan tunak.
2. Proses-proses di turbin dan kompresor merupakan proses isentropik.
3. Tidak ada penurunan tekanan aliran selama melewati penukar kalor.
4. Pengaruh energi kinetik dan potencial diabaikan.
5. Fluida kerja udara dimodelkan sebagai suatu gas ideal.
Analisis:
Analisis diawali dengan menentukan entalpi spesifik pada masing-masing
nomor keadaan siklus. Pada keadaan 1 temperatur 300 K, dari Tabel A-22
diperoleh h1 = 300,19 kJ/kg dan pr1 = 1,386.
Karena proses kompressor merupakan isentropik, Proses 1-2, maka:
p
pr 2 = 2 pr1 = (10) (1,386) = 13,86
p1
kemudian interpolasi di Tabel A-22, diperoleh h2 = 579,9 kJ/kg.
Temperatur pada keadaan 3 adalah T3 = 1400 K, dari Tabel A-22 diperoleh
h3 = 1515,4 kJ/kg dan juga pr3 = 450,5.
Entalpi spesifik pada keadaan 4 didapatkan dengan menggunakan relasi
isentropik untuk proses di turbin:
p
pr 4 = pr 3 4 = (450,5) (1/10) = 45,05
p3
Interpolasi di Tabel A-22, diperoleh h4 = 808,5 kJ/kg .
(a) Efisiensi termal siklus adalah:
W& /m& − W& c /m& (h3 − h4 ) − (h2 − h1 )
η= t =
Qin /m& (h3 − h2 )
(1515,4 - 808,5) - (579,9 - 300,19) 706,9 - 279,7
= = = 0 ,457 ≈ 45,7%
(1515,4 - 579,9) 945,5
(b) Rasio Kerja Balik (bwr) untuk siklus ini adalah:
W& /m& h − h 279,7
bwr = c = 2 1 = = 0 ,396 ≈ 39,6%
&
Wt /m& h3 − h4 706,9
(c) Daya bersih keluaran siklus adalah:
W& siklus = W& t /m& − W& t /m& = m& [(h3 − h4 ) − (h2 − h1 )]
untuk mengevaluasi daya bersih, dibutuhkan laja aliran massa, yang dapat
ditentukan dari laja aliran volumetrik dan volume spesifik pada sisi
masukan compresor seperti berikut:
( AV )1
m& =
v1
karena v1 = ( R /M )T1/p1 , maka
( AV )1
m& =
( R /M )T1

Termodinamika Teknik VIII-25


(5 m 3 /s) (100 x 10 3 N/m 2 )
m& = = 5,807 kg/s
⎛ 8314 N.m ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ (300 K )
⎝ 28,97 kg.K ⎠
akhirnya diperoleh:
⎛ kJ ⎞⎛ 1 kW ⎞
W& siklus = (5,807 kg/s) (706,9 - 279,7) ⎜⎜ ⎟⎟⎜⎜ ⎟⎟ = 2481 kW
⎝ ⎠
kg ⎝ 1 kJ/s ⎠
Komentar:
Alternatif penyelesaian penyelesaian problem ini juga dapat menggunakan
analisis berbasis udara-standar dingin, dengan panas spesifik konstan dan nilai k
tertentu ( k = 1,4).

Termodinamika Teknik VIII-26


Soal-Soal Latihan Uji Kompetensi

1. Temperatur pada keadaan awal proses kompressi sebuah siklus Otto


udara-standar dengan rasio kompressi 8 adalah 540oR, tekanannya 1 atm,
dan volume silinder 0,02 ft3. Temperatur maksimum selama siklus adalah
3600oR. Dengan menggunakan analisis udara-standar dingin (cold air-
standar analysis) untuk k = 1,4 tentukan: (a) temperatur dan tekanan akhir
setiap proses pada siklus, (b) efisiensi termal, dan (c) tekanan efektif rata-
rata (mep).
2. Udara masuk ke kompressor dari suatu siklus Bryton ideal udara-standar
pada 100 kPa, dengan laju aliran volumetrik.5 m3/s. Rasio tekanan
kompressor adalah 10. Temperatur sisi masukan turbin adalah 1400 K.
Dengan menggunakan analisis udara-standar dingin (cold air-standar
analysis) untuk k = 1,4 tentukan: (a) Efisiensi termal siklus, (b) Rasio
kerja balik; bwr, dan (c) Daya bersih yang dibangkitkan, dalam kW.
3. Temperatur pada keadaan awal proses kompressi sebuah siklus Diesel
udara-standar dengan rasio kompressi 18 adalah 300 K, tekanannya 0,1
MPa. Cutoff ratio (rc) untuk siklus ini adalah 2. Tentukan: (a) Temperatur
dan tekanan pada keluaran massing-masing proses, (b) Efisiensi termal
siklus, dan (c) Tekanan efektif rata-rata (mep).
4. Udara masuk ke kompressor dari suatu siklus Bryton udara-standar pada
100 kPa, 300 K, dengan laju aliran volumetrik.5 m3/s. Rasio tekanan
kompressor adalah 10. Temperatur sisi masukan turbin adalah 1400 K.
Apabila turbin dan kompressor masing-masing memiliki efisiensi
isentropik sebesar 80%, tentukan: (a) Efisiensi termal siklus, (b) Rasio
kerja balik; bwr, dan (c) Daya bersih yang dibangkitkan, dalam kW.
5. Sebuah pembangkit tenaga stasioner yang beroperasi berdasarkan siklus
Bryton ideal memiliki rasio tekanan 8. Temperatur gas pada sisi masuk
kompressor adalah 300 K dan pada sisi masuk turbin 1300 K. Dengan
menggunakan asumsi-asumsi analisis udara-standar, tentukan: (a)
Temperatur gas pada sisi keluaran kompressor dan turbin, (b) Rasio kerja
balik (bwr), dan (c) efisiensi termal siklus.

Termodinamika Teknik VIII-27


Referensi/Sumber Rujukan

1. Cengel, Y.A. dan Boles, M.A. 2002. Thermodynamics. 4th edition. Boston-
USA: Mc. Graw Hill. (halaman 452 s.d. 500).
2. Granet, I.P.E. and Blustien, M.Ph.D. 2000. Thermodynamics and Heat Power,
6th edition. New Jersey USA: Prentice Hall. (halaman 449 s.d 492).
3. Moran, M.J. dan Shapiro, H.N. 1995. Fundamentals of Engineering
Thermodynamics. 3rd edition .New York USA: Jhon Wiley and Sons.
(halaman 373 s.d. 400).

Termodinamika Teknik VIII-28

Anda mungkin juga menyukai