Gigi Tiruan Jembatan
Gigi Tiruan Jembatan
PENDAHULUAN
1
1. Apa yang dimaksud dengan gigi tiruan jembatan?
2. Apa tujuan pemakaian gigi tiruan jembatan?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan jembatan?
4. Apa saja komponen-komponen gigi tiruan jembatan?
5. Apa saja keuntungan dan kerugian pemakaian gigi tiruan jembatan?
6. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan
jembatan?
7. Bagaimana tahap-tahap preparasi gigi tiruan jembatan?
8. Apa saja macam-macam gigi tiruan jembatan?
9. Apa saja bentuk kegagalan dari gigi tiruan jembatan dan cara
mengatasinya?
1.3. Tujuan
Secara terperinci, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui definisi dari gigi tiruan jembatan.
2. Mengetahui tujuan pemakaian gigi tiruan jembatan.
3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari gigi tiruan jembatan.
4. Mengetahui komponen-komponen gigi tiruan jembatan.
5. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari pemakaian gigi tiruan
jembatan.
6. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi
tiruan jembatan.
7. Mengetahui tahap-tahap preparasi dari gigi tiruan jembatan.
8. Mengetahui macam-macam gigi tiruan jembatan.
9. Mengetahui bentuk-bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan
jembatan dan cara mengatasinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
3
f.. Membuat pasien merasa sempurna
Pasien percaya jika penggunaan gigi tiruan dapat memberikan banyak
keuntungan terhadap kesehatannya secara umum.
Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari beberapa komponen, yakni sebagai
berikut.
1. Retainer
2. Konektor
3. Pontik
4. Penyangga (abutment)
4
Gambar 1. Komponen-komponen Gigi Tiruan.
1. Retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg menghubungkan gigi tiruan
tersebut dengan gigi penyangga. Fungsinya:
a. Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di
tempatnya.
b. Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga.
Macam-macam retainer:
a. Extra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:
1) Full Veneer Crown Retainer
Indikasi:
• Tekanan kunyah normal/besar
• Gigi-gigi penyangga yang pendek
• Intermediate abutment pasca perawatan periodontal
• Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang
5
Keuntungan
• Indikasi luas
• Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik
• Memberikan efek splinting yg terbaik
Kerugian:
Jaringan gigi yg diasah lebih banyak
Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
6
Keuntungan
• Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
• Estetis lebih baik daripada FVC retainer
Kerugian:
• Indikasi terbatas
• Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
• Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang
• Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).
7
Gambar 5. Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay.
c. Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa
jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri
sendiri.
Indikasi:
a. Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
b. Gigi tiruan pendek
c. Tekanan kunyah ringan
d. Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan:
• Estetis baik
• Posisi dapat disesuaikan
Kerugian:
Sering terjadi fraktur akar
8
2. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang
hilang dan berfungsi untuk mengembalikan:
Fungsi kunyah dan bicara
Estetis
Comfort (rasa nyaman)
Mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah migrasi /
hubungan dengan gigi lawan ektrusi
Berikut adalah klasifikasi pontik, antara lain:
a. Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:3
1) Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri
dari alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki
kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi
patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan.
Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang
mementingkan faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor
fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.
2) Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam
sedangkan seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini
biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dimana faktor estetis
menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan
gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu
yang lama.
3) Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin
akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak
dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk
kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah / gigit. Pontik ini
9
biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya
sebagai bahan pelapis estetis saja.
4) Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam
akan memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini
memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat
dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi
dari temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan
dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian
yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian
labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada
jembatan anterior maupun posterior.
5) Kombinasi Logam dan Akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai
bahan estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap
lebih dapat diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal
dan daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah
labial/bukal dilapisi dengan akrilik.
10
Gambar 7. Pontik Sanitary
11
Gambar 9. Pontik Conical Root.
3. Konektor (Connector)
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik
dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga
menyatukan bagian-bagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan
penyalur beban kunyah.
Terdapat 2 macam konektor, yakni:
1. Rigid connector
2. Non Rigid Connnector
4. Penyangga (Abutment)
Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:
1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga
2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga
3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga
4. Terminal abutment
5. Intermediate/pier abutment
6. Splinted abutment
7. Double splinted
12
Gambar 10. Contoh Gambar Double Abutment dan Terminal Abutment.
13
Namun, gigi tiruan juga memiliki beberapa kerugian dalam pemakaiannya,
yakni:2
a. Kerusakan gigi dan pulpa
Dalam preparasi gigi penyangga untuk gigi tiruan sebagian yang
tepat mungkin diperlukan pengambilan jaringan gigi yang sehat. Kerusakan
ini meskipun diindikasikan namun sebaiknya tidak diabaikan. Masalahnya
tidak terlalu serius jika gigi yang digunakan untuk mendukung jembatan
yang telah direstorasi atau dimahkotai.
Jika sebuah gigi dipreparasi, dapat berbahaya terhadap pulpa
meskipun pendinginan bur telah dilakukan.2 Ada beberapa perlakuan
tambahan terhadap pulpa saat gigi dipreparasi untuk jembatan. Beberapa
desain preparasi untuk dua atau lebih gigi yang dibuat paralel terhadap satu
sama lainnya dan jika giginya berbeda tipis dengan kesejajaran posisi, usaha
untuk preparasi paralel bisa melibatkan pengurangan lebih banyak dalam
satu bagian gigi daripada jika preparasi tersebut untuk mahkota dan sangat
membahayakan pulpa.
Dengan insiden karies yang terjadi pada banyak negara dan
pendekatan yang konservatif terhadap restorasi kedokteran gigi, situasi
meningkat lebih lazim dalam hal gigi penjangkar untuk jembatan yang tidak
direstorasi atau yang hanya sedikit direstorasi.
b. Karies sekunder
Gigi tiruan jembatan dapat membawa resiko kebocoran mikro dan
karies.2 Resiko ini secara signifikan meningkat pada pasien dengan insidensi
karies yang tinggi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah
sebagai berikut.
14
1. Oklusi gigi
Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu area di
dalam rongga mulut, bila tidak dibuatkan fixed bridge, maka gigi-gigi
yang ada di antara gigi yang hilang tersebut akan bergerak ke daerah
yang kosong, sedangkan gigi lawannya (oklusinya) akan cenderung
memanjang karena tidak ada gigi yang menopangnya pada saat oklusi.
Bergeraknya gigi kedaerah yang kosong dinamakan shifting/drifting,
sedangkan gigi yang memanjang dinamakan elongation/extrusion.
15
2. Oral hygiene
3. Jaringan periodontal
Hukum Ante menyatakan bahwa daerah membran periodontal pada
akar-akar dari gigi abutment harus sekurang-kurangnya sama dengan
daerah membran periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan diganti.
4. Posisi gigi dan kesejajaran gigi
6. Kegoyangan gigi
7. Frekwensi karies
8. Discoloration
16
Menghilangkan jaringan yang lapuk oleh karies jika ada
a. Persyaratan preparasi5
1. Kemiringan dinding-dinding aksial
Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi
sulit untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga
sulit keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk
sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit
konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan bahwa kemiringan
dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara menurut
Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding
aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang
kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan
yang paling ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena
dapat menyebabkan daerah gerong yang tidak terlihat dan
menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi. Retensi sangat
berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial preparasi meningkat.
Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi
bila kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi
gigi yang terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi
yang dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya vitalitas
pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa.
Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi
berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dlicapai karena faktor
keterbatasan secara intra oral.
2. Ketebalan preparasi
Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam
melakukan preparasi kita harus mengambil jaringan gigi seminimal
mungkin. Ketebalan preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan
bahan yang digunakan sebagai retainer maka ketebalan pengambilan
17
jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan jika menggunakan
logam porselen pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 – 2 mm.
Pengambilan jaringan gigi yang terlaluy berlebihan dapat
menyebakan terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa,
pulpitis, dan nekrosis pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu
sedikit dapat mengurangin retensi retainer sehingga menyebabkan
perubahan bentuk akibat daya kunyah.
3. Kesejajaran preparasi
Preparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang
sama antara satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah
pemasangan harus dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan
keras gigi, tetapi dapat menyebabkan jembatan duduk sempurna pada
tempatnya.
4. Preparasi mengikuti anatomi giigi
Preparasi ynag tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan
vitalitas pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan
jembatan tersebut. Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan
morfologi oklusal. Apabila preparsai tidak mengukuti morfologi gigi
maka pulpa dapat terkena sehingga menimbulkan reaksi negatif pada
pulpa.
5. Pembulatan sudut-sudut preparasi
Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang
merupakan pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus
dibulatkan karena sudut yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau
stress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan jembatan.
1. Pembuatan galur
Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik
bila gigi bagian labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk
mencegah pergeseran ke lingual atau labial dan berguna untuk
18
mendapatkan ketebalan preparasi di daerah tersebut. Galur pada gigi
anterior dapat dibuat dengan bur intan berbentuk silinder.
19
2. Pencetakan
Die adalah reproduksi positif dari gigi yang telah dipreparasi dan yang
dibuat dari bahan stone gips keras atau logam atau plastik. Menurut hubungan
dengan model kerja die dibagi menjadi solitair die dan removable die.5
a. DIE SOLITER
Die soliter merupakan die yang berdiri sendiri, digunakan untuk
pembuatan mahkota tiruan. “Tinggi hasil pengecoran ± 2½ kali panjang
mahkota”.5
Pembuatan solitair die5
- Setelah cetakan untuk die dibuka dengan pisau ukir yang tajam,
gelembung yang terjadi dibuang secara hati-hati.
- Batas preparasi servikal dipertegas dengan pinsil merah yang tajam
- Buat garis pedoman vertikal kebawah untuk pemotongan batas proksimal
dengan memperlihatkan sumbu panjang gigi dan diuat knvergen
- Garis dibuat pada permukaan bukal/labial dan palatal/lingual
- Pemotongan dengan gergaji khusus atau dapat dengan gergaji triplek
20
A B
21
Die siap digunakan setelah mengolesinya dengan “die spacer”. Die spacer
berfungsi sebagai :5
b. REMOVABLE DIE
Merupakan die yang terletak pada model kerja dan dapat dilepas dari
model kerja.5
22
MENGGUNAKAN DOWEL PIN
A B
Persiapan :5
23
4. Pembuatan Pola Lilin
Yang diartikan dengan pola lilin atau wax-pattern ialah: suatu model dari
retainer atau restorasi yang dibuat dari lilin yang kemudian direproduksi menjadi
logam atau akrilik.5
Langsung (direct).
Tidak langsung (indirect).
Langsung - tidak langsung (direct – indirect).
- Lilin pola
- Untuk cara langsung dipilih type 1 yang mempunyai sifat menjadi sangat
plastis pada suhu sedikit lebih tinggi di atas suhu mulut, sehingga dapat
memasuki sela-sela preparasi.
- Untuk pola-pola indirect sebaiknya dipakai type II yang membeku keras
pada suhu kamar.
24
Lilin pola yang baik harus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang
tercantum dalam American Dental Association Specification No. 4 for Dental
Inlay casting wax, mengenai pemuaian, penciutan, flow elastisitas, dan
plastisitas.5
25
Menyimpan pola di tempat yang dingin, jika tidak mungkin dilakukan
pemendaman dengan segera.
Memendam pola selekas mungkin setelah dikeluarkan radi mulut atau
setelah jadi dibentuk pada die.
26
Gambar 19. Pembentukan Pola Mahkota ¾.
27
Gambar 20. Pembuatan Pola Malam dengan Pembentukan Lapis
Demi Lapis.
28
29
Dalam teknik langsung, penempatan saluran logam atau sprue dapat
dilakukan di luar atau di dalam mulut. Sedikit lilin ditambahkan kepada pola di
tempat di mana sprue akan dilekatkan, dengan demikian pada waktu sprue pin
yang panas di tempatkan, lilin tambahan ini akan mengalir menghubungkan pola
dengan sprue pin dan pola tidak terganggu.
Dalam cara kerja ketiga yang merupakan paduan dari methoda langsung
dan tidak langsung, dilakukan percobaan/checking di mulut dari pola lilin yang
telah dibentuk pada model kerja (die).
5. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang
hilang dan berfungsi untuk mengembalikan fungsi kunyah dan bicara, estetis
comfort (rasa nyaman), serta mempertahankan hubungan antar gigi tetangga
mencegah migrasi / hubungan dengan gigi lawan ektrusi
30
6. Penyemenan jembatan
Penyemenan jembatan berarti melekatkan jembatan dengan semen pada
gigi penyangga di dalam mulut. Persiapan gigi penyangga sebelum penyemenan
perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk mencegah perubahan relasi oklusal
dan tepi gingiva, yang mungkin juga disebabkan tekanan hidrolik yang
mengganggu pulpa. Hal tersebut harus dihindari oleh operator.
Semen yang digunakan untuk melekatkan jembatan ialah zinc phosphate
semen, semen silikofosfat, semen alumina EBA, semen polikarboksilat, serta
semen resin komposit. Pemilihan dilakukan berdasarkan sifat biologic, biofisik
serta pengaruh pada estetiknya.
Tata cara penyemenan dengan menggunakan zinc phosphate cement :
1. Bubuk semen serta cairan diletakkan diatas glass pad
2. Campurkan bubuk pada cairan sedikit demi sedikit, di aduk merata
sampai 90 detik.
3. Adukan diratakan melebar pada kaca seluas mungkin
4. Adonan kemudian diisikan kedalam pemaut meliputi dinding
dalamnya tpis-tipis dan merata, sedang lekuk pada preparasi (bila ada)
diisi juga dengan adonan semen.
5. Jembatan kemudian ditempatkan pada penyangganya didalam mulut
dan ditekan dengan jari secara kuat ; dapat juga dipakai pemakai kayu
untuk lebih menekan jembatan pada tempatnya.
6. Pasien diminta menggigit keras pada jembatannya, untuk mengecek
apakah oklusi sudah baik.
7. Pasien diminta membuka mulut sebentar dan diminta menggigit
gulungan kapas, yang diletakkan pada oklusal gigi geligi.
8. Setelah semen keras, kelebihan semen dihilangkan dengan scaller.
9. Sekali lagi, oklusi diperiksa dan sebelum pasien pulang, operator
perlu memberitahu cara membersihkan jembatan tersebut.
31
2.8. Macam-macam Gigi Tiruan
Gigi tiruan jembatan terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Traditional Fixed Bridge
Jenis ini adalah jenis yang paling sering digunakan dan terdiri dari
pontik yang dihubungkan dengan mahkota porselen pada gigi- gigi
tetangga atau implant gigi. Pontic biasanya terbuat dari porselen-metal
atau keramik. Pontic bersifat permanen dan tidak bisa dipindahkan.
2. Gigi Tiruan Jembatan Resin Atau Marryland Bridges
Gigi tiruan ini digunakan untuk menggantikan gigi hilang dimana gigi
tersebut terdapat pada bagian depan dan pada gigi tetangga masih sehat
atau tidak terdapat tambalan yang besar. Gigi yang akan diganti terbuat
dari porselen dan terdapat sayap metal yang dapat direkatkan pada
bagian belakang gigi agar tidak kelihatan dari depan.
32
Gambar 22. Anterior Cantilever Bridge.1
33
2.9. Kegagalan Pemakaian Gigi Tiruan
34
9. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu
yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.
10. Kehilangan lapisan estetik
11. Sebab-sebab lain yang menyebabkan jembatan tidak berfungsi
35
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
36
Daftar Pustaka
37