Anda di halaman 1dari 8

Fototerapi

PENGERTIAN

Fototerapi digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbiliru
binemia jinak hingga moderat. Fototerapi dapat menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin indi
rect yang mudah larut di dalam plasma dan lebih mudah di ekskresi oleh hati ke dalam saluran
empedu. Meningkatnya foto bilirubin dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran
cairan empedu ke dalam usus sehingga peristaltic usus meningkat dan bilirubin akan lebih cepat
meninggalkan usus.

INDIKASI

Penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bil
irubin indirect lebih ddari 10mg % sebelum tranfusi tukar, atau sesudah transfuse tukar.

PRINSIP KERJA FOTO TERAPI

Foto terapi dapat memecah bilirubin menjadi dipirol yang tidak toksis dan di ekskresikan dari tu
buh melalui urine dan feses. Cahaya yang dihasilkan oleh terapi sinar menyebabkan reaksi fotoki
mia dalam kulit (fotoisomerisasi) yang mengubah bilirubin tak terkonjugasi ke dalam fotobilirubin
dan kemudian di eksresi di dalam hati kemudian ke empedu, produk akhir reaksi adalah reversi
ble dan di ekresikan ke dalam empedu tanpa perlu konjugasi. Energy sinar dari foto terapi men
gubah senyawa 4Z-15Z bilirubin menjadi senyawa bentuk 4Z-15E bilirubin yang merupakan bentu
k isomernya yang mudah larut dalam air.

MEMPERSIAPKAN UNIT FOTOTERAPI


· Pastikan bahwa tutup plastik atau pelindung berada pada posisinya. Hal ini mencegah cedera
pada bayi jika lampu pecah dan membantu menapis sinar ultraviolet yang berbahaya.

· Hangkatkan ruangan tempat unit diletakkan, bila perlu, sehingga suhu dibawah sinar adalah 28
oC sampai 30oC.

· Nyalakan unit, dan pastikan bahwa semua tabung fluoresen bekerja

· Ganti tabung fluoresen yang terbakar atau yang berkedip-kedip

v Catat tanggal tabung diganti dan ukur durasi total penggunaan tabung tersebut.

v Ganti tabung setiap 2000 jam penggunaan atau setelah tiga bulan, mana saja yang terlebih d
ahulu, walaupun tabung masih bekerja.

· Gunakan seprai putih pada pelbet, tempat tidur bayi, atau inkubator, dan letakkan tirai putih di
sekitar tempat area tempat unit diletakkan untuk memantulkan sinar sebanyak mungkinkembali k
e bayi.

MEMBERIKAN FOTOTERAPI

1. Letakkan bayi di bawah fototerapi

a. Jika berat badan bayi 2 kg atau lebih, letakkan bayi telanjang pada pelbet atau tempat tidur.
Letakkan atau jaga bayi kecil dalam inkubator.
b. Perhatikan adannya bilier atau obstruksi usus.

R/ fototerapi dikontraindikasikan pada kondisi ini karena fotoisomer bilirubin yang diproduksi dal
am kulit dan jaringan subkutan dengan pemajanan pada terapi sinar tidak dapat diekskresikan.

c. Ukur kuantitas fotoenergi bola lampu fluorensen (sinar putih atau biru) dengan menggunakan
fotometer.

R/ intensitas sinar menembus permukaan kulit dari spectrum biru menentukan seberapa dekat b
ayi ditempatkan terhadap sinar. Sinar biru khusus dipertimbangkan lebih efektif daripada sinar pu
tih dalam meningkatkan pemecahan bilirubin.

d. Letakkan bayi di bawah sinar sesuai dengan yang di indikasikan.

e. Tutupi mata bayi dengan potongan kain, pastikan bahwa potongan kain tersebut tidak menut
upi hidung bayi. Inspeksi mata setiap 2 jam untuk pemberian makan. Sring pantau posisi.

R/ mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari sinar intensitas tinggi. Pemasan
gan yang tidak tepat dapat menyebabkan iritasi, abrasi kornea dan konjungtivitis, dan penurunan
pernapasan oleh obstruksi pasase nasal.

f. Tutup testis dan penis bayi pria

R/ mencegah kemungkinan kerusakan penis dari panas

2. Ubah posisi bayi setiap 2 jam


R/ memungkinkan pemajanan seimbang dari permukaan kulit terhadap sinar fluoresen, mencegah
pemajanan berlebihan dari bagian tubuh individu dan membatasi area tertekan.

3. Pastikan bayi diberi makan :

a. Dorong ibu menyusui sesuai kebutuhan tetapi minimal setiap 2 jam :

- Selama pemberian makan, pindahkan bayi dari unit fototerapi dan lepaskan kain penutup mata
.

- Memberikan suplemen atau mengganti ASI dengan jenis makanan atau cairan lain tidak diperl
ukan (mis: pengganti ASI,air, air gula,dsb)

b. Jika bayi mendapkan cairan IV atau perasaan ASI, tingkatkan volume cairan dan/atau susu se
banyak 10% volume harian total perhari selama bayi dibawah sinar fototerapi

c. Jika bayi mendapkan cairan IV atau diberi makan melalui slang lambung, jangan memindahka
n bayi dari sinar fototerapi.

4. Perhatiakan bahwa feses bayi warna dan frekuensi defekasi dapat menjadi encer dan urin saat
bayi mendapatkan fototerapi. Hal ini tidak membutuhkan penangan khusus.

R/ defekasi encer, sering dan kehijauan serta urin kehijauan menandakan keefektifan fototerapi d
engan pemecahan dan ekskresi bilirubin.

5. Dengan hati- hati cuci area perianal setelah setiap defekasi , inspeksi kulit terhadap kemungki
nan iritasi dan kerusakan.
R/ membantu mecegah iritasi dan ekskoriasi dari defekasi yang sering atau encer.

6. Lanjutkan terapi dan uji yang diprogramkan lainnya:

a. Pindahkan bayi dari unit foterapi hanya selama prosedur yang tidak dapat dilakukan saat diba
wah sinar fototerapi

b. Jika bayi mendapkan oksigen, matikan sinar sebentar saat mengamati bayi untuk mengetahui
adanya sianosis sentral (lidah dan bibir biru).

7. Pantau kulit bayi dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai stabil (mis, suhu aksila
97,8 F, suhu rectal 98,9 F).

R/ fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap pemajanan sinar, radiasi da
n konveksi.

8. Pantau masukan dan haluaran cairan, timbang BB bayi dua kali sehari. Perhatikan tanda- tand
a dehidrasi (mis, penurunan haluaran urine, fontanel tertekan, kulit hangat atau kering dengan tu
rgor buruk, dan mata cekung). Tingkatkan masukan cairan per oral sedikitnya 25%.

R/ peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi dapat menyebabkan dehidrasi.

9. Ukur kadar bilirubin serum setiap 12 jam:

R/ penurunan kadar bilirubin menandakan keefektifan fototerapi, peningkatan yang kontinu mena
ndakan hemolisis yang kontinu dan dapat menandakan kebutuhan terhadap transfuis tukar.
a. Hentikan fototerapi jika kadar bilirubin serum di bawah kadar saat fototerapi di mulai atau 15
mg/dl (260umol), mana saja yang lebih rendah.

b. Jika bilirubin serum mendekati kadar yang membutuhkan tranfusi tukar atau pemindahan dan
segera rujuk bayi kerumah sakit tersier atau pusat spesialisasi untuk tranfusi tukar, jika memung
kinkan. Kirim sampel darah ibu dan bayi.

10. Jika serum bilirubin tidak dapat diukur, hentikan fototerapi setelah tiga hari. Bilirubin pada ku
lit dengan cepat menghilang dibawah fototerapi. Warna kulit tidak dapat digunakan sebagai pan
duan kadar bilirubin serum selama 24 jam setelah penghentian fototerapi

11. Setelah fototerapi dihentikan :

a. Amati bayi selama 24 jam dan ulangi pengukuran bilirubin serum,

jika memungkinkan atau perkiraan ikterus dengan menggunakan metode klinis.

b. Jika ikterus kembali ke atau di atas kadar di mulainya fototerapi, ulangi fototerapi dengan ba
nyak waktu yang sama seperti awal pemberian. Ulangi langkah ini setiap kali fototerapi dihentika
n sampai pengukuran atau perkiraan bilirubin tetap di bawah kadar yang membutuhkan fototera
pi.

12. Jika fototerapi tidak lagi dibutuhkan, bayi makan dengan baik dan tidak terjadi masalah lain
yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi.

13. Ajari ibu cara mengkaji ikterus, dan anjurkan ibu kembali jika bayi menjadi lebih icterus.
EFEK SAMPING FOTOTERAPI

1. Tanning (perubahan warna kulit) : induksi sintesis melanin dan atau disperse oleh cahaya ultra
violet.

2. Syndrome bayi Bronze : penurunan ekskresi hepatic dari foto produk bilirubin.

3. Diare : bilirubin menginduksi seksresi usus.

4. Intoleransi laktosa : trauma mukosa dari epitel villi.

5. Hemolisis : trauma fotosensitif pada eritrosist sirkulasi.

6. Kulit terbakar : paparan berlebihan karena emisi gelombang pendek lampu fluoresen.

7. Dehidrasi : peningkatan kehilangan air yang tak disadari karena energy foton yang diabsorbsi.

8. Ruam kulit : trauma fotosensitif pada sel mast kulit dengan pelepasan histamine.

ALAT FOTOTERAPI

Bagian- bagian alat fototerapi

1. Kabel penghubung alat dengan sumber listrik


2. Pengatur jarak lampu dengan bayi

3. Tombol power on/off untuk menghidupkan atau mematikan lampu fototerapi

4. Hourmeter (petunjuk berapa jam fototerapi yang sudah dipakai).

Budhi, Nike Subekti. 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. EGC : Jakarta

Doengoes, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. EGC : Jakarta

Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tinjauan Asma
    Tinjauan Asma
    Dokumen29 halaman
    Tinjauan Asma
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Calcitrol
    Calcitrol
    Dokumen4 halaman
    Calcitrol
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Baby
    Baby
    Dokumen4 halaman
    Baby
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Materi TB Paru
    Materi TB Paru
    Dokumen6 halaman
    Materi TB Paru
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Callusor
    Callusor
    Dokumen3 halaman
    Callusor
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Calci Trol
    Calci Trol
    Dokumen4 halaman
    Calci Trol
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Diazepam
    Diazepam
    Dokumen3 halaman
    Diazepam
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Xerosis
    Xerosis
    Dokumen4 halaman
    Xerosis
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Hematoma Subdural
    Hematoma Subdural
    Dokumen5 halaman
    Hematoma Subdural
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Bunion
    Bunion
    Dokumen3 halaman
    Bunion
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Hemangioma
    Hemangioma
    Dokumen2 halaman
    Hemangioma
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Gagap
    Gagap
    Dokumen5 halaman
    Gagap
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Anemia Bulan Sabit
    Anemia Bulan Sabit
    Dokumen6 halaman
    Anemia Bulan Sabit
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Anemia Bulan Sabit
    Anemia Bulan Sabit
    Dokumen6 halaman
    Anemia Bulan Sabit
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Alergi Susu
    Alergi Susu
    Dokumen1 halaman
    Alergi Susu
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Bursitis
    Bursitis
    Dokumen3 halaman
    Bursitis
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Cara Mengatasi Hamil Anggur
    Cara Mengatasi Hamil Anggur
    Dokumen3 halaman
    Cara Mengatasi Hamil Anggur
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Bola KLB Pssi
    Bola KLB Pssi
    Dokumen3 halaman
    Bola KLB Pssi
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Pterigium
    Pterigium
    Dokumen32 halaman
    Pterigium
    Sandra Sandrafaro
    Belum ada peringkat
  • Heloma
    Heloma
    Dokumen3 halaman
    Heloma
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Idai
    Idai
    Dokumen4 halaman
    Idai
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN PRAKTIKUM Fisiologi Refraksi Cristo
    LAPORAN PRAKTIKUM Fisiologi Refraksi Cristo
    Dokumen5 halaman
    LAPORAN PRAKTIKUM Fisiologi Refraksi Cristo
    Christover Firstnando Saragih Simarmata
    Belum ada peringkat
  • Kul Pasca Refraksi 1
    Kul Pasca Refraksi 1
    Dokumen9 halaman
    Kul Pasca Refraksi 1
    Rita Anggraeni
    Belum ada peringkat
  • Pengobatan Hepatitis B-1
    Pengobatan Hepatitis B-1
    Dokumen2 halaman
    Pengobatan Hepatitis B-1
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Hepatitis C
    Hepatitis C
    Dokumen3 halaman
    Hepatitis C
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Angina
    Angina
    Dokumen6 halaman
    Angina
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Pterygium
    Laporan Kasus Pterygium
    Dokumen32 halaman
    Laporan Kasus Pterygium
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • Kanker Hati-3
    Kanker Hati-3
    Dokumen2 halaman
    Kanker Hati-3
    bobfaisal
    Belum ada peringkat
  • BPH
    BPH
    Dokumen3 halaman
    BPH
    bobfaisal
    Belum ada peringkat