Anemia sel sabit adalah jenis anemia akibat kelainan genetik di mana bentuk sel darah merah ti
dak normal sehingga mengakibatkan pembuluh darah kekurangan pasokan darah sehat dan oksi
gen untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Dalam kondisi normal, bentuk sel darah merah itu bund
ar dan lentur sehingga mudah bergerak dalam pembuluh darah, sedangkan pada anemia sel sa
bit, sel darah merah berbentuk seperti sabit yang kaku dan mudah menempel pada pembuluh d
arah kecil. Akibatnya, aliran sel darah merah yang mengandung hemoglobin atau protein pemba
wa oksigen terhambat hingga menimbulkan nyeri dan kerusakan jaringan.
Anemia sel sabit biasanya menunjukkan gejala pada saat bayi berusia 6 bulan. Penyakit ini bany
ak terjadi pada orang yang berasal dari Afrika, Karibia, Asia, dan Mediterania. Saat ini belum ad
a obat untuk menyembuhkan anemia sel sabit. Penanganan yang diberikan bertujuan untuk mer
edakan gejala dan mencegah masalah lebih lanjut akibat anemia sel sabit.
Gejala anemia sel sabit dapat muncul sejak usia 4 bulan, namun umumnya baru terlihat pada us
ia 6 bulan. Gejala ini berbeda-beda pada setiap penderita dan dapat berubah seiring waktu. Gej
ala umum yang dialami adalah anemia, di mana darah mengalami kekurangan hemoglobin sehin
gga timbul gejala berupa pusing, pucat, jantung berdebar, terasa mau pingsan, lemas, serta cep
at lelah. Pada anak-anak, juga dapat ditandai dengan organ limpa yang membesar.
Di samping anemia, gejala lain yang dapat terlihat pada penderita anemia sel sabit adalah rasa
nyeri akibat krisis sel sabit. Rasa nyeri muncul saat sel darah merah yang berbentuk sabit mene
mpel pada pembuluh darah dan menghambat aliran darah, saat melalui pembuluh darah kecil di
dada, perut, sendi, atau tulang. Rasa nyeri tersebut bervariasi dan dapat berlangsung selama be
berapa jam hingga beberapa minggu. Sebagian penderita dapat mengalami hingga belasan kali
krisis dalam satu tahun. Krisis sel sabit pada penderita remaja dan dewasa dapat menimbulkan n
yeri kronis karena kerusakan tulang dan sendi atau luka. Penyumbatan aliran darah juga dapat
menyebabkan lengan dan tungkai menjadi bengkak dan nyeri. Berbagai kondisi diduga dapa t m
emicu timbulnya rasa nyeri pada krisis sel sabit. Selain faktor cuaca seperti angin, hujan, atau di
ngin, krisis ini juga bisa terjadi saat penderita mengalami dehidrasi, berolahraga terlalu berat, ata
u merasa tertekan. Kendati demikian, kondisi utama yang memicu krisis sel sabit belum dapat di
pastikan.
Penderita anemia sel sabit juga dapat mengalami kerusakan organ limpa yang bertugas melawan
infeksi, sehingga penderita akan rentan terkena infeksi, mulai dari yang ringan seperti flu, hingg
a infeksi yang lebih serius dan membahayakan seperti pneumonia.
Pertumbuhan anak-anak yang menderita anemia sel sabit dapat terhambat karena tubuh kekuran
gan sel darah merah sehat yang memasok nutrisi dan oksigen. Gangguan pertumbuhan tersebut
berisiko memperlambat masa pubertas mereka di usia remaja.
Di samping beberapa gejala yang telah dijabarkan, penderita anemia sel sabit dapat mengalami
gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina, sebagai efek dari terhambatnya aliran darah
di dalam mata.
Penderita anemia sel sabit perlu segera diperiksakan ke dokter, jika mengalami gejala serius yan
g meliputi:
Demam tinggi.
Nyeri hebat pada perut, dada, tulang, atau sendi yang tidak hilang.
Menunjukkan gejala stroke, yaitu kelumpuhan setengah badan yang mengakibatkan sulit berjalan,
berbicara, atau gangguan penglihatan secara tiba-tiba.
Berdasarkan mutasi gen yang terjadi, terdapat beberapa jenis penyakit anemia sel sabit. Jenis ya
ng paling sering terjadi adalah penyakit haemoglobin SS di mana kedua orangtua menurunkan s
alinan hemoglobin S. Jenis ini ditandai dengan gejala yang berat. Jenis penyakit sel sabit yang
menunujukkan gejala yang sama parahnya dengan haemoglobin SS adalah haemoglobin SB 0 (b
eta zero) thalassemia, bahkan dapat lebih parah. Jenis penyakit sel sabit yang ringan adalah hae
moglobin SB (beta) thalassemia, dan haemoglobin SC, SD, SE, atau SO.
Kemungkinan seorang anak terkena anemia sel sabit dengan kedua orang tua yang merupakan
pembawa penyakit ini adalah 25%. Artinya, 1 dari 4 anak berpeluang menderita anemia sel sabit.
Sementara 50% akan menjadi pembawa sifat yang tidak menunjukkan gejala, sama seperti oran
g tuanya, dan 25% tidak mewarisi kelainan genetik ini sama sekali.
Diagnosis anemia sel sabit dilakukan melalui pemeriksaan analisa Hb untuk melihat keberadaan h
aemoglobin S atau hemoglobin cacat yang memunculkan anemia sel sabit. Jumlah dari Hb yang
normal juga akan diperiksa untuk menentukan seberapa berat anemia, sehingga dapat mengara
hkan ke pemeriksaan selanjutnya untuk melihat kemungkinan komplikasi.
Untuk mendiagnosis anemia sel sabit sejak dalam kandungan juga dapat dilakukan dengan men
gambil sampel air ketuban untuk mencari keberadaan gen sel sabit.
Mengatasi krisis sel sabit. Penanganan untuk mengatasi krisis sel sabit yang utama adalah denga
n menghindari faktor pemicunya. Beberapa upaya untuk mencegah pemicu adalah dengan minu
m banyak cairan untuk menghindari dehidrasi, mengenakan pakaian yang cukup hangat agar tid
ak kedinginan, menghindari perubahan suhu secara tiba-tiba, tidak berolahraga berat, menghinda
ri alkohol dan merokok, serta usahakan tetap tenang dan tidak stres. Jika krisis sel sabit terus b
erlanjut, dokter akan meresepkan hydroxyurea. Obat ini mampu menstimulasi tubuh untuk memp
roduksi satu jenis hemoglobin bernama haemoglobin fetus (HbF) yang dapat mencegah pembent
ukan sel sabit. Namun, obat ini dapat meningkatkan risiko terkena infeksi karena menurunkan ka
dar sel darah putih dan diduga dapat berpengaruh buruk jika dikonsumsi dalam jangka waktu p
anjang. Selain itu, obat ini juga tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil.
Penanganan nyeri. Untuk meredakan rasa nyeri ketika terjadi krisis sel sabit, antara lain dengan:
Mengalihkan pikiran dari rasa sakit, misalnya dengan bermain video game, menonton film, atau
membaca buku.
Mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas di apotek, seperti paracetamol.
Apabila rasa sakit belum juga hilang atau malah makin mengganggu, segera temui dokter. Dokt
er dapat meresepkan obat pereda nyeri yang lebih kuat.
Mengatasi anemia. Untuk mengatasi gejala anemia, dokter akan memberi suplemen asam folat y
ang dapat menstimulasi produksi sel darah merah. Jika anemia tergolong berat, maka diperlukan
transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah.
Mengatasi pertumbuhan yang terhambat. Untuk penderita anemia sel sabit usia remaja yang me
ngalami keterlambatan pubertas, dokter akan memberikan terapi hormon.
Pencegahan infeksi. Untuk mencegah risiko infeksi, dokter akan menganjurkan pasien anemia sel
sabit, terutama anak-anak, agar melengkapi vaksinasi. Selain vaksinasi, dokter akan meresepkan a
ntibiotik penisilin untuk jangka waktu yang lama. Sedangkan bagi pasien dewasa yang sudah dia
ngkat limpanya atau menderita pneumonia, maka dianjurkan mengonsumsi antibiotik penisilin seu
mur hidup.
Pencegahan stroke. Untuk mencegah risiko stroke, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan transc
ranial doppler scan (TCD scan) atau dikenal juga dengan USG Doppler karotis tiap tahun. Melalu
i pemeriksaan ini, tingkat kelancaran aliran darah di dalam otak bisa dilihat.
Adanya penyumbatan pada pembuluh darah bisa menurunkan fungsi atau bahkan merusak orga
n-organ tubuh, seperti ginjal, limpa, hati, dan otak. Kondisi ini dapat menimbulkan beberapa ko
mplikasi, di antaranya:
Kebutaan, akibat penyumbatan pembuluh darah pada mata yang seiring waktu akan merusak ret
ina.
Acute chest syndrome dan hipertensi pulmonal, akibat sumbatan sel sabit di dalam pembuluh d
arah paru-paru. Kedua kondisi yang ditandai dengan gejala sesak napas ini tergolong mematikan
.
Batu empedu, akibat penumpukan zat bilirubin yang dihasilkan dari sel darah merah yang rusak
secara cepat. Hal ini dapat menimbulkan nyeri perut dan tubuh tampak berwarna kuning (jaundi
ce).