Anda di halaman 1dari 3

1.

Etiologi dan faktor resiko

Etiologi

Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois.


Ukuran dari bakteri cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan bentuk
dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul, tidak
mempunyai selubung tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang tebal yang
terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Sifat dari bakteri ini agak istimewa,
karena bakteri ini dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan
alkohol sehingga sering disebut dengan bakteri tahan asam (BTA). Selain itu
bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan dingin. Bakteri ini dapat bertahan
pada kondisi rumah atau lingkungan yang lembab dan gelap bisa sampai berbulan-
bulan namun bakteri ini tidak tahan atau dapat mati apabila terkena sinar, matahari
atau aliran udara (Widoyono,2011).

Faktor- Faktor Risiko :

Beberapa faktor karakteristik individu yang menjadi faktor risiko terhadap kejadian
TB paru adalah:

a. Faktor usia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Haryanto dkk.(2004), kasus


kematian penderita TB paru hampir tersebar pada semua kelompok usia dan
paling banyak pada kelompok usia produktif yaitu usia 20-49 tahun sekitar
58%.Di Indonesia sendiri diperkirakan 75% penderita TB paru adalah usia
produktif yaitu usia 15-50 tahun (Depkes RI, 2007; Herryanto dkk., 2004)

b. Faktor jenis kelamin

Jenis kelamin juga mempengaruhi kejadian TB paru karena berdasarkan


hasil penelitian yang dilakukan Aditama (2005) bahwa prevalensi TB paru
terbanyak diderita oleh laki-laki. karena sebagian besar laki-laki
mempunyai kebiasaan merokok sehingga mudah terkena TB paru. Selain
dari kebiasaan merokok laki-laki lebih beresiko terkena TB paru
dibandingkan dengan perempuan hal ini berkaitan erat dengan interaksi
sosial yang lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan (Aditama,
2005; Illu dkk., 2012).

c. Faktor lingkungan

Beberapa factor lingkungan yang menjadi factor resiko terhadap


kejadian TB paru adalah :

- Kepadatan hunian rumah


- ventilasi rumah
- Udara yang masuk tidak tercemar

d. Status Gizi

Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi,


dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga
rentan terhadap penyakit termasuk TB paru. Keadaan ini merupakan
faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang
dewasa maupun anak-anak (Hiswani, 2009).

2. Patofisiologi

Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil


Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli
lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil
juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,
tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi
awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi
antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi
membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri
atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding.
Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah
dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan
bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk
seperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya
membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.

Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak
adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat
timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi
aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan
necrotizing caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi
sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan
seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan
terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah
yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan
fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk
suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.

Anda mungkin juga menyukai