Anda di halaman 1dari 14

Pengantar Praktikum

Analisis Semen
Blok 12
Thn ajaran 2017-2018
dr,Yanuarita Tursinawati,Msi,Med
Tujuan Praktikum

• Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan mikroskopik dan makroskopik sperma serta


menginterprestasikan hasilnya.

Dasar Teori

Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen)  px jumlah dan kualitas sperma
Kegunaan :
1. Cek kesuburan

2. Kontrol post vasektomi

3. Kedokteran kehakiman kasus pemerkosaan


Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal
yang harus diperhatikan adalah:
• Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam
keadaan letih atau lapar.

• Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas
seksual yang mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 – 7 hari
harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun.

• Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan tempat


khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas.

• Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll.
Cara Kerja
A. Pemeriksaan makroskopik

1. Warna  putih keabu abuan.

2. Bau  khas seperti bunga akasia ,ada yang menyebutnya langu.

3. Volume  dengan gelas ukur biasa. Menurut kriteria WHO,2010 volume semen normal adalah ≥ 1,5 ml.

4. PH  diukur dengan kertas lakmus. Normalnya PH 7,2 – 7,8.


5. Liquefaction
• Proses yang terjadi saat unsur gel yang berasal dari protein (dihasilkan oleh vesikula seminalis)
terpecah dan semen mencair.Normalnya memerlukan waktu 20 menit, menurut krtiteria NICE
batasan waktu liquefaction adalah selama 60 menit.
6. Viskositas
• Pemeriksaan ini dilakukan setelah terjadi liquefaction.
• Cara kerja =
a. Dikerjakan pada sperma yang telah homogen/ mengalami liquefaction .

b. Dengan batang pengaduk, masukkan batang pengaduk kaca ke dalam wadah sampel. Tarik

batang pengaduk dan ukur panjang benang yang terbentuk pada saat batang engaduk ditarik.

Abnormal viskositas / peningkatan viskositas adalah jika saat di pipet membentuk benang sepanjang
≥ 2 cm.
B. Pemeriksaan mikroskopik

1. Uji viabilitas / vitalitas sperma

Nilai sperma yang hidup

Cara kerja

• Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair di atas gelas obyek

• Tambahkan larutan eosin 0,5% , aduk rata di atas obyek glass. Tutup dengan deck glass dan biarkan selama 30 detik.

• Lihat dengan pembesaran 400x, hitung dalam 200 sperma. Jika jumlah sperma sangat sedikit, dalam 100 sperma.

• Cara membedakan : sperma hidup = kepala sperma tidak terwarna, sperma mati = kepala sperma bewrna merah.

• Hitunglah % sperma yang hidup dibanding total sperma yang dihitung.


2. Uji Motilitas Sperma,

• Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan dalam waktu 60 menit sejak waktu pengambilan dg perbesaran 400 x.

• Uji ini dinyatakan dengan kelas/ grade sperma sebagai berikut :

A= Sperm with progressive motility. These are the strongest and swim fast in a straight line.

B = These also move forward but tend to travel in a curved or crooked motion.(non-linear motility).

C = These have non-progressive motility because they do not move forward despite the fact that they move their
tails

D = These are immotile and fail to move at all.

Menurut kriteria WHO,2010 analisis sperma normal jika progressive motility (A +B) ≥ 32 %.
• Cara kerja :
1. Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair di atas gelas obyek

2. Tambahkan larutan eosin 0,5% , aduk rata di atas obyek glass. Tutup dengan deck glass dan
biarkan selama 30 detik.

3. Perhatikan berapa % spermatozoa yang bergerak aktif atau yang diam sesuai dengan
kriteria A,B,C dan D.

4. Hitung motilitas minimal dalam total 200 sperma (A+B+C+d=200 sperma), kecuali bila
jumlah spermatozoa sangat sedikit maka harus dihitung seluruh lapangan pandang.
Uji Motilitas Sperma
3. Morfologi sperma

• Dengan pewarnaan giemsa, nigrosin-eosin, toluidine blue

• Diamati bentuk sel sperma dan dihitung jumlahnya pada 200 spermatozoa.

• Giemsa :

a. Normal  Spermatozoa normal berbentuk oval dengan bagian ujung lebih terang dan bagian
leher bewarna gelap.

b. Bentuk abnormal :
• Kepala = lepto, pyriform, terato, makro/mikro head, double head.

• Leher

• Ekor = bent tail, coiled tail, ekor pendek, ekor ganda

• Sisa sitoplasma lebih besar dari 1/3 daerah kepala normal.


• Cara kerja :

1. Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah tepi biarkan mengering pada hawa
udar.

2. Kemudian lakukan fiksasi dengan methanol selama 5 menit.

3. Selanjutnya diwarnai dengan Reagen Giemsa selama 15-20 menit. Lalu cuci dengan aquabides
, keringkan di udara.

4. Periksalah morfologi spermatozoa dengan perbesaran 1000x menggunakan minyak emersi.

5. Hitung dalam 200 sperma, atau jikajumlah sangat sedikit dalam 100 sperma.

6. Laporkan dalam prosentase.

Menurut WHO,2010 sampel dianggap normal jika morfologi normal ≥ 4%.


4. Jumlah Spermatozoa

• Hitung jumlah sel sperma

• Semen normal biasanya mengandung sperma 60-150 juta/ml.

• Caranya :

1. Dengan menggunakan pipet leukosit, hisap sperma yang sudah mencair sampai garis
bertanda 0,5 lalu lanjutkan hisap aquadest sampai garis bertanda 11.

2. Pipet dikocok dengan jalan memutar mutar pipet.

3. Teteskan sperma tersebut pada bilik hitung

4. Hitunglah spermatozoa dalam bilik hitung pada daerah seluas 1 mm2 .

5. ∑ sperma dalam 1 ml mani = n x 200.000


• Pada bilik hitung ini kotak yang luasnya 3x3 mm dibagi menjadi 9 kotak ukuran 1x1 mm kotak besar

• Empat buah kotak yang terdapat di pojok yang masing masing ukurannya 1x1 mm terbagi menjadi 16 buah kotak
sedang ukuran ¼ x ¼ mm  kotak sedang

• Kotak yang di tengah terbagi menjadi 25 kotak sedang ukuran 1/5 x 1/5 mm

Anda mungkin juga menyukai