Pembimbing:
dr. Tendry Septa, Sp.KJ(K)
Disusun Oleh:
Achmad Agus Purwanto (1718012125)
Debby Cinthya D. Valentina (1718012040)
Pertama penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Obsessive Compulsive Disorder” tepat pada waktunya. Adapun tujuan
pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Lampung.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Tendry Septa Sp.KJ (K) yang telah
meluangkan waktunya untuk kami dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis
menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan kasus ini, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Ny. UN, jenis kelamin perempuan, usia 46 tahun, suku Sulawesi,
pendidikan terakhir Strata 1 (S1), beragama Islam, sudah menikah,
pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Tanjung Senang Bandar Lampung.
Dilakukan pemeriksaan pada hari Senin tanggal 1 April 2019 pukul 10.00 di
Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Provinsi Lampung.
B. ANAMNESIS PSIKIATRI
Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan di Poliklinik RS Jiwa Provinsi
Lampung pada hari Senin tanggal 1 April 2019 pukul 10.00.
I. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama
Sering merasa kotor pada tangan dan sering mencuci tangan.
b. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang diantar oleh suaminya dengan keluhan sering
merasa kotor pada tangan dan sering mencuci tangan. Keluhan
tersebut mengganggu pasien, terutama ketika memasak, pasien
menghabiskan terlalu banyak waktunya untuk mencuci tangan
Pasien mengatakan keluhan mulai ada ketika mertua dan kakak
ipar pasien meninggal dunia, yaitu kira-kira dua tahun yang lalu.
Tidak hanya mencuci tangan, pasien juga mengatakan pasien
sering mengulang-ulang aktivitasnya, yaitu menyapu lantai,
mandi, dan mengecek kompor. Hal-hal tersebut dilakukan
berulang setelah ada pikiran yang yang mendorongnya untuk
membersihkan dan akan timbul rasa cemas jika tidak di lakukan.
pasien juga merasa dirinya harus bersih dan lingkungan sekitar
harus rapi. Pasien takut kotor sampai-sampai tidak mau keluar
rumah. Pasien menyadari bahwa pikiran untuk membersihkan
1
tangan tersebut berasal dari dirinya sendiri dan bukan dari
bisikan atau perintah dari orang lain.
2
makanan tambahan pendamping ASI. Selama balita pasien tidak
mengalami baik gangguan tumbuh kembang maupun mengalami
gejala-gejala seperti demam tinggi dan kejang.
c. Periode Masa Kanak-Kanak
Menurut pasien, masa kanak-kanak pasien tidak berbeda dengan
masa kanak-kanak lainnya. Selama masa pendidikan di usia ini,
pasien mampu mengikuti dengan baik dan tidak pernah tinggal
kelas serta cukup mempunyai banyak teman. Pasien mengatakan
sebelum masuk SMP, keluarga dan pasien sering tinggal
berpindah-pindah karena mengikuti pekerjaan orang tua.
d. Periode Masa Remaja Awal-Akhir (12-18 Tahun)
Menurut pasien, hubungan dengan teman-teman dan
keluarganya sangat baik. Pasien memiliki teman di lingkungan
rumah dan lingkungan sekolah. Pasien juga aktif mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
e. Periode Masa Dewasa (18-sekarang)
Menurut pasien, pasien cukup aktif mengikuti kegiatan
lingkungan sekitar rumah dan bertetangga dengan baik.
3
V. RIWAYAT KEAGAMAAN
Pasien memeluk agama Islam. Pendidikan agamanya didapat dari
keluarga dan sekolah. Pasien selalu menunaikan ibadah shalat dan
rajin mengaji.
Ny. UN
4
pekan sekali. Dalam kehidupan ekonomi di dalam keluarganya
memiliki tingkat ekonomi cukup.
III. BICARA
Pembicaraan spontan, lancar, artikulasi baik, intonasi sedang, volume
cukup, amplitudo normal, kualitas cukup, kuantitas cukup.
IV. PERSEPSI
a. Halusinasi : tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
V. PIKIRAN
a. Produktivitas: cukup
b. Arus pikir: lancar
5
c. Proses pikir: koheren, tidak ada hendaya berbahasa
d. Isi pikir: waham (-), preokupasi (-), fobia (-), obsesi (+) adanya
obsesi terlihat dari pernyataan pasien bahwa pasien mempunyai
gagasan bahwa tangannya kotor perlu untuk mencuci tangan
yang akan dirasakan cemas jika tidak dilakukan
VI. KOGNISI
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan: normal
b. Daya konsentrasi: Baik.
c. Orientasi (waktu, tempat, dan orang): Baik
d. Daya ingat: Jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek,
dan jangka segera baik.
e. Abstraksi: Baik
VIII. TILIKAN
Tilikan 5. Pasien menyadari tentang situasi penyakit dirinya namum
perlu dibantu untuk mencapai perbaikan.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
I. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan tanda-tanda vital pasien diperoleh TD 110/70mmHg,
nadi 80x/menit, respiratory rate 16 x/menit. Pada pemeriksaan fisik
mata, hidung, telinga, paru, jantung, dan abdomen tidak ditemukan
adanya kelainan.
6
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.
7
F. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya aktivitas mental yang berulang dan
intrusive serta usaha untuk meredakan kecemasan dari gagasan tersebut.
Gagasan obsesif serta aktivitas kompulsif tersebut dirasakan sejak 2 tahun
terakhir sehingga menimbulkan suatu distress dalam kehidupan sehari-hari
pasien.
Pada pasien ini ditemukan bahwa pikiran atau gagasan disadari sebagai
pikiran atau impuls diri sendiri dan gagasan tersebut di lakukan oleh pasien.
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan melainkan hanya sekedar perasaan
lega. Gagasan merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan dan
mengganggu aktivitas sehari –hari pasien. Berdasarkan gejala-gejala
tersebut dapat disimpulkan bahwa Aksis I pada pasien ini menderita
gangguan Obsesif Kompulsif (F 42.2)
8
Aksis II pada pasien ini belum ada diagnosis.
Pasien merasa sedih karena kakak ipar dan mertua meninggal. Sehingga
Aksis IV pada pasien ini adalah masalah keluarga.
EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I : Gangguan Obsesif Kompulsif Campuran Tindakan dan Pikiran
Obsesional (F 42.2)
2. Aksis II : Belum ada diagnosis
3. Aksis III : Belum ada diagnosis
4. Aksis IV : Masalah keluarga
5. Aksis V : GAF 90-81 (saat ini)
GAF 90-81 (HLPY)
G. DAFTAR MASALAH
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya gangguan, hanya saja
pasien merasa terganggu dengan pikirannya dan tindakanya mencuci tangan
berulang - ulang. Pada pemeriksaan status internus dan status neurologikus
tidak ditemukan kelainan.
9
H. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : ad bonam
2. Quo ad functionam : dubia
3. Quo ad sanationam : dubia
I. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka: Fluoxetin 2x20 mg
2. Psikoterapi: Psikoedukasi
J. DISKUSI
Laporan kasus ini membahas tentang gejala-gejala yang termasuk F.42
Gangguan Obsesif Kompulsif. Gangguan obsesif kompulsif (Obsessive
Compulsive Disorder) adalah gangguan kecemasan yang ditandai oleh
pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan disertai tindakan kompulsif.
Obsesi adalah hal yang mengganggu, berulang, ide-ide yang tidak
diinginkan, pikiran, atau impuls yang sulit untuk diberhentikan meskipun
mengganggu alam sadar mereka. Kompulsi merupakan perilaku yang
dilakukan berulang, baik yang dapat diamati ataupun secara mental, yang
dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh obsesi.
Prevalensi gangguan obsesi kompulsi yaitu sebesar 2-2,4%.
10
(2) Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran,
impuls, atau bayangan atau menetralisir dengan pikiran lain atau
tindakan.
Kompulsif diartikan sebagai poin (1) dan (2):
(1) Perilaku yang berulang (misalnya: cuci tangan, mengecek) atau
aktivitas mental (berdoa, menghitung, mengulang kata tanpa
suara) yang individu merasa terdorong melakukan dalam
respons dari obsesinya atau sesuatu aturan yang dilakukan
secara kaku.
(2) Perilaku atau aktivitas mental ditujukan untuk mencegah atau
menurunkan distress atau mencegah kejadian atau situasi;
walaupuun perilaku atau aktivitas mental tidak berhubungan
dengan cara yang realistik untuk mencegah atau menetralisir.
B. Obsesi atau kompulsi itu menimbulkan penderitaan, yang memakan
waktu (berlangsung >1 jam/hari), atau secara signifikan mengganggu
rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan atau akademis, atau
kegiatan sosial biasanya atau hubungan dengan orang lain.
C. Gangguan ini tidak terjadi karena pengaruh langsung zat ptertentu
atau kondisi medis tertentu.
D. Gangguan yang terjadi tidak dapat dijelaskan oleh gejala-gejala
gangguan mental lainnyal.
11
dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan
seperti dimaksud di atas).
d. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan
12
3. Campuran Tindakan dan Pikiran Obsesif (F42.2)
Kebanyakan dari pasien obsesif-kompulsif memperlihatkan unsur dari
baik pikiran yang obsesional maupun tindakan (perbuatan) yang
kompulsif. Diagnosis digunakan bilamana keduanya sama-sama
menonjol.
Pada kasus di atas, Ny UN, perempuan usia 46 tahun, datang untuk kontrol
penyakitnya setelah menjalani pengobatan selama dua bulan. Pasien
memiliki riwayat sering merasa kotor dengan keadaan sekitar hingga pasien
sering mencuci tangan berulang-ulang setelah menyentuh benda-benda di
sekitarnya. Selain itu, pasien juga sering mengulang-ngulang melakukan
aktivitas seperti mandi, mengunci pintu, mengecek kompor dan kegiatan
lainnya setelah sebelumnya timbul pikiran untuk melakukan sesuatu yang
sudah dilakukan. Bila tidak dilakukan maka pasien mengaku akan merasa
cemas. Keluhan seperti ini dirasakan pasien sejak 2 tahun terakhir, tepatnya
setelah mertua dan kakak ipar pasien meninggal dunia. Menurut keluarga
pasien, pasien juga merasa dirinya harus bersih dan lingkungan sekitar harus
rapi. Pasien takut kotor sampai-sampai tidak mau keluar rumah. Sehingga
dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan obsesif kompulsif, yaitu tipe
campuran pikiran dan tindakan obsesif (F42.2).
13
Tatalaksana gangguan obsesif kompulsif dapat diberikan psikofarmaka dan
psikoterapi. Obat-obatan yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut.
1. Clomipramine.
Clopramine adalah suatu obat trisiklik. Clomipramine biasanya
dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat
ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap dua sampai tiga
hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tampak efek
samping yang membatasi dosis. Dosis tersebut harus dititrasi setelah
2-3 minggu untuk menghindari efek samping berupa sedasi, hipotensi,
disfungsi seksual dan efek samping antikolinergik, seperti mulut
kering.
3. Obat lainnya
Obat lain
yang dapat digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif
adalah valproase, lithium, carbamazepin, atau inhibitor monoamin
oksidase (MAOI = monoamine oxidase inhibitor), khususnya
Phenelzine.
14
sering memperbaiki kepatuhan pengobatan. Jenis psikoterapi yang diberikan
dapat berupa:
1. Terapi Perilaku
Terapi perilaku sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan
obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan pada situasi rawat
inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada gangguan
obsesif-kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon.
Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan
pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif
kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar
menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.
3. Psikoterapi Suportif
Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga,
membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan
gangguan, dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga
untuk kebaikan pasien. Terapi kelompok berguna sebagai sistem
pendukung bagi beberapa pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM V. Edisi ke-5.
USA: American Psychiatric Association; 2013.
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, editor. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry
behavioral sciences/clinical psychiatry. Edisi ke-11. Philadelphia: Wolters
Kluwer; 2015.
Elvira SD, Hadisukanto G, editor. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
16