Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas suksesnya menyusun Buku Pedoman
Etika dan Mediko Legal RSU Al-Islam H.M. Mawardi. Dengan perubahan teknologi di abad 21
mediko
ini, masalah etika dan legal menjadi tugas yang sangat penting dan berat bagi pelaksanaan
tugas layanan di Rumah Sakit. Sehingga tugas bagi segenap petugas Rumah Sakit menjadi
semakin komplek.
Akhirnya kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi yang menggunakan.
Ketua,
Komite Medik RSU Al-Islam H.M. Mawardi sangat berterima kasih atas terbitnya buku
pedoman etika dan mediko legal RSU Al-Islam H.M. Mawardi yang disusun oleh Komite Etika
dan Mediko Legal. Komite Etika dan Mediko Legal ikut bertanggung jawab tentang pelaksanaan
etika profesi sebagai Rumah Sakit Rujukan.
Etika dan Mediko Legal merupakan hal yang penting dan menentukan keberhasilan
dalam kehidupan bermasyarakat. Demikian pula dalam pelayanan kesehatan di RSU Al-Islam
H.M. Mawardi norma-norma etik hendaknya dijunjung tinggi. Norma etik akan mendukung
adanya komunikasi yang sehat antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya maupun
antara petugas kesehatan sendiri akan memberikan suasana yang nyaman pada pelaksanaan tugas
yang akhirnya sangat besar sumbangsihnya pada keberhasilan kesembuhan pasien.
Komite Medik berharap agar aturan-aturan yang disusun dapat diketahui dan diikuti
dengan baik oleh para petugas kesehatan dilingkungan RSU Al-Islam H.M. Mawardi khususnya
para Dokter.
Buku ini hendaknya dapat disosialisasikan secara efektif sehingga dapat dimengerti
dengan baik.
Ketua,
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Memberlakukan Buku Pedoman Etika dan Mediko Legal RSUD Dr. R.
Soedjono Selong.
Ditetapkan di : Selong
Pada tanggal :
Plt. Direktur RSUD Dr. R. Soedjono Selong
A. LATAR BELAKANG
Kata Bioetika pertama-tama digagas oleh Rosselaer Polter untuk menggambarkan usulan
penelitiannya yang membutuhkan etika yang menyatu dalam kewajiban kita tidak saja
kepada sesama manusia, tetapi juga kepada lingkungan hidup secara keseluruhan (bisphere).
Bioetika ini tadinya digunakan untuk etika ekologi, tetapi sekarang dimanfaatkan pada
penelitian-penelitian biologi dan kedokteran. Bahkan sekarang berkembang lagi ke masalah
yang berhubungan dengan pelayanan, penelitian dan pendidikan kedokteran dan kesehatan.
Penggunaan istilah diberbagai buku ajaran misalnya Bioethic, Biomedical, Medical Ethic,
pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama antara yang satu dengan lainnya.
Rumah Sakit merupakan bagian dalam satu sistem pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelayanan medis. Asuhan Keperawatan di Poliklinik maupun di Ruang
Perawatan dan di Kamar Operasi. Pelayanan penunjang lain yang juga dilaksanakan di
Rumah Sakit antara lain Radiologi, Patologi Klinik, Rehabilitasi Medik, juga pelayanan
Administrasi dan Keuangan. Oleh karena itu prilaku Dokter, Perawat, Bidan dan semua
karyawan lainnya di Rumah Sakit perlu memiliki, menjaga dan mengembangkan etika, baik
etika kerumahsakitan secara umum, etika kedokteran dan keperawatan maupun etika
pelayanan administrasi dan keuangan. Begitu luasnya permasalahan etika Rumah Sakit,
penggunaan istilah Bioetika di Rumah Sakit dipandang cukup memadai dan dapat diterima.
Ada 2 ( dua ) contoh keberhasilan etika medis dalam membuka tabir ketertutupan praktek
kedokteran, yaitu yang pertama terjadi pada abad 18 dengan nilai integritas intelektual dan
moral praktek kedokteran. Penilaian ini tidak saja kepada dokter-dokternya tetapi juga
kepada institusinya seperti Rumah Sakit dan tempat-tempat pelayanan kedokteran lainnya.
Gregory, seorang dokter sekaligus philasopher dari skotlandia, memberikan kritik yang
tajam kepada praktek kedokteran, waktu itu berciri “ entre prenunerial, self interest and
lagerly unscientific practice of medicine “. Di Amerika Serikat, lebih dari dua abad
berikutnya “ managed practice ‘. Membuka hal yang sama bahkan di Amerika Serikat
praktek kedokteran masih melakukan hal yang hampir sama yaitu “ Intre Oreneural, Still
Rumah Sakit seperti halnya dengan kegiatan-kegiatan dibidang yang lain tidak dapat
lepas dari peraturan-peraturan dan hukum yang berlaku. Masyarakat tidak menyadari hak
dan kewajiban, begitu juga dengan norma dan pandangan hidupnya, terutama dibidang
kedokteran kesehatan.
Ada beberapa pengertian mengenai hak-hak hukum seseorang dalam menerima atau
menolak suatu tindakan medis ( pemeriksaan, pengobatan dll ) sebagai berikut :
1. Seorang dewasa yang mampu ( compotent ) memiliki hak hukum untuk menerima atau
menolak tindakan medis, walaupun masih harus memperhatikan berbagai kepentingan
hukum yang berlaku, misalnya menghindari bunuh diri, mempertahankan hidup,
melindungi kepentingan-kepentingan mereka yang hidupnya tergantung pada keadaan-
keadaan tertentu dan mempertahankan integritas etika dalam profesi kedokteran,
keperawatan dan kesehatan lain.
2. Seorang dewasa yang tidak mampu ( in compotent ) memiliki hak hukum yang sama
untuk menerima atau menolak tindakan medis yang dapat dilakukan oleh seorang wali
yang sudah ditentukan sesuai dengan standar hukum yang berlaku.
3. Dalam beberapa keadaan, dimana wali telah ditentukan oleh pasien sebelumnya, ia (wali )
mempunyai otoritas yang sama untuk membuat keputusan pelayanan kesehatan yang
dikehendaki oleh pasien dan hal ini mungkin dapat berbeda satu daerah dengan daerah
lainnya.
Kode Etik Kedokteran ( KODEKI ) yang telah dirumuskan beberapa tahun yang lalu dan
telah mendapatkan penyempurnaan pada tahun-tahun berikutnya diterbitkan kembali sebagai
hasil musyawarah kerja etika kedokteran II tahun 1981.
Kode Etik Kedokteran ini mutlak perlu sebagai panduan bagi setiap dokter dalam
melaksanakan tugas profesinya sehari-hari. Dengan adanya KODEKI maka kita bersyukur
karena kita telah mempunyai semacam rambu-rambu tentang bagaimana seharusnya seorang
dokter bertindak dan apa yang tidak patut dilakukan oleh dokter dalam melaksanakan tugas.
Rumah Sakit dipihak lain, yang merupakan tempat bekerja sebagian besar para dokter
tersebut, juga sangatlah perlu memiliki rambu-rambu serupa yang memberi pedoman bagi
semua tenaga kesehatan yang bekerja disana termasuk para dokter.
Demikian pulalah halnya dengan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia yang telah disarikan
dalam bentuk Kode Etik Rumah Sakit Indonesia merupakan landasan sikap dan tindakan
tanduk Rumah Sakit di seluruh Indonesia termasuk RSUD Dr. R. Soedjono Selong.
Menurut hemat kami, secara umum pokok-pokok etika yang ada pada KODEKI dan
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia dapat sebagai landasan sebagai pelaksana etika Rumah
Sakit itu, disamping hal-hal lain yang bersifat khusus.
2) Tenaga Dokter
1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter
2. Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tertinggi
3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh keuntungan pribadi
4. Tidaklah etis seorang dokter :
a. Melakukan perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri
b. Melaksanakan secara sendiri atau bersama-sama penerapan pengetahuan dan
ketrampilan kedokteran dalam segala bentuk tanpa kebebasan profesi
5. Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insani,
baik jasmani ataupun rohani hanya dilakukan untuk kepentingan penderita
6. Seorang dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya
7. Seorang dokter hendaknya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya
8. Dalam mengerjakan pekerjaannya seorang dokter harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang paripurna
serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya
9. Setiap dokter dalam bekerjasama dengan teman sejawatnya di Rumah Sakit atau
pejabat lain harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya
10. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani
11. Setiap dokter wajib bersikap tulus, ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan
1. Pendahuluan
Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik,
mental, spiritual dan materil untuk setiap makhluk insani, maka kehidupan profesi
keperawatan di RSU Al-Islam H.M. Mawardi selalu berpedoman kepada kebutuhan
masyarakat akan pelayanan dan asuhan keperawatan.
Dalam melaksanakan tugas yang profesional yang berdaya guna dan berhasil
guna, tenaga keperawatan dan RSU Al-Islam H.M. Mawardi mampu dan ikhlas
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan memelihara
dan meningkatkan integritas sifat-sifat pribadi yang luhur dengan ilmu dan ketrampilan
yang memadai serta dengan kesadaran bahwa pelayanan dan asuhan yang diberikan
adalah merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh.
2. Kewajiban Bidan
a. Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat
1. Setiap bidan RSU Al-Islam H.M. Mawardi senantiasa menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam menjalankan tugas
pengabdiannya.
2. Setiap bidan RSU Al-Islam H.M. Mawardi dalam menjalankan tugas profesinya,
menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara
citra bidan.
3. Setiap bidan RSU Al-Islam H.M. Mawardi dalam menjalankan tugasnya
senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4. Setiap bidan RSU Al-Islam H.M. Mawardi dalam menjalankan tugasnya
mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat.
5. Setiap bidan RSU Al-Islam H.M. Mawardi dalam menjalankan tugasnya
senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan
identitas yang sama sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan kemampuan yang
dimilikinya.
6. Setiap bidan RSU Al-Islam H.M. Mawardi senantiasa menciptakan suasana yang
serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
3. Penutup
Setiap tenaga keperawatan RSU Al-Islam H.M. Mawardi dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan kode etik dan standar profesi.
3. Penutup
Dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, semakin dibutuhkan
adanya pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit yang profesional dan fungsional untuk
dikembangkan suatu sistem pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit milik Pemerintah.
E. ETIKA PEMASARAN
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang tidak mencari laba ( nirlaba )
dimana pada dasarnya Rumah Sakit bergerak untuk pengabdian kepada masyarakat banyak.
Akan tetapi walaupun Rumah Sakit tidak mencari keuntungan semata, namun pemasaran
tetap diperlukan dan pemasaran seperti ini dibuat dengan pemasaran sosial. Pemasaran
(promosi) Rumah sakit ataupun tenaga dokter baik melalui media massa maupun yang lain-
lain secara etik tidak diperkenankan tetapi dapat dilakukan secara tersamar.
Pemasaran sosial yang dilakukan oleh Rumah Sakit diarahkan untuk mengatasi berbagai
masalah sosial yang timbul didalam proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tersebut dan
juga berperan untuk mempengaruhi dan membuat image pada masyarakat.
Pemasaran sosial yang dilakukan oleh Rumah Sakit dimaksudkan untuk memotivasi dan
menggugah masyarakat dilingkungannya agar bersedia dan mau menggunakan jasa
pelayanan Rumah Sakit tersebut.
Agar perbedaan pendapat dapat ditekan seoptimal mungkin sekiranya sangat perlu dibuat
suatu ketentuan-ketentuan. Etika pemasaran yang membatasi dan menekan adanya
perselisihan antara pelayanan kesehatan dan yang dilayani ( pasien dan atau keluarga ).
2. Pemasaran internal
a. Pemasaran yang dilakukan Rumah Sakit tidak boleh melanggar hak-hak pasien
b. Petugas kesehatan di Rumah Sakit berkewajiban melakukan pemasaran dengan cara
melayani pasien sebaik-baiknya sesuai dengan standar medis, dengan sopan dan
menghargai harkat martabat manusia ( pasien )
c. Untuk memperkenalkan produk pelayanan di Rumah Sakit, maka Rumah Sakit
dapat melakukan pemasangan ( media ) : spanduk, poster maupun lewat media
internal dilingkungan Rumah Sakit secara tersebut secara terang-terangan dan tegas
d. Didalam lingkungan Rumah Sakit tidak diperbolehkan memasang iklan produk
barang dan atau jasa apapun dan atau dalam bentuk apapun jasa secara terang-
terangan, terkecuali produk pelayanan yang ada di Rumah Sakit itu sendiri.
3. Pemasaran eksternal
a. Dalam melaksanakan pemasaran keluar lingkungan Rumah Sakit, maka Rumah
Sakit tidak boleh secara terang-terangan dan atau secara diam-diam menyinggung
institusi / lembaga kesehatan atau lembaga lainnya. Dalam menjalankan pemasaran
tersebut hendaknya dapat menjamin ditaatinya dan atau dihormatinya institusi /
lembaga masing-masing.
b. Rumah Sakit dalam melakukan pemasaran tidak diperbolehkan secara terang-
terangan memasang iklan di media massa baik media cetak maupun media
elektronik
Kemudian jika dalam melaksanakan pemasaran di RSU Al-Islam H.M. Mawardi terdapat
pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh pemasaran dari RSU Al-Islam H.M. Mawardi
maka pihak-pihak yang merasa dirugikan tersebut dapat mengadukan hal tersebut melalui :
1. Sub Komite Kode Etik Rumah Sakit yang dibentuk oleh Direktur RSU Al-Islam H.M.
Mawardi
2. Jika lewat Sub Komite masalah tersebut tidak dapat terselesaikan, maka dapat diajukan
ke Komite Medik
3. Jika Komite Medik tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, maka dapat
diajukan ke Direktur RSU Al-Islam H.M. Mawardi
4. Jika tidak bisa diselesaikan secara musyawarah tersebut, maka pihak yang dirugikan atas
pemasaran tersebut dapat mengajukan masalahnya melalui pengadilan.
b. Tujuan
1. Menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
2. Untuk mendukung pelayanan medis.
c. Kegunaan
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil
bagian didalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus
diberikan kepada pasien
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindak pelayanan, perkembangan penyakit dan
pengobatan pasien selama pasien berkunjung atau dirawat inap
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, evaluasi terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pasien
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, Rumah Sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya
6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian
7. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien
8. Menjadi sumber hidup yang harus didokumentasikan erat sebagai dasar
pertanggung jawaban sebagai laporan.
2. Ketentuan Umum
a. Ketentuan Pengisian dan Pengembalian Rekam Medik
BAB III
Keterangan :
1. Pengaduan pelanggaran etika dapat berasal darimana saja dan bisa dalam bentuk lisan dan
atau tulisan
KASI KOMITE
SANKSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Keterangan :
1. Setiap ada pelanggaran etika diruangan dikoordinasikan oleh Kepala Ruangan