• Gangguan kesehatan
• Banjir
• Pencemaran sungai
IDENTIFIKASI MASALAH
e. pembinaan, bantuan teknis dan pengawasan kepada Suku Dinas di bidang program dan
kegiatan;
f. penyusunan dan pelaksanaan KLHS untuk KRP Daerah, RPPLH Daerah serta Amdal dan
UKL-UPL;
g. penyelenggaraan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca;
aj. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Lingkungan
Hidup.
PERMASALAHAN
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
Sampah
Limbah
DAHULU SEKARANG
DAHULU SEKARANG
INOVASI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
4. STREET SWEEPER
DAHULU SEKARANG
INOVASI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
DAHULU SEKARANG
INOVASI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
6. PEMILAHAN SAMPAH
SEBELUM SESUDAH
INOVASI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
DAHULU SEKARANG
INOVASI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
8. COMPOSTING
DAHULU SEKARANG
INOVASI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
DAHULU SEKARANG
INOVASI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
DAHULU SEKARANG
INOVASI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
DAHULU SEKARANG
INOVASI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
DAHULU SEKARANG
INOVASI
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
DAHULU SEKARANG
HASIL KUISIONER
HASIL KUISIONER
KESIMPULAN
A. Latar Belakang
Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai: 1.Daerah di
mana sesuatu mahluk hidup berada. 2.Keadaan/kondisi yang
melingkupi suatu makhluk hidup. 3.Keseluruhan keadaan yang
meliputi suatu makhluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup,
terutama: 1. Kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup
yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan
makhluk hidup untuk bertahan hidup. 2. Gabungan dari kondisi sosial
and budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu makhluk
hidup atau suatu perkumpulan/komunitas makhluk hidup.
Istilah lingkungan dan lingkungan hidup atau lingkungan hidup
manusia seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang
sama. Apabila lingkungan hidup itu dikaitkan dengan hukum/aturan
pengelolaannya, maka batasan wilayah wewenang pengelolaan dalam
lingkungan tersebut harus jelas.
Pertambahan penduduk ini diperkirakan tidak akan tersebar
merata, tetapi akan terkonsentrasi di daerah perkotaan. Hal ini
dikarenakan kawasan perkotaan merupakan tempat yang sangat
menarik bagi masyarakat untuk mengembangkan kehidupan sosial
ekonomi. Selain itu, pembangunan ekonomi Indonesia melalui jalur
industrialisasi berpengaruh langsung terhadap perbangunan
perkotaan.
Tentang kerusakan lingkungan hidup berhembus begitu kuat
akhir-akhir ini. Kendati begitu, terkesan bahwa belum begitu banyak
orang mau peduli terhadap keadaan tersebut. Di DKI Jakarta,
permasalahan kerusakan lingkungan hidup terlihat dari penampilan
wajah garang yang ditunjukkan oleh sampah dan polusi entah itu
berupa air, udara dan tanah.
Persoalan sampah menjadi salah satu persoalan terbesar bagi
kota-kota besar di dunia, termasuk Jakarta yang menjadi ibukota
negara Indonesia. Mobilitas kota yang semakin kompleks menjadi
sumber pemicunya. Data kementrian Lingkungan Hidup lebih detail
menunjukan Hasil hitungan tersebut, dengan menggunakan asumsi
sampah yang dihasilkan per invidu setiap harinya sebesar 0,8
kilogram. Selanjutnya menurut data kementrian tersebut, jumlah
2
timbunan sampah rata-rata harian di kota metropolitan, di mana jumlah
penduduknya lebih dari 1 juta jiwa dan kota besar yang jumlah
penduduknya 500 ribu sampai 1 juta jiwa, masing-masingnya adalah
1.300 ton dan 480 ton.
Akibat dari semakin bertambah tingkat konsumsi masyarakat
serta aktifitas lainnya adalah bertambahnya buangan/limbah yang
dihasilkan. Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktifitas dan
konsumsi masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik
telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh
pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Limbah domestik tersebut, baik
itu berupa limbah cair maupun limbah padat menjadi permasalahan
lingkungan karena secara kuantitas maupun tingkat bahayanya
mengganggu kesehatan manusia, mencemari lingkungan, dan
mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya.
Selanjutnya berdasarkan hasil studi di tahun 2008 yang
dilakukan yakni di area DKI Jakarta sendiri , tumpukan sampah di
pinggiran pesisir pantai terus menumpuk. Sampah-sampah tersebut
berasal dari limbah keluarga, gedung perkantoran, hotel, dan gedung-
gedung lainnya.
Limbah-limbah tersebut mengalir melalui sembilan sungai yang
bermuara di Teluk Jakarta. Pencemaran sampah yang terjadi saat ini
telah mencapai 60 kilometer. Jaraknya pun dapat mencapai kepulauan
Kep. Seribu. Dari sejumlah penelitian yang dilakukan, perairan di Teluk
Jakarta saat ini terkandug logam berat seperti timbal, tembaha, dan
cadmium.
Jika pengelolaan sampah tersebut tetap tidak ditangani dengan
baik akan menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan, seperti :
1. Gangguan kesehatan, misalnya :
a. Kumpulan sampah dapat menjadi tempat berkembang biaknya
lalat, dan lalat dapat membawa berbagai penyakit dengan cara
penularan infeksi kepada manusia.
b. Sampah tersebut dapat menimbulkan penyakit yang terkait
dengan tikus, seperti pes, leptospirosis, salmonelosis, tikus
endemic, demam gigitan tikus, dan beberapa infeksi arbovarial.
c. Pada kejadian pasca banjir 2002 lalu, jumlah kasus
leptospirosis tercatat meningkat akibat tertimbunnya sampah di
beberapa wilayah di Jakarta.
2. Penanganan sampah yang tidak baik dapat menyebabkan
timbunan sampah yang tidak dapat menjadi sumber kebakaran dan
3
bahaya kesehatan yang serius bagi anak-anak yang bermain di
dekatnya.
3. Dapat menutup saluran air sehingga meningkatkan masalah-
masalah kesehatan yang berkaitan dengan tanah-tanah yang
tergenang sehingga menimbulkan banjir.
4. Sebanyak 20% sampah yang dihasilkan dibuang secara
sembarangan ke kali sehingga dapat menyumbang sekitas 60%-
70% pencemaran sungai.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
melakukan pengelolaan sampah dan limbah?
2. Apa tugas dan fungsi pokok Dinas Lingkungan Provinsi DKI
Jakarta?
3. Apa saja inovasi yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Provinsi
DKI Jakarta?
4. Bagaimana kredibilitas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta?
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Berdasarkan data-data yang
diperoleh menurut normatif (perpustakaan) dan empiris (lapangan).
4
yang terdapat dalam objek permasalahan, yakni dengan
melakukan penyebaran kuesioner kepada warga sebagai
pengguna layanan Dinas Provinsi DKI Jakarta.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
Landasan Teori yang digunakan adalah Bab 27 yakni melatih
Pengembangan Organisasi Internal
6
MEMBANGUN ATAU MEMBELI "KEPUTUSAN Bagaimana keputusan
dibuat untuk membentuk fungsi OD internal atau mempekerjakan
praktisi OD eksternal berdasarkan organisasi yang sangat dibutuhkan
yang mendukung fungsi OD internal telah bergumul dengan sejumlah
pertanyaan yang kadang berulang, tergantung pada kebutuhan untuk
oD pada berbagai tahap dalam siklus hidup organisasi Pertanyaan-
pertanyaan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut: Strategi OD -
bagaimana strategi keseluruhan organisasi - Bagaimana fungsi inte
mendukung strategi? Sejauh mana penting bagi organisasi yang semua
unitnya konsisten di bidang seperti visi, nilai, budaya, ekspektasi kinerja,
praktik SDM, dan sebagainya? Bagaimana fungsi OD internal
membantu mengembangkan dan menyebarluaskan strategi
perusahaan?
8
Berikut adalah lima kompetensi yang dapat menjadi kesukesan praktisi
PO :
1. Menunjukkan Keahlian Berorganisasi
Kunci keberhasilan bagi internal organisasi ialah adanya pengetahuan
dari pihak internal dengan mempelajari organisasi, mengetahui
bagaimana cara organisasi bermanuver, mematuhi semua norma,
protokol kebiasaan, dan peraturan baik formal maupun informal.
Kemudian juga bagaimana membangun hubungan dengan pimpinan
dan semua tingkat level karyawan dalam mengembangkan organisasi,
dan pengaruh pihak internal dalam menghadapi isu organisasi.
2. Mengerti Bisnis
Kemampuan praktisi internal ialah bagaimana memahami
perkembangan bisnis dan tren pasar untuk merekomendasikan langkah
strategis yang bernilai untuk klien. Dengan mengetahui bisnis yang
dijalankan dengan baik merupakan kunci dari strategi serta dapat
berpikir strategis dan mendapatkan dukungan yang selaras dengan
organisasi.
3. Membangun Kredibilitas
Penting bagi praktisi internal untuk memiliki kesepakatan tentang
kerahasiaan, anonimitas, dan batasan intervensi, yang menjadi
komitmen kuat dalam praktik etis. Membangun kredibilitas juga dengan
melakukan pekerjaan yang baik, memberikan nilai dan mencapai hasil.
Berpegang teguh pada etika, menjaga integritas melalui
profesionalisme, etika, dan kontrak.
4. Mempertahankan Hubungan
Terdapat dua dimensi dari kompetensi ini yang terdiri dari (1) hubungan
interpersonal, yang memungkinkan praktisi PO internal dapat diterima
dalam organisasi untuk memberikan pelayanan efektif, (2) hubungan
jangka panjang dengan klien, untuk mempertahankan netralitas dan
objektivitas. Tidak hanya sejalan dengan organisasi klien sehingga
dapat diterima tetapi juga mampu menjaga pola pikir eksternal untuk
memberikan perspektif yang seimbang.
9
5. Memasarkan Nilai PO
Mengubah layanan manajemen dan berbagai konsultasi dapat
ditawarkan oleh beberapa pekerja, seperti fasilitator, staf manajemen
keuangan, internal auditor, pelatih, staf sumber daya manusia, staf
manajemen mutu, proyek staf manajemen, staf TI, dan lain-lain. Semua
ini bisa bekerja dengan kelompok dalam organisasi untuk melakukan
perbaikan dan perubahan. Secara internal, praktisi internal harus
membangun dan memelihara nilai dalam organisasi. Salah satu bagian
penting yang sering diupayakan oleh praktisi internal adalah bagaimana
menawarkan metode dan pemikiran untuk menyelaraskan upaya
organsiasi dalam mendukung strategi bisnis utama atau tujuan
organisasi.
10
Ada sejumlah pertimbangan untuk internal yang bekerja dengan
eksternal. Hal ini menjadi penting bagi praktisi internal untuk
mengetahui mengapa praktisi eksternal dipekerjakan karena dapat
dianggap menjadi peluang dan ancaman. Mempekerjakan seorang
praktisi eksternal bisa menjadi kesempatan untuk berkolaborasi dan
pertukaran pengetahuan dari dalam dan luar organisasi. Eksternal dapat
membawa fokus yang lebih dalam dan pengalaman yang lebih luas, dan
bisa menjadi pembelajaran bagi pihak internal. Dalam perencanaan
terbaik, peran dan tugas yang diharapkan antara praktisi internal dan
eksternal haruslah jelas dari awal sudah ditetapkan. Sedangkan jika
perencanaan kurang matang, pihak eksternal bisa menjadi ancaman
bagi praktisi internal. Jika terjadi demikian maka pihak internal haruslah
mengelola kontrak dengan praktisi ekternal.
KARIR DI PO INTERNAL?
Meskipun "konsultan" sering dianggap sebagai pebisnis mandiri, adalah
mungkin untuk memiliki seluruh karir sebagai praktisi OD internal di
dalam satu atau lebih organisasi. Selain memiliki kompetensi,
mengelola keuntungan dan tantangan, dan melayani dalam berbagai
peran, internal harus pertimbangkan jenis karir yang diinginkan dalam
organisasi. Akankah perannya menjadi Konsultan "ahli" atau "proses"
konsultan atau keduanya? Jawabannya akan tergantung pada bobot
yang diberikan pada faktor berikut: kekuatan dan karakteristik individu
dari praktisi internal, kebutuhan organisasi, hubungan antara praktisi
dan organisasi, dan karakteristiknya dari organisasi (Scott, 2000).
11
B. Tugas Dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Provinsi D Jakarta
A. penyusunan Rencana Strategis dan Rencana Kerja dan Anggaran
Dinas Lingkungan Hidup;
B. pelaksanaan Rencana Strategis dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Dinas Lingkungan Hidup;
C. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pedoman dan standar teknis
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
kebersihan;
D. pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,
pedoman dan standar teknis di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup serta kebersihan;
E. pembinaan, bantuan teknis dan pengawasan kepada Suku Dinas di
bidang program dan kegiatan;
F. penyusunan dan pelaksanaan KLHS untuk KRP Daerah, RPPLH
Daerah serta Amdal dan UKL-UPL;
G. penyelenggaraan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas
rumah kaca;
H. pengelolaan keanekaragaman hayati Daerah;
I. perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penempatan,
pemeliharaan, perawatan dan pemanfaatan prasarana dan sarana
penanganan lingkungan dan kebersihan;
J. pengawasan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi pemanfaatan,
ketersediaan, kelaikan dan kecukupan prasarana dan sarana
penanganan lingkungan dan kebersihan;
K. pemantauan, evaluasi, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan,
penempatan, pengolahan dan pemanfaatan limbah;
l. penelitian/pengkajian, pengujian, pengembangan, penerapan dan
pemasyarakatan sistem, metode dan/atau teknik pengolahan dan
teknik pemanfaatan limbah yang efektif, efisien, mudah, tepat, dan
ramah lingkungan;
m. pemantauan, evaluasi dan penanganan lingkungan dan kebersihan di
seluruh wilayah daerah/kota Jakarta secara rutin, konsisten dan
berkesinambungan sehingga terjamin lingkungan dan kebersihan kota;
n. pembangunan, pengembangan, pembinaan, pengawasan,
pemantauan, pengendalian dan evaluasi perilaku masyarakat dalam
membuang sampah serta evaluasi peran serta masyarakat dalam
penanganan, pengolahan dan pemanfaatan limbah;
o. pemantauan, pengawasan dan pengendalian sampah di bantaran kali,
prasarana dan sarana umum, permukiman, perumahan, area kerja;
12
p. pemantauan, pengawasan dan pengendalian Limbah B3;
q. pengembangan kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak
dalam pengelolaan lingkungan dan kebersihan;
r. pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi bidang pelayanan
lingkungan dan kebersihan;
s. pemantauan kualitas lingkungan;
t. Pengembangan dan penerapan instrument lingkungan hidup;
u. pemberian rekomendasi untuk penerbitan Izin Lingkungan pada tingkat
Daerah;
v. pemantauan, penanggulangan dan pemulihan sumber pencemar
institusi dan non institusi;
w. pengoordinasian dan pelaksanaan pengendalian (pencegahan,
penanggulangan dan pemulihan) pencemaran dan/ atau
kerusakan lingkungan hidup;
x. pengoordinasian, penyediaan fasilitas, pelaksanaan mediasi dan
penyelesaian pengaduan lingkungan hidup dan kebersihan;
y. pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dan kebersihan;
z. penegakan hukum di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;
aa. penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan peny-uluhan lingkungan
hidup untuk lembaga kemasyarakatan;
bb. pengembangan dan sosialisasi pemanfaatan teknologi ramah
lingkungan hidup;
cc. pemberian penghargaan lingkungan hidup tingkat Daerah;
dd. pelaksanaan standar pelayanan minimal;
ee. pengelolaan informasi lingkungan hidup dan kebersihan;
ff. pengadaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan
perawatan prasarana dan sarana dibidang lingkungan dan kebersihan;
gg. pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Dinas Lingkungan
Hidup;
hh. pengelolaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Dinas Lingkungan
Hidup;
ii. pengelolaan kearsipan, data dan informasi Dinas Lingkungan Hidup;
jj. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
Dinas Lingkungan Hidup.
13
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
Limbah
1. Kurang memahami tentang Lingkungan Hidup antara lain
pengelolaan limbah
2. Kurang memahami Amdal (Analisis Dampak Lingkungan)
14
Sampah yang tiba di TPST Bantar Gebang langsung
ditimbang dengan dua proses. Pertama, begitu sampai TPST
Bantar Gebang truk sampah yang berisi muatan langsung
ditimbang. Setelah itu, truk menuju tempat landfill untuk
membuang muatan sampah (unloading).
Setelah muatan kosong, truk ditimbang lagi. Dari dua kali
timbangan itu baru diketahui berat bersih sampah.
PT GTJ mengolah sampah dengan beberapa cara. Pertama, ada
komposting, untuk buat pupuk kompos. Kedua, ada daur ulang
plastik dengan teknologi yang baik, ramah lingkungan.
PT GTJ juga membangun pabrik daur ulang plastik untuk
membuat tenaga listrik dari sampah. PT GTJ menggunakan
teknologi sanitary landfill dengan metode Gassifikasi Landfill –
Anaerobic Digestion (GALFAD) untuk menghasilkan tenaga
listrik. Gas methane dari sampah organik dimanfaatkan sebagai
bahan bakar pembangkit listrik.
Sementara sampah anorganik diolah dengan teknologi
gassifikasi. Saat ini, pembangkit listrik tenaga sampah Bantar
Gebang baru mampu memproduksi listrik sebesar 16,5 MW.
Pada tahun 2023, ditargerkan kapasitasnya penuh 26 MW. Untuk
mencapai target itu, saat ini telah dibangun gas engine, fuel skid,
flare stack, dan trafo.
4. Street Sweaper
Dahulu, untuk membersihkan sampah (sampah plastik dan
sampah daun-daun kering) yakni petugas kebersihan
membersihkan secara manual dengan memakai sapu dan
memakai tenaga manusia yang banyak
Sekarang, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
mempunyai inovasi pengadaan street sweaper untuk
membersihkan sampah di jalan memakai alat untuk mengurangin
tenaga manusia, membersihkan sampah lebih cepat dan lebih
akurat.
6. Pemilahan sampah
Dahulu, tempat pembuangan sampah hanya satu tempat
untuk berbagai macam jenis sampah sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
Sekarang, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
mempunyai inovasi pengadaan tong sampah pilah yang terdiri
dari warna merah, kuning dan hijau.
16
Tempat sampah organik di tandai dengan warna hijau dan
bertuliskan organik, sampah inilah yang dijadikan bahan pupuk
kompos seperti daun-daunan, bekas sayuran, dll. Adanya tempat
sampah ini dapat mempercepat pembuatan kompos karena
sudah di pisahkan dengan sampah anorganik maupun B3.
Tempat sampah non organik di tandai dengan warna kuning
bertuliskan non organik, seperti plastik bekas, gelas bekas air
mineral kemasan jenis plastik dll. Dengan adanya tempat sampah
ini dapat mempermudah pemanfaatannya sebagai kerajinan daur
ulang atau di daur ulang di pabrik.
Tempat sampah B3 di tandai dengan warna merah
bertuliskan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), seperti sampah
beling, kaca, gelas beling, bekas detergen, obat nyamuk dll.
Dengan adanya tempat sampah ini agar tidak membahayakan
bagi orang lain.
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mempunyai
program 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle.
A. Reduce
Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan
yang bisa merusak lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi
belanja barang-barang yang anda tidak “terlalu” butuhkan seperti
baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya adalah
pengurangan kebutuhan. Kurangi juga penggunaan kertas tissue
dengan sapu tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor
dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca
koran online, dan lainnya.
17
B.Reuse
Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti
contohnya memberikan baju-baju bekas anda ke yatim piatu.
Tapi yang paling dekat adalah memberikan baju yang
kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju
bayi yang hanya beberapa bulan dipakai masih bagus dan
bisa diberikan pada saudara yang membutuhkan.
C. Recycle
Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah
adalah mendaur ulang sampah organik di rumah anda,
menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun
sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas
untuk menjadi kertas kembali. Daur ulang secara besar-
besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Tempat
sampah yang membedakan antara organik dan non-organik
saja tidak jalan. Malah akhirnya lebih banyak gerilyawan
lingkungan yang melakukan daur ulang secara kreatif dan
menularkannya pada banyak orang dibandingkan
pemerintah.
18
7. Bank sampah produktif
Dahulu, sampah hanya di buang ke bank sampah dan
langsung dijual ke pabrik yang membutuhkan bahan mentah.
Sekarang, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
mempunyai inovasi bank sampah produktif sehingga jika
masyarakat membuang sampah yang sudah dipilah ke bank
sampah maka bank sampah bisa bahannya ke warga yang
mempunyai kemampuan untuk mengubahnya menjadi barang
yang bisa dipakai kembali kemudian dijual sehingga menambah
penghasilan kepada warga tersebut.
8. Composting
Dahulu, Sampah sering menjadi masalah yang susah
penyelesaiannya terutama di perkotaan. Rumah tangga salah
satu penghasil sampah, terdiri dari sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah organik terbagi dua macam yaitu
sampah organik hijau dan sampah organik hewan.
Sampah Organik Hijau adalah sisa sayur mayur dari dapur
seperti tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit
terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan,
nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa,
sisa sayur, dan sampah dari kebun seperti rumput, daun-daun
basah. Sampah ini banyak mengandung Nitrogen, salah satu
unsur hara penyubur tanaman. Sampah Organik Hewan adalah
sampah dari sisa makanan seperti ikan, udang, ayam, daging,
telur dan sejenisnya.
Salah satu jalan untuk mengatasi masalah sampah rumah
tangga adalah dengan dibuat kompos. Proses pengomposan
(composting) adalah proses dekomposisi (penguraian) yang
dilakukan oleh mikroorganisme terhadap buangan organik yang
biodegradable. Pengomposan dapat dipercepat dengan mengatur
faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga berada dalam
kondisi yang optimum untuk proses pengomposan.
19
Tujuan pengomposan:
1. Mengubah bahan organic yang biodegradable menjadi
bahan yang secara biologi bersifat stabil dan demikian
mengurangi volume dan massanya.
2. Bila prosesnya pembuatan secara aerob (memerlukan
oksigen), maka proses ini akan membunuh bakteri
pathogen, telur serangga, dan mikroorganisme lain yang
tidak tahan pada temperature si atas temperature normal.
3. Memanfaatkan nutrient dalam buangan secara maksimal
seperti nitrogen, phosphor, potassium.
4. Menghasilkan produk (humus) yang dapat digunakan untuk
memperbaiki sifat tanah.
20
10. Sanksi tegas untuk pembuang sampah sembarangan
Dahulu, masyarakat membuang sampah sembarangan di
saluran air dibiarkan saja.
Sekarang, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
mempunyai inovasi yaitu membuat payung hukum untuk
membuat sanksi atau hukuman bagi masyarakat yang
membuang sampah sembarangan dan melakukan OTT di HBKB
Sudirman-Thamrin dengan hukuman Rp. 100.000 – Rp. 500.000
dan bagi yang tidak mempunyai uang, hukuman diganti dengan
memungut sampah di bunderan Hotel Indonesia.
21
13. Uji Emisi Kendaraan Motor
Kendaraan-kendaraan seperti mobil ini kan 70 persen
penyumbang terbesar terhadap kualitas udara perkotaan.
Uji emisi ini sendiri bermanfaat untuk memastikan
pembakaran mesin kendaraan agar lebih sempurna, menjadi irit
BBM dan life time mesin.
“Dan yang pasti bisa kendalikan gas buang yang melebihi
baku mutu untuk CO karbon monoksida ambang batas 3% dan
Hidrokarbon HC 700ppm sesuai Pergub 31 tahun 2008 tentang
ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor.
Guna memudahkan rencana itu, di Jakarta Dinas
Lingkungan Hidup mulai pertengahan Juli 2017 telah
menerapkan sistem uji emisi bernama e-uji emisi. Sistem
pengujian berbasis aplikasi itu memanfaatkan ratusan bengkel
yang akan menguji emisi kendaraan.
Setelah lulus uji, data kendaraan akan dimasukan ke
dalam sistem. Data kemudian akan terhubung tidak hanya ke
Dinas Lingkungan Hidup tetapi juga ke Kementerian
Perhubungan dan Samsat.
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kuesioner
NO. URUT RESPONDEN:
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A. USIA RESPONDEN:
1. < 20 Tahun
2. 20-30 Tahun
3. 31-40 Tahun
4. 41-50 Tahun
5. > 50 Tahun
B. TINGKAT PENDIDIKAN
1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. Diploma 3
5. Diploma 4/Strata 1
6. Strata 2
7. Strata 3
C. JENIS KELAMIN
1. Laki-laki
2. Perempuan
Sangat
Kurang Cukup Sangat
NO Pertanyaan tidak
baik baik baik
baik
Bagaimanapendapatandatentangpemanfaat
5 anteknologiuntukmengatasimasalahankebe 1 2 3 4
rsihan di DKI Jakarta?
23
6 Bagaimana ketegasan penerapan sanksi 1 2 3 4
bagi Pelanggar aturan kebersihan?
B KinerjaPetugas
Rating Scale adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang
berupa suatu daftar yang berisi tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin
diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat. Rating Scale ini lebih fleksibel,
tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi
responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status
sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.
24
Karakteristik responden
1. Usia Responden
a. 20 – 30 tahun : 5 Responden
b. 31 – 40 tahun : 6 Responden
c. 41 – 50 tahun : 6 Responden
d. 51 tahun keatas : 3 Responden
2. Tingkat Pendidikan
a. SD : 0 Responden
b. SLTP : 0 Responden
c. SLTA : 15 Responden
d. Diploma 3 : 3 Responden
e. Diploma 4/ strata 1 : 2 Responden
f. Strata 2 : 0 Responden
g. Strata 3 : 0 Responden
3. Jenis Kelamin
a. Laki – Laki : 8 Responden
b. Perempuan : 12 Responden
26
Dari jawaban diatas sebagian responden menjawab cukup
baik, dimana dapat diartikan bahwa masih terdapat pendapat yang
belum mendukung sepenuhnya penggunaan teknologi sebagai sarana
yang efektif dan efesien dalam penyelesaian masalah kebersihan di
DKI Jakarta. Ini dimungkinkan karena tidak seluruhnya masyarakat
dapat mengikuti perkembangan teknologi.
27
h. Bagaimana penetapan formasi jumlah petugas kebersihan dalam
penanganan kebersihan?
Jawaban :
• Sangat tidak baik : 0 Responden = 0%
• Kurang baik : 5 Responden = 25%
• Cukup baik : 13 Responden = 65%
• Sangat baik : 2 Responden = 10%
28
2. Kinerja petugas
a. Bagaimana sikap petugas kebersihan saat bertugas?
Jawaban :
• Sangat tidak baik : 0 Responden = 0%
• Kurang baik : 4 Responden = 20%
• Cukup baik : 11 Responden = 55%
• Sangat baik : 5 Responden = 25%
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Untuk meningkatkan kredibilitas Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
DKI Jakarta diperlukan integritas, kesadaran diri dan manajemen
diri
2. Masyarakat DKI Jakarta cukup puas akan kinerja Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi DKI Jakarta
3. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mempunyai 12
inovasi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat DKI
Jakarta dalam bidang kebersihan sehingga tidak mudah banjir
4. Cara mengurangin sampah dengan cara sebagai berikut
a. Menghabiskan makanan
b. Menghindari pemakai produk dengan umur pakai pendek
c. Memilih produk dengan kemasan besar
d. Daur ulang
B. Daftar Pustaka
1. Peraturan Gubernur Nomor 230 Tahun 2014 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pengelola Lingkungan Hidup
2. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 226 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan
3. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 284 Tahun 2016
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup
4. Rothwell & Sullivan. Practicing Organization Development. Pleifer.
San Fransisco:2005
30