Pedoman Pengorganisasian Komite Etik Dan Hukum
Pedoman Pengorganisasian Komite Etik Dan Hukum
PENGORGANISASIAN KOMITE
ETIK DAN HUKUM
RS XXXX
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Akreditasi RS merupakan upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang
dilakukan dengan membangun sistem dan budaya mutu. Melalui akreditasi RS
diharapkan ada perbaikan sistem di RS yang meliputi input, process dan product
output (meliputi output dan outcome). Untuk itu, dalam proses akreditasi ini
dibutuhkan suatu pedoman regulasi yang nantinya akan membantu terwujudnya
suatu sistem perbaikan mutu.
Dalam hal ini, dokumen regulasi di RS dapat dibedakan menjadi :
1. Regulasi pelayanan RS, yang terdiri dari:
Kebijakan Pelayanan RS
Pedoman/Panduan Pelayanan RS
Standar Prosedur Operasional (SPO)
Rencana jangka panjang (Renstra, Rencana strategi bisnis, bisnis
plan, dll)
Rencana kerja tahunan (RKA, RBA atau lainnya)
2. Regulasi di unit kerja RS yang terdiri dari:
Kebijakan Pelayanan RS
Pedoman/Panduan Pelayanan RS
Standar Prosedur Operasional (SPO)
Program (Rencana kerja tahunan unit kerja)
Kebijakan, pedoman/panduan, dan prosedur merupakan kelompok dokumen
regulasi sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan, dimana kebijakan
merupakan regulasi yang tertinggi di RS, kemudian diikuti dengan
pedoman/panduan dan kemudian prosedur (SPO).Karena itu untuk menyusun
pedoman/panduan harus mengacu pada kebijakan-kebijakan yang sudah
dikeluarkan oleh RS, sedangkan untuk menyusun SPO harus
berdasarkankebijakan dan pedoman/panduan.
Pedoman sebagai salah satu dokumen regulasi, memuat ketentuan dasar yang
memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan, dengan demikian merupakan
1
hal pokok yang menjadi dasar untuk menentukan atau melaksanakan kegiatan.
Dalam hal penyusunan pedoman di setiap unit kerja, perlu diperhatikan adanya 2
(dua) pedoman yang harus dibuat sebagaimana diatur dalam ketentuan akreditasi
rumah sakit, yaitu Pedoman Pengorganisasian dan Pedoman Pelayanan. Dengan
demikian, setiap unit kerja akan mendasarkan pelaksanaan kegiatannya menurut
tugas dan fungsi setiap SDM dalam pengorganisasinanya serta menyelenggarakan
pelayanannya sesuai dengan tata laksana yang telah ditetapkan.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
3
Pada 22 September 1939, Peresmian gedung RKZ Stella Maris, yang
diperingati sebagai HUT Xxxx M hingga saat ini.
Masa Pertumbuhan (1939 – 1942)
Tiga tahun pertama dalam usianya, Xxxx M memang dikelola serba
seadanya. Semuanya masih sangat sederhana, dan jauh dari memadai,
kecuali mantalitas dan spiritualitas para Suster untuk melayani pasien. Saat
itu didatangkanlah dokter dari RS Tentara (Dr. Smit). Dalam waktu
singkat, banyak masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan
R.K.Z Stella Maris. Diawal berdirinya R.K.Z Stella Maris telah mendapat
tempat dan penghormatan dihati masyarakat.
Masa Pendudukan (1942 – 1945)
Pada tahun ini Balatentara Jepang datang dan kemudian merebut dan
menduduki rumah sakit ini. Para suster berkebangsaan Belanda diinternir
di Kamp Kampili (Bili-Bili), yang berkebangsaan Indonesia dipulangkan
ke keluarganya. Xxxx M berganti nama menjadi “Mm Minseibu Bioing”.
Pada jaman ini peperangan menyebabkan rumah sakit mengalami masa
masa sukar, obat obatan kurang, persediaan sandang pangan menipis.
Keadaan ini mencapai klimaksnya pada awal 1943. Kota Mm dibom
sekutu. mayat-mayat bergelimpangan di lorong lorong rumah sakit. kamar
mayat dipenuhi mayat. Selama masa pendudukan Xxxx M dipimpin oleh
dr. Azzuma berkebangsaan jepang.
Masa Peralihan ( 1945 – 1947)
Setelah Perand Dunia II berakhir dan Jepang menyerah pada sekutu,
pendudukan Jepang atas Xxxx M pun berakhir. Jepang pergi, namun
kemudian tentara Sekutu dibawa pemerintah Hindia Belanda membentuk
Negara Indonesia Timur (NIT). Xxxx M beralih tangan dan menjadi
rumah sakit pemerintah. Pada 1 Januari 1946, dr.H.A.P.C Oomen
ditempatkan pemerintah sebagai Direktur Xxxx M dan dr. J.L Makalew
sebagai Wakil Direktur. Banyang dokter-dokter yang didatangkan untuk
praktek di Xxxx M pada masa ini.
4
Masa Perjuangan untuk Pengembalian (1947 – 1948)
Meskipun keadaan Xxxx M berangsur pulih namun rumah sakit belum
dikembalikan kepada pemiliknya yang sah, yakni Suster Suster JMJ. Atas
desakan para tokoh umat dan para suster, dr.H.A.P.C Oomen selaku
direktur menuliskan surat kepada pemerintah, c.q Departemen kesehatan
NIT, agar RS Stella Mris dikembalikan kepada para Suster Societas Jesus-
Maria-Josef (JMJ). Untuk mendorong terelisasinya pengembalian ini,
dibentuk suatu komisi. Banyak kendala dihadapi dalam pengurusan ini,
Mr. Teng Tjin Leng dan Moeder Theopille terus berjuang dengan gigih,
akhirnya pemerinta NIT menyetujui pengembalian Xxxx M kepada para
Suster JMJ.
Masa Pembenahan dan Pengembangan (1948 – kini)
Tidak lama setelah penmgembalian kepada sang pemilik, Xxxx M harus
berbenah diri. Pada 1948 dr. J.L Makalew diangkat menjadi direktur.
Pada masa ini para dokter asing telah kembali ke negeri mereka. Xxxx M
kemudian menadatangkan dokter dokter dari pulau jawa. Hingga akhir
tahun 60-an jumlah dokter ahli masih kurang namun terus dilakukan upaya
perbaikan..
Dari perjalanan panjang sejak diresmikan pada tanggal 22 September
1939, RS. Stella Maris (Unit Karya Yayasan Ratna Miriam) hadir sebagai
salah satu provider pelayanan kesehatan terkemuka di Kota Mm dengan
berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat secara berkesinambungan sebagaimana
visi dan misi yang telah ditetapkan.
Visi RS. Stella Maris
"Menjadi Rumah Sakit Terbaik di Sulawesi Selatan Khususnya Dalam Bidang
Keperawatan, Dengan Semangat Cinta Kasih KRISTUS Kepada Sesama"
5
3. Pelayanan kesehatan dengan standar kedokteran yang mutakhir dan
komprehensif.
4. Peningkatan kesejahteraan karyawan dan kinerjanya.
6
k. A l a m a t : Jl. Somba Opu No. 273,
Kelurahan Losari, Kecamatan
Ujung Pandang, Kota Mm, Sul-Sel
l. Telepon : (0411) 854341, 871391, 873346
Faksimile : (0411) 859545
Website : http://www.rsstellamaris.com
E-mail : - info@rsstellamaris.com
- stellamarismks@yahoo.co.id
m. Luas Tanah & Bangunan : Luas Tanah : 1,99537 ha
Luas Bangunan : 14.658 m2
n. Kapasitas Tempat Tidur : 216 Tempat Tidur
(Termasuk ICU/ICCU = 28 TT)
o. Direktur : dr. Thomas Soharto, MMR
2. Jenis pelayanan RS
a. Pelayanan Rawat Jalan
1) Poliklinik Umum
2) Poliklinik Spesialis & Subspesialis : Poli Interna, Sub-Spesialis
KGH, Sub-Spesialis KEMD, Jantung, Anak, Bedah, Sub-Spesialis
Bedah Onkologi, THT, Obgyn, Syaraf, Mata, Kulit & Kelamin,
Jiwa, Gigi & Mulut.
b. Pelayanan Gawat Darurat :
1) IGD Bedah
2) IGD Non Bedah
7
d. Instalasi Laboratorium, melayani pemeriksaan diagnostik : Kimia
Darah, Gula Darah, Hematologi, Serologi, Bakteriologi, Liquor,
Transudat/Exudat, Urine, Tinja, Analisa Gas Darah.
e. Instalasi Radiologi, melayani pemeriksaan diagnostik : Computerized
Radiography (Foto dengan / tanpa bahan kontras), CT-Scan, dan USG.
f. Instalasi Farmasi menyediakan pelayanan Obat Generik dan Obat Paten
selama 24 Jam.
g. Instalasi Fisioterapi menyediakan pelayanan : Exercise Therapi, Electro
Therapi, Diathermi / UKG, Ultrasonic, Interferensi, Traksi Servical,
Traksi Lumbal, Aktinotherapi (Infra Red Rays), Pembuatan Alat Bantu
(Polar Care).
h. Pelayanan Penunjang Khusus, mencakup : Electro Encephalografi
(EEG), Electro Kardiografi (EKG), Hemodialisis, dan Exercise
Treadmill Test.
i. Pelayanan Medical Check-Up RS. Stella Maris diklasifikasikan ke
dalam beberapa paket pelayanan, diantaranya : Sederhana – A/B,
Medium – A/B, Eksekutif – A/B, Khusus.
8
B. GAMBARAN UMUM PANITIA ETIK XXXX M MM
Panitia Etik Xxxx M Mm dibentuk pada Agustus 2015, Panitia Etik
Xxxx M Mm berada langsung dibawah pimpinan Direktur Xxxx M. Panitia
Etik Xxxx M Mm memliki fungsi dan peran utama dalam penanganan dan
pengawasan masalah etik di rumah sakit.
Dalam melaksanakan tugasnya Panitia etik berkoordinasi dengan
semua pihak, baik secara internal dengan unit kerja dalam rumah sakit,
panitia dan komite lainnya, maupun koordinasi eksternal dengan organisasi
profesi serta pihak berwenang lainnya. Secara umum aktivitas Panitai Etik,
mancakup:
1. Sosialisasi kode etik di Xxxx M Mm
2. Pengawasan penerapan etik.
3. Penanganan masalah etik.
9
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, DAN TUJUAN
A. XXXX M MM
1. Visi
"Menjadi Rumah Sakit terbaik di Sulawesi Selatan, khususnya di bidang
Keperawatan dengan semangat Cinta Kasih Kristus kepada sesama."
2. Misi
a. Tetap memperhatikan pada golongan masyarakat lemah
b. Pelayanan dengan mutu keperawatan prima
c. Pelayanan kesehatan dengan standar kedokteran yang mutakhir dan
komperhensif
d. Peningkatan kesejahteraan karyawan dan kinerjanya.
3. Falsafah
Sebagai Rumah Sakit yang selalu siap memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan
masyarakat termasuk bagi mereka yang berkekurangan.
4. Tujuan
Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan
perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat termasuk bagi mereka
yang berkekurangan dan dilandasi dengan semangat cinta Kasih Kristus
kepada sesama
5. Motto
"Melayani Dengan Cinta Kasih"
10
B. PANITIA ETIK XXXX M MM
1. Visi
"Menciptakan pelayanan di lingkungan rumah sakit yang bermutu dengan
menerapkan etika."
2. Misi
a. Meningkatkan kualitas melalui penerapan etika.
b. Meningkatkan koordinasi secara internal maupun eksternal dalam
penerapan etika di Xxxx M Mm.
c. Mengawasi penerapan kode etik di rumah sakit.
3. Falsafah
Kepanitiaan yang berperan dalam pengawasan dan penerapan etika di
lingkungan kerja RS. Stella Maris Mm.
4. Tujuan
Mengawasi dan menerapkan etika dalam upaya untuk mencapai
peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit
secara berkesinambungan.
11
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
XXXX M MM
12
dan Logistik), dan Bagian Bendahara (membawahi Sub.Bagian : Tata Rekening,
Gaji, dan Pembelian).
Dengan demikian, struktur organisasi RS. Stella Maris terdiri atas 3 (tiga)
level struktural dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Level I
Direksi : Direktur, Wadir Medis, Wadir Keperawatan, Wadir Umum &
SDM, dan Wadir Keuangan & Akuntansi.
Manajemen : Sekretariat dan Electronic Data Processing (EDP)
Komite / Panitia : Komite Medis, Komite Keperawatan, Panitia
(Peningkatan & Pengendalian Mutu, Keselamatan Pasien RS, Farmasi &
Terapi, Rekam Medis, K3-RS, PPI-RS, dan Etik & Medikolegal)
2. Level II
Terdiri atas : Kepala Bidang, Kepala Instalasi, Kepala Ruang dan Kepala
Bagian.
3. Level III
Terdiri atas : Kepala Seksi dan Kepala Sub-Bagian.
Dalam proses penyelenggaraan organisasi, Direksi RS. Stella Maris Mm
harus menyusun perencanaan program berupa Rencana Strategis (5 tahun) yang
memuat sasaran dan tujuan strategis yang hendak dicapai, yang sekurang-
kurangnya memuat :
13
14
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
PANITIA ETIK XXXX M MM
BAB VI
15
URAIAN JABATAN
16
Atasan Langsung : Ketua Panitia Etik
Atasan Tak Langsung : Direktur Xxxx M Mm
Tugas Pokok :
Bertugas untuk membantu Ketua dalam mengkoordinir seluruh anggota
untuk mengawasi, mensosialisasikan dan menyelesaikan masalah etik di
Xxxx M Mm.
Uraian Tugas :
1. Mewakili fungsi dan peran Ketua dalam menyelesaikan permasalahan
etik (Jika Ketua Panitia Etik berhalangan untuk hadir).
2. Berkoordinasi langsung dengan Direksi Xxxx M Mm dalam
penyelesaian masalah etik.
Wewenang :
1. Mengambil keputusan jika telah mendapatkan delegasi dari Ketua
Panitia Etik.
2. Memberikan masukan terkait kebutuhan pelaksanaan tugas dan
koordinasi Panitia Etik Xxxx M.
3. Berkoordinasi dengan direktur dan pihak terkait lainnya dalam
pengambilan keputusan terkait hal hal etik di rumah sakit.
Wewenang :
17
1. Berkoordinasi dengan Ketua/Wakil Ketua dalam melakukan
persuratan, pencatatan dan pelaporan.
2. Berkoordinasi dengan Anggota Panitia Etik dalam penyusuanan
laporan Panitia Etik.
3. Memberikan masukan terkait kebutuhan pelaksanaan tugas dan
koordinasi Panitia Etik Xxxx M Mm.
Wewenang :
1. Berkoordinasi dengan ketua/wakil ketua dalam penyelesaian masalah
etik.
2. Berkoordinasi dengan sesame anggota tim dalam menentukan
keputusan.
3. Melakukan edukasi, memberi informasi dan pemberitahuan lainnya
kepada staf rumah sakit
18
4. Berkoordinasi dengan sekretaris dalam penyusunan laporan pelaksanaan
etik di Xxxx M Mm.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA
19
Dalam menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana telah diuraikan pada
pembahasan sebelumnya, Panitia Etik RS. Stella Maris Mm berkoordinasi dengan
berbagai unit terkait lainnya sebagaimana tergambar pada skema hubungan kerja,
sebagai berikut :
HUMAS &
MARKETING
6 2
Pihak Berwenang 1 Komite
Lainnya Keperawatan
Komite Medis
20
4. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien
- Melakukan koordinasi untuk mencapai pelayanan bermutu dan aman
melalui penerapan pelayanan beretika.
5. Organisasi Profesi
- Melakukan koordinasi terkait permasalahan etik, jika memang ditemukan
terjadi/dilakukan di Xxxx M Mm maupun Staf Xxxx M Mm.
6. Pihak Berwenang Lainnya
- Berkoordinasi dalam penyelesaian masalah etik, jika permasalahn tidak
dapat diselesaikan secara internal.
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI SDM
21
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM dalam Panitia Etik Xxxx M Mm
disusun dengan pertimbangan akan adanya pemahaman, kompetensi dan skill dari
staf tersebut untuk ditempatkan pada posisi yang ada. Adapun pola ketenagaan
dan kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) Panitia Etik RS. Stella Maris Mm
adalah sebagai berikut :
Tabel 8.1
POLA KETENAGAAN
PANITIA ETIK XXXX M MM
22
Penentuan anggota panitia etik Xxxx M dilakukan melalui rapat direksi
bersama komite medis dan komite keperawatan, yang selanjutnya
memasukkan anama beberapa calon kandidat, yang kemudian dipilih
langsung oleh pihak direksi, dengan melihat kriteria, kompetensi dan
kualifikasi dari calon anggota :
- Kemampuan pada bidang/profesi yang digeluti
- Kesediaan dan loyalitas untuk bekerja
- Kemampuan leadership dan manajemen
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
1. Orientasi Khusus
23
Orientasi khusus yang perlu diberikan untuk pimpinan dan anggota Panitia
Etik Xxxx M Mm adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada anggota
Panitia Etik agar mendapat pemahaman dasar dalam melaksanakan tugas,
menyusun kebijakan dan pengwasan, kegiatan orientasi meliputi :
Tabel 9.1
Tabel Orientasi Khsusus Panita Etik Xxxx M Mm
24
Tabel 9.2
Tabel Orientasi Kode Etik Untuk SDM Xxxx M Mm
25
Sosialisasi penerapan kode etik Panitia Etik Xxxx M
Kedokteran dan penanganan masalah 60 menit
etik Kedokteran &
26
Sosialisasi penerapan kode etik
Kebidanan dan penanganan masalah 60 menit &
etik Kebidanan
Sosialisasi Pemahaman & Tata Cara Direksi Xxxx M
Pengisian Formulir
1. Formulir Pelaporan Kejadian 60 menit
Pelanggaran Etika Profesi
2. Formulir Kajian Etika Penelitian
Kedokteran
/Keperawatan/Kesehatan
3. Formulir Kronologis Kasus
Kejadian Pelanggaran Etik
Rumah Sakit
BAB X
RAPAT
1. Rapat Rutin
27
Rapat Rutin Panitia Etik diselenggarakan pada :
Waktu : Setiap hari Sabtu Minggu ke-4
Jam : 07.30 Wita - selesai
Tempat : Ruangan Panitia Etik Xxxx M Mm
Peserta : Pimpinan Panitia Etik, Anggota Panitia Etik dan Direksi
Materi : 1. Evaluasi kinerja Panitia Etik
2. Masalah-masalah dan temuan yang terjadi dalam pelaksanaan
tugas
3. Perencanaan dan tindak lanjut peningkatan kinerja Panitia
Etik Xxxx M Mm
Kelengkapan Rapat mencakup undangan, daftar hadir, notulen rapat, dan
laporan/rekomendasi/usulan kepada Direksi RS. Stella Maris (jika ada).
2. Rapat Insidentil
Rapat Insidentil diselenggarakan pada :
Waktu : Sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal yang perlu
dibahas dan diselesaikan segera.
Jam : Sesuai undangan
Tempat : Sesuai undangan
Peserta : Pimpinan Panitia Etik, Anggota Panitia Etik dan Direksi
Materi : Sesuai dengan masalah yang perlu dibahas
Kelengkapan Rapat mencakup undangan, daftar hadir, notulen rapat, dan
laporan/rekomendasi/usulan kepada Direksi RS. Stella Maris (jika ada).
28
BAB XI
PELAPORAN
A. Laporan Harian
Laporan harian di Panitia Etik meliputi :
Laporan Temuan Masalah Etik
Laporan ini memuat tentang terjadinya masalah masalah etik di Xxxx M
Mm.
B. Laporan Bulanan
Laporan ini ditujukan sebagai dasar evaluasi kinerja pelaksanaan tugas
Panitia Etik dan dipertanggungjawabkan ke Direksi Laporan bulanan
mencakup :
1. Laporan Temuan dan Penanganan Kasus
Laporan ini merekap temuan temuan kejadian pelanggaran etik yang
terjadi di lapangan serta hasil tindak lanjut penanganan seluruh kasus
tersebut selama bulan berjalan. Laporan ini harus diselesaikan selambat-
lambatnya pada tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya.
2. Laporan Evaluasi Pelaksanaan Program Kerja
Laporan ini merupakan rekap dari register harian hasil monitoring
implementasi pelaksanaan program kerja Panitia Etik. Laporan ini harus
diselesaikan selambat-lambatnya pada tanggal 20 (dua puluh) bulan
berikutnya.
3. Laporan Rekomendasi ke Pimpinan
Laporan ini merupakan kumpulan rekomendasi yang dibuat terkait hasil
evaluasi rutin yang dilaksanakan secara rutin oleh Panitia Etik Xxxx M
Mm setiap bulan. Laporan ini harus diselesaikan selambat-lambatnya pada
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.
29
C. Laporan Tahunan
Setiap tahunnya, Panitia Etik menyusun laporan tahunan untuk
dipertanggungjawabkan kepada Direktur, yang mencakup :
1.Laporan Temuan dan Penanganan Kasus
Laporan ini merekap temuan temuan kejadian pelanggaran etik yang
terjadi di lapangan serta hasil tindak lanjut penanganan seluruh kasus
tersebut selama satu tahun. Laporan ini harus diselesaikan selambat-
lambatnya pada tanggal 20 (dua puluh) Januari Tahun berikutnya.
2. Laporan Evaluasi Pelaksanaan Program Kerja
Laporan ini merupakan rekap dari register harian hasil monitoring
implementasi pelaksanaan program kerja Panitia Etik. Laporan ini harus
diselesaikan selambat-lambatnya 20 (dua puluh) Januari Tahun berikutnya.
3. Laporan Rekomendasi ke Pimpinan
Laporan ini merupakan kumpulan rekomendasi yang dibuat terkait hasil
evaluasi rutin yang dilaksanakan secara rutin oleh Panitia Etik Xxxx M
Mm setiap bulan. Laporan ini harus diselesaikan selambat-lambatnya pada
tanggal 15 (lima belas) Januari Tahun berikutnya.
30