TUGAS AKHIR
MUHAMMAD ABDURRAHMAN
1315020014
TEKNIK LISTRIK
2019
PEMOGRAMAN SCADA UNTUK PENGENDALI DAN PEMONITOR
MODUL LATIH SENSOR ANALOG
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma Tiga
MUHAMMAD ABDURRAHMAN
1315020014
TEKNIK LISTRIK
2019
i
HALAMAN PERNYTAAN ORISINALITAS
Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar.
NIM : 1315020014
Tanda Tangan :
Tanggal :
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
NIM : 1315020014
Judul Tugas Akhir : Exexution dan Monitoring SCADA pada Modulatih Sensor
Analog
Telah diuji oleh tim penguji dalam Sidang Tugas Akhir pada (Isi Hari dan
Tanggal) dan dinyatakan LULUS.
Pembinbing 1 :
Pembimbing 2 :
Depok,…………………
Disahkan Oleh
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas
Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Diploma Tiga/Sarjana Terapan/Magister Terapan* Politeknik.
Depok , ……………..
Muhammad Abdurrahman
iv
ABSTRAK
SCADA (kependekan dari Supervisory Control And Data Acquisition) adalah
sistem kendali industri berbasis komputer yang dipakai untuk pengontrolan suatu
proses, seperti: proses industri: manufaktur, pabrik, produksi, generator tenaga
listrik. Monitoring menggunakan SCADA dapat mempermudah teknisi dalam
memantau kerja dari suatu proses. Pada modul latih sensor analog ini SCADA
digunakan untuk mengendalikan sistem kerja dari modul latih sensor analog
tersebut. SCADA pada modul latih sensor analog ini juga digunakan untuk
memonitoring kerja dari modul latih sensor analog. Untuk merancang animasinya
digunakan software Vijeo Citect. Sebagai alat komunikasinya digunakan port
RS485 yang terhubung pada PLC dan disambungkan dengan komputer/laptop.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan Desain Gambar dan Konfigurasi SCADA Vijeo
Cilect ini adalah :
a. Studi Literatur
Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan
penelitian.Studi literatur dilakukan dengan tujuan mencari bahan-bahan
rujukan dan panduan detail mengenai langkah pengerjaan sistem yang akan di
buat.
Pada studi ini kegiatannya meliputi penelaahan text book, diktat, internet
browsing dan lain sebagainya. Hasil dari studi literal ini yaitu untuk
menentukan spesiiikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang akan
digunakan pada sistem yang akan dibuat.
b. Bimbingan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga
individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal.
Pada metode ini, dilakukan konsultasi kepada dosen pembimbing ataupun
sumber lainnya sehingga diharapkan dapat memberikan solusi dalam
memecahkan masalah yang dihadapi selama realisasi sistem.
c. Rancang bangun sistem
Rancang bangun sistem adalah merupakan kegiatan menerjemahkan hasil
analisa ke dalam bentuk paket perangkat lunak kemudian menciptakan sistem
tersebut ataupun memperbaiki sistem yang sudah ada.
Pada tahap ini dilakukan perancangan sistem mulai dari menggambar
sistem yang diinginkan, menentukan spaifikasi alat yang digunakan, dan cara
kerja alat. Setelah tahap perancangan selesai, dilakukan pembuatan sistem
mulai dari pembelian komponen, penginstalan sistem, sampai pemrograman
sistem.
d. Pengujian dan analisa sistem
Pengujian dan analisa sistem adalah suatu metode pengembangan untuk
menganalisa sistem yang ada ke arah pengembangan spesifikasi sistem yang
baru dengan memastikan apakah semua fungsi sistem bekerja dengan baik,
dan mencari kesalahan yang mungkin terjadi pada sistem.
· RS 232
· Private Network (LAN/RS-485)
· Internet
· Wireless Communication systems
Ø Wireless LAN
Ø GSM Network
Ø Radio modems
4. Central Houst Computer
Central host computer atau biasa disebut juga dengan master station
adalah komputer pusat yang terdiri dari satu komputer server atau lebih, yang
memberikan hubungan antara operator dengan mesin (Human Machine
Interface) pada sistem SCADA. Central Host Computer memproses informasi
yang diterima dan dikirim dari atau RTU dan PLC dan menyampaikan kepada
operator dalam bentuk teks, gambar animasi maupun grafik.
5. Software SCADA
Aspek penting dari setiap sistem SCADA adalah software SCADA yang
digunakan pada sistemnya. Sistem dapat bekerja menjalakan fungsinya karena
ada software yang berjalan pada komputer. Komponen SCADA yang paling
terlihat jelas yaitu HMI.
2.1.3 Fungsi SCADA
Sebuah sistem SCADA memiliki 4 ( empat ) fungsi yaitu :
1. Akusisi Data
Pada kenyataannya, Anda membutuhkan pemantauan yang jauh lebih
banyak dan kompleks dari sekedar sebuah mesin yang menghasilkan sebuah
produk (seperti contoh sebelumnya). Anda mungkin membutuhkan
pemantauan terhadap ratusan hingga ribuan sensor yang tersebar di seluruh
area pabrik. Beberapa sensor digunakan untuk pengukuran terhadap masukan
(misalnya, laju air ke reservoir) dan beberapa sensor digunakan untuk
pengukuran terhadap luaran (tekanan, massa jenis, densitas dan lain
sebagainya).
Beberapa sensor bisa melakukan pengukuran kejadian secara sederhana
yang bisa dideteksi menggunakan saklar ON/OFF, masukan seperti ini disebut
.
Gambar 2. 1 Contoh Jaringan pada Sistem SCADA
3. Representasi Data
Sistem SCADA melakukan pelaporan status berbagai macam sensor (baik
analog maupun digital) melalui sebuah komputer khusus yang sudah dibuatkan
HMI-nya (Human Machine Interface) atau HCI-nya (Human Computer
Interface). Akses ke kontrol panel ini bisa dilakukan secara lokal maupun melalui
website. Bahkan saat ini sudah tersedia panel-panel kontrol yang TouchScreen.
4. Kontrol
Kita bisa melakukan penambahan kontrol ke dalam sistem SCADA melalui
HMI-nya. Bisa dilakukan otomasi kontrol atau otomasi proses, tanpa melibatkan
campur tangan manusia.
Dengan majunya teknologi dan internet saat ini, konsep SCADA diatas
berubah menjadi leblh sederhana yang disebut dengan generasi ketiga
“terdistribusi" dan memanfaatkan infrastruktur internet yang pada saat ini
umumnya sudah dibangun oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Pertamina.
Apabila ada daerah-daerah atau wilayah yang belum terpasang infrastruktur
internet, saat ini dipasaran banyak bisa kita dapatkan Wireless LAN device yang
bisa menjangkau jarak sampai dengan 40 km (tanpa repeater) dengan harga relatif
murah. Setiap Remote Area dengan sistem kontrolnya masing-masing yang sudah
dilengkapi dengan OPC (OLE for Process Control; OLE = Object Linking &
Embedding) Server, bisa memasangkan sualu Indusllial Web Sewer dengan
Teknologi XML yang kemudlan busa dengan mudah diakses dengan Web Bmusm
hlasa scpem yang kita gunakan
Vijeo Citect adalah salah satu software yang dugunakan dalam pembuatan,
pemograman, dan pengapllkasian software SCADA. Vljeo Citect dapat
diaplikasikan untuk menangani berbagai macam kasus di industri, seperti
pengolahan air limbah, produksi makanan dan minuman, pertambangan, perakitan
mobil, metal casting, transportasi, aerospace, sistem pertahanan, keamanan, dll.
Lisensi juga menentukan banyaknya tag atau point yang dapat digunakan
dalam sebuah program SCADA. Cilect 7.50 menggunakan dynamic point
licensing dimana runtime dynamic point dihitung tidak berdesakan alamat PLC,
namun berdasarkan semua tag yang ada pada SCADA. Jika jumlah runtime
dynamic point lebih besar dari jumlah yang diijinkan Iisensi. maka akan terjadi
error dan Citect akan berhenti bekerja (Shutdown).
A. B. C. D.
Vijeo Citect Explorer adalah aplikasi yang berada di tingkat teratas dari
aplikasi Vijeo Citect yang berfungsi dalam pembuatan program dan konfigurasi
sistem. Vijeo Citect Explorer digunakan untuk membuat direktori baru untuk
komponen-komponen dari software SCADA yang ingin dibuat, melakukan
backup dan restore, serta menjelajah dan mengakses komponen-komponen dari
software SCADA yang sedang dikerjakan.
Setiap project Vijeo Citect harus mempunyai suatu I/O server, Alarm,
Report & Trend Server dan display Client. Cluster harus dikonfigurasi, meskipun
hanya akan menjalankan Vijeo Citect pada satu PC. Pengaturan pada setiap server
meliputi pengaturan nama server, network addresses, mode, dan port.
2.3.5 Trends
o Periodic : suatu nilai trend akan ditampilkan terus menerus dalam interval
waktu yang ditentukan, misalnya setiap 1 detik, 10 detik, dll
o Event : suatu nilai trend akan ditampilkan jika suatu Event aktif.
o Periodic Event : suatu nilai trend akan ditampilkan terus-menerus, jika Event-
nya aktif terus.
2.3.6 Alarm Tags
Category Priority
Advanced 1
Digital 2
Analog 3
[Alarm]
Sound1 = c:\audio\AdvAlarm.wav
Sound2 = c:\audio\DigAlarm.wav
Sound3 = c:\audio\AnaAlarm.wav
2.4.1 Ethernet
Jika network sepi, barulah node itu mengirimkan paketnya. Jika pada saat
yang sama terdapat 2 node yang mengirimkan data, maka terjadi collision. Jika
terjadi collision ke 2 maka node akan mengirimkan sinyal jam ke network, dan
semua node akan berhenti mengirimkan paket data dan kcmball menunggu.
Kemudian secara random node node itu kemball menunggu dan
mengirimkan data paket yang mengalami collision dan akan dlkirimkan kembali
pada saat ada kesempatan. Kecepatan 10 Mb/sec semakin banyak node yang
terpasang demakin kemungkinan banyak kemungkinan tabrakan.
Ethemet terbagi menjadi 4 jenis berdasarkan kecepatannya :
1. 10 Mb sec, yang sering disebut sebagai Ethernet saja (standar yang
digunakan 10 base 2,10 base 5, IO base T, IO base F)
2. 100 Mb sec yang sering disebut sebagai fast Ethemet (Standar yang
digunakan 100 base fx,lOO base T, 100 base T4,IOO base Tx)
3. 1000 Mb/sec yang disebut sebagai gigabyte Ethernet (standar yang
dugunakan 1000 base x,1000 base Lx,1000 base Sx,1000 base T)
4. 10000 Mb/sec atau IO Gbyte/sec, (standar ini belum banyak di
implementasikan).
2.5.1 Thermocouple
Sensor temperature yang berupa gabungan 2 buah logam dan diantara 2
buah logam ini akan timbul tegangan (Seedbacj Voltage) yang berubah dengan
perubahan temperature.
Thermocouple Useful/General
Type Aplication Range
B 1600 – 3100 °F ( 670 – 1700 °C )
E* 200 – 1650 °F ( 95 – 900 °C )
J 200 – 1400 °F ( 96 – 760 °C )
K* 200 – 2300 °F ( 95 – 1200 °C )
N 200 – 2300 °F ( 95 – 1200 °C )
R 32 – 2700 °F ( 0 – 14600 °C )
S 32 – 2700 °F ( 0 – 14600 °C )
T 32 – 660 °F ( 0 – 350 °C )
Dari jenisnya, banyak sekali jenis thermocouple yang dapat digunakan, ini
diesesuaikan dengan kebutuhan dan harga, diantaranya :
Termokopel tipe B terdiri dari Rhodium dan platinum 30% pada sisi
positif (Thermocouple Grade) sedangkan sisi negatif negatif (Extension
Grade) platinum. Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi
output yang sama pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat
dipakai di bawah suhu 50 °C.
Termokopel tipe E terdiri dari nikel dan kromium pada sisi positif
(Thermocouple Grade) sedangkan sisi negatif negatif (Extension Grade)
nikel dan tembaga. Thermocouple ini memiliki output yang besar (68
µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada temperatur antara 0 °C
hingga +800 °C. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
Termokopel tipe J terdiri dari Besi pada sisi positif (Thermocouple
Grade) sedangkan sisi negatif negatif (Extension Grade) sekitar nikel dan
tembaga. Rentangnya terbatas (20 hingga +700 °C) membuatnya kurang
populer dibanding tipe K. thermocouple tipe J ini memiliki sensitivitas
sekitar ~52 µV/°C.
Termokopel tipe K terdiri dari; nikel dan kromoium pada sisi positif
(Thermocouple Grade) sedangkan sisi negatif negatif (Extension Grade)
terdiri dari nikel dan alumunium. Thermocouple jenis ini sering dipakai
pada tujuan umum dikarenakan cenderung lebih murah. Tersedia untuk
rentang suhu 0 °C hingga +1100 °C.
Termokopel tipe N terdiri dari nikel , 14 kromium dan 1.4 silikon pada
sisi positif (Thermocouple Grade) sedangkan sisi negatif negatif
(Extension Grade) nikel, silicon dan magnesium . Stabil dan tahanan yang
tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk pengukuran suhu
yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 °C.
Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K.
Tipe N merupakan perbaikan tipe K.
Termokopel tipe R terdiri dari Rhodium dan platinum 13% pada sisi
positif (Thermocouple Grade) dan sisi negatif negatif (Extension Grade)
Platinum. Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10
µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk
tujuan umum.
Termokopel tipe S terdiri dari Rhodium dan platinum 10% pada sisi
positif (Thermocouple Grade) dan sisi negatif negatif (Extension Grade)
nikel dan tembaga. Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas
rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai
untuk tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan
untuk standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).
Termokopel tipe T terdiri dari Tembaga dan pada sisi positif
(Thermocouple Grade) sedangkan sisi negatif negatif (Extension Grade)
Constanta. Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor
positif terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan.
Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian kawat
tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C
Terdapat banyak tipe dari digital temperature controller, salah satunya tipe
seri TK. Digital temperature controller yang digunakan pada plant modul latih
PLC analog adalah tipe seri TK4S, berikut cara menentukan informasi dari seri
TK yang dipilih :
Terdapat banyak tipe dari temperature controller, salah satunya seri TK.
Temperature Controller yang digunakan pada modul adalah seri TK4S dan data
spesifikasi mengenai TK4S dapat dilihat pada gambar 3.3
Keterangan :
1. Measured value Display Part (PV)
2. Set Value Display Part (SV)
3. Unit Display part(○C/ ○F/ %)
4. Manual Control Indicator
5. Multi SV Indicator
6. Auto Tuning Indicator
7. Alarm Output Indicator (AL1 dan AL2)
8. Control Output display part (OUT dan OUT2)
9. A/M button (Auto/Manual)
10. Mode Button (to select mode)
11. change digit
12. Change input value
Pada dasarnya prinsip kerja rotary encoder adalah saat input VCC masuk sebesar
5VDC pada IR LED (Infra Red LED), maka cahaya akan dihasilkan dan masuk
pada phototransistor. Apabila cahaya masuk pada photodiode terhalangi maka
tegangan akan maksimal dan sebaliknya, jika cahaya tidak terhalangi maka
tegangan akan 0.
Prinsip kerja LTS terdiri dari beberapa reed switch yang diletakan pada
pipa dan dilengkapi dengan magnet permanen pada pelampung yang akan
bergerak keatas dan kebawah pada sebatang pipa berdasarkan kenaikan fluida.
Prinsip kerja LTS dapat dilihat pada gambar 2.18.
Semakin keatas maka resistansi LTS akan semakin kecil dan arus akan
semakin besar sebaliknya, semakin kebawah semakin besar resistasnsi LTS dan
arus akan semakin kecil.
Modul latih ini dibuat dalam bentuk koper yang terbuat dari bahan dengan
tujuan agar tidak mudah pecah dan mempermudah dalam pemindahan dan
perbaikan wiring. Pada koper dilengkapi 2 kipas pendingin pada sisi kanan untuk
mengambil udara dingin dan sisi kiri untuk membuang udara panas yang ada
dalam modul.
1. Aplikasi Potensiometer
Pada aplikasi potensiometer menggunakan sebuah potensiometer sebesar
20 kΩ untuk membagi tegangan sebesar 10 V. Tegangan variable yangdibagi oleh
potensiometer itu adalah input analog sebesar 0-10 VDC yang akan masuk ke
analog input TM3AI4. Aplikasi potensiometer ini akan menampilkan sebuah
perhitungan tegangan dan presentase setelah menekan tombol start pada HMI,
HMI Android SCADA ataupun pada IoT, kemudian memutar potensiometer. Data
akan ditampikan pada HMI, HMI Android dan dapat dimonitoring melalui Web
yang telah dikirimkan oleh Raspberry Pi. Flowchart aplikasi potensiometer
terlihat pada Gambar 3.2
2. Aplikasi Encoder
Aplikasi kedua yaitu Encoder dimana pada plant terdapat Motor DC yang
dilengkapi sensor rotary encoder yang digunakan untuk mengukur kecepatan
Motor DC. Motor DC diatur kecepatannya oleh sebuah variable voltage dari 0-
24 VDC yang diatur oleh sebuah Potensiometer. Sensor Rotary Encoder
membutuhan supply sebesar 24 VDC dari modul dan rotary encoder memberikan
2 input pulsa kepada PLC digital yaitu input A dan B. . Input A digunakan untuk
memberikan pulse sebesar 500 pulse setiap 1 putaran kepada PLC digital.
Sementara untuk input B digunakan untuk mendeteksi apabila terjadi perubahan
arah putaran dari motor DC.
Input A dan B masing masing menjadi input %I0.6 dan %I0.7 pada PLC
Modicon M221. Dimana input %I0.6 dan %I0.7 adalah input yang diperuntukan
untuk sebuah pulse HSC (High Counter Speed). Input %I0.6 dan %I0.7 adalah
input pulse pada HSC1 apabila menggunakan 2 mode input pulse yaitu input A
dan B. Berikut ini adalah flowchart dari aplikasi sensor rotary encoder yang
membaca kecepatan motor DC
Selain merubah sinyal, TK4S juga dapat membaca berapa suhu yang
ditangkap oleh sensor lain. Pada aplikasi sensor suhu, deskripsi kerja halogen
dibatasi oleh nilai High Temperature dan Low Temperature. Sehingga membuat
cara kerja plant sensor suhu ini berbeda. Berikut ini adalah flowchart untuk
aplikasi sensor suhu.
a. Mode Auto
b. Mode Manual
a. Mode Auto
atau IoT atau Modul. Maka Pompa 1 yang berada di tanki 2 akan memompa air
dari tanki 2 ke tanki 1 hingga ketinggian 40 cm. setelah ketinggian air di tanki 1
mencapai 40 cm, maka pompa 1 akan mati, pompa 2 yang berada di tanki 1 akan
on dan memompa air dari tanki1 ke tanki 2 hingga ketinggian air di tanki 1
kurang dari 10 cm. Siklus ini berulang hingga tombol stop pada HMI atau HMI
Android atau SCADA atau IoT atau Start Pompa pada Modul ditekan. Karena
pada modul hanya terdapat satu tombol untuk aplikasi Sensor Level, maka
tekanan pertama untuk on, tekanan kedua untuk Off. Pembacaan ketinggian dan
persentase level air juga ditampilkan pada HMI, HMI Android, SCADA dan IoT
b. Mode Manual
start Pompa pada pada HMI atau HMI Android atau SCADA atau IoT atau
Modul. Tekanan pertama Pompa 1 akan on, tekanan kedua Pompa 2 on sedangkan
Pompa 1 off dan tekanan ketiga untuk mematikan Pompa. Pada saat salah satu
pompa on, jika tombol stop pada pada HMI atau HMI Android atau SCADA atau
IoT ditekan, maka pompa akan off. Pembacaan ketinggian dan persentase level air
juga ditampilkan pada HMI, HMI Android, SCADA dan IoT.
DC to DC
13 24 to 10 VDC 1 unit
Converter
14 Fan panel 220 VAC, 15x15 2 units
15 Terminal Block 12 pin 2 pcs
16 Wiring Canal 33 mm lot
17 C - Profil 33 mm 2 pcs
Besi dudukan :
18 -PLC 1 mm, 18x20 cm 1 pc
-MCB 1 mm, 10x20 cm 1 pc
19 Acrilyc modul 4 mm, 51 x 42 cm, putih 1 pc
20 ACP Box 60x42x51 cm, putih 1 unit
21 Raspberry Pi Type 3B 1 unit
22 HUB 12 VDC, 5 slots 1 unit
Type K
13 TK4S 1 Unit
Fitting halogen
14 220 V, 6A 1 Pc
stick
Lampu Halogen
15 500 W 1 Pc
Stick
33 mm
16 Wiring Canal Lot M
15 mm
17 Stop Kontak 3 Unit
18 Panel Stand alone 50x40x25 cm 1 Unit
19 Indicator Lamp 24 VDC 1 Pc
20 Selector Switch 2 pole change over 1 Pc
21 MC 1 fasa 1 Unit
OMRON MY46, 4CO, 3 Sets
220 VAC/ 28 VDC
22 Relay + Socket
ORMRON MY26 2 CO 2 sets
220 VAC/ 28 VDC
23 Supply DC 220 V to 24VDC, 1,5 A 1 Unit
24 Terminal Block 12 pin 1 Pcs
25 Router TP LINK 1 Unit
Input anaog ketiga yang digunakan yaitu sensor level. Output dari sensor
level yang akan diolah oleh PLC berupa arus 4 - 20 mA. Prinsip kerja dari sensor
level ini mengandalkan pelampung yang akan naik turun sesuai ketinggian level
air. Jika pelampung naik dan turun maka output arus akan berubah. Pada
ketinggian maksimal output-nya sebesar 20 mA dan pada ketinggian minimum
output-nya sebesar 4 mA.
Input digital yang digunakan yaitu Rotary Encoder yang diparalel dengan
Motor DC sehingga ketika Motor DC berputar, maka Rotary Encoder juga ikut
berputar. Rotary Encoder yang digunakan akan memberikan input pulse sebanyak
500 pulse kepada PLC setiap 1 putaran motor DC kemudian pulse tersebut akan
dikonversikan ke dalam bentuk rotasi permenit dalam program PLC.
Pada halaman selanjutnya bisa menamakan I/O Device yang ingin kita buat
dengan nama yang diinginkan (opsional).
Pada halaman pemilihan model dan metode komunikasi yang akan dibuat
pilih Industy standard protocols > twido/Ethernet.
Jika sudah diisi IP addres dan port yang akan digunakan lalu klik next, dan
akan keluar text boc seperti gambar di bawah lalu klik finish.
Sesudah dimasukkan items dan new element dan diisi variable tags-nya,
langkah selanjutnya adalah memasukkan new equipment pada menu equipment.
Equipment berfungsi sebagai penyimpan data equipment tags. Pada menu
equipment klik kanan pada judul program SCADA dan pilih new equipment
seperti gambar.
Setelah sudah diisi, klik oke dan tahap selanjutnya yaitu update
equipment dan menyimpannya dengan cara klik file >> Update equipment lalu
akan keluar popup untuk menyimpan equipment editor pada project atau bisa
dengan menekan hotkey Ctrl+Q.
Lalu klik ok
5. Symbol set untuk membuat simbol yang nantinya berfungsi juga sebagai
animasi lampu indicator, motor, atau animasi lainnya.
4.1. Pengujian
Setelah selesai dalam pembuatan program dan realisasi alat langkah
selanjutnya adalah menguji program SCADA yang telah dibuat untuk
melihat apakah program yang dibuat sudah sesuai oleh deskripsi kerja
pada plc.
Jika semua proses koneksi program SCADA dengan PLC telah selesai
maka dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah sudah terkoneksi
atau belum. Jika program SCADA belum terhubung dengan PLC maka
program SCADA tidak dapat dijalankan. Berikut adalah tampilan
program SCADA jika belom terhubung dengan PLC disaat running
program :
Pada gambar 4.12 adalah salah satu contoh layout progdam scada yaitu
layout temperature sensor, bisa kita lihat bahwa program SCADA sudah
dapat dijalnkan. Semua lampu indikator sudah menyala dan semua
indikator sensor suhu yang terdapat pada layout temperature sudah
berjalan dan dapat mendekteksi suhu yang sedang terdeteksi oleh sensor
pada modul latih analog.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa pembuatan Tugas Akhir ini, maka dapat dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut;
1. SCADA (Singkatan dari Supervisory Control And Data Acquisition)
adalah sistem kendali industri berbasis komputer yang dipakai untuk
pengontrolan suatu proses.
2. SCADA dapat mengendalikan dan memonitoring suatu plan atau alat
tanpa harus kontak langsung denga plan atau alatnya.
3. Konektifitas SCADA dengan PLC dapat terhubung jika alamat IP dan
alamat IO yang ter-input sama.
4. SCADA dapat mengurangi resiko kecelakaan dalam kerja.
5. Penambahan router pada plant atau alat mempermudah mahasiswa
untuk menghubungkan pc atau laptop dengan plant tanpa harus
menggunakan kabel.
6. Konektifitas SCADA dapat mengalami gangguan bila sinyal router
tidak dapat terkoneksi dengan pc atau laptop.
5.2 Saran
1. Penambahan monitoring pada sebuah plant atau alat sangat berguna
bagi mahasiswa dalam mempelajari sistem dan proses suatu sistem
kontrol.
2. SCADA dapat menjadi pembelajaran untuk mahasiswa sebagai salah
satu software pemonitoring suatu alat atau plant.
3. PC atau laptop yang digunakan untuk memonitoring plant atau alat
sebaiknya mempunyai device atau hardware penerima sinyal untuk
menangkap sinyal dari router agar menghindari terjadinya lost
connection.