Disusun Oleh :
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Penulis,
[ ]
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Mengetahui
Pembimbing Koordinator TA / KaProdi
iii
ABSTRAKSI
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya
terutama kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Tidak lupa Sholawat dan Salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW.
Penyusunan karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan pendidikan Strata I pada Universitas Mercu Buana. Adapun judul
karya tulis ini adalah:
v
mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
pembuatan karya tulis lainnya di masa mendatang.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
2.4.5 Sistem Penyelaan (Interupt) …………………… 24
2.5 Analog to Digital Converter 0804 ...…………………. 24
2.6 Schmitt Triger 74LS14 …………….………………… 28
2.7 Multiplexer Analog 4051 …………...……………….. 29
2.8 LCD (Liquid Crystal Display) ….…………………… 30
2.8.1 Konfigurasi Pin LCD ………………………….. 31
2.8.2 Pemrograman LCD ……………………………. 31
2.8.3 Memori Display LCD ......................................... 33
viii
4.1 Persiapan Alat Pengujian…………………………….. 50
4.2 Pengujian Alat …...………………………………….. 50
4.2.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller ……….. 51
4.2.2 Pengujian Rangkaian LCD …………………… 52
4.2.3 Pengujian Rangkaian Sensor Suhu …………… 53
4.2.4 Pengujian Rangkaian Sensor Tekanan ……….. 54
4.2.5 Pengujian Rangkaian Sensor Kecepatan ……… 55
4.3. Analisa Data ………………………………………... 56
4.3.1 Analisa Pengukuran Temperatur ........................ 56
4.3.2 Analisa Pengukuran Tekanan ............................ 57
4.3.3 Analisa Pengukuran Parameter Kecepatan ........ 57
4.4 Persentase Kesalahan………………………………… 58
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 3.8 Rangkaian Display .......................………………....... 46
Gambar 3.9 Diagram Alur Program Alat Kalibrasi …………….... 48
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membuat dan membahas
alat tersebut. Adapun judul karya tulis tersebut adalah:
2
Dalam hal ini penulis berusaha membuat atau merancang alat kalibrasi
medik dengan parameter suhu, tekanan udara, dan kecepatan. Adapun setiap
parameter tersebut memiliki beberapa satuan yang banyak digunakan di dalam
alat-alat medik.
BAB V PENUTUP
Berisi ringkasan penting dari bab-bab sebelumnya,
kesimpulan dari hasil pembahasan secara keseluruhan, dan
saran-saran untuk pengembangan alat tersebut di masa yang
akan datang.
BAB II
TEORI DASAR
Ide yang didapat penulis dalam memilih judul tugas akhir ini memang
banyak diilhami dari alat kalibrasi Universal Biometer Model DPM – III yang
dibuat oleh Bio-Tek Instruments, Inc dengan penambahan parameter, yaitu
kecepatan. Gambar 2.1 memperlihatkan panel depan dari Universal Biometer
dengan delapan posisi pemilihan (selector swicth). Pembacaan dengan tampilan
LCD sebuah pengatur nol (zero knob) digunakan untuk adjusment pada tekanan
atmosfir (khusus untuk tekanan udara). Sumber tekanan udara masuk melalui luler
lock sedangkan untuk probes temperatur (700 series) melalui phono plug.
6
Gambar 2.1
Universal Biometer Model DPM – III5
Untuk pengoperasian atur swicth pada posisi on, tunggu beberapa saat
selanjutnya pilih selector swicth untuk pengukuran temperatur atau tekanan.
Untuk tekanan udara atur zero knob hingga menunjukkan “000” pada tekanan
atmosphere, kemudian pilih satuan pengukuran yang dikehendaki (mmHg,
cmH2O, inH2O, kPa atau Psi). Untuk temperatur pilih satuan pengukuran
menggunakan °C atau °F. Sumber tekanan masuk pada luer lock. Untuk
melakukan peneraan temperatur dengan memasang sensor pada phono jacks,
selanjutnya bandingkan hasil pengukuran pada DPM III dengan instrumen yang
ditera.
2.2 Sensor
Sensor merupakan sebuah piranti yang amat penting dari sebuah alat ukur.
Karena piranti ini melakukan pengindraan, yaitu dengan mendeteksi perubahan
parameter fisika dan mengkonversinya ke dalam isyarat-isyarat listrik.
5
Universal Biometer Model DPM III, User’s Guide, Bio-Tek Instruments. Inc, hal 4
7
ρ1 A B ρ2
Gambar 2.2
Penggunaan sekat berongga untuk mengukur tekanan 2
F = ( ρ1 − ρ 2 ) ⋅ A …………………………………………… (2.1)
2
Curtis D. Johnson. Process Control Instrumentation Technology. Prentice Hall, 1997, hal 236.
8
tegangan (∆V) adalah linear maka antara perubahan tegangan (∆V) dengan
Amplifier
Output
Tranduser jarak
Induktor
Titik Tumpu
ρ1 Sekat ρ2
Gambar 2.3
Proses pengukuran perbedaan tekanan menggunakan sekat berongga4
Adapun sensor tekanan yang penulis gunakan dalam pembuatan alat ini
adalah MPX 5050 yang memiliki sensitivitas 90 mV/kPa yang artinya setiap
perubahan 1 kPa akan merubah tegangan sebesar 90 mV.
Seperti yang telah kita ketahui tekanan adalah gaya yang diberikan per
satuan luas. Menurut satuan internasional didefinisikan sebagai newton per
meter persegi (N/m2) satuan ini dimanai pascal (Pa), dengan demikian 1 N/m2
= 1 Pa. Dalam sistem satuan Inggris satuan tekanan yang umum digunakan
adalan pound per square inch (lb/in2), satuan ini juga sering disebut sebagai
psi. Hubungan antara satuan pascal (Pa) dengan satuan psi diberikan pada
persamaan berikut:
3
ibid.
4
ibid
9
Vcc
1
2
VS+
OUT V out
GND
LM35DZ
3
Gambar 2.4
Sensor Suhu LM 35
Selain satuan celcius dikenal juga beberapa satuan di dalam besaran suhu,
yaitu Fahrenheit (F), Kelvin (K), dan Reamur (R). Adapun hubungan antara
satuan celcius dengan yang lainnya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5
Simbol optocoupler
5
Link, Wolfgang. Pengukuran, Pengendalian, dan Pengaturan dengan PC. 1993. Gramedia,
Jakarta, hal.102
11
dimana:
L = jumlah lubang pada cakram
R = resolusi pembacaan
Tw = time window (waktu pengukuran = 0,5s)
V2
Vout
V1
- Vcc
Gambar 2.66
Simbol Operasional Amplifier
Keterangan gambar :
- Terminal masukan non inverting ( V1 )
- Terminal masukan inverting ( V2 )
- Terminal catu daya positif ( + Vcc )
- Terminal catu daya negatif ( - Vcc )
- Terminal keluaran ( Vo )
6
Fredrick. W. Hughes, Panduan Op-Amp (terj.) Jakarta 1990, hal 3
12
7
Robert. F. Coughlin & Frederick. F. Driscoll, Penguat Operasional Dan Rangkaian
Terpadu Linier ( terj. ), Jakarta ; 1992, hal 15
13
adalah dengan menempatkan sinyal masukan pada terminal tak membalik (non
inverting). Tahanan Ri dipasang pada terminal membalik (inverting),
sedangkan tahanan Rf diumpan balik ke terminal keluaran. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada gambar II.7
Rf
If
+ Vcc
Ri
Ii Vout
V1 - Vcc
Gambar 2.78
Op-Amp Sebagai Penguat Tak Membalik
Rf
Vf = I ⋅ (Rf ) = ⋅ Vi .....................................................................(2.9)
Ri
Berdasarkan gambar 2.7 di atas maka besarnya Vout (Vo) adalah
penjumlahan penurunan tegangan pada R1 dan Rf
V 0 = V 1 + Vf
Rf
Vo = Vi + ⋅ Vi atau
Ri
Rf
Vo = 1 + ⋅ Vi ……………………………………………… (2.12)
Ri
8
Ibid, hal 47.
14
Vcc
R Vout
Vin
Vcc
Gambar 2.8
Tapis Lolos Bawah
Perbedaan tegangan antara kedua masukan adalah nol, oleh karena itu
tegangan yang melintasi Kapasitor (C) sama dengan tegangan keluaran (Vout)
sebab rangkaian ini merupakan sebuah pengikut tegangan. Vin terbagi antara
Resistor (R) dan Kapasitor (C), tegangan Kapasitor sama dengan Vout adalah:
1 / jω C
Vout = × E1 ..................................................................(2.10)
R + 1 / jωC
dimana ω adalah frekuensi dari Vin dalam Radian / detik (ω = 2πf ) dan j
Vout 1
ACL = = ................................................................(2.11)
Vin 1 + jωRC
Gambar 2.99
Kurva Tanggapan Frekuensi Tapis Lolos Bawah
9
Ibid, hal 262-263
16
Gambar 2.10
Diagram Blok Mikrokontroler AT89C51
18
1 40
P1.0 VCC
2 39
P1.1 P0.0
3 38
P1.2 P0.1
4 37
P1.3 P0.2
5 36
P1.4 P0.3
6 35
P1.5 P0.4
7 34
P1.6 P0.5
8 33
P1.7 P0.6
9 32
RESET P0.7
10 31
RXD EA/VP
11 30
TXD ALE/P
12 29
INT0 PSEN
13 28
INT1 P2.7
14 27
T0 P2.6
15 26
T1 P2.5
16 25
WR P2.4
17 24
RD P2.3
18 23
Xtal 2 P2.2
19 22
Xtal 1 P2.1
20 21
VSS P2.0
8951
Gambar 2.11
Mikrokontroler AT8C951
+5 V
C1 31 39
EA/VP P0.0
38
P0.1
19 37
X1 P0.2
33 pF 36
Y1 P0.3
35
CRYSTAL 18 P0.4
34
X2 P0.5
C2 33
P0.6
32
P0.7
17
RD
33 pF 16
WR
9
RESET
21
P2.0
13 22
INT1 P2.1
14 23
T0 P2.2
15 24
T1 P2.3
25
P2.4
1 26
P1.0 P2.5
2 27
P1.1 P2.6
3 28
P1.2 P2.7
4 29
P1.3 PSEN
5 30
P1.4 ALE/P
6 10
P1.5 RXD
7 11
P1.6 TXD
8 12
P1.7 INT0
8951
Gambar 2.12
Penggunaan Osilator Internal sebagai Sumber Pendetak
21
7 6 5 4 3 2 1 0
CY AC F0 RSI RSO OV - P
tidak digunakan (-). Karena setiap bit pada register ini berfungsi
untuk menunjukkan status dari hasil proses aritmatika dan logika
maka register ini disebut juga sebagai register flag.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai fungsi dari setiap bit dalam
register PSW :
memiliki jumlah bit-bit logika tinggi yang ganjil dan direset bila
sebaliknya.
b. B Register
Register B ini digunakan bersama accumulator untuk
melaksanakan opersi pengalian dan pembagian.
c. Stack Pointer
Stack pointer (SP) adalah register 8 bit yang mengandung alamat
dari data yang disimpan pada tumpukan (stack) di dalam memori.
d. Data Pointer
Data pointer (DPTR) adalah register 16 bit yang digunakan untuk
mengakses program atau data pada memori eksternal.
e. Port Register
Pada mikrokontroler AT89C51 terdapat 4 buah port register yang
berjumlah sama dengan port I/O pada mikrokontroler ini, yakni port
0, port 1, port 2 dan port 3. Port register tersebut digunakan untuk
mengakses keempat port I/O tersebut untuk melaksanakan instruksi
penulisan data atau pembacaan data pada port-port I/O tersebut.
Namun bila digunakan memori eksternal maupun fungsi khusus
seperti interupsi, port serial, maka port 0,2 dan 3 tidak dapat diakses
melalui port register tersebut.
f. Register Timer
Register timer ini terdiri dari register kontrol timer (TCON) dan
register timer mode (TMOD) yang berfungsi untuk mengontrol dan
mengatur mode operasi dari dua buah timer/counter 16 bit di dalam
mikrokontroler AT89C51.
h. Register Interupsi
Register ini terdiri dari register interrupt enable (IE) yang
berfungsi untuk mengaktifkan atau menonaktifkan suatu sinyal
interrupsi, serta register interrupt priority yang berfungsi untuk
mengontrol prioritas sinyal-sinyal interupsi.
AT89C51 memiliki sistem interrupt yang berasal dari lima sumber, dua
dari luar atau sumber eksternal melalui pin INT0 dan INT1, satu dari masing-
masing counter internal (dua buah) dan satu dari serial I/O port. Kelima sistem
Interrupt tersebut dapat diaktifkan sendiri-sendiri.
Proses pengubahan sinyal analog menjadi sinyal digital ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara atau metode antara lain :
• Succesive Aproximation (pendekatan beruntun)
• Tracking Converter (perbandingan langsung)
• Counter Comparator
• Paralel Conversion
Di pihak lain jika Vout kurang dari Vin maka keluaran positif dari
pembanding akan menunjukan bahwa MSB tetap diset dan mengeset bit D6
untuk dibandingkan lagi. Dalam beberapa desain konverter ini, pemasangan dan
pemeriksaan MSB berlangsung dalam pulsa detak yang pertama menyusul sinyal
mulai konversi. Dalam desain-desain yang lain diperlihatkan beberapa pulsa detak
untuk mereset MSB.
26
Pembanding
Vin
Mulai konversi
+
_ Kendali CLK
Selesai konversi
MSB LSB
Konverter
Register
Vout D/A
8-bit SAR
Register buffer
D7D6D5D4D3D2D1D0
Gambar 2.1310
Digram Blok ADC dengan Metode Succesive Approximation
Jika diandaikan dalam operasi A/D tersebut didapat nilai MSB yang tidak
direset, maka register SAR Sekarang akan mengandung isi 1000 0000. Pulsa
detak yang berikutnya akan memasang bit D6 dan memberikan keluaran digital
1100 000. Sehingga Vout akan melangkah pada harga 192/255 dikalikan skala
penuh. Kemudian nilai Vout dibandingkan dengan Vin untuk menguji apakah
nilai bit D6 tetap diset atau akan direset.
Dalam pulsa detak selanjutnya, secara berturut-turut bit-bit yang lain akan
diset dan diuji. Untuk rangkaian yang paling cepat, konversi akan selesai setelah
delapan pulsa detak dan keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dari
isi register. Desain rangkaian yang lebih lambat memerlukan waktu yang lebih
lama, oleh karena lebih banyak pulsa yang diperlukan guna mengeset, menguji
dan mereset setiap bit.
10
Albert Paul Malvino, Elektronika Komputer Digital (terj.) Erlangga 1993 hal 344
27
mengisikan data digital yang ekivalen ke dalam register buffer. Dengan demikian
keluaran digital akan tetap tersimpan sekalipun kita memulai siklus konversi baru.
1
f CLK = …………….........………………………………… (2.19)
1,1 ⋅ RC
1 20
CS VccREF
2 19
RD CLK-R
3 18
WR lsbDB0
4 17
CLK-IN DB1
5 16
INTR DB2
6 15
Vin(+) DB3
7 14
Vin(-) DB4
8 13
A-GND DB5
9 12
Vref/2 DB6
10 11
GND msbDB7
ADC0804
Gambar 2.14
Konfigurasi Pena ADC 0804
Jangkauan Tegangan
Resolusi ADC 0804 = ……………………. (2.20)
∑ Variasi Bit − 1
Dimana resolusi adalah nilai perubahan tegangan terkecil pada masukan
yang menyebabkan perubahan nilai data digital sebesar satu langkah pada
28
Gambar 2.15
Gangguan pada sinyal digital
Gambar 2.16
Contoh sinyal digital yang sempurna
Oleh karena itu digunakan IC Schmit Triger 74LS14 pada sistem ini yang
terdiri dari enam buah inverter pemicu Schmitt dalam satu kemasan seperti terlihat
pada gambar di bawah ini.
29
Gambar 2.17
Konfigurasi Penyemat IC 74LS14
1 16
X4 VCC
2 15
X6 X2
3 14
X X1
4 13
X7 X0
5 12
X5 X3
6 11
INH A
7 10
VEE B
8 9
GND C
4051
Gambar 2.18
Konfigurasi Penyemat IC 4051
30
LCD pertama ditemukan oleh Friedrich Reinitzer, seorang ahli botani dari
Austria, pada tahun 1888. Pada saat itu ia melelehkan suatu zat yang msih belum
umum saat itu, cholesteryl benzoate, yang menjadi keruh kemudian bening ketika
temperatur naik. Ketika proses pendinginan, cholesteryl benzoate menjadi
berwarna biru sebelum akhirnya mengkristal.
Gambar 2.19
Konfigurasi Penyemat LCD
Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW. Melalui
ketiga pin ini LCD akan membedakan mana instruksi untuk inisialisasi dan
mana instruksi untuk menampilkan karakter. Beberapa perintah dasar yang
sering digunakan untuk inisialisasi LCD adalah sebagai berikut:
a) Set Fungsi
Instruksi ini berfungsi untuk mengatur lebar data, jumlah baris dan ukuran
font karakter
b) EntryMode Set
Instruksi ini berfungsi untuk mengatur increment atau decrement dan
mode geser
d) Clear Display
Instruksi ini digunakan untuk menghapus layar
00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 0A 0B 0C 0D 0E 0F
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 4A 4B 4C 4D 4E 4F
Untuk mengatur letak posisi kursor pada LCD kita harus menuliskan
sebuah instruksi. Instruksi set posisi kursor adalah 80h. untuk itu kita perlu
menambhakan alamat dimana kita akan menempatkan posisi kursor. Sebagai
contoh jika kita ingin menempatkan kursor pada baris pertama kolom ketiga
atau alamat 02h maka instruksi yang dikirimkan adalah 80h + 04h = 84h.
Sehingga dengan mengirimkan perintah 84h, kursor akan ditempatkan pada
LCD baris pertama kolom ketiga.
BAB III
PERANCANGAN ALAT
Tekanan Udara
Jangkauan : 0 kPa sampai + 50 kPa
Sensitifitas : 90 mV / kPa
Temperatur
Jangkauan : 0 oC sampai 100 oC
Sensitifitas : 10 mV / oC
35
Kecepatan
Jangkauan : 0 – 9990 RPM
Resolusi :10
RANGKAIAN
SENSOR
TEKANAN
RANGKAIAN SENSOR
SENSOR SUHU KECEPATAN
Gambar 3.1
Diagram Blok Rancangan Instrumen Kalibrasi
Tekanan Udara, Temperatur, dan Kecepatan Putaran
36
Adapun prinsip kerja dari ketiga rangkaian blok besar ini adalah.
+5 V +5 V
7
U1 U1
2 R1 R2 3
VS+
OUT
6
GND
100 K 100 K
2 VR2
10 K
LM35DZ(3) LF356
3
4
1
5
C1 C2
10 10 -5 V +5 V
Multiplexer
VR1
10 K R5
10 K
R4
10 K
R3
10 K
Gambar 3.2
Rancangan Rangkaian Sensor Temperatur (0C)
R4
ACL = 1 +
R3
10ΚΩ
ACL= 1 + =1+1 =2
10ΚΩ
470Ω 1 470Ω
1= ⋅2 ==> =
VR2 + 470Ω 2 VR2 + 470Ω
470Ω ⋅ 2
VR2 + 470Ω = ==> VR2 + 470Ω = 940Ω
1
VR2 = 940Ω - 470 Ω ==> VR2 = 470Ω (untuk Vout ½ dariVin)
39
+5 V
+5 V
7
U2
7
R6 R7 3 U3
Sen sor
1 00 K 1 00 K 6 3
2 6
2 VR6
C4 C5 LF35 6 25 K
1 uF 1 uF LF3 56
4
1
4
1
-5 V +5 V
-5 V Multip lexer
+5 V
R10
VR4 10 K
10 K VR5
10 K
R9
R8 1K
10 K
Gambar 3.3
Rancangan Rangkaian Sensor Tekanan (kPa)
R
VOUT = F + 1VIN
R IN
2
VOUT = + 1VIN
10
VOUT = 1, 2 ⋅ VIN
VOUT = 1, 2 ⋅ 90mV
VOUT = 108mV
VOUT R10
=
VIN R10 + VR6
VOUT 10kΩ
=
VIN 10kΩ + VR6
1 10kΩ
=
10,8 10kΩ + VR6
VR6 = 98kΩ
VR6 ≈ 100kΩ
Penyertaan rangkaian tapis lolos bawah pada rangkaian sensor tekanan ini
diharapkan agar frekuensi-frekuensi yang menginterfensi rangkaian di atas fc
(cut off) dapat ditekan semaksimal mungkin. Pada modul yang dibuat kita
menghendaki meredam seluruh frekuensi yang lewat, sehingga memerlukan fc
41
yang kecil. Diharapkan pula agar sinyal tetap terjaga dengan baik, tidak
terpengaruh akibat pembebanan.
1
1
fc = RC =
6,28 2πRC
1
C=
6, 28.R. fc
1
C=
6, 28.(100.10 3 ).1
C = 1,592.10-6 ( digunakan C yang ada dipasaran sebesar 1 µF )
Filter orde dua dengan dua buah resistor dan kapasitor akan membantu
frekuensi pancung semakin mendekati ideal.
L = f ( R, Tw)
42
Dimana:
L = jumlah lubang pada cakram
R = resolusi pembacaan
Tw = time window (waktu pengukuran = 0,5s)
60
L=
R ⋅ Tw
60
L= = 12
10 ⋅ 0,5
+5 V +5 V
R10 R11
330 330
U3A
U6
1 2
Port 3.4
74LS14
Optocoupler
Gambar 3.4
Rangkaian Sensor Kecepatan Putaran
+5 V
+5 V R2
R1 Rref R3
20
To Mikrokontroler Rref Rref
18 9
VccREF
lsbDB0 Vref/2
17
DB1
16
DB2
15 6
DB3 Vin(+) Input
14
DB4
13
DB5
12 C1
DB6 R4
11 19
msbDB7 CLK-R
10 K
5 150 pF
INTR
4
CLK-IN
3
A- GND
WR
1
CS
2 7
RD Vin(-)
U4
ADC0804 8
Gambar 3.5
Sesuai dengan karakteristik ADC 0804 yang penulis telah terangkan pada
bab II, maka tegangan referensi ADC 0804 mengacu pada persamaan dibawah:
1
f CLK =
1,1 ⋅ RC
1
f CLK =
1,1 ⋅ 10k ⋅ 150 pF
f CLK = 606kHz
44
LCD
+5 V U1
C1 31 39
EA/VP P0.0
38
P0.1
19 37
X1 P0.2
33 pF 36
Y1 P0.3
+5 V 35
CRYSTAL 18 P0.4
34
X2 P0.5
C2 33
P0.6
32
P0.7
R9 17
RD
1K 33 pF 16
WR ADC
9
RESET
S2 21
P2.0
13 22
INT1 P2.1
pilih parameter 14 23
T0 P2.2
15 24
Sensor Kecepatan T1 P2.3
C12 25
P2.4
1 26
P1.0 P2.5
2 27
100 nF P1.1 P2.6
3 28
P1.2 P2.7
4 29
P1.3 PSEN Multiplexer
5 30
P1.4 ALE/P
R570 R57 R59 6 10
P1.5 RXD
330 330 330 7 11
P1.6 TXD
8 12
P1.7 INT0
87C51
+5 V
Gambar 3.6
Rangkaian Mikrokontroller
Berikut ini adalah pengalokasian jalur-jalur data P0, P1, P2, dan P3 pada
mikrokontroller seperti terlihat pada gambar diatas.
U7
3 13
ADC 0804 X X0 Sensor Suhu
14
X1 Sensor Tekanan
15
X2
12
X3
1
X4
5
X5
2
X6
4
X7
11 7
Port 3. 0 A VEE
10
Port 3. 1 B
9
Port 3. 2 C
6
INH
4051
Gambar 3.7
Rangkaian Pemilihan Sensor
Input
+5V
LCD1
Port 0
7 DB0 Vcc 2
8 DB1 R1
9 DB2 Vee 3 1K
10 DB3
11 DB4 Vss 1
12
DB5
13 DB6 Liquid Crystal Display
14 DB7
4 RS BPL 15
Port 3.6
6 EN
Port 3.7
5 R/W GND 16
Gambar 3.8
Rangkaian Display
clr RS
mov P0,#38h
setb EN
lcall tunda3
clr EN
Penulis juga menginginkan display selalu On dan tidak menampilkan kursor,
sehingga data yang dikirmkan adalah sebagai berikut:
clr RS
mov P0,#0Ch
setb EN
lcall tunda3
clr EN
clr RS
mov P0,#06h
setb EN
lcall tunda3
clr EN
ret
terjadi kerumitan hal ini dikarenakan telah adanya acuan dalam pembuatan
program yaitu dengan bantuan diagram alir tersebut.
START
INISIALISASI
Tampilkan
hasil
pengukuran
Gambar 3.9
Diagram Alur Program Alat Kalibrasi
lcall baris_1
huruf_A: mov A,#'A'
lcall write_lcd
djnz R1, huruf_A
mov R1, #0Fh
lcall baris_2
huruf_B: mov A,#'B'
lcall write_lcd
djnz R1, huruf_B
ljmp tampil_1
write_lcd: setb RS
mov P0,A
setb EN
lcall tunda
clr EN
ret
baris_1: mov p0,#80h
clr RS
setb EN
lcall tunda
clr EN
ret
baris_2: mov p0,#0C0h
clr RS
setb EN
lcall tunda
clr EN
ret
8V
time/div : 25 ms
volt/div :2V
frekuensi : 25,64 Hz
display : 120 RPM
tacho : 125 RPM
10 V
time/div : 25 ms
volt/div :2V
frekuensi : 32,27 Hz
display : 160 RPM
tacho : 158RPM
56
12 V
time/div : 25 ms
volt/div :2V
frekuensi : 38,46 Hz
display : 190 RPM
tacho : 197 RPM
14 V
time/div : 25 ms
volt/div :2V
frekuensi : 45,42 Hz
display : 220 RPM
tacho : 219 RPM
16 V
time/div : 25 ms
volt/div :2V
frekuensi : 49,99 Hz
display : 250 RPM
tacho : 245 RPM
VTP1 = 10 mV /o C . Temperatur
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan dan realisasi instrumen kalibrasi tekanan udara,
temperatur dan kecepatan, maka pada bagian penutup dari karya tulis ini penulis
dapat menarik kesimpulan antara lain :
1. Hasil realisasi pembuatan alat acuan kalibrasi suhu, tekanan udara, dan
kecepatan putaran, secara umum telah dapat berjalan sesuai dengan yang
direncanakan.
2. Adapun persentase kesalahan untuk tiap-tiap satuan pengukuran adalah
sebagai berikut:
a. Persentase kesalahan pada pengukuran tekanan : 5,3 %
b. Persentase kesalahan pada pengukuran temperatur : 1,8 %
c. Persentase kesalahan pada pengukuran kecepatan : 2,22 %
Penyimpangan-penyimpangan tersebut di atas dimungkinkan terjadi karena
penggunaan komponen-komponen yang kurang presisi, penggunaan alat ukur
yang digunakan sebagai acuan atau kurang sempurnanya perancangan alat yang
dibuat.
5.2 Saran
Implementasi dari karya ilmiah yang dibuat masih dapat dikembangkan
lebih lanjut, yaitu dengan memberikan pilihan-pilihan yang lebih banyak pada
satuan pengukuran, disesuaikan dengan parameter-parameter yang dikehendaki
oleh instrumen medik atau dapat juga dengan menambah parameter yang akan
ditera seperti kelembaban, arus, tegangan, dan lain-lain
59
DAFTAR PUSTAKA
Steeman J.P.M. 1996. Data Sheet Book 2. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Universal Biometer DPM – III. 1989. User’s Guide. Winooski: Biotek Instrumen.
Incorporation
www.mytutorialcafe.com
START
INISIALISASI
Sensor Suhu
Y Nyalakan Baca ADC Konversi satuan
indikator suhu suhu F, K, R
Sensor
Y Nyalakan Baca Konversi satuan
Kecepatan indikator kec Sensor Kec RPS -RPM
Tampilkan hasil
pengukuran
D D
+5 V U1 J77
C1 31 39
EA/VP P0.0 1
38
P0.1 2
+5 V 19 37
X1 P0.2 3
33 pF 36 +5 V C5
Y1 P0.3 4
C11 35
CRYSTAL P0.4 5
18 34
X2 P0.5 6 10 uF
C2 33 +5 V
P0.6 7 R7
100 nF 32
P0.7 8 R5 Rref R6
17
20
RD 9
S1 33 pF 16 Rref Rref
WR 10
9
RESET
reset 21 LCD 18 9
VccREF
C R8 P2.0 lsbDB0 Vref/ 2 C
13 22 17
INT1 P2.1 DB1
1K 14 23 16 U7
T0 P2.2 DB2
+5 V 15 24 15 6 3 13
T1 P2.3 DB3 Vin(+) X X0 Sensor Suhu
25 14 14
P2.4 DB4 X1 Sensor Tekanan
1 26 13 15
P1.0 P2.5 DB5 X2
2 27 12 C4 12
P1.1 P2.6 DB6 R4 X3
R9 3 28 11 19 1
P1.2 P2.7 msbDB7 CLK-R X4
1K 4 29 10 K 5
P1.3 PSEN X5
5 30 5 150 pF 2
P1.4 ALE/ P INTR X6
S2 6 10 4 4
P1.5 RXD CLK-IN X7
7 11 3
A- GND
P1.6 TXD WR
pilih parameter 8 12 1
P1.7 INT0 CS
2 7 11 7
RD Vin (-) A VEE
C12 87C51 10
U4 B
9
ADC080 4 C
8
100 nF 6
INH
4051
U3A
1 2
Sens or Kecepatan
B 74LS14 B
D100 D200 D1 D6
kmr 1 kmr 2 kamar 3 kmr 8
+5 V
A A
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6
D D
+5 V +5 V
7
U1 U2
2 R1 R2 3
VS+
OUT
6
GND
100 K 100 K
2 VR2
4
1
5
C1 C2 VR1 RPOT_2
10 10 -5 V +5 V
To ADC
RPOT_ 2 R5
10 K
R4
10 K
C R3 C
10 K
+5 V
+5 V
7
U4
R1 0 R11 3 U5
Sen sor
B 100 K 1 00 K 6 3 B
2 6
2 VR6
C4 C5 LF35 6
1 uF 1 uF LF356
4
1
4
1
5
VR4
-5 V +5 V VR5 25 K
To ADC
-5 V +5 V
R1 4
22 K
10 K
10 K
R13
R12 1K
10 K
A A
1 2 3 4 5 6
DPM-III Universal
Biometer
OVERVIEW
• Pressure Ranges
-698 to 776 mmHg (±1% of
The Universal Biometer provides
reading)
pressure and temperature
-949 to 1055 cmH2O (±1% of
measurements. It is a unique test
reading)
instrument able to measure pneumatic
-374 to 415 in. H2O (±1% of
or hydraulic pressures (both positive or
reading)
negative) in a variety of ranges
-93 to 103 kPa (±1% of
including: millimeters of mercury,
reading)
centimeters of water, inches of water,
-13.5 to 15 psi (±1% of
kilopascals, and pounds per square
reading)
inch. We've also added the ability to
-13.5 to 100 psi (±2% of
measure temperature in degrees
reading)
Centigrade and Fahrenheit accurately
• Over Pressure 150 psi
and fast.
• Temperature Range
0 to 50oC (32 to 122oF ± 1.5oC
Some possible applications:
or ±1 LSD, whichever is
greater)
Pressure:
• Resolution 0.1oC/oF
clear_LCD: clr RS
mov P0,#01h
setb EN
lcall tunda3
clr EN
ret
write_lcd: setb RS
mov P0,A
setb EN
lcall tunda3
clr EN
ret
Page 6
piece of software rev7
angka_suhu2: mov p0,#8Ah
clr RS
setb EN
lcall tunda3
clr EN
ret
baris_suhu3: mov p0,#0C0h
clr RS
setb EN
lcall tunda3
clr EN
ret
angka_suhu3: mov p0,#0C3h
clr RS
setb EN
lcall tunda3
clr EN
ret
baris_suhu4: mov p0,#0C7h
clr RS
setb EN
lcall tunda3
clr EN
ret
Page 10
piece of software rev7
tunda4: mov 20h,#5d ;program tunda 4
delay4: mov 21h,#8d
lagi4: djnz 21h,lagi4
djnz 20h,delay4
ret
;========================== Kecepatan ===============================
loncat2: ljmp baca
start_kec: MOV TMOD,#00010101B ; set mode timer 1 = timer 16 bit, timer
0 = counter 16 bit
MOV IE,#88H ;Timer1 interrupt
MOV SLOT,#0
MOV A,#'0' ;Angka '0'
MOV Angka,A
MOV Angka+1,A
MOV Angka+2,A
MOV Angka+3,A
CLR TR0
MOV TH0,#0 ;counter1 = 0
MOV TL0,#0
SETB TR0 ;buka counter1
CLR TR1
MOV TH1,#HIGH -50000
MOV TL1,#LOW -50000
CLR TF1
SETB TR1
ScanDisplay: lcall tampil_3
JNB P3.3, loncat2
SJMP ScanDisplay ;Ulangi Scan
;******************************************************
Timer1_ISR:
PUSH ACC
PUSH PSW
PUSH 0
CLR TR1
MOV TH1,#HIGH -50000
MOV TL1,#LOW -50000
CLR TF1
SETB TR1
INC slot
MOV A,slot
CJNE A,#window,end_ISR
MOV slot,#0
CLR EA
CLR TR0
MOV pulsa,TL0
MOV pulsa+1,TH0
MOV TL0,#0
MOV TH0,#0
CLR TF0
SETB TR0
ACALL calculate_speed ;4-digit speed to LCD_buffer
SETB EA
end_ISR:
POP 0
POP PSW
POP ACC
RETI
;*****************************************
calculate_speed:
PUSH 0
MOV HasilBagi,Pulsa
MOV HasilBagi+1,Pulsa+1
MOV HasilBagi+2,#0
MOV Pembagi,#10
MOV Pembagi+1,#0
MOV Pembagi+2,#0
MOV index,#Angka+1 ;puluhan
Page 11
piece of software rev7
MOV Loop,#3
NextDigit: MOV Operand,HasilBagi
MOV Operand+1,HasilBagi+1
MOV Operand+2,HasilBagi+2
ACALL Pembagian
ORL sisabagi,#30h ;string
MOV R0,index
MOV @R0,sisabagi
INC index ;index
DJNZ Loop,NextDigit
POP 0
RET
;*****************************************
;***** Multi Byte Arithmatic routine *****
;*****************************************
SizeX EQU 3 ;16-bit
DSEG
Operand: DS SizeX
Pembagi: DS SizeX
HasilBagi: DS SizeX
SisaBagi: DS SizeX
Pengali: DS SizeX
HasilKali: DS 2*SizeX+1
LoopX: DS 4
;****** Multi Byte divider ***************
;Operand/pembagi = HasilBagi*Pembagi + SisaBagi
;*****************************************
CSEG
Pembagian: PUSH 00
PUSH 01
MOV R0,#HasilBagi
ACALL HapusNilai
MOV R0,#SisaBagi
ACALL HapusNilai
MOV LoopX+1,#SizeX*8
LoopPembagian: CLR C
MOV R0,#Operand
ACALL GeserKiri1X
MOV R0,#SisaBagi
ACALL GeserKiri1X
MOV R0,#SisaBagi
MOV R1,#Pembagi
ACALL Perbandingan
JC JanganDikurangi
MOV R0,#SisaBagi
MOV R1,#Pembagi
ACALL Pengurangan
JanganDikurangi: CPL C
MOV R0,#HasilBagi
ACALL GeserKiri1X
DJNZ LoopX+1,LoopPembagian
POP 01
POP 00
RET
GeserKiri1X: MOV LoopX,#SizeX
LeftShift: MOV A,@R0
RLC A
MOV @R0,A
INC R0
DJNZ LoopX,LeftShift
RET
;****** Multi Byte Multiplier ************
;Operand*Pengali = HasilKali
;*****************************************
Perkalian: PUSH 00
PUSH 01
MOV R0,#HasilKali
ACALL HapusNilai
MOV LoopX+1,#SizeX*8
Page 12
piece of software rev7
LoopPerkalian: CLR C
MOV R0,#Pengali+SizeX-1
MOV LoopX,#SizeX
GeserKanan_: MOV A,@R0
RRC A
MOV @R0,A
DEC R0
DJNZ LoopX,GeserKanan_
JNC JanganDitambah
MOV R0,#HasilKali
MOV R1,#Operand
ACALL Penambahan
JanganDitambah: CLR C
MOV R0,#Operand
ACALL GeserKiri1X
DJNZ LoopX+1,LoopPerkalian
POP 01
POP 00
RET
;********** Multi Byte Adder *************
; @R0 = @R0 + @R1
;*****************************************
Penambahan: CLR C
MOV LoopX,#SizeX
LoopPenambahan: MOV A,@R0
ADDC A,@R1
MOV @R0,A
INC R0
INC R1
DJNZ LoopX,LoopPenambahan
RET
;******** Multi Byte Comparator **********
;@R0 banding @R1, jika carry flag = 0 berarti sama
;*****************************************
Perbandingan: CLR C
MOV LoopX,#SizeX
LoopPerbandingan: MOV A,@R0
SUBB A,@R1
INC R1
INC R0
DJNZ LoopX,LoopPerbandingan
RET
;******** Multi Byte Substractor *********
; @R0 = @R0 - @R1
;*****************************************
Pengurangan: CLR C
MOV LoopX,#SizeX
LoopPengurangan: MOV A,@R0
SUBB A,@R1
MOV @R0,A
INC R0
INC R1
DJNZ LoopX,LoopPengurangan
RET
;********** Multi Byte Eraser ************
;@R0 = 0
;*****************************************
HapusNilai: MOV LoopX,#SizeX
CLR A
LoopHapus: MOV @R0,A
INC R0
DJNZ LoopX,LoopHapus
RET
;********** Multi Byte Copier ************
;@R1 = @R0
;*****************************************
Copy_: MOV LoopX,#SizeX
LoopCopy: MOV A,@R0
MOV @R1,A
Page 13
piece of software rev7
INC R0
INC R1
DJNZ LoopX,LoopCopy
RET
END
Page 14