Konsep Pemikiran Penanganan Gawat Darurat Trauma (Dr. Sahat Edison Sitorus) PDF
Konsep Pemikiran Penanganan Gawat Darurat Trauma (Dr. Sahat Edison Sitorus) PDF
A. MEKANISME TRAUMA
1. Trauma Tumpul :
- ada kontak dengan permukaan tubuh dengan kemungkinan cedera dari kulit, otot,
tulang, dan viscera (rongga tengkorak, rongga dada, rongga perut dan pelvis).
2. Trauma Tajam :
- akan melukai jaringan yang dilaluinya dan menimbulkan kebocoran pada saluran
berongga seperti pembuluh darah, saluran cerna, kemih ataupun paru.
- bila tempat masuk dan keluar diketahui, alat dalam yang rusak bias langsung
diperkirakan, bila tak dijumpai tempat keluar bias diperkirakan dari tempat berhentinya
(ex : peluru pada radiologis).
- akan merusak permukaan tubuh luar dan dalam (ex : mukosa saluran napas dan paru
serta kulit tubuh)
- bagian permukaan kulit bisa begitu keras (eskar) yang akan menyebabkan gangguan
pernafasan bila berada sekitar dinding dada atau iskemia bila berada sekitar aliran
darah.
4. Luka Ledakan :
- akan menyebabkan rongga yang berisi udara (ex : telinga tengah dengan membrane
timpaninya, alveoli paru dan bila cukup kuat perforasi usus).
- disusun menurut urutan kepala, wajah, leher, dada, perut (intra, retro dan panggul),
ekstremitas dan tulang belakang.
- cedera kepala, wajah, leher dan dada berhubungan dengan gangguan AIRWAY. Cedera
leher, dada dan perut gangguan BREATHING. Cedera dada, perut dan tulang panjang
berhubungan dengan gangguan CIRCULATION. Gangguan kesadaran DISABILITY
pada keadaan gangguan ABC dihubungkan dengan hipoksia dan iskemia.
1. Airway
- gurgling atau berkumur → adanya cairan secret atau darah, snoring atau mendengkur
→ akibat lidah menutup orofaring, dan hoarsnes atau parau akibat edema laring.
2. Breathing
- sesak, megap-megap, sianosis, RR > 30/menit, gangguan pergerakan dada atau bocor
seperti open pneumotorak dengan tanda-tanda sucking chest wound, gangguan
pengembangan paru akibat kolaps atau ada cairan/darah atau memar paru, pendorongan
trakea kesisi sehat dan bendungan vena leher pada pneumotorak tension serta hipotensi.
3. Circulation
- akibat kehilangan darah dengan gangguan aliran ke kulit, otot, visera, ginjal, otak dan
jantung. Gejala timbul menurut banyaknya darah hilang baik ke permukaan luar dan
tulang panjang ataupun dalam rongga dada dan perut. 0 – 15 % atau klas I tanpa gejala,
15 – 30 % klas II takikardi > 100/menit, 30 – 40 % atau klas III tekanan Sistole da
Diastole turun tapi masih terukur, > 40 % atau klas IV tekanan S = D atau palpasi atau
tidak terukur. Gejala gangguan C adalah kulit akral dingin, gangguan kesadaran akibat
- harus dianggap hipoksia dan iskemia sebagai gangguan ABC. Dikenal sebagai sadar
penuh, respon terhadap panggilan, respon terhadap nyeri dan tidak ada respon (AVPU).
Bila ABC sudah baik penderita dengan gangguan kesadaran harus dianggap sebagai
cedera kepala terlebih dahulu yang dibuktikan dengan adanya cedera pada daerah kepala
dan sekitarnya baru dipikirkan karena alcohol atau obat bila terbukti tak ada tanda-tanda
cedera kepala biasanya dibantu dengan ukuran dan reaksi pupil.
Prioritas pertolongan pada dewasa, anak, wanita hamil adalah sama yaitu ABCs
1. Airway
- stabilisasi leher secara manual atau cervical collar yang didisain khusus, berikan O2 10 –
12 L/menit, untuk gurgling → chin lift lihat adanya cairan, darah dll di orofaring dan
suction orofaring memakai pipa kaku (semirigid), untuk snoring → chin lift dan
bersihkan saluran nafas dan pasang oral airway dengan ukuran sesuai untuk mencegah
lidah jatuh. Hoarsness atau stridor yang disebabkan edema laring bukan benda asing →
langsung airway definitive intubasi trakeal dan krikotiroidotomi. Airway definitive
dilakukan atas dua indikasi yaitu indikasi airway yang terganggu atau indikasi breathing
dimana airway bebas tapi breathing terganggu. Indikasi bias airway (dua kali suction +
oral airway tetap ngorok, inhalasi injury dengan edema laring, cedera maksiofasial
2. Breathing
- oksigen, pembebasan saluran nafas, pemasangan kasa kedap udara dengan 3 sisi
melekat satu sisi bebas pada open pneumotorak, needle torakosentesa untuk
mengembalikan mediastinum yang bergeser pada tension pneumotorak lihat apakah
trakea kembali ke garis tengah, bendungan vena leher menghilang, pemasangan chest
tube untuk mengeluarkan udara atau darah dari rongga torak untuk mengembangkan
paru dan akan terlihat sebagai air bubble yang disusul dengan undulasi yang berarti paru
– paru sudah berkembang dengan kembalinya pergerakan inspirasi dan ekspirasi. Bila
gelembung udara berlanjut ada kemungkinan pipa pernafasan bocor, bantuan ventilasi
untuk kontusio paru dengan hipoksia berat yang diperlihatkan oleh tanda – tanda
hipoksia seperti sianosis bibir, saturasi rendah dibawah 80 % atau analisa gas darah
paO2 rendah. Penilaian bahwa pernafasan berhasil adalah saluran nafas bebas, frekwensi
pernafasan kembali normal, undulasi (+), saturasi > 90 %. Bila semua ini tercapai
masuk ke Circulation.
3. Circulation
- siapkan darah sebanyak yang hilang dan cairan elektrolit hangat 3 kalinya, pasang 2 IV
line perifer pada ekstremitas yang sehat (bila 2 x gagal langsung perifer) ambillah darah
untuk pemeriksaan golongan dll, berikan masing – masing IV line 500 cc, tekan
perdarahan kulit yang terlihat, atau lakukan realignmen tulang panjang yang merupakan
sumber perdarahan akibat deformitas sekaligus menghilangkan nyeri (bila denyut nadi
menghilang → lepaskan kembali ke posisi semula), pasang kateter urine dengan
1. Airway
2. Breathing
- dianggap berhasil bila sesak nafas hilang, RR < 30/menit, mediastinum kembali ke garis
tengah pada torakosentesis untuk tension pneumotorak (trakea di tengah, distensi vena
menghilang), paru – paru dianggap berkembang saat dijumpai undulasi setelah
keluarnya gelembung udara atau darah paska pemasangan chest tube, saturasi
mendekati normal (95 – 99 % setara dengan PaO2 80 – 100 mmHg, 90 % setara 70
mmHg, dan 80 % setara 60 % mmHg) setelah ventilasi kontusio paru atau keseluruhan
tanda keberhasilan resusitasi breathing adalah RR mendekati normal, undulasi pada
pemasangan chest tube dan saturasi mendekati normal.
3. Circulation
- bila setelah pemberian cairan keadaan stabil (hangat, nadi melambat, TD naik, urine
mulai menetes sebagai gambaran bahwa perfusi jaringan mulai baik), dicari sumber
perdarahan apakah dada, perut dengan gambaran peritonitis (kembung, BU melemah,
dm positif) atau bila tidak ada → DPL yang sangat sensitive dalam menunjukkan organ
dalam yang cedera atau USG. Bila respon kontak baik maka ada 2 kemungkinan yaitu
cairan dan darah kurang → tambahkan cairan sambil cari kemungkinan non
hemorhargis, pasang EKG, lihat vena leher bila terbendung ada 2 kemungkina yaitu
4. Disability
- kesadaran diharapkan akan pulih bila resusitasi ABC berhasil atau tetap tak sadar bila
diputuskan operasi resusitasi atau ada kemungkinan cedera kepala primer.
5. Environment
- bila berhasil maka suhu tubuh akan kembali normal dan pada eksposure tanda gangguan
airway, breathing dan circulation tak dijumpai lagi.
SECONDARY SURVEY
A. Dicari kelainan anatomi (kulit, otot, tulang atau visera yang cedera).
Soal :
Pengendara motor laki – laki 20 tahun terlempar dari motornya jatuh di jalan beraspal.
Ditemukan dalam keadaan tidak sadar, ngorok, keluar darah dari mulut dan hidung.
Pertanyaan :
- organ apa yang cedera ? (kepala, wajah dan sangat mungkin leher karena tidak sadar, multiple
trauma, jejas di kepala)
Jawab :
AIRWAY
- melakukan tindakan pengamanan leher dengan manual imobilisasi, karena A masih terganggu
kecuali bebas atau sudah dibebaskan baru memakai servikal kolar, kemudian memanggil
penderita dan memberi rangsang (panggil/cubit) untuk mengetahui level penurunan kesadaran
sekaligus patensi A → penderita tidak respon (bisa alert bila pasien lebih dahulu menyapa
dokter, harus dipanggil untuk dirangsang nyeri untuk mengadakan komunikasi) terhadap
rangsang nyeri dan A mengalami gangguan. Sikap berikan oksigen 10 – 12 L/menit, chin lift →
orofaring ada darah dan lendir → hisap dengan pipa rigid, pasang oral airway untuk mencegah
lidah jatuh (ukuran tepat dari sudut mulut ke telinga). Teruskan pemberian oksigen, ternyata
ngorok kembali → lakukan hal yang sama (2 kali) bila masih tetap terganggu diputuskan untuk
BREATHING
- ditanyakan B ? RR 50/menit, berarti ada masalah B, O2 diteruskan, baju pasien dibuka dan
dilihat → ada jejas sebelah kiri berbatasan dengan perut dengan pergerakan tertinggal (bisa
pneumotorak sederhana atau tension, hematotorak, kontusio paru) dengarkan suara nafas (vbs,
hilang, menurun), perkusi (sonor, hipersonor, redup), pergeseran mediastinum (trakea bergeser,
vena leher terbendung). Apa kesimpulan saudara ? (pneumotorak simple/tension, hematotorak,
kontusio paru). Rencana resusitasi (oksigenisasi, bebaskan saluran nafas, tindakan needle
torakosentesa, chest tube, ventilasi). Sebutkan lengkap persiapan alat, pasien dan urutan
tindakan. Apa yang keluar pada tension pneumotorak, yaitu udara. Penilaian apa yang akan
dilakukan ? trakea ke tengah dan bendungan vena leher hilang, RR 30/menit → masih ada kolap
paru karena udara → pasang chest tube (persiapan alat, pasien) → keluar gelembung udara →
undulasi. Bila dijumpai SN menurun, perkusi redup → hematotorak → pasang CT → darah
keluar → undulasi. Bila SN VBS campur menurun + perkusi sonor campur redup → kontusio
paru → Sa rendah < 80 % → ventilasi. Bila sesak hilang, RR < 30/menit, undulasi (+) pada
pemasangan CT atau Sa > 90 % → resusitasi B berhasil.
CIRCULATION
- pada pemeriksaan selanjutnya akral dingin, N 140/menit, TD 90/70 → syok hemorhargis klas
III (darah hilang 1500 – 2000 cc) → siapkan darah 1500 – 2000 cc, elektrolit 3 kali lipat
dihangatkan. Berikan 2 kantung pertama elektrolit dengan IV line no 14 atau paling besar yang
mungkin pada ekstremitas yang sehat pilihan tangan baru kaki perifer 2 kali baru sentral
juguralis baru subklavia. Kontrol perdarahan terlihat, luruskan deformitas tungkai patah dengan
DISABILITY
- sebelumnya periksa D. Bila karena ABC terganggu maka pasien akan sadar kembali → bila
masih tak sadar → pikirkan cedera kepala primer dan dicari pada secondary survey yaitu pada H
to toe dijumpai jejas pada kepala atau fraktur basis kranii dan minineurologis (jadi cedera otak
bisa ditentukan secara klinis saja)
ENVIRONMENT
- cari kelainan atau jejas yang menyangkut gangguan ABC (sianosis, perdarahan sekitar mulut,
emfisema, dingin akral, darah merembes, pembengkakan tungkai). Hati – hati dengan hipotermia
selain oleh karena mekanisme trauma, ruangan dingin, cairan dan darah dingin akan
menyebabkan gangguan koagulasi, metabolic asidosis, dan aritmia kordis. Anak – anak lebih
mudah menjadi hipotermia karena permukaan tubuh relative luas, bila respon tak baik ada 2 hal
yaitu cairan dan darah kurang → tambahkan sambil cari kemungkinan non hemorhargis (kardiak
tamponade → bendungan vena leher merupakan perbedaan antara syok hemorhargis
hipovolemik dengan non hemorhargis, selain suara jantung redup) → bila ada tanda – tanda
kardiak tamponade pasang EKG untuk mendiagnosa (PEA sekaligus monitor perikardiosentesa).
Lakukan ingat landmark → keluar darah biasanya encer (bila segar dan beku serta gangguan