Anda di halaman 1dari 25

PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

II
ANALISA KINEMATIKA

Analisa kinematika dilakukan setelah analisa deskriptif selesai dikerjakan


(lihat Bab I). Analisa kinematika berhubungan dengan pengenalan dan
penggambaran ”perubahan” selama deformasi, yang ditimbulkan oleh
pergerakan sebuah benda secara keseluruhan, atau oleh pergerakan internal
di dalam benda tersebut. Apabila sebuah benda dikenai gaya sehingga lokasi
atau posisinya berubah, maka benda tersebut mengalami translasi (Gambar
2.1.a). Apabila dikenai gaya sehingga orientasinya berubah, maka benda
tersebut mengalami rotasi (Gambar 2.1.b). Apabila dikenai gaya sehingga
ukurannya berubah, maka benda tersebut mengalami dilation (Gambar 2.1.c).
Dan apabila dikenai gaya sehingga bentuknya berubah, maka benda tersebut
mengalami distorsi (Gambar 2.1.d). Total deformasi yang terjadi (D) dapat
didefinisikan sebagai kombinasi dari perubahan-perubahan tersebut di atas :

D = Translasi + Rotasi + Dilation + Distorsi (2-1)

a b
a

A. Rigid Body B. Rigid Body


Translation Rotation
f

f c
e

e d
c

a b
d

C. Original Object f c

E. Nonrigid Deformation
e d by Distortion

a b

f c

e d
D. Nonrigid Deformation
by Dilation

Gambar 2.1. Sebuah benda (C) di tengah gambar (bujursangkar abde)


terdeformasi melalui (A) translasi benda rigid, (B) rotasi benda

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 9


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

rigid, (D) dilation benda non-rigid, dan (E) distorsi benda non-
rigid (Davis dan Reynolds, 1996).
Analisa kinematika adalah rekonstruksi dari pergerakan yang terjadi selama
pembentukan dan deformasi batuan (Davis dan Reynolds, 1996). Analisa
kinematika dilakukan pada semua skala, dari submikroskopik sampai
regional. Analisa kinematika dilakukan dengan hanya memperhatikan
perubahan lokasi, orientasi, dan bentuk dan ukuran (strain), yang terjadi
pada batuan, tanpa menginterpretasikan gaya atau tekanan yang
menyebabkan perubahan-perubahan tersebut.

Dalam analisa kinematika, terdapat dua kategori reaksi dan kelakuan benda
selama deformasi, yaitu : (i) rigid dan (ii) non-rigid (Gambar 2.1). Selama
deformasi benda rigid (rigid body deformation), batuan ditranslasikan dan
dirotasikan sedemikian rupa sehingga ukuran dan bentuk awalnya tetap.
Gambar 2.1.a dan 2.1.b merupakan contoh skematik translasi dan rotasi
benda rigid, di mana pada deformasi ini tidak terdapat perubahan
konfigurasi titik-titik yang terdapat di dalam kotak abde. Selama deformasi
benda non-rigid (non-rigid body deformation), batuan mengalami perubahan
ukuran dan bentuk. Gambar 2.1.c dan 2.1.d merupakan contoh skematik
deformasi benda non-rigid (dilation dan distorsi) yang ditimbulkan oleh
perubahan konfigurasi titik-titik di dalam kotak abde.

Pada umumnya, deformasi benda rigid dan deformasi benda non-rigid


beroperasi secara bersamaan. Pergerakan sesar pada umumnya dianggap
sebagai pergerakan benda rigid, tetapi apabila sesar-sesar tersebut terletak
berdekatan (membentuk zona) pergerakannya dapat menghasilkan
deformasi benda non-rigid.

TRANSLASI

Selama translasi murni, sebuah tubuh batuan berpindah sedemikian rupa


sehingga semua titik di dalam tubuh batuan tersebut bergerak pada arah
yang sejajar dan sama panjang. Translasi terjadi pada tubuh batuan yang
rigid, misalnya pada lapisan-lapisan batuan yang saling bergeser pada
bidang perlapisan ketika mengalami perlipatan (flexural slip) dan pada
pergerakan lempeng-lempeng bumi.

Translasi benda rigid dapat diekspresikan secara tepat dan mudah dalam
hubungannya dengan vektor pergerakan (displacement vector). Dalam hal ini,
translasi digambarkan ke dalam tiga parameter (Ramsay, 1969), yaitu : (i)
jarak transport (distance of transport), dapat berkisar dari skala milimeter
sampai ratusan kilometer, (ii) arah transport (direction of transport),
diekspresikan dengan arah (trend) dan penunjaman (plunge) dari garis
pergerakan, dan (iii) polaritas transport (sense of transport). Sebagai contoh,
konsep vektor pergerakan dapat diterapkan untuk menganalisa pergerakan

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 10


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

sesar, yaitu dalam penggunaan vektor slip untuk gores-garis (slickenside).


Dengan mengetahui dua buah titik referensi yang berhimpit sebelum
pensesaran, kita dapat menentukan pergerakan relatif sebenarnya (slip) dan
juga besar total pergerakan (net slip) dari sesar tersebut.

ROTASI

Rotasi merupakan konsep yang sangat penting dan umum terjadi dalam
deformasi batuan, misalnya dalam perlipatan dan pensesaran. Rotasi
merupakan operasi benda rigid yang merubah posisi titik-titik pada suatu
benda, di mana perubahan posisi ini paling mudah digambarkan dengan
menggunakan perputaran pada sumbu-sumbu tertentu. Perubahan posisi
titik-titik ini digambarkan dengan : (i) orientasi sumbu rotasi (arah dan
penunjaman), (ii) polaritas rotasi (searah atau berlawanan arah dengan
perputaran jarum jam), dan (iii) besarnya rotasi (diukur dengan besaran
sudut dalam derajat).

STRAIN

Konsep Umum

Strain dari sebuah benda adalah perubahan ukuran dan bentuk yang dialami
oleh benda tersebut selama deformasi. Strain dapat menghasilkan dilation
(perubahan ukuran) atau distorsi (perubahan bentuk), atau kombinasi dari
keduanya. Jarak dan konfigurasi relatif titik-titik di dalam benda yang telah
mengalami strain tidak sama dengan sebelum benda tersebut mangalami
strain. Analisa strain dilakukan untuk menggambarkan perubahan ukuran
dan bentuk yang telah terjadi selama deformasi benda non-rigid, dan
menggambarkan bagaimana setiap garis telah berubah panjang dan orientasi
relatifnya.

Strain disebut sebagai homogen jika perubahan ukuran dan bentuk, untuk
setiap bagian kecil benda dan untuk benda secara keseluruhan, sama dan
sebanding (Gambar 2.2.a bagian atas). Agar kondisi homogen ini berlaku,
maka strain pada keseluruhan bagian benda haruslah bersifat sistematik dan
seragam. Pada kondisi homogen ini, sebelum dan sesudah deformasi,
permukaan planar tetap planar, garis lurus tetap lurus, dan bidang-bidang
dan garis-garis paralel tetap paralel. Strain disebut sebagai inhomogen jika
perubahan ukuran dan bentuk, untuk setiap bagian kecil benda dan untuk
benda secara keseluruhan, berbeda dan tidak sebanding (Gambar 2.2.a
bagian bawah). Pada kondisi inhomogen ini, sebelum dan sesudah deformasi,
permukaan planar menjadi lekuk, garis lurus menjadi lengkung, dan bidang-
bidang dan garis-garis paralel pada umumnya menjadi tidak parallel.

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 11


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Perbedaan antara strain homogen dan strain inhomogen * yang cukup jelas
dapat diamati pada struktur lipatan (Gambar 2.2.b).

Pada pembahasan strain di atas, strain hanya dilihat pada awal dan akhir
deformasi, tanpa memperhatikan keadaan-keadaan strain yang berkembang
di antara awal dan akhir deformasi (selama proses deformasi berlangsung).
Konsep yang membahas gerakan sebuah benda dari keadaan sebelum
terdeformasi sampai keadaan akhir deformasi adalah konsep deformasi
progresif (progressive deformation). Penggambaran urutan keadan-keadaan
strain yang dialami oleh sebuah benda selama deformasi progresif akan
menghasilkan strain path, sedangkan hasil akhir dari semua deformasi yang
telah dialami oleh sebuah benda disebut state of strain.
a. b. I

H H

Homogeneous strain

Inhomogeneous strain

Gambar 2.2. a. Jenis dan distribusi strain dalam deformasi batuan.


b. Strain pada lipatan, daerah H merupakan bagian lipatan
yang dapat dianggap mengalami strain homogen,
sedangkan daerah I merupakan bagian yang mengalami
strain inhomogen.
(Park, 1989).

Secara konvensional, strain di dalam benda-benda geologi digambarkan


dengan menggunakan strain ellipse. Strain ellipse menggambarkan distorsi
(perubahan bentuk) yang telah diakomodasi oleh benda geologi, dan
menggambarkan bagaimana bentuk lingkaran referensi imajiner berubah
sebagai hasil distorsi. Strain ellipse dapat dibedakan menjadi dua jenis : (i)
instantaneous strain ellipse, digunakan untuk menggambarkan bagaimana
sebuah lingkaran dipengaruhi oleh deformasi yang meningkat secara
bertahap, namun pada setiap tahap peningkatannya sangat kecil (ii) finite
strain ellipse, digunakan untuk menggambarkan strain total yang dialami oleh
sebuah lingkaran yang telah terdeformasi. Finite strain ellipse merupakan
hasil akhir dari deformasi, dan merupakan penjumlahan dari semua
komponen-komponen peningkatan deformasi.

*
Istilah lain yang sering digunakan untuk strain homogen dan strain inhomogen adalah deformasi
homogen dan deformasi inhomogen.

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 12


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Perubahan Panjang Garis (Linear Strain)

Terdapat dua parameter yang dapat digunakan untuk menggambarkan


perubahan pada panjang garis : (i) extension (e) dan (ii) stretch (S).

l f − lo
e= (2-2)
lo

lf
S= (2-3)
lo

di mana lo = panjang awal dan lf = panjang akhir setelah deformasi. Nilai e


positif disebut sebagai elongation dan nilai e negatif disebut sebagai shortening.
Hubungan antara extension dan stretch dapat diturunkan sebagai berikut :

l f − lo lf
e= = −1 = S −1 (2-4)
lo lo

Contoh perhitungan perubahan pada panjang garis diberikan pada Gambar


2.3. Dalam analisa tiga dimensi dan dalam kaitannya dengan strain ellipsoid
(akan dibahas pada sub-bab berikutnya) notasi e dan S ditulis sebagai en dan
Sn, di mana subskrip n menandakan bahwa e dan S diukur pada arah paralel
vektor satuan n.

lo = 5 cm
L

L' = 3 cm

lf = 8 cm

L
L' = 4.8 cm

Extension (e) = (lf - lo) / lo dimana lo = panjang semula dan lf = panjang akhir

8 cm - 5 cm
e= = 0.6
5 cm
8 cm
Stretch (s) = lf / lo = = 1.6
5 cm

Gambar 2.3. Perhitungan perubahan panjang garis


(Davis dan Reynolds, 1996).

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 13


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Shear Strain

Sebuah benda dapat berubah bentuk tanpa mengalami perubahan volume.


Perubahan bentuk digambarkan dengan perubahan sudut antara garis-garis
yang pada awalnya tegak lurus (Gambar 2.4). Perubahan sudut ini disebut
shear angle (ψ). Gambaran lengkap dari shear angle memerlukan konvensi
tanda (positif untuk perubahan sudut searah putaran jarum jam, negatif
untuk perubahan sudut berlawanan arah putaran jarum jam) dan besarnya
diekspresikan dalam satuan derajat.

Shear strain (g atau es) didefinisikan sebagai :

γ = tanψ (2-5a)

Gambar 2.4. Tensor shear strain (es) dan engineering shear strain (g) sebuah
garis.
A. Keadaan tidak terdeformasi.
B dan C. Shear strain positif.
D dan E. Shear strain negatif.
F. Tensor shear strain dan engineering shear strain sebagai fungsi
dari shear angle (ψ).
(Twiss dan Moores, 1992).

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 14


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

γ biasa disebut sebagai engineering shear strain. Dalam analisa tiga dimensi
dan dalam kaitannya dengan strain ellipsoid (akan dibahas pada sub-bab
berikutnya), kita perlu mendefinisikan besaran bernama tensor shear strain
(es) :
e s = 0.5 tanψ (2-5b)

Perbedaan antara g dan es, di mana es = 0.5ψ, disebabkan karena penggunaan


notasi tensor * dalam Persamaan 2-5b. Untuk dua segmen garis yang pada
awalnya saling tegak lurus di sepanjang arah koordinat positif (Gambar
2.4.a), jika setelah deformasi sudut antara kedua garis tersebut berkurang
maka shear strain dianggap positif (Gambar 2.4.b dan 2.4.c), jika setelah
deformasi sudut antara kedua garis tersebut bertambah maka shear strain
dianggap negatif (Gambar 2.4.d dan 2.4.e). Sebaran nilai ψ dan es adalah nol
(sebelum benda mengalami strain) sampai tak hingga (di mana ψ = 900)
(Gambar 2.4.f).

Finite Strain Ellipse

Pada sebuah elips yang merupakan hasil deformasi homogen dari sebuah
lingkaran (Gambar 2.5.a), garis-garis yang paralel terhadap arah memanjang
elips terletak pada arah di mana extension dan stretch adalah yang terbesar (e1
dan S1). Garis-garis yang paralel terhadap arah memendek elips terletak
pada arah di mana extension dan stretch adalah yang terkecil (e3 dan S3).
Garis-garis yang paralel terhadap arah memanjang dan memendek elips
terletak pada arah di mana shear angle dan shear strain sama dengan nol.

a. b. S1

S2
S3 = Minimum finite stretch
S3
S1
= Maximum
finite S3
stretch
S2

S1

Gambar 2.5. a. Sumbu-sumbu utama finite strain ellipse.


b. Sumbu-sumbu utama strain ellipsoid
(Davis dan Reynolds, 1996).

*
Pengertian yang utuh mengenai tensor dapat dijumpai pada buku-buku kalkulus lanjut seperti Boas
(1983) : Mathematical Methods in Physical Sciences dan Spiegel (1984) : Analisis Vektor. Twiss
dan Moore (1992) membahas tensor secara singkat dalam bukunya, Structural Geology, pada
halaman 145.

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 15


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Karena keunikan dari garis-garis yang paralel dan tegak lurus terhadap arah
memanjang dan memendek elips, arah-arah ini telah diberikan perhatian
khusus dalam analisa strain. Arah-arah ini disebut sebagai sumbu-sumbu
utama dari finite strain ellipse (Gambar 2.5.a). Sumbu panjang finite strain
ellipse, sumbu S1, mewakili arah dan besar finite stretch maksimum. Sumbu
pendek finite strain ellipse, sumbu S3, mewakili arah dan besar finite stretch
minimum.

Evaluasi Strain dari Garis di dalam Benda

Dalam analisa strain, kita mengevaluasi perubahan panjang dan orientasi


relatif dari semua garis di dalam benda geologi, bukan hanya garis-garis
tertentu yang paralel terhadap sumbu-sumbu utama dari finite strain ellipse.
Gambar 2.6 memperlihatkan contoh evaluasi strain dari garis L di dalam
benda yang mengalami deformasi homogen. Sebelum deformasi (Gambar
2.6.a) panjang garis L adalah 1.0 unit, sedangkan setelah deformasi (Gambar
2.6.b) panjang garis L adalah 1.1 unit. Besar stretch dan extension garis L
setelah deformasi adalah :

lf 1.11
S= = = 1.11
l0 1.0
l f − l0 1.11 − 1.0
e= = = 0.11
l0 1.0

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 16


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 2.6. Deformasi dari sebuah lapisan lempung hipotetis yang dikenai
gaya sehingga terdeformasi secara homogen. Garis L dan M
dapat digunakan untuk mamantau strain (Davis dan Reynolds,
1996).

Dalam keadaan sebelum deformasi garis L membentuk sudut θ = -500


dengan S1 (Gambar 2.6.a), sedangkan setelah deformasi garis L membentuk
sudut θd = -26.50 dengan S1 (Gambar 2.6.b). Perubahan orientasi relatif
terhadap S1 ini disebut rotasi internal.

Shear angle dari garis L dapat diukur langsung dengan terlebih dahulu
menentukan hubungannya dengan garis M, yang sebelum terdeformasi
kedua garis tersebut saling tegak lurus (Gambar 2.6.a). Setelah deformasi,
garis L dan M tidak lagi saling tegak lurus. Shear angle dari garis L adalah -
44.50 (Gambar 2.6.b), dan shear strain garis L setelah deformasi adalah :

γ = tanψ = tan (− 44.5 0 ) = −0.98

Persamaan-Persamaan Fundamental Strain

Terdapat dua persamaan fundamental yang memungkinkan penentuan


linear dan shear strain untuk setiap garis dengan berbagai orientasi di dalam

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 17


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

benda yang mengalami strain. Penentuan ini dimungkinkan jika S1, S3, dan θd
(θd adalah sudut antara garis L dengan S1, lihat Gambar 2.6) diketahui.
Parameter-parameter baru, yaitu quadratic elongation (λ) dan reciprocal
quadratic elongation λ') memainkan peranan penting di dalam persamaan-
persamaan fundamental strain. Parameter-parameter ini didefinisikan
sebagai berikut :

λ = S2 (2-6)

1 1
λ'= = (2-7)
λ S2

Perbandingan antara shear strain dan quadratic elongation (γ/λ) juga


merupakan persamaan yang penting. Persamaan ini menggambarkan
perbandingan antara perubahan sudut dan perubahan panjang yang terjadi.

Dua persamaan fundamental strain dituliskan pada dua persamaan sebagai


berikut :

λ'3 + λ1' λ'3 − λ1'


λ' = − cos 2θ d (2-8a)
2 2

yang dapat juga ditulis sebagai berikut :

1⎛ 1 1 ⎞ 1⎛ 1 1⎞
λ ' = ⎜⎜ + ⎟⎟ − ⎜⎜ − ⎟⎟ cos θ d (2-8b)
2 ⎝ λ3 λ1 ⎠ 2 ⎝ λ3 λ1 ⎠

dan

γ λ'3 − λ1'
= sin 2θ d (2-9a)
λ 2

yang dapat juga ditulis sebagai berikut :

γ 1⎛ 1 1 ⎞
= ⎜ − ⎟ sin 2θ d (2-9b)
λ 2 ⎜⎝ λ3 λ1 ⎟⎠

1 1
di mana λ1' = , λ'3 =
λ1 λ3
λ1 = quadratic elongation terbesar
λ3 = quadratic elongation terkecil

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 18


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Pada Gambar 2.6, panjang S1 adalah 1.55 unit dan panjang S3 adalah 0.65
unit sehingga :

λ1 = S12 = (1.55)2 = 2.40


λ3 = S 32 = (0.65)2 = 0.42
θ d = −26.6 0

Dengan menggunakan Persamaan 2-8b, quadratic elongation untuk garis L


dihitung sebagai berikut :

1⎛ 1 1 ⎞ 1⎛ 1 1 ⎞
λ' = ⎜ + ⎟− ⎜ − ⎟ cos 53 = 0.81
0

2 ⎝ 0.42 2.4 ⎠ 2 ⎝ 0.42 2.4 ⎠


1
λ = = 1.2
λ'
S = λ = 1.1

Dengan menggunakan Persamaan 2-9b, shear strain untuk garis L dihitung


sebagai berikut :

γ 1⎛ 1
⎟ sin (− 53 ) = −0.78
1 ⎞
= ⎜ − 0

λ 2 ⎝ 0.42 2.4 ⎠
⎛γ ⎞
γ = ⎜ ⎟λ = (− 0.78)(1.2 ) = −0.94
⎝λ ⎠
ψ = arctan(− 0.94) = −430

Diagram Strain Mohr

Otto Mohr (1882) menemukan bahwa persamaan-persamaan strain di atas


dapat diwakili secara grafis oleh sebuah lingkaran. Diagram strain lingkaran
Mohr merupakan konstruksi grafis persamaan-persamaan strain, yang
menggambarkan variasi-variasi sistematik dalam quadratic elongation dan
shear strain secara praktis dan serbaguna.

Sebagai contoh, kita akan membuat diagram Mohr untuk menggambarkan


state of strain yang sama dengan Gambar 2.6.b, di mana λ1 = 2.40 (S1 = 1.55)
dan λ3 = 0.42 (S3 = 0.65). Sebagai tambahan, digambarkan pula sebuah garis
referensi A, yang dalam keadaan terdeformasi menjadi garis Ad (Gambar
2.7.a). Selain membuat diagram Mohr, kita juga akan menentukan nilai
quadratic elongation, shear strain, dan shear angle dari garis Ad.

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 19


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

A B
1.0
A d

γ/λ
S 1
S
1 (λ', γ /λ)
.49
1 Unit θ = +15º
2θ = +30º
d

Distorted Clay Cake


0
λ' = .42 1.0 C 2.0 λ' = 2.4 3.0
1
λ' 3

.56

C λ' −λ' .
γ/λ = 3
SIN 2θ
1

2
d

1.0

A
γ/λ λ' −λ'
3 1

2
2θ d

0 λ' A' 1.0 C 2.0 3.0


1 λ'
3

λ'
Equals
λ' + λ'
1 3

2
Minus λ' −λ' .
3
COS 2θ
1

2 d

Gambar 2.7. a. Distorsi garis A menjadi garis Ad sehingga garis Ad


berorientasi 150 searah putaran jarum jam (+) dari S1 (b).
b. Diagram strain lingkaran Mohr memperlihatkan plot garis
Ad pada keseluruhan state of strain.
c. Diagram strain lingkaran Mohr memperlihatkan hubungan
geometrisnya dengan persamaan-persamaan fundamental
strain.
(Davis dan Reynolds, 1996).

Diagram strain lingkaran Mohr merupakan diagram dua dimensi yang


memiliki dua buah sumbu : sumbu x mewakili reciprocal quadratic elongation
(λ’) dan sumbu y mewakili perbandingan shear strain dengan quadratic
elongation (λ/λ3). Karena λ1 = 2.40 dan λ3 = 0.42, maka λ1’ = 0.42 dan λ3’ = 2.38.
Plot nilai λ1’ dan λ3’ pada sumbu x, kemudian buat lingkaran melalui λ1’ dan
λ3’ dengan sumbu x sebagai garis tengahnya (Gambar 2.7.b). Lingkaran ini
adalah lingkaran Mohr untuk strain. Garis lingkaran Mohr untuk strain
merupakan tempat titik-titik yang koordinatnya merupakan pasangan nilai
λ’ dan y/λ

Pasangan nilai λ’ dan λ1/λ3 untuk garis Ad terletak pada lingkaran Mohr.
Letak pasangan nilai ini pada lingkaran Mohr ditentukan melalui teknik
sebagai berikut. Pada diagram fisik (Gambar 2.7.a), garis Ad terletak 150

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 20


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

searah putaran jarum jam dari garis S1 (sudut lancip). Berdasarkan data ini,
pada lingkaran Mohr gambarkan garis radius yang memiliki sudut 2θd (300)
dengan λ1’, diukur searah putaran jarum jam. Perpotongan garis radius ini
dengan garis lingkaran Mohr merupakan pasangan nilai λ’ dan γ/λ untuk
garis Ad. Dari pasangan nilai ini didapatkan :

γ
= 0.49, λ ' = 0.56
λ
1 1
λ= = = 1.88
λ ' 0.56
⎛γ ⎞
γ = ⎜ ⎟λ = (0.49 )(1.88) = 0.88
⎝λ ⎠

Shear angle ditentukan dari :

γ = tanψ
ψ = arctan γ = arctan 0.88 = 410

Hubungan antara geometri diagram strain Mohr dengan persamaan-


persamaan fundamental strain dipaparkan pada penjelasan sebagai berikut
(Gambar 2.7.c). Persamaan fundamental strain yang pertama menyatakan
bahwa :

λ'3 + λ1' λ'3 − λ1'


λ' = − cos 2θ d (2-8a)
2 2

λ'3 + λ1'
Komponen pertama persamaan 2-8a, , merupakan nilai x dari titik
2
tengah lingkaran Mohr yang nilainya sama dengan panjang OC. Komponen
λ'3 − λ1'
kedua persamaan 2-8a, , merupakan besar radius lingkaran Mohr
2
yang nilainya sama dengan, misalnya, garis CA. Komponen ketiga
persamaan 2-8a, cos 2θ d , sama dengan CA’/CA. Subtitusikan ke persamaan
2-8a, didapatkan :

λ'3 + λ1' λ'3 − λ1' CA'


λ' = − cos 2θ d = OC − CA = OC − CA'
2 2 CA

Penurunan yang sama untuk persamaan strain yang kedua (Persamaan 2-9a) :

γ λ'3 − λ1' AA'


= sin 2θ d = CA = AA'
λ 2 CA

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 21


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Strain Ellipsoid dan Strain Tensor

Strain homogen mendeformasi sebuah bola menjadi elipsoid yang disebut


strain ellipsoid (Gambar 2.5.a). Dalam keadaan plane strain * , sebuah lingkaran
terdeformasi menjadi strain ellipse (hal ini telah dibahas sebelumnya). Stretch,
extension, dan shear strain memiliki interpretasi geometrik sederhana dalam
hubungannya dengan strain ellipsoid.

Strain ellipsoid merupakan sebuah gambaran lengkap dari state of strain pada
sebuah titik. Kita dapat menggambarkan state of strain tersebut jika kita
mengetahui extension dan dua shear strain dari tiga buah segmen garis yang
saling tegak lurus pada keadaan sebelum terdeformasi. Untuk sistem
koordinat ortogonal (X1, X2, X3), extension dari garis yang pada awalnya
memiliki panjang L1 dan paralel X1 adalah (Gambar 2.8.a) :

ΔL1
e11 = (2-10)
L1

Gambar 2.8. Komponen-komponen strain tensor digambarkan secara


geometris. A. Komponen volumetrik dari strain.
B. Komponen shear dari strain.
(Twiss dan Moores, 1992).
di mana subskrip pertama dari e11 menandakan bahwa garis tersebut pada
awalnya paralel X1, dan subskrip kedua menandakan bahwa perubahan

*
Dalam banyak bagian buku ini, kita hanya akan memandang deformasi dalam dua dimensi dan
dalam keadaan plane strain. Di dalam keadaan plane strain, strain digambarkan secara lengkap
oleh perubahan bentuk dalam sebuah bidang yang memiliki orientasi tertentu pada benda, dan
deformasi tidak terjadi pada arah normal (tegak lurus) bidang tersebut. Selain itu, dalam kondisi
plane strain, deformasi yang terjadi tidak melibatkan perubahan volume (dilation).

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 22


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

panjang juga paralel X1. Hubungan yang serupa juga didefinisikan untuk e22
dan e33.

Untuk komponen shear dari strain, garis yang pada awalnya paralel X1, X2,
dan X3, setelah deformasi menjadi paralel x1, x2, x3 (Gambar 2.8.b). Dua
komponen shear strain untuk garis paralel x1 adalah e12 dan e13, di mana :

e12 = 0.5 tanψ 12 e13 = 0.5 tanψ 13 (2-11)

Pada kedua persamaan di atas, subskrip pertama menandakan bahwa shear


strain adalah untuk garis yang pada awalnya paralel X1, dan subskrip kedua
menandakan bahwa shear strain ditentukan relatif terhadap sebuah garis
yang pada awalnya paralel X2 dan X3. Hubungan yang serupa juga
didefinisikan untuk segmen garis yang pada awalnya paralel X2 (yaitu e21
dan e23) dan paralel X3 (yaitu e31 dan e32).

Dengan demikian, terdapat sembilan komponen strain. Komponen strain


untuk setiap garis dapat ditulis pada baris terpisah dalam matriks sebagai
berikut :

⎡ e11 e12 e13 ⎤


ekl = ⎢⎢e21 e22 e23 ⎥⎥ (2-12)
⎢⎣e31 e32 e33 ⎥⎦

Principal diagonal

Komponen-komponen pada principal diagonal dalam matriks ini memiliki


subskrip yang sama dan merupakan extension (Gambar 2.8.a), sedangkan
komponen-komponen di luar principal diagonal memiliki subskrip yang
berbeda dan merupakan shear strain (Gambar 2.8.a). Matiks komponen-
komponen strain ini menggambarkan strain tensor yang memberikan
informasi yang cukup bagi kita untuk menghitung extension dan shear strain
dari sebuah segmen garis dengan orientasi tertentu.

Strain tensor bersifat simetris terhadap principal diagonal karena, misalnya,


untuk pasangan garis yang pada awalnya paralel X1 dan X2, shear angle dari
X1 terhadap X2 (ψ12) sama dengan shear angle dari X2 terhadap X1 (e21)
(Gambar 2.8.b). Karena itu :

e12 = e21 e23 = e32 e31 = e13 (2-13)

sehingga hanya terdapat enam komponen strain yang saling independen.


Dengan demikian, strain merupakan second-rank tensor.

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 23


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Dalam keadaan plane strain, kita memiliki e21 = e22 = e23 = 0, dan, dari
Persamaan 2-13, didapatkan e21 = e32 = 0. Jika semua komponen yang sama
dengan nol untuk keadaan plane strain dikeluarkan dari Persamaan 2-12,
maka plane strain tensor digambarkan dengan hanya empat komponen, tiga
diantaranya saling independen :

⎡e e13 ⎤
ekl = ⎢ 11 (2-14)
⎣e31 e33 ⎥⎦

Karena itu, untuk menggambarkan keadaan plane strain, kita hanya


membutuhkan extension dan shear strain dari dua garis yang pada awalnya
paralel X1 dan X3.

Strains dan Stretches Utama (Principal)

Para arah paralel terhadap sumbu-sumbu utama strain ellipsoid, extension dan
stretch merupakan sebuah maksimum, minimaks * , dan minimum yang
memiliki hubungan :

eˆ1 ≥ eˆ2 ≥ eˆ3 dan Sˆ1 ≥ Sˆ 2 ≥ Sˆ3 † (2-15)

Garis-garis tangen (singgung) strain ellipsoid pada titik ujung garis-garis


radius utama memiliki hubungan yang tegak lurus dengan garis-garis radius
utama tersebut (Gambar 2.9), dan hubungan tegak lurus ini hanya
didapatkan pada titik ujung garis-garis radius utama tersebut. Karena garis-
garis radius dan tangen ini juga tegak lurus sebelum deformasi, shear strain
untuk garis-garis radius tersebut harus sama dengan nol. Dengan demikian,
jika kita dapat mendesain sebuah sistem koordinat yang sumbu-sumbunya
paralel terhadap sumbu-sumbu utama strain ellipsoid, penggambaran strain
tensor akan menjadi lebih sederhana, di mana extension memiliki nilai-nilai
utama dan shear strain sama dengan nol. Pada kondisi ini, untuk strain dua
dan tiga dimensi, didapatkan :

⎡eˆ1 0 0⎤
⎡eˆ 0⎤
ekl = ⎢⎢ 0 eˆ2 0 ⎥⎥ ekl = ⎢ 1 (2-16)
⎣0 eˆ3 ⎥⎦
⎢⎣ 0 0 eˆ3 ⎥⎦

*
ê2 dan Ŝ 2 disebut sebagai minimaks karena merupakan sebuah minimum pada bidang eˆ1 − eˆ2
(atau bidang Sˆ1 − Sˆ 2 ) dan sebuah maksimum pada bidang eˆ2 − eˆ3 (atau bidang Sˆ 2 − Sˆ 3 ), di
mana bidang eˆ1 − eˆ2 dan bidang eˆ2 − eˆ3 saling tegak lurus.

Extension dan stretch utama ditandai dengan tanda sirkompleks (^) dan memiliki hanya satu
subskrip.

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 24


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Hal penting yang harus diingat adalah bahwa secara umum sumbu-sumbu
utama strain tidak paralel dengan sumbu-sumbu utama stress.

Gambar 2.9. Shear strain adalah nol untuk garis-garis yang sejajar dengan
sumbu-sumbu utama strain (Twiss dan Moores, 1992).

Perubahan Volume (Dilation) dalam Deformasi

Dalam deformasi, dilation biasanya terjadi bersamaan dengan perubahan


bentuk (distorsi). Apabila dilation tidak diperhitungkan di dalam analisa
strain, maka penentuan perbandingan sumbu-sumbu strain utama menjadi
kurang tepat. Dilation disebut juga sebagai volumetric strain, dan besaran ini
dapat digambarkan oleh dua buah parameter : volumetric stretch (Sv) dan
volumetric extension (ev) yang didefinisikan sebagai berikut :

v v − V ΔV
Sv = ev = = = Sv − 1 (2-17)
V V V

di mana V = volume benda sebelum deformasi dan v = volume benda setelah


deformasi. Sebuah balok dengan panjang sisi sebelum deformasi L1, L2, L3
dan panjang sisi setelah deformasi l1, l2, dan l3 mengalami volumetric stretch
sebesar :

l1l 2 l3
Sv =
L1 L2 L3
Sv = S1 S 2 S 3 = (e1 + 1)(e2 + 1)(e3 + 1) (2-18a)

Dalam keadaan plane strain S2 = 1 dan e2 = 0, maka didapatkan :

Sv = S1 S 3 = (e1 + 1)(e3 + 1) (2-18b)

Volumetric stretch dapat diekspresikan dalam bentuk stretch dan extension


utama sebagai berikut :

Sv = Sˆ1 Sˆ2 Sˆ3 = (eˆ1 + 1)(eˆ2 + 1)(eˆ3 + 1) (2-19a)

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 25


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Dalam keadaan plane strain S2 = 1 dan e2 = 0, maka didapatkan :

Sv = Sˆ1Sˆ3 = (eˆ1 + 1)(eˆ3 + 1) (2-19b)

Deformasi dengan volume konstan diberikan oleh persamaan-persamaan


sebagai berikut :

Sv = Sˆ1Sˆ2 Sˆ3 = 1 , untuk tiga dimensi


(2-20a)
Sv = Sˆ1Sˆ3 = 1 , untuk keadaan plane strain (2-20b)

Implikasi dari Persamaan 2-20b adalah :

1
Sˆ1 = (2-21)
Sˆ3

Tingkat-tingkat dilation yang mengiringi distorsi pada batuan dapat


divisualisasikan melalui diagram strain field (Ramsay, 1967) (Gambar 2.10).
Diagram ini menggambarkan klasifikasi struktur berdasarkan karakteristik
strain-nya.

S 3
Strating Size Field of Field of
and Shape No Strain Expansion

1.0 Field of Linier Strecthing

Field
of
Linear
Shortening Field of Compensation

Field
of Contraction

S 1

1.0

Gambar 2.10. Diagram strain field dari Ramsay (1967).

Pemelajaran dan Cara Penentuan Strain pada Batuan

Pendekatan dengan menggunakan geometri lingkaran dan elips dalam


menggambarkan keadaan strain pada batuan didasarkan pada kenyataan
bahwa struktur yang pada asalnya memiliki geometri lingkaran atau bola
cukup sering dijumpai pada tipe batuan tertentu. Contoh dari struktur ini
diantaranya : ooid pada batugamping, radiolaria dan foraminifera pada
batugamping dan rijang, dan bintik-bintik ubahan pada batu sabak. Contoh

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 26


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

lainnya, seperti cephalopods, brachiopods, dan kerikil dan kerakal pada


konglomerat, juga dapat menjadi indikator strain, walaupun struktur-
struktur ini pada awalnya tidak bulat dan telah memiliki orientasi tertentu
sebelum deformasi.

Beberapa struktur tertentu, seperti lipatan dan boudin, juga merekam


komponen-komponen strain. Sebagai contoh, sebuah lapisan kompeten yang
berada di dalam matriks inkompeten akan membentuk berbagai bentuk
struktur tergantung dari orientasi lapisan tersebut terhadap sumbu stretch
utama dan juga dari besarnya S2 (Gambar 2.11).

^ ^ ^
S2 < 1 S2 = 1 S2 >1
^
S1

^
S 1
perpendicular ^
S3 ^
to layer S2

A. B. C.

^
S1
^
S 2 ^
perpendicular S3 ^
S 2
to layer

D.

^ ^
S
S 3 1
perpendicular ^
S 3 ^
S 2
to layer

E. F.

Gambar 2.11. Struktur-struktur yang dapat berkembang pada sebuah


lapisan kompeten di dalam lapisan inkompeten (Twiss dan
Moores, 1992).

Terdapat tiga metoda untuk memecahkan permasalahan dalam


mengkuantifikasi strain. Metoda pertama adalah dengan menentukan strain
ellipsoid untuk setiap bentuk-bentuk khusus strain yang dapat dikenali (strain
markers), untuk kemudian hasilnya dijumlahkan untuk seluruh area yang
dicari. Metoda kedua adalah dengan mengestimasi total shortening dan
elongation berdasarkan evaluasi terhadap geometri lipatan dan sesar, akan
tetapi metoda ini sukar untuk diterapkan secara tiga dimensi. Metoda yang
ketiga adalah dengan mengasumsikan bahwa secara statistik strain untuk
area yang luas bersifat homogen, sehingga deformasi dari semua elemen
struktur planar dan linear pada keseluruhan area bersifat teratur dan
merefleksikan orientasi dan besar finite strain total. Metoda ketiga ini
dianggap cara yang paling efektif terutama untuk menentukan strain pada
suatu daerah yang terdeformasi kuat, dan akan dibahas secara lebih detil
pada sub-bab berikutnya.

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 27


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Deformasi Pure Shear dan Simple Shear

Selama proses distorsi, sumbu strain ellipsoid biasanya mengalami perubahan


orientasi dan dapat berotasi (Gambar 2.12.a). Rotasi sumbu strain ellipsoid
selama deformasi disebut sebagai rotasi eksternal, dan hal ini berbeda
dengan rotasi internal yang merupakan rotasi relatif garis terhadap sumbu
strain ellipsoid (Gambar 2.6).

Jika orientasi sumbu-sumbu utama strain ellipsoid berubah selama proses


deformasi, deformasi tersebut dinamakan noncoaxial strain, dan sering juga
disebut sebagai deformasi simple shear (Gambar 2.12.a). Jika orientasi sumbu-
sumbu utama strain ellipsoid tidak berubah selama proses deformasi,
deformasi tersebut dinamakan coaxial strain, dan sering juga disebut sebagai
deformasi pure shear (Gambar 2.12.b). Berdasarkan gambar 2.12 dapat dilihat
bahwa pure shear dan simple shear merupakan dua jenis (anggota) yang
khusus dari plane strain.
A B
S im p l e S h e a r P u re S h e a r
( N o n c o a x ia l S t r a i n ) ( C o a x ia l S tr a in

L M O
N

25% F l a tte r in g
S3 M S3
+ 22º S1

S1

3 0 % F l a tte r in g
+ 31º S1 S3
S3

S1

4 0 % F l a tte r in g
S1 S3
+ 45º S3

S1

Gambar 2.12. Deformasi progresif garis L dan M melalui noncoaxial strain (A)
(simple shear) dan deformasi progresif garis N dan O melalui
coaxial strain (A) (pure shear) (Davis dan Reynolds, 1996).

Dalam praktek analisa strain dari singkapan batuan, seringkali kita tidak
dapat menentukan apakah sebuah deformasi terjadi melalui mekanisme pure
shear atau simple shear. Tanpa informasi mengenai bagaimana strain
bertambah, kita hanya dapat menggambarkan finite strain total (hasil akhir
deformasi tersebut). Kunci untuk membedakan pure shear atau simple shear
terletak pada pengertian tentang bagaimana strain bertambah selama

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 28


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

deformasi progresif. Struktur seperti lipatan, boudin, foliasi, dan lineasi,


terbentuk sebagai hasil reaksi batuan terhadap deformasi yang bersifat
progresif.

Strain Homogen

Terdapat tiga kasus khusus dalam strain homogen yang dapat dikenali
berdasarkan perbandingan sumbu-sumbu utama strain ellipsoid-nya
( Sˆ1 , Sˆ 2 , Sˆ3 ). Pada umumnya, sumbu-sumbu utama ini tidak sama besar, di
mana Sˆ > Sˆ > Sˆ . Bentuk ketiga strain homogen yang dimaksud dapat
1 2 3

dilihat pada Gambar 2.13, dan dijelaskan sebagai berikut :


1. Extension pada sumbu simetri ( Sˆ1 > Sˆ2 = Sˆ3 ), di mana strain jenis ini
melibatkan elongation pada sumbu Ŝ1 dan shortening yang sama besar
pada semua arah yang tegak lurus Ŝ1 . Bentuk strain jenis ini dinamakan
prolate atau constrictional (Gambar 2.13.a).
Z

Y
X

Y
X

B
Z

Gambar 2.13. Bentuk elipsoid dalam strain homogen (Park, 1989).

2. Shortening pada sumbu simetri ( Sˆ1 = Sˆ2 > Sˆ3 ), di mana strain jenis ini
melibatkan shortening pada sumbu Ŝ 3 dan elongation yang sama besar
pada semua arah yang tegak lurus Ŝ 3 . Bentuk strain jenis ini dinamakan
oblate atau flattening (Gambar 2.13.b).

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 29


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

3. Plane strain ( Sˆ1 > Sˆ2 = 1 >= Sˆ3 ), di mana sumbu strain Ŝ 2 tidak berubah,
elongation pada arah Ŝ1 , dan shortening pada arah Ŝ 3 (Gambar 2.13.c).
Keadaan khusus ini menjadikan plane strain sebagai jenis istimewa dari
triaxial ellipsoid.

Penggambaran Keadaan Strain dan Sejarah Strain

Cara yang paling umum dan mudah untuk menggambarkan dan


membandingkan variasi keadaan strain adalah dengan menggunakan
diagram Flinn (Gambar 2.14), di mana ordinat a dan absis b merupakan
perbandingan antara stretch-stretch utama yang didefinisikan sebagai berikut :

Sˆ1 Sˆ 2
a= b= (2-22)

3 Sˆ 3

k=χ

K=1
Simple Extension

Constrictional
Strain
^
S 1
a=
^2
S
in
ra
St
e
an

Flattering
Pl

Strain

1 Simple Flattering
K=0
1 ^
S 2
b=
^3
S

Gambar 2.14. Diagram Flinn untuk menggambarkan strain homogen (Twiss


dan Moores, 1992).

Titik pangkal sumbu-sumbu koordinat diagram Flinn ditentukan pada (1, 1)


karena a dan b tidak dapat bernilai kurang dari 1, sebagaimana dapat
diturunkan dari Persamaan 2-15 dan 2-22. Setiap strain ellipsoid akan terplot
sebagai sebuah titik pada diagram Flinn, untuk kemudian sebuah garis
ditarik dari titik pangkal (1, 1) ke titik strain ellipsoid tersebut. Garis ini
memiliki gradien k yang didefinisikan sebagai berikut :

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 30


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

a −1 Sˆ1 Sˆ3 − Sˆ 2 Sˆ3


k= = (2-23)
b −1 ( ) 2
Sˆ − Sˆ Sˆ
2 2 3

Nilai k berguna untuk mengklasifikasikan jenis-jenis strain ellipsoid dengan


volume konstan.

Deformasi Homogen dan Inhomogen

Penggambaran apakah sebuah deformasi bersifat homogen atau inhomogen


tergantung pada skala pengamatan. Sebagai contoh, deformasi yang terjadi
dalam pembentukan lipatan pada prinsipnya bersifat inhomogen. Namun
kita dapat membagi batuan yang mengalami lipatan tersebut ke dalam
banyak bagian yang volumenya cukup kecil sehingga deformasi pada setiap
bagian tersebut dapat dianggap homogen. Variasi dari strain lokal homogen
ini pada seluruh tubuh batuan yang terlipat akan memberikan gambaran
distribusi strain yang inhomogen.

Variasi skala pengamatan di mana kita dapat menganggap deformasi


bersifat homogen diilustrasikan pada Gambar 2.15. Pada Gambar 2.15.a,
tubuh batuan yang terlipat adalah sepanjang 1 km. Skala keseluruhan blok
(kotak) lebih besar dibandingkan dengan panjang gelombang lipatan, tetapi
lebih kecil dibandingkan dengan dimensi jalur pegunungan lipatan di mana
blok berada. Pada skala blok (kotak) ini, deformasi rata-rata (average
deformation) bersifat homogen, sebagaimana diwakili oleh strain ellips di
samping blok (kotak).

Pada skala yang setingkat dengan panjang gelombang lipatan, strain tidak
dapat dianggap homogen (Gambar 2.15.b). Karena itu kita menggambarkan
deformasi dalam bentuk variasi dari strain lokal yang dapat dianggap
homogen pada skala, misalnya, 1 meter. Skala 1 meter ini lebih kecil
dibandingkan dengan panjang gelombang lipatan, tetapi lebih besar
dibandingkan dengan ketidakhomogenan strain yang terdapat pada,
misalnya, struktur spaced foliation yang terbentuk akibat perlipatan pada
batupasir.

Pada skala yang setingkat dengan spaced foliation (Gambar 2.15.c) di mana
strain tidak dapat dianggap homogen, kita menggambarkan deformasi
dalam bentuk variasi dari strain lokal yang dapat diangap homogen pada
skala yang lebih kecil dibandingkan dengan jarak antara domain foliasi,
tetapi lebih besar dibandingkan dengan ukuran butir. Pada skala yang
setingkat dengan ukuran butir (Gambar 2.15.d) di mana strain tidak dapat
dianggap homogen, kita menggambarkan deformasi dalam bentuk variasi
dari strain lokal yang dapat dianggap homogen pada skala yang lebih kecil
dibandingkan dengan ukuran butir, tetapi lebih besar dibandingkan dengan
dimensi kisi-kisi kristal yang membentuk butir tersebut.

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 31


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Sebagai kesimpulan dari pembahasan di atas, kita dapat menganggap strain


sebagai homogen pada skala yang lebih kecil dibandingkan dengan dimensi
struktur di dalam mana kita ingin menentukan distribusi strain, tetapi skala
tersebut lebih besar dibandingkan skala ketidakhomogenan yang tidak
menjadi perhatian kita dan di dalam mana kita ingin merata-ratakan
deformasi.

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 32


PRINSIP DASAR GEOLOGI STRUKTUR

Gambar 2.15. Skala strain


homogen dan strain inhomogen
(Twiss dan Moores, 1992).

A. Regional scale

100 m

B. Outcrop scale

10 mm

C. Hand sample scale

100 μm

D. Microscope scale

Lab. Geodinamik – Program Studi Teknik Geologi Analisa Kinematika - 33

Anda mungkin juga menyukai