Anda di halaman 1dari 12

TUTORIAL MINGGU 2 BLOK 4.

MANAJEMEN PELAYANAN PIMER DAN PATIENT SAFETY

Skenario 2.

Berawal dari susu yang kadaluarsa

Pak Hadi adalah ayah dari bayi berusia 9 bulan. Pada 6 Juli lalu, putrinya menderita diare dan dibawa ke Puskesmas.
Selama di Puskesmas Pak Hadi merasa tidak puas karena lamanya waktu tunggu, pelayanan yang tidak ramah dan kondisi
puskesamas yang tidak nyaman. Setelah diperiksa oleh Dokter Puskesmas, bayinya sudah dalam kondisi dehidrasi sehingga
dirujuk ke RS Melati.

Pak Hadi merasa cemas karena ia pernah membaca, bahwa tahun 2014 angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi,
yaitu 25 kematian per 1000 kelahiran hidup dan sekitar 40% penyebab kematian bayi dikarenakan oleh penyakit infeksi, yaitu
pneumonia dan diare. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatality Rate (CFR) yang masih
tinggi. Berbagai program pemerintah sudah dilaksanakan untuk pencegahan diare ini diantaranya PHBS, penyehatan lingkungan,
imunisasi, pemberian oralit dan lain-lain

Bayi Pak Hadi mendapatkan susu formula buatan X di Rumah Sakit Melati Tetapi kondisi bayinya bertambah buruk.
Belakangan diketahui bahwa masa kadaluarsa susu itu sudah lewat satu bulan. Pak Hadi menduga, akibat mengonsumsi susu itu
kondisi bayinya bertambah buruk. Dia sudah menanyakan persoalan ini kepada petugas kesehatan di RS tersebut dan meminta
catatan medis anaknya, namun tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Dia juga meminta bertemu dengan Direktur RS
Melati, tetapi karyawan RS Melati mengatakan bahwa direkturnya sedang menghadiri seminar di luar kota. Pak Hadi akhirnya
memindahkan bayinya ke RS lain. Pekan lalu, Pak Hadi meminta bantuan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di kotanya untuk
menyelesaikan masalah ini secara hukum.

Pak Hadi adalah masyarakat awam tetapi dia juga sangat mengerti dengan mutu pelayanan publik terutama pelayanan
kesehatan. Dalam kasus di atas ada beberapa dimensi mutu pelayan yang dilanggar oleh rumah sakit dan kurangnya penerapan
patient safety . Menurut Pak Hadi seharusnya ada pedoman pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan dimensi mutu dan
patient safety di Puskesmas dan rumah sakit. Bagaimana anda menjelaskan kondisi di atas?

TERMINOLOGI

 diare : penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih
per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Secara klinis penyebab
diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi,
keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun
klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
 Dehidrasi : kondisi kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah
cairan yang masuk
 angka kematian bayi (AKB) : umlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000
kelahiran hidup
 infeksi : proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit
 pneumonia : peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius dan alveoli, menimbulkan
konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.
 Kejadian Luar Biasa (KLB) : Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa pernyakit yang merebak dan dapat berkembang menjadi wabah
penyakit. Istilah "KLB" dengan "wabah" sering tertukar dipakai oleh masyarakat, tetapi istilah "wabah"
digunakan untuk kondisi yang lebih parah dan luas. Istilah KLB dapat dikatakan sebagai peringatan sebelum
terjadinya wabah. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004
 Case Fatality Rate (CFR) : suatu angka yang dinyatakan ke dalam persentase yang berisikan data
orang mengalami kematian akibat suatu penyakit tertentu.
 PHBS : Pola Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran
pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.
 Imunisasi : Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan antigen yang
sudah dilemahkan ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi seseorang (Lisnawati, 2011).

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2013).

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak
terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa
kekebalan pasif maupun aktif

 Oralit : obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi kekurangan eletrolit dan mineral di dalam
tubuh akibat dehidrasi yang terjadi akibat diare, muntah kronis, hingga aktivitas fisik yang
berlebihan.
 Lembaga Bantuan Hukum (LBH) : suatu lembaga yang menyediakan jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi
Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum. (menurut UU RI no 16 th 2011)
 Pelayanan public : kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik, penyelenggaraan pelayanan
publik atau penyelenggara merupakan setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga
independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum
lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
 patient safety : keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah sakit
menjadi lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang menyebabkan pelayanan di Puskesmas kurang memuaskan bagi pasien ?


a) 1.Tidak adanya atau kurangnya kesadaran terhadap tugas maupun kewajiban yang menjadi tanggung
jawabnya.
b) 2.Sistem, prosedur dan metode kerja yang ada, tidak memadai sehingga mekanisme kerja tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
c) 3.Pengorganisasian tugas layanan yang belum serasi sehingga terjadi simpang siur penanganan tugas,
tumpang tindih (over lapping) atau tercecernya suatu tugas karena tidak ada yang menangani. 4.Pendapatan
pegawai tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan hidup meskipun secara minimum. 5.Kemampuan
pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang dibebankan kepadannya.
d) 6.Tidak tersedianya sarana pelayanan yang memadai.

2. Bagaimana standard pelayanan di Puskesmas kepada pasien yang seharusnya ?

Sesuai dengan permenkes no 4 tahun 2018: kewajiban pelayanan kesehatan


membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam
melayani pasien;

Mengapa kondisi pasien yang mengalami dehidrasi setelah diperiksa, kemudian dirujuk ke RS? (padahal
keadaannya sudah emergency, apakah tidak bisa ditangani di Puskesmas)

3. Mengapa AKB di Indonesia masih tinggi ?

AKI dan AKB tinggi  AKI bisa berkurang dengan pencegahan dan penanganan dengan cepat.

Kira-kira 75% kematian ibu disebabkan: – Perdarahan parah (sebagian besar perdarahan pasca salin) – infeksi
(biasanya pasca salin) – Tekanan darah tinggi saat kehamilan (preeclampsia/eclampsia) – Partus lama/macet –Aborsi
yg tdk aman

Kematian neonatal berkaitan erat dg kualitas pelayanan persalinan, dan penanganan BBL yg kurang optimal segera
setelah lahir dan bbrp hari pertama setelah lahir

• Penyebab utama kematian (thn 2016) adalah: prematur, komplikasi terkait persalinan (asfixia atau
kesulitanbernafas saat lahir), infeksi dan cacat lahir (birth defect)

Sumber: Key facts. Newborns: reducing mortality. 28 September 2018

4. Mengapa penyebab AKB di Indonesia yang tertinggi adalah penyakit infeksi (pneumonia dan diare)?

Higienitas yang masih buruk, kesehatan lingkungan yang masih belum terjaga, kesadaran masyarakat akan
pentingnya pencegahan terhadap penyakit masih kurang

5. Mengapa Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatality Rate (CFR) yang
masih tinggi?

Adanya keadaan lingkungan yang tidak sehat yang mendukung timbulnya berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan teori dari John Gordon dalam Notoatmodjo (2007) Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasinya
berbagai faktor baik Agent (penyebab penyakit), Host (pejamu), Environment (lingkungan). Gangguan keseimbangan
antara ketiga faktor tersebut akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Penyakit diare dapat disebabkan oleh
banyak faktor, diantaranya adalah infeksi dari berbagai bakteri maupun virus, malabsorpsi, imunodefisiensi, alergi
makanan dan kuman yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang kotor (Mansjoer, dkk, 2009).
Sedangkan menurut Widoyono (2008) ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak
memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang
tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta pengolahan dan penyimpanan makanan yang
tidak semestinya.

6. Apa saja program pemerintah sudah dilaksanakan untuk pencegahan diare ini?
diantaranya PHBS, penyehatan lingkungan, imunisasi, pemberian oralit dan lain-lain
 Tatalaksana penderita diare
 2. Surveilans epidemiologi
 3. Promosi kesehatan
 4. Pencegahan diare
 5. Pengelolaan logistik
 Pemantauan dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011)
Tatalaksana diare ada 5 Langkah  LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare),

- Pemberian oralit
- Pemberian zinc selama 20 hari berturut2
- Lanjutkan pemberian ASI dan makanan
- Pemberian antibiotic secara selektif
- Nasihat kepada pengasuh  4 langkah diatas dan tanda2 emergency harus dibawa ke Puskesmas yaitu ;
Buang air besar cair lebih sering, Muntah berulang-ulang, Mengalami rasa haus yang nyata, Makan atau
minum sedikit, Demam, Tinjanya berdarah dan Tidak membaik dalam 3 hari.

Penyehatan Lingkungan :

 Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM sebanyak 45.000 desa/kelurahan.


 Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan sebesar 50%.
 Persentase Tempat Tempat Umum yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 58%.
 Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar sebesar 36%.
 5. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 32%.
 Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat sebanyak 386 desa/kelurahan.
 Persentase rekomendasi kajian penyehatan lingkungan meningkat 50 % dari jumlah rekomendasi tahun
2014
 Persentase teknologi tepat guna penyehatan lingkungan meningkat 50 % dari jumlah rekomendasi tahun
2014
 Persentase penerbitan sertifikat/hasil uji pemeriksaan laboratorium dan kalibrasi sebesar 100 % dari
sampel uji.
 Persentase pelabuhan/bandara/PLBDN sehat sebesar 100 %

7. Apa tujuan pemerintah melakukan PHBS, imunisasi dan pemberian oralit sebagai pencegahan diare ?
 Gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses penyadartahuan yang
menjadi awal dari kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari – hari
yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang
sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup
yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.
 Tujuan Imunisasi : sebagai bentuk preventif dari terjangkit penyakit menular. untuk
mendapatkan efek kekebalan terhadap penyakit tertentu. Sementara, imunisasi merupakan
upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit.
 pemberian oralit : tatalaksana diare

8. Apa yang menyebabkan sebuah Rumah sakit bisa membuat kesalahan berupa pemberian susu yang sudah
kadaluarsa?

9. Mengapa Pak Hadi menduga, akibat mengonsumsi susu itu kondisi bayinya bertambah buruk?

10. Mengapa petugas kesehatan di RS tidak mau catatan medis anaknya dan ketika Pak Hadi bertanya tidak
mendapat jawaban yang memuaskan? Bagaimana yang seharusnya ?

Terdapat pada : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

Kewajiban Rumah Sakit memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a berupa:
a. informasi umum tentang Rumah Sakit; dan b. informasi yang berkaitan dengan pelayanan medis kepada
Pasien. Pasal 4 (1) Informasi umum tentang Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a meliputi: -
7- a. status perizinan, klasifikasi dan akreditasi Rumah Sakit;

b. jenis dan fasilitas pelayanan Rumah Sakit;

c. jumlah, kualifikasi, dan jadwal praktik Tenaga Kesehatan;

d. tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

e. hak dan kewajiban Pasien;

f. mekanisme pengaduan; dan g. pembiayaan.

11. Bagaimana cara seorang warga bisa meminta bantuan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di kotanya untuk
menyelesaikan masalah ini secara hukum?

Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon Bantuan Hukum harus memenuhi syarat-syarat:

a. mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat
mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum;

b. menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan

c. melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal
pemohon Bantuan Hukum.

Pemohon Bantuan Hukum mengajukan permohonan Bantuan Hukum kepada Pemberi Bantuan Hukum.

(2) Pemberi Bantuan Hukum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah permohonan Bantuan
Hukum dinyatakan lengkap harus memberikan jawaban menerima atau menolak permohonan Bantuan Hukum.

(3) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum diterima, Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum
berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum.

(4) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum mencantumkan alasan penolakan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

12. Apa tujuan dari LBH yang terlibat untuk kasus ini? Dan apa dasar yang mengatur mengenai ini ?

UU no 16 tahun 2011

Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin. Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga
bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum berdasarkan Undang-
Undang ini.

Penerima Bantuan Hukum berhak:

a. mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa;

b. mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum dan/atau Kode Etik Advokat; dan
c. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berkewajiban :

Pasal 13 Penerima Bantuan Hukum wajib: a. menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara
secara benar kepada Pemberi Bantuan Hukum; b. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.

13. Apa saja kasus yang dapat ditangani oleh LBH ?


hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun nonlitigasi. (3) Bantuan Hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela,
dan/atau melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum Penerima Bantuan Hukum.
Pasal 5 (1) Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang
atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri. (2) Hak dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan
pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.

14. Bagaimana seharusnya penyelesaian kasus ini?

15. Bagaimana mutu pelayanan publik terutama pelayanan kesehatan yang seharusnya?

1. Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan akan dirasakan berkualitas oleh para


pelanggannya jika penyampaiannya dirasakan melebihi harapan para
pengguna layanan. Penilaian para pengguna jasa pelayanan ditujukan kepada
penyampaian jasa, kualitas pelayanan, atau cara penyampaian jasa tersebut
kepada para pemakai jasa.
Kualitas jasa pelayanan akan sangat ditentukan apabila kebutuhan atau
ekspektasi para pengguna jasa bisa terpenuhi dan diterima tepat waktu. Untuk
itu para penyedia jasa pelayanan kesehatan harus mampu memenuhi harapan
pengguna jasa.
Menurut Azwar, agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan tersebut, banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud
paling tidak mencakup hal sebagai berikut:
a. Tersedianya dan berkesinambungan

Syarat yang pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan


kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat
berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
b. Dapat diterima dan wajar

Syarat pokok yang kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat
diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate).
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan
dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan
keyakinan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, dan kepercayaan masyarakat,
serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
c. Mudah dicapai

Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah
dicapai (accesible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang
dimaksudkan disini adalah terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk
dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi
sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu
terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di
daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
d. Mudah dijangka

Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dijangkau (affordable) oleh
masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksudkan disini terutama dari sudut biaya. Untuk
dapat mewujudkan kesehatan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan
tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan karena
itu hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang
baik.
e. Bermutu

Syarat pokok kesehatan yang baik adalah mutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksudkan disini

adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu

pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya

sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.14

Untuk memenuhi harapan para pelanggan, tingkat kualitas atau mutu pelayanan kesehatan harus
selalu dirancang dengan baik dan pengendalian tingkat keunggulan juga harus dilakukan dengan
tepat.
16. Apa saja dimensi mutu pelayan yang ada di RS seharusnya diterapkan di Indonesia?

dan bagian mana yang dilanggar oleh rumah sakit?

LIMA DIMENSI MUTU PELAYANAN KESEHATAN.

1.TANGIBLE :

-. Peralatan. -. Penampilam fisik. -. Penampilan staf. -. Kesesuaian alat

–pelayanan.

2. RELIABILITY : kemampuan melaksanakan janji.

-. Kesesuaian pelayanan dengan janji / informasi pada waktu promosi. -. Kepedulian

–perhatian RS terhadap pasien. -. Keandalan

– kemampuan RS dalam pelayanan. -. Ketepatan waktu dalam pelayanan. -. Ketepatan dalam

pencatatan / administrasi.

3. RESPONSIVENESS : daya tanggap.

-. Pemberian informasi waktu pelayanan secara pasti. -. Pelayanan cepat dan tepat. -. Kesiapan staf RS

dalam memberikan pelayanan. -. Menanggapi permintaan pasien.

4. ASSURANCE : pengetahuan dan keramahan staf yang dapat menimbulkan kepercayaan terhadap

RS :

 -Keandalan

 kemampuan staf

 Rasa aman

 Ramah dan sopan

 Dukungan RS terhadap pelaksanaan tugas staf.

5. EMPATI : peduli, memberi perhatian secara pribadi kepada pasien dan kenyamanan :

-. Perhatian oleh staf kepada pasien. -. Kepedulian terhadap kebutuhan pasien. -. Pemahaman staf

terhadap kebutuhan pasien. -. Kesungguhan RS terhadap kepentingan pasien. -. Kesesuaian waktu

pelayanan.
17. mengapa kurangnya penerapan patient safety ? apa yang menyebabkan hal tsb terjadi ?

18. apa tujuan adanya patient safety ?

Tujuan :

a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS

b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;

c) Menurunnya KTD di RS

d) Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan KTD.

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PATIENT SAFETY

Pelaksanaan “Patient safety” meliputi

1. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May

2007), yaitu:

1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)

2) Pastikan identifikasi pasien

3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien

4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

5) Kendalikan cairan elektrolit pekat

6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

7) Hindari salah kateter dan salah sambung slang

8) Gunakan alat injeksi sekali pakai

9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

2. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang

dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation

Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab

pasien dalam asuhan pasien.


Kriterianya adalah: Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan

pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme

mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan

pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:

1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur

2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab

3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti

4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS

6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga

dan antar unit pelayanan.

Kriterianya adalah:

1) koordinasi pelayanan secara menyeluruh

2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya

3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi

4) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program

peningkatan keselamatan pasien

Standarnya adalah RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor
& mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan

perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP

19. Apakah di Indonesia ada pedoman pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan dimensi

mutu dan patient safety di Puskesmas dan rumah sakit? Apa isinya ?

Ada buku pedoman dari Kemenkes 2015, sesuai dengan program WHO 2004 “Global Alli-ance For

Patient Safety”  “WHO Patients Safety” dimulai tahun 2004, dengan Visi : Every patient receives

safe health care, every time, everywhere. Misinya adalah to coordinate, facilitate and accelerate

patient safety improvements around the world by: being a leader and advocating for change;

generating and sharing knowledge and expertise; supporting Member States in their implementation

of patient safety action

Dasar Hukum : 1. Undang – Undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit ;

a. Pasal 2 : RS diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika

& profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak & anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan

dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

b. Pasal 3 ayat b : memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan

RS dan SDM di RS

c. Pasal 29 ayat b : memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, & efektif

dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai standar pelayanan RS.

d. Pasal 43 : Ayat 1 ; RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien Ayat 2 ; Standar

Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa & menetapkan pemecahan

masalah dalam rangka menurunkan angka KTD Ayat 3 ; RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada

komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan Menteri Ayat 4 ; Pelaporan IKP pada

ayat 2 dibuat secara anonim & ditujukan utk mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan

keselamatan pasien Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan pasien ayat 1 & ayat 2 tertuang
dalam Peraturan Menteri.

2. Permenkes 1691 / VIII / 2011 Tentang KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT a. Pasal 5 :

Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program dgn

mengacu pada kebijakan nasional Komite KPRS.

Pasal 6 :

1) Ayat 1 : Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS)

yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.

2) Ayat 4 : TKPRS melaksanakan tugas: mengembangkan program keselamatan pasien di rumah

sakit sesuai dengan kekhususan rumah sakit tersebut; menyusun kebijakan dan prosedur terkait

dengan program KPRS; menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,

pemantauan (monitoring) dan penilaian(evaluasi)tentang terapan (Implementasi) program KPRS;

bekerja sama dengan bagian Diklat RS untuk melakukan pelatihan internal KPRS; melakukan

pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta mengembangkan solusi untuk pembelajaran;

memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam rangka pengambilan

kebijakan KPRS; dan membuat laporan kegiatan kepada kepala RS. c. Pasal 7 Standar Keselamatan

Pasien d. Pasal 8 Sasaran Keselamatan Pasien e. Pasal 9 Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Rumah Sakit

3. Undang - Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

 Pasal 2 : Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada

nilai ilmiah, serta perlindungan dan keselamatan pasien.

 Penjelasan Umum ; asas & tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yang menjadi

landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah, dan keselamatan pasien;

 Penjelasan Pasal 2 : perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa

penyelenggaraan praktik kedokteran, dengan tetap memperhatikan perlindungan dan

keselamatan pasien

Anda mungkin juga menyukai