Anda di halaman 1dari 3

FIMOSIS

Merupakan kondisi penis dengan kulit yang melingkupi kepala penis (glans) tidak bisa ditarik ke
belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup,prepuce, preputium, foreskin).

Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan
belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis.
Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra
externus) yang terbuka

A. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data epidemiologi, fimosis banyak terjadi pada bayi atau anak-anakhingga
mencapai usia 3 atau 4 tahun. Sedangkan sekitar 1-5% kasus terjadi sampai padausia 16
tahun .Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris
yangdihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan
perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glan penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkalamembuat prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia
3 tahun, 90% prepusium sudah dapat diretraksi

B. ETIOLOGI
Fimosis dapat timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan tingkat higienitas alat
kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis
kronik), (Robbins, 2004) atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful
retraction).
Pada fimosis kongenital umumya terjadi akibat terbentuknya jaringan parut di preputium
yang biasanya muncul karena sebelumnya terdapat balanopostitis. Apapun penyebabnya,
sebagian besar fimosis disertai tanda-tanda peradangan penis distal (Robbins, 2004).
Sedangkan fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir biasanya terjadi karena ruang di antara
kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan preputium
menjadi melekat pada glans penis, sehingga sulit ditarik ke arah proximal. Apabila stenosis
atau retraksi tersebut ditarik dengan paksa melewati glans penis, sirkulasi glans dapat
terganggu hingga menyebabkan kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau biasa
disebut parafimosis (Robbins, 2004)

C. PATOFISIOLOGI
Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang di
hasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan perlahan-
lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala
membuat preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3
tahun, 90% prepusium sudah dapat diretraksi. Pada kasus fimosis, lubang yang terdapat
dipreputium sempit sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans penis sama sekali tidak bisa
dilihat. Kadang hanya tersisa lubang yang sangat kecil di ujung preputium. Pada kondisi ini,
akan terjadi fenomena“balloning”dimana preputium mengembang saat berkemih karena
desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung prepusium. Bila
fimosis menghambat kelancaran berkemih,seperti pada balloning maka sisa-sisa urin mudah
terjebak didalam prepusium. Adanya kandungan glukosa pada urine menjadi pusat
bagi pertumbuhan bakteri. Karena itu, komplikasi yang paling sering dialami akibat fimosis
adalah infeksi saluran kemih (ISK). ISK paling sering menjadi indikasi sirkumsisi pada kasus
fimosis.
Pada lapisan dalam prepusium terdapat kelenjar sebacea yang memproduksi
smegma. Cairan ini berguna untuk melumasi permukaan prepusium. Letak kelenjar ini
didekat pertemuan prepusium dan glans penis yang membentuk semacam “lembah”
dibawah korona glans penis (bagian kepala penis yang berdiameter paling lebar).
Di tempat ini terkumpul keringat, debris/kotoran, sel mati dan bakteri. Bila tidak
terjadi fimosis, kotoran ini mudah dibersihkan. Namun pada kondisi fimosis, pembersihan
tersebut sulit dilakukan karena prepusium tidak bisa ditarik penuh ke belakang. Bila yang
terjadi adalah perlekatan prepusium dengan glans penis, debris dan sel mati yang
terkumpul tersebut tidak bisa dibersihkan. Ada pula kondisi lain akibat infeksi yaitu
balanopostitis. Pada infeksi ini terjadi peradangan pada permukaan preputium dan glans
penis. Terjadi pembengkakan kemerahan dan produksi pus diantara glans penis dan
prepusium. Meski jarang, infeksi ini bisa terjadi pada diabetes.

D. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri saat buang air kecil
b. Mengejan saat buang air kecil
c. Pancaran urin mengecil
d. Benjolan lunak di ujung penis akibat penumpukan smegma

E. DIAGNOSIS
a. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi penis, inspeksi preputium, dan palpasi penis
- Preputium tidak dapat diretraksi ke proksimal hingga ke korona glandis
- Pancaran urin mengecil
- Menggelembungnya ujung preputium saat bekemih
- Eritema dan udem pada preputium dan glans penis
- Pada fimosis fisiologis, preputium tidak memiliki skar dan tampak sehat
- Pada fimosis patologis, pada sekeliling preputium terdapat ingkaran
fibrotik
- Timbunan smegma pada sakus preputium

F. TATALAKSANA
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada penderita fimosis,
karena akan menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai
fimosis sekunder. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan
salep deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian
selama 6 minggu, prepusium dapat retraksi spontan. (Purnomo, 2011). Bila fimosis tidak
menimbulkan ketidaknyamanan dapat diberikan penatalaksanaan non-operatif, misalnya
seperti pemberian krim steroid topikal yaitu betamethasone selama 4-6 minggu pada daerah
glans penis. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya
ujung prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis
merupakanindikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau postitis harus
diberi antibiotika dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi. (Purnomo, 2011)
Fimosis yang harus ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat obstruksi dan
balanopostitis. Bila ada balanopostitis, sebaiknya dilakukan sayatan dorsal terlebih dahulu
yang disusul dengan sirkumsisi sempurna setelah radang mereda.Secara singkat teknik
operasi sirkumsisi dapat dijelaskan sebagai berikut :Setelah penderita diberi narkose,
penderita di letakkan dalam posisi supine.

G. KOMPLIKASI
Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena infeksi sekunder
akhirnya terbentuk jaringan parut
 Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin
 Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis
 Pembengkakan atau radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis
 Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian
menimbulkankerusakan pada ginjal

Anda mungkin juga menyukai