Anda di halaman 1dari 8

Cerita Pendek Bahasa Indonesia Muhammad Afif Rifialdy Page 1

Kartu Merah Balotelli


Suatu hari di Kazan pada pertandingan Liga Champions
yang mempertemukan Inter Milan dan Rubin Kazan….

Pelatih Inter, Jose Mourinho kebingungan karena hanya


memiliki seorang Mario Balotelli di posisi penyerang. Tidak ada
Diego Milito, tidak ada Samuel Eto’o, sungguh hanya Mario
Balotelli yang tersisa di sana. Sebuah masalah besar bagi Jose
Mourinho kala itu. Jose Mourinho memaksakan Mario Balotelli
untuk bermain pada laga itu dan di menit 42, Mario Balotelli
mendapatkan kartu kuning. Sungguh berbahaya bagi Inter
Milan.

Saat jeda babak pertama, Jose Mourinho datang ke ruang


ganti pemain dan menghabiskan 14 menit dari total 15 menit
waktu istirahat hanya untuk berbicara kepada Mario. “Mario,
saya tidak bisa mengubah kamu, saya tidak punya penyerang
lagi di bangku cadangan, jangan sentuh siapa pun, bermainlah
hanya dengan bola, ketika kita kehilangan bola, jangan bereaksi,
jika seseorang memprovokasi kamu, jangan bereaksi, jika wasit
melakukan kesalahan, jangan bereaksi, tolong, Mario...”

Dan di menit 46, red card (Kartu Merah)


hahahahahahaha.....

Cerita Pendek Bahasa Indonesia Muhammad Afif Rifialdy Page 2


Membeli Ferrari, Tapi Mengemudikannya
Seperti Sebuah Fiat
"Pep Guardiola, manajer Barcelona, dengan jas abu-abu dan
ekspresi wajah yang memancarkan kekesalan, menghampiriku. Ia
terlihat tidak senang. Tadinya aku berpikir ia adalah orang yang
baik. Tidak sehebat Mourinho atau Capello, tapi seorang okay
guy……"

Zlatan tidak mengerti ketika Guardiola datang kepadanya


dan mengatakan bahwa semua orang di Barcelona rendah hati
dan arogansi bukanlah karakter orang-orang yang berada di
klub tersebut. Guardiola lebih lanjut mengatakan bahwa tidak
ada pemain Barcelona yang datang ke tempat latihan dengan
mengendarai Ferrari atau Porsche.

Barcelona baru saja membeli Zlatan dari Inter Milan pada


musim panas itu dan sebagai seorang anak baru yang diberitahu
bagaimana adat istiadat di tempat yang baru, seyogianya si anak
baru tersebut akan mengangguk setuju.

Tapi tidak demikian dengan Zlatan yang hobinya memacu


Porsche di jalan raya sampai kecepatan 325 Km/jam hingga
tidak terkejar oleh polisi. Zlatan kesal sekali dan mengumpat
dalam hati soal kenapa sampai kendaraan pribadinya harus
diatur-atur segala oleh pelatih. Ia hampir terlihat jijik ketika
terpaksa mengendarai Audi, mobil yang diberikan Barcelona
kepada setiap pemain, ke kamp latihan.

Terbiasa sebagai seorang primadona, Zlatan tidak mengerti


dengan kondisi yang ditemuinya di Barcelona.

"Barcelona terlihat seperti sebuah sekolah, seperti sebuah


institusi pendidikan. Sejujurnya, tidak ada satu pun pemain
yang bertingkah seperti seorang superstar dan itu sangat aneh.
Messi, Xavi, Iniesta, semuanya terlihat seperti anak sekolah.
Para pemain sepakbola terbaik di dunia berada di sana dan

Cerita Pendek Bahasa Indonesia Muhammad Afif Rifialdy Page 3


semua kepala mereka tertunduk. Aku sama sekali tidak
mengerti. Menggelikan.

"Jika para pelatih di Italia berteriak 'lompat!' kepada para


pemain bintangnya, para bintang tersebut akan menengok ke
arah pelatih dan mempertanyakan mengapa mereka harus
melompat? Di sini (Barcelona) semua orang melakukan apa yang
disuruh. Ini sama sekali tidak cocok dengan karakterku.
Perlahan aku beradaptasi dan bisa menyatu. Tapi semua terlalu
teratur untukku. Aku jadi gila."

Ia semakin frustrasi ketika ia harus dipinggirkan untuk


memberi ruang yang lebih kepada Messi sebagai bintang utama
Barcelona. Zlatan tidak mengerti kenapa Barcelona harus mahal-
mahal membelinya jika ia tidak dipergunakan dengan maksimal.

Lalu Zlatan menghampiri Guardiola dan mengatakan, "Ini


seperti anda telah membeli Ferrari, tapi mengemudikannya
seperti sebuah Fiat", sebuah ungkapan menohok yang diakui
Zlatan ia dapatkan dari seorang temannya usai menyaksikan
permainan striker asal Swedia tersebut dalam baju Barcelona.

Cerita Pendek Bahasa Indonesia Muhammad Afif Rifialdy Page 4


Jose Mourinho, The Special One yang
sangat dihormati Zlatan
Zlatan Ibrahimovic sangat menghormati Jose Mourinho
sebagai pelatih. Kepiawaiannya dalam meracik tim adalah satu
dari sekian banyak alasan mengapa ia mengagumi Mourinho.

Kemampuan Mourinho untuk memotivasi para pemainnya


juga menjadi salah satu hal yang disukai Zlatan. Bahkan ketika
dirinya dikritik Mourinho karena gagal berbuat sesuatu yang
signifikan di lapangan, Zlatan tidak bisa membantahnya.

Dalam sebuah pertandingan sehari sebelum Zlatan


menerima penghargaan sebagai pemain asing terbaik di Serie A,
Inter bermain dan tertinggal 0-2 saat istirahat. Mourinho datang
menghampir Zlatan dan mengatakan "Kamu akan dapat
penghargaan besok? Kamu harusnya malu karena tidak bisa
berbuat apa-apa. Lebih baik kamu memberikan penghargaan
tersebut kepada ibumu atau siapapun yang lebih pantas
mendapatkannya."

Maka ketika Zlatan dipastikan hengkang ke Barcelona,


dirinya merasa sedih untuk meninggalkan Mourinho. Mereka
berjumpa sejenak sebelum Zlatan meninggalkan kota Milan.

"Zlatan, kamu tak boleh pergi!"

"Tapi saya tak bisa melewatkan kesempatan ini."

"Jika kamu pergi, maka saya akan pergi juga."

Kalimat tersebut membuat hati Zlatan terenyuh karena


menyiratkan betapa berharganya Zlatan bagi Mourinho.

Tapi tentu saja bukan Mourinho namanya jika tidak piawai


meledek orang.

"Hey, Ibra! Kamu pindah ke Barcelona untuk


memenangkan Champions League?"

Cerita Pendek Bahasa Indonesia Muhammad Afif Rifialdy Page 5


"Ya!"

"Tapi jangan lupa, kita (Inter) yang akan membawa piala itu
pulang musim ini. Jangan lupa!"

Musim itu usai kepindahan Zlatan, Mourinho membawa


Inter memenangi quadruple termasuk trofi Liga Champions.

Cerita Pendek Bahasa Indonesia Muhammad Afif Rifialdy Page 6


Malam Yang Indah Di Camp Nou
Pada suatu malam yang cerah, dalam lanjutan semifinal
Liga Champions yang mempertemukan Barcelona dan Inter
Milan. Pertemuan tersebut adalah leg kedua setelah sebelumnya
Inter berhasil mengalahkan Barca dengan skor 3-1 di Guiseppe
Meazza.

Sangat krusial bagi Inter Milan untuk mengamankan


minimal hasil seri agar dapat melaju ke partai final. Bermain di
depan publik Camp Nou bukanlah hal yang mudah sama sekali.
Apalagi sejak menit 28, Inter Milan harus kehilangan Thiago
Motta secara Cuma-Cuma karena terkena kartu merah. Seperti
sudah terprediksi, Barcelona langsung mengambil inisiatif
serangan sejak awal laga karena mereka sangat membutuhkan
kemenangan di laga ini.

Pep Guardiola memasang Zlatan Ibrahimovic di ujung


tombak dengan harapan Zlatan dapat mengeksploitasi Inter
Milan karena semuim sebelumnya ia bermain di sana. Tetapi, hal
itu malah menjadi sebuah petaka bagi kubu Barcelona. Jose
Mourinho sudah sangat hapal dengan gaya bermain Zlatan.

Barcelona terus memainkan umpan-umpan silang yang


ditujukan kepada Zlatan. Hal itu sedikit melenceng dengan gaya
asli Barcelona yang terkenal dengan tiki-taka nya. Jose dengan
cerdiknya menghalau taktik dadakan Barca tersebut dengan
menginstruksikan Christian Chivu untuk terus memarking
Zlatan serta menghambat umpan-umpan silang dari sisi sayap.
Alhasil, serangan-serangan Barcelona menjadi buntu.

Jurus lain coba diterapkan Pep di babak kedua. Ia menarik


keluar Zlatan dan menggantikannya dengan pemain akademi La
Masia, yaitu Bojan Krick. Namun, ia tetap memaksakan umpan-
umpan silang yang ditujukan ke Bojan Krick yang posturnya
kecil.

Kecerdikan Jose Mourinho di laga ini adalah ketika para


pemain Barcelona terus mengirim umpan silang ke area kotak
Cerita Pendek Bahasa Indonesia Muhammad Afif Rifialdy Page 7
pinalti yang ditujukan kepada Zlatan, Mourinho
mengistruksikan para pemainnya untuk menjaga sisi sayap dan
senantiasa menutup peluang Barcelona untuk melakukan
umpan silang.

Setelah Pep tau itu semua berakhir buntu, ia mencoba


memasukkan Bojan Krick. Namun bodohnya taktik umpan
silang masih digunakan. Alhasil, Mourinho kali ini
mengistruksikan para pemainnya untuk menumpuk di kotak
pinalti sehingga umpan silang yang ditujukan kepada Bojan
Krick sangat mudah dipatahkan, hingga akhirnya Barca hanya
bisa mencetak satu gol yang dilesakan oleh Gerard Pique.

Namun, dengan hasil itu Barca tetap gagal melaju ke final


Liga Champions. Jose Mourinho, untuk pertama kalinya berhasil
membawa Inter ke final setelah 44 tahun. Ia dan para staff serta
para pemainnya berselebrasi di depan publik Camp Nou dengan
bangga dan sombongnya. Sebuah malam yang indah di Camp
Nou dan Jose berhasil melakukannya. ‘The Special One”
menghancurkan Pep Guardiola di depan publiknya sendiri.

Sangat spesial bagi Jose Mourinho dengan materi pemain


jauh di bawah Pep Guardiola tetapi ia mampu menunjukkan
bahwa sepakbola adalah bukan hanya tentang para pemain di
lapangan, tetapi juga bagaimana seorang pelatih memberikan
perlakuan ke para pemainnya di lapangan.

Cerita Pendek Bahasa Indonesia Muhammad Afif Rifialdy Page 8

Anda mungkin juga menyukai