Anda di halaman 1dari 4

Ibrahimovic Pensiun, Pernah Membenci Guardiola Karena Messi

“Sudah waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal pada sepakbola, tetapi


tidak untuk Anda. Ini terlalu sulit, terlalu banyak emosi. Forza Milan dan
selamat tinggal” – Zlatan Ibrahimovic.

Zlatan Ibrahimovic tidak dapat menahan emosinya ketika berpidato di tengah


San Siro, setelah laga terakhir AC Milan melawan Hellas Verona. Pemain yang
dijuluki “Singa” itu nampak meneteskan air mata. Kepalanya harus menunduk
berkali-kali hanya agar jangan terlihat lemah.

Ibra memang kembali ke AC Milan dengan semangat yang hampir sama, dan
itu dapat terjadi karena pertalian yang masih kuat antara AC Milan dengan
dirinya. Milan memang menyambut Ibra bagai pangeran yang kembali ke
kerajaannya. Itulah yang membuat Ibra jatuh dalam haru yang dalam.

“Pertama kali saya tiba di sini, kalian memberikan saya kebahagiaan. Kali
kedua (memperkuat Milan), kalian memberikan kasih sayang” ucap Ibra yang
sudah berusia 41 tahun itu.

Dua kali dalam karirnya, Ibra memperkuat Milan. Periode pertama yakni pada
2010-2012 dan 2020-2023. Total ada 163 laga yang dimainkannya bersama
AC Milan dengan torehan 93 gol dan 35 Assist. Dari penampilannya itu, Ibra
mempersembahkan dua gelar Seri A untuk Milan.

Milan memang memperlakukan Ibra dengan istimewa. Apa yang diinginkan


Ibra sebagai pesepakbola didapatkannya di Milan. Penerimaan yang hangat
dari pelatih, pemain dan suporter yang memberi ruang khusus untuknya, dan
menghormati kemampuannya.

“ Saya ingin berterimkasih kepada keluarga kedua saya. Pemain, pelatih dans
taf atas kebaikannya kepada saya. Terakhari, dari hati, saya ingin
berterimakasih kepada fans. Saya akan akan menjadi Milanista sepanjang
hidup saya. Sekarang saatya mengucapkan perpisahan kepada sepakbola
tetapi bukan kepada kalian. Forza Milan” tutup Ibrahimovic.

Koreo raksasa di stadion bertuliskan Goodbye memang membuat Ibra berasa


seperti legenda, mungkin seperti Lionel Messi di hati para fans Barcelona.
Oh iya, Ibra ternyata memiliki kisah dengan Lionel Messi ketika dirinya
pindah ke Barcelona, musim 2009-2011. Kisah yang tak baik bagi seorang
Ibra, apalagi tentang relasinya dengan pelatih Barca saat itu, Pep Guardiola.

Begini kisahnya. Ibra datang ke Barcelona sebagai seorang pemain yang


merasa dirinya adalah bintang. Datang dari Inter Milan, Ibra dikenal sebagai
goal getter yang tajam. Di Inter, Ibra mencetak 57 gol dari 88 kali penampilan.

Manajemen percaya diri bahwa Ibra akan semakin bersinar bersama


Barcelona, maka tak heran 69 juta Euro terasa enteng untuk seorang Ibra.

Sayangnya, pendapat manajemen tak selaras dengan pandangan pribadi


Guardiola. Ibra malah sering dibangkucadangkan oleh Guardiola. Pep merasa
bahwa penyerang Swedia itu tidak cocok dengan skemanya.

Terus dibangkucadangkan, di bukunya biografinya berjudul “I Am Zlatan”,


Ibra menyebut masa-masanya di Barca adalah masa yang kelam. Bahkan dia
menceritakan bahwa dirinya kesulitan tidur di Barcelona karena tidak pernah
tahu mengapa dia sering tidak dimainkan.

Guardiola dianggap Ibra membenci dirinya, dan lambat laun, nampaknya Ibra
juga membenci Pep. Bahkan diceritakan Ibra, bahwa keduanya saling
menghindari baik di sesi Latihan atau di sesi di ruangan.

Apa musababnya? Ibra sudah tahu bahwa ini adalah karena permintaan dari
bintang muda Barca dari La Masia yang bernama Lionel Messi. Messi memang
mampu mengambil hati Guardiola melebihi penyerang bintang Barca, seperti
Ibra dan Thierry Henry.

Konon, Messi yang baru dipromosikan di tim senior meminta Pep Guardiola
untuk dimainkan sebagai penyerang tengah, tidak mau lagi bergerak dari sisi
sayap. Permintaan yang sekejap disepakati Guardiola.

Tak main-main, untuk menyingkirkan Ibra, Guardioala merubah formasi dari


4-3-3 menjadi 4-5-1. Sebenarnya, skema ini tidak serta merta menyingkirkan
Ibrahimovic, karena Messi tetap berada di belakang penyerang paling depan.
Akan tetapi instruksinya terlihat jelas. Pemain “besar” hanya bertugas sebagai
pemantul, poacher bagi Messi. Pelayan bagi liukan dan kecerdasan dan
keajaiban seorang Lionel Messi.

Inilah yang membuat Ibra tidak terima. Di benaknya, Ibra juga bisa meliuk-
liuk lincah, dan bahkan dapat menjadi pemain penentu, bukan hanya pemain
pelayan bagi Messi. Ibra geram.

“Aku butuh ruang, dan aku harus dibebaskan bergerak. Aku tidak bisa
bergerak lari naik dan turun, selalu. Aku punya berat badan 98 kilo dan aku
tidak punya kekuatan fisik seperti itu” keluh Ibra.

“Itu tidak akan berhasil, itu seperti kau membeli Ferrari tapi kau
mengendarainya seperti hanya mengendarai Fiat” cadas Ibra.

Akhirnya sudah diduga. Bagi Pep, tak mungkin ada dua bintang di panggung
yang sama, apalagi sebagai pelatih, Guardiola percaya bahwa pelatih harus
menaklukan ego pemain, ketika itu tidak terjadi, sang pemain harus
disingkirkan.

Hanya tampil 29 kali dengan torehan 16 gol bagi Barcelona, akhirnya Ibra
dipinjamkan dan dipermanenkan AC Milan. Klub Italia yang mau
menerimanya dalam keadaan terluka.

Di AC Milan, Ibra mendapatkan apa yang diinginkannya. Pengakuan atas


keistimewaannya dan ruang untuk dirinya sebagai pemain penentu diberikan
Milan kepadanya. Ibra tampil bak pangeran, jika tak mau dibilang raja.

Ketika kembali di tahun 2020 setelah berkelana ke Liga Amerika Serikat,


penerimaan itu nampak kental. Ibra dipersilahkan bukan saja untuk
memberikan pengaruh ketika bermain, tetapi juga ketika cedera, Ibra
dipersilahkan berteriak memberikan semangat kepada para pemain AC Milan.

Ibra menyatu dengan pemain, pelatih, staf dan juga fans. Ibra merasakan yang
diinginkan oleh yang berdarah Milanisti.
Maka tak heran, meski jarang bermain karena cedera, Ibra menjadi sangat
antusias ketika Milan berhasil menapak semifinal Liga Champions, dan bersua
Inter Milan.

Mungkin salah satu alasannya adalah Ibra ingin melihat bahwa klub yang
memberikan cinta padanya itu mampu ke final dan berhadapan dengan
Manchester City, klub yang dinahkodai Pep Guardiola.

Sayang, keinginan Ibra itu tak kesampaian. Milan mesti tersingkir, dan Ibra
tak jadi bersua kembali dengan Guardiola.

Tak mengapa. Pensiun dengan terhormat di klub yang dicintainya. Itu nampak
sudah cukup bagi seorang Ibra.

Zlatan Ibrahimovic, memutuskan pensiun. Gambar : (GABRIEL BOUYS/AFP) via Kompas.com

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Banyak Tangis Saat Ibrahimovic Umumkan
Pensiun", Klik untuk baca: https://bola.kompas.com/read/2023/06/05/05120488/banyak-tangis-
saat-ibrahimovic-umumkan-pensiun.
Penulis : Ferril Dennys
Editor : Ferril Dennys

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6


Download aplikasi: https://kmp.im/app6

Anda mungkin juga menyukai