Anda di halaman 1dari 8

Futebol e Amor

Karya Rayzel Hiu


Langit biru membentang luas. Awan terbang dengan anggun. Angin berhembus lembut
melegakan rasa ini. Sang surya dengan teriknya menerangi hari ini. Rumput membentang
luas menyejukkan mata ini . Riuh penonton mengalahkan deru angin yang berhembus.
Keringat menitik-nitik dengan derasnya. “Pritttttt.” Bunyi peluit bergelegar. David de Gea,
kiper terbaik dunia itu berdiri dengan tegap layaknya tembok yang kokoh. Aku berdiri
dengan yakin dan kutatap dia tanpa berkedip sekalipun. Kuyakinkan diriku untuk
mengeksekusi tendangan ini. Skor masih bertahan di angka kacamata. Kulangkahkan kaki ini
dengan perlahan namun pasti. Kutendang si kulit bundar dengan kuat. Bola itu meluncur
dengan keras. “Daniloooooo. Brazillll. Luarr..” Belum usai komentator itu berucap, aku
terbangun dari tidurku. “Danilo, Apa yang kau lakukan,teman? Kau bermimpi dan mengigau
di siang bolong seperti ini.” pungkas Ricardo. Gelak tawa pun pecah di siang yang terik ini.
Namaku Danilo. Aku tinggal di kawasan Favela Rio de Janiero, Brazil. Favela adalah
kawasan umum yang dianggap kumuh dan berpenghasilan rendah. Kendati demikian,
penduduk di sana ramah dan baik. “Danilo, daripada kau tidur dan bermimpi yang tidak-
tidak, lebih bagus kita bermain bola saja di lapangan.“ Ungkap Renato. Fernando membalas
“Betul yang dikatakan Renato. Hari ini seorang pemandu bakat datang. Ini adalah
kesempatan besar. Futebol e amor.” Kami semua serentak berteriak “Futebol e amor”.
Aku dan teman-temanku sangat gemar bermain sepak bola. Dan memang wajar,
mengingat sepakbola sudah menjadi budaya hidup orang Brazil. Sepakbola dapat diartikan
sebagai cinta dan semangat. Banyak pemain sepak bola terkenal dunia berasal dari Brazil.
Contohnya saja Pele, Neymar, dan Ronaldinho. Mereka semua bermain sepak bola sebagai
cinta dan kebahagiaan. Mereka tumbuh dengan bermain sepakbola di daerah miskin Brazil.
Aku dan teman-temanku sering menghabiskan waktu bermain bola di dekat rumah kami. Di
antara kami bertiga, akulah yang paling berbakat. Hal ini dikatakan oleh teman-temanku yang
lain. Ricardo sangat pandai dalam menjaga gawang karena badannya paling besar. Fernando
tidak terlalu pandai bermain bola. Namun, ia sangat cerdas dalam menganalisa permainan.
Oleh karena itu, dia kami jadikan pelatih kami. Sedangkan Renato, dia sangat pintar dalam
membagi umpan-umpan. Aku lebih berfokus menyerang dan mencetak gol. Kami pun tiba di
lapangan bola. Lapangan itu tidak kecil dan gawangnya sederhana. Tapi bagi kami, itu sudah
seperti lapangan kelas dunia. Di lapangan seperti itulah lahir pemain-pemain kelas dunia.
Aku sangat mengidolakan Neymar. Dia adalah pemain yang berbakat dan rendah hati. Di
barisan penonton, berdiri seorang pemandu bakat, ini adalah kesempatan yang harus aku
manfaatkan baik-baik “Aku harus mengesankan pria itu.” Ujar diriku dalam hati. Jika aku
berhasil meyakinkan pemandu bakat itu, aku berkesempatan menjadi pemain bola
professional.
Kami berhadapan dengan timnya Leonardo. Dia adalah anak orang kaya. Dia selalu
menganggap rendah kami karena kami miskin dan kumuh. Wajar saja, kami bukan berasal
dari keluarga yang kaya. Kami sudah biasa dengan kehidupan miskin. Tapi, kami tidak malu
karena kami banyak belajar dari kemiskinan kami. Ayahku adalah mantan pesepakbola tim
nasional Brazil, sebelum cedera mengakhiri karirnya. Setelah pensiun, ia bekerja sebagai
penjual buah. Negara tidak mennjamin hidupnya walaupun ia sudah mengharumkan nama
Brazil. Tapi, aku tidak menyimpan dendam karena waktu itu ekonomi Brazil memang sangat
memprihatinkan. Ayahku sering menasehatiku “ Pro Brasilia fiant eximia.” Yang berarti
untuk Brazil lakukan yang terbaik. Ayah sering melatihku di waktu luang. “Anggaplah bola
ini sahabatmu. Perlakukan bola ini seperti kawan, maka ia akan bersahabat denganmu.” Kata
ayahku. Aku mengagumi ayahku. Dia adalah orang yang teguh dan taat akan Tuhan. Dia
adalah orang yang selalu ada bagiku semenjak ibuku tiada .Aku hanya bisa membalas budi
dengan menghormati dia.
“Prittttt.” Peluit berbunyi. Aku mengoper bola kepada Renato. Segera, dilewatinya pemain
lawan. Ia berlari seperti seorang penari balet yang menari dengan elegan. Setelah melewati
lawan, diberinya aku umpan lambung. Aku yang sudah menunggu di depan gawang langsung
menyambar bola itu. “Golllllll.” Teriak penonton. Ayahku yang juga menonton tampak
bahagia. Namun, Leonardo berhasil membalas. Pertandingan berjalan dengan sengit. Aku
kesulitan melewati bek musuh karena badan mereka lebih besar. Skor tetap imbang hingga
waktu istirahat. Fernando menghampiri kami “ Mereka tidak bisa dianggap remeh. Leonardo
sangat berbakat dan cara bermainnya mirip denganmu, Danilo. Yang bisa kita lakukan adalah
mengubah taktik. Ayo kita tunjukkan gaya bermain Jogo Bonito kita dan menangi
pertandingan ini!” “Ayo!” kami semua membalas. Jogo bonito adalah gaya bermain bola
yang indah dan banyak menggunakan trik-trik unik dan akrobatik. Ini adalah gaya bermain
yang identik dengan sepak bola Brazil. Memasuki babak kedua, aku lebih berani melewati
bek-bek lawan dengan trik-trik yang sudah kukuasai. Kami bermain sangat indah dan
menghibur penonton.
Saat sedang membawa bola, Renato terjatuh akibat tekel Leonardo. Ia berteriak kesakitan.
Aku yang tak bisa melihat temanku kesakitan, langsung menghampiri Leonardo. “Leonardo,
apa yang kau lakukan? kau bermain sangat kasar.” Leonardo membalas “ Aku tidak peduli
dengan kata-kata dari orang miskin seperti dirimu. Kalian hanya mengotori sepak bola yang
elegan dan berkelas dengan gaya bermainmu yang aneh itu. Orang-orang miskin seperti
kalian layak disakiti.” Ricardo yang kesal menghampiri dia “ Akan kubungkam mulut
besarmu itu dengan tinjuku. Kau mirip dengan karung beras yang biasa kugunakan untuk
berlatih tinju.” Aku langsung melerai Ricardo. “ Ricardo, jangan tinju dia. Biarkan saja dia
berkata semaunya. Sekarang kita bantu Renato, teman kita.” Leonardo tertawa. Dia memang
sering bersikap seperti itu. “Danilo, sepertinya aku tidak bisa melanjutkan pertandingan ini.
Kakiku sangat sakit.” Keluh Renato. “ Tidak apa-apa, To. Maafkan kami karena kami tidak
bisa melindungimu tadi.” Sekarang kami kekurangan pemain. Kami tidak bisa melanjutkan
pertandingan karena jumlah pemain kami kurang. “Bagaimana kalau kita masukkan Fernando
saja?” usul diriku. “Benar juga. Nando, kami perlu kau untuk melanjutkan pertandingan ini.”
Imbuh Ricardo. Sontak saja, Fernando terkejut “Aku sangat buruk dalam bermain sepak bola.
Aku hanya akan memperburuk permainan.” Balas dirinya. “Biarkan diriku saja yang
bermain.”Kami semua terkejut. Orang yang baru saja berbicara itu adalah Nicole. Nicole
adalah teman sekolah kami. Dia memang menyukai sepakbola dan kuakui kemampuannya
dalam mengolah si kulit bundar sangat baik. Aku sering menghabiskan waktu bersama
dirinya dengan berjalan-jalan menikmati pemandangan Kota Rio de Janiero. “Kau itu
perempuan, Nicole. Kau tidak bisa bermain di sini.” ujar Ricardo. “ Tapi yang dikatakan
Nicole ada benarnya Ricardo, wasit mengatakan tidak masalah jika ada perempuan yang
bermain.” Ujar diriku. “Baiklah, Nicole bermainlah dan usahakan jangan membuat dirimu
terluka. Ini bukan sepak bola yang biasa kau mainkan dengan kekasihmu, Danilo..” Ujar
Ricardo sambil tertawa. “Ricardooooooo!!! kami bukan sepasang kekasih” teriak diriku dan
Nicole. “Cukup bercandanya, teman-teman. Ayo, menangi dan kesankan pemandu bakat itu!”
sorak Fernando.
Kami kembali melanjuti pertandingan. Ricardo menendang bola jauh ke depan. “Sambut
bola itu dan berikan pada Danilo, Nicole!” teriak Ricardo. Nicole dengan mantap mengontrol
bola itu. Dilewatinya bek-bek lawan itu satu persatu. Aku terkejut karena tidak menyangka
dia bisa melewati lawan dengan mudah. Dia mengumpan bola kepadaku. Aku yang sedang
dalam posisi tidak siap, terkejut dan langsung datang ke arah bola. Untungnya saja, aku
berhasil meloncat dan menyundul bola itu. “Gollllllllll. Daniloooooo!” teriak Fernando.
Pertandingan pun usai. Timku menang dengan kor 2-1. Leonardo yang tampak kesal dan
malu langsung meninggalkan lapangan. Saat aku ingin menghampiri ayahku, kulihat
pemandu bakat itu sedang berbincang dengan dirinya. “Apakah ini sebuah pertanda? apakah
aku akan menjadi pemain sepak bola professional?” aku bertanya-tanya dalam hati. “Danilo,
Selamat atas kemenanganmu. Kau membuat kampung kita bangga.” “Benar, pemandu bakat
itu harus memanggiilmu untuk bermain di Eropa.” Ujar penonton-penonton tadi. Aku sangat
bahagia dan bangga. “Danilooooooo!! Pertandingan tadi sangat menyenangkan.” Ujar Nicole.
Dia memelukku dengan erat. “Nicole. Hentikan pelukanmu. Aku tidak bisa bernafas.” ucap
diriku. “Maaf, aku hanya terlalu bahagia.” “Eh Nicole, sejak kapan kau bisa bermain seperti
itu? Penampilanmu sangat luar biasa. Aku benar-benar terkejut.” Tanya diriku keheranan. “
Bukan hanya dirimu yang bisa berlatih, Danilo. Aku ini juga berlatih loh. Jadi, jangan heran
kalau suatu hari nanti aku lebih hebat daripada dirimu.” ucap dirinya sambil tertawa. Aku dan
teman-temanku mendapat sebuah trofi kecil. Itu adalah trofi pertama kami.
Malamnya, ayahku mengajakku untuk makan malam. “Danilo, Selamat atas
kemenanganmu. Kau memang berbakat. Terus latih kemampuanmu itu.” Ucap ayahku.
Beberapa saat kemudian, ayah memanggilku ke depan rumah. “ Malam ini, ayah akan
membawamu ke suatu tempat.” Ujar dirinya. Aku mengiyakan perkataan ayahku. Setibanya
di tempat tujuan, aku sangat terkejut. Tempat yang kudatangi adalah klub tempat ayahku
pernah bermain, Santos FC. “Teman-teman. Lihat kita kedatangan siapa. La Fenomenon
bersama anaknya.” Ujar teman ayahku. Ayahku dijuluki La Fenomenon karena dia dianggap
fenomenal. Dia berhasil membawa klub ini menjuara banyak kejuaraan.“Ayahmu adalah
legenda di klub ini. Dia bermain sangat elok seperti nona-nona yang sedang parade. Namun
sayang, cedera harus memberhentikan dia dari kejayaannya.” Ujar seorang staff di sana.
Ayah membawaku ke sebuah ruangan. Ruangan itu sangat besar. Isinya adalah trofi dan
penghargaan yang pernah diraih klub itu. Tampak ada juga jersey bertuliskan Edinho. Tak
salah lagi itu adalah jersey ayahku. “Ayah ingin kau menjadi penerus ayah. Banggakan
keluarga kita dan negara kita, Danilo.” Ucap ayahku. “Danilo, pemandu bakat tadi berkata
kepada ayah, kalau dia ingin kau berlatih di klub tempat dia berkerja. Tempat itu sangat jauh.
Dia mengatakan kau memiliki potensi menjadi ikon sepak bola dunia.” Ucap ayahku. “
Benarkah? Kapan aku akan berlatih di sana? Bagaimana dengan sekolahku?” balas diriku. “
Semuanya sudah diatur. Kau akan berangkat minggu depan. Yang harus kau fokuskan adalah
sepakbola. Percayalah, kau akan menjadi pemain terkenal suatu hari nanti. Dan jika kau
terkenal, selalu rendah hati dan taat pada Tuhan.” Ujar ayahku.
Hari di mana aku akan meninggalkan kampungku tiba. Ricardo, Fernando, dan Renato
tampak menangis tidak siap aku meninggalkan mereka. “Danilo, tinggallah di sini sebentar
lagi. Hari ini adalah hari di mana kita menganggu ternak Pak Joao.” Ujar Ricardo. Renato
berkata “Danilo, Jaga dirimu baik-baik di sana. Jangan lupakan kami. Ingatlah bahwa kami
selalu ada di hatimu.” Tangispun tidak bisa dihindari. Aku masih belum siap meninggalkan
mereka. “Teman-teman, jangan khawatirkan aku. Aku mencintai kalian.” Balas diriku.
Ayahku menepuk pundakku dan berkata “Kau berhasil membuatku menangis. Jagoan, jaga
dirimu di sana baik-baik. Jangan lupa berdoa. Aku sayang pada dirimu kapanpun dan di
manapun. Kemarilah jagoan kecilku ! Kau pasti rindu pelukan ini nanti” Aku pun memeluk
erat ayahku. Air mata mengucur menandakan beratnya perpisahan ini. Aku pun memasuki bis
yang akan mengantarku ke bandara. Aku akan berlatih di Inggris. Inggris memiliki banyak
klub terkenal dan berisi pemain-pemain hebat. Baru saja aku melangkahkan kaki ke bis,
Nicole menampar diriku. “ Apa yang kau lakukan Nicole?” ucap diriku “ Apa masalahmu?
bagaimana bisa kau seenaknya saja pergi tanpa mengabariku. Ini, aku ada hadiah untukmu.
Buka saat sampai di sana ya! selamat tinggal jaguar jelek!” ujarnya. “ Jangan rindu padaku
Nicole. Rindu itu berat. Biar aku saja.” Canda diriku. Ia membalasnya dengan senyuman
manisnya.
Setibanya di Inggris, aku langsung diantar menuju tempat latihan klub. Aku sangat kagum
akan klub ini. Ini adalah klub dimana Cristiano Ronaldo memulai sinarnya, Manchester
United. “Apakah kau Danilo? Halo, Nak. Aku adalah Pak Felix. Aku yang menontonmu di
Favela waktu itu. Kau sangat luar biasa, Nak.” Ucap Pak Felix. “Terima kasih atas
kesempatan yang Anda berikan, Pak. Saya siap berlatih di sini.” Balas diriku. Keesokan
harinya, aku mulai berlatih dengan tim. Permainan mereka sangat berbeda dengan permainan
Brazil. Aku agak kesulitan beradaptasi dengan mereka. “ Danilo, kau harus bisa beradaptasi
jika ingin masuk ke tim utama.” Ujar Pak Alex. Dia adalah pelatih klub kami. Mulai dari hari
itu, aku berlatih dengan keras. Setelah beberapa bulan, aku berhasil masuk ke tim B. Aku
bahkan menjadi pencetak gol terbanyak. Aku berkembang menjadi penyerang mematikan.
Aku berhasil menjuarai liga kedua Inggris Namaku mulai disorot sebagai talenta muda
Brazil. Akupun berhasil menembus tim utama. Aku menjadi pemain muda terbaik liga
Inggris dengan mengemas 325 gol dari 320 laga, rekor baru dunia. Aku juga membawa
Manchester United menjadi penguasa liga Premier Inggris. Aku dikontrak dengan gaji yang
sangat tinggi. Aku merasa sedang di puncak karir dan kenikmatan dunia. Aku sering berfoya-
foya untuk memuaskan diriku. Aku ingin membeli apa yang aku tidak bisa kubeli saat aku
masih hidup miskin.
Kabar ini menjadi pembicaraan hangat di Brazil. Aku yang sudah merasa menjadi orang
kaya, mulai membeli banyak mobil mewah dan rumah mewah. Aku juga kerap berpesta di
klub malam. Saat jeda musim, aku pulang ke Brazil. Kedatanganku disambut ramai.
“Daniloooo. Pemain muda terbaik Brazill!!” sorak warga meneriakkan namaku. Aku datang
ke rumah ayahku. “Ayah. Aku pulang.’ “Danilo. Jagoan kecilku! kemarilah!” dia berteriak
lantang. Belum sempat aku memeluknya, dia menampar diriku. “ Kau sangat mengecewakan
diriku. Inikah Danilo? anakku yang sangat kusayangi?” “Ini aku ayah, Danilo.” Imbuh diriku.
“Anakku adalah anak yang manis dan taat akan Tuhan. Dia tidak mungkin meninggalkan
ibadahnya dengan melakukan zina dan berfoya-foya.” Aku terdiam dan termenung. Ayah
marah besar waktu itu. Hal itu dikarenakan santer berita aku ke klub malam dan mabuk. Aku
hendak menjelaskan kepada ayahku tentang perbuatanku. Tetapi semua itu terlambat. Dia
mengusirku dari rumah. Aku sangat kesal dan pergi begitu saja. Aku lantas duduk di sebuah
bar untuk minum dan menenangkan diriku. Saat aku hendak minum, sontak seorang
perempuan datang memelukku. “Danilo! Apakah itu kau? Kau sangat berbeda. Aku sangat
merindukanmu.” Aku langsung melepaskan pelukan perempuan itu. “Jangan ganggu aku.
Pergi dari sini! bentak diriku yang merasa risih. Aku sudah muak dengan semua adat budaya
dan ceramah yang ayahku bicarakan. Semuanya omong kosong. Bagiku, kekayaan dan uang
adalah segalanya.
Aku kembali ke Inggris. Entah apa yang telah merasuki diriku. Aku tidak bisa bermain
seperti biasanya. Aku kehilangan ketajamanku di depan gawang. “ Danilo, bermainlah yang
benar. Kalau terus bermain seperti ini, akan kukembalikan kau ke Brazil.’ Ujar Pak Alex.
Berbulan-bulan lamanya, performaku terus menurun. “Danilo. Ini serius. Kau harus bermain
lebih bagus. Pertandingan hari ini, kau akan dicadangkan. Oh, ya. Perkenalkan ini Leonardo.”
Imbuh Pak Alex. Betapa terkejutnya diriku. “Danilo. Lama tidak berjumpa. Aku baru saja
direkrut. Senang bisa menjadi rekanmu.” Orang itu adalah Leonardo. Dia adalah orang yang
pernah merendahkan diriku. Dia sangat berbakat dan gaya bermainnya mirip denganku.
Terlebih lagi, dia adalah pemain terbaik Brazil tahun ini. Semenjak kedatangannya, tempatku
semakin terancam. Leonardo menjadi pemain utama menggantikan diriku. “Danilo, aku
sangat berterimakasih kepada ayahmu. Tolong sampaikan salamku padanya jika kau
menghubunginya.” Ujar Leonardo. “Apa maksudmu?” timpal dirku. “Ayahku mengalami
kebangkrutan. Dia meninggalkanku karena aku dianggap menyulitkan dirinya. Ayahmu
merawat dan mengajariku banyak hal. Dia mengatakan padaku bahwa kekayaan bukan
segalanya, tetapi sikap dan perbuatan kita yang utama. Dia juga yang melatihku bermain
bola. Aku sadar akan kesalahanku dan meminta maaf akan perbuatanku padamu, Danilo.”
Imbuh dirinya. Aku pun sadar akan kesalahanku. Aku terlalu mementingkan uang dan
melupakan Tuhan. Terlebih lagi, aku sudah durhaka pada ayahku. Aku langsung pergi ke
Brazil.
Saat aku kembali ke Brazil, tidak ada orang yang meneriakkan namaku lagi. “Mungkin
mereka sibuk.” Ujar diriku. Aku lantas datang ke rumah ayahku. Aku terkejut karena ayahku
tidak ada di rumah. Aku mencari-cari dirinya. Aku kembali duduk di bar untuk menenangkan
diriku. Saat aku hendak minum, aku melihat seorang perempuan. Parasnya sangat cantik dan
familiar. Kudatangi dia untuk bertanya tentang ayahku. Belum sempat aku berbicara,
ditamparnya diriku. “ Danilo! masih beraninya dirimu menampakkan wajahmu atas semua
perbuatanmu! kau tega mendorongku dengan kasar. Aku sangat membenci dirimu!” aku
langsung sadar bahwa wanita itu adalah Nicole. Ternyata dia adalah wanita yang waktu itu
kudorong. Aku ingin mengejar dirinya, tetapi terlambat. Dia langsung meninggalkan bar itu.
Saat aku beranjak, aku berpapasan dengan seorang pria . “Danilo??!! Renato!! Danilo di sini.
Sudah lama kita tidak berjumpa!!” teriak pria itu. “ Ricardo!! Renato!! Senang bisa bertemu
kalian di sini. Apa yang kalian lakukan di sini dan di mana Fernando? “ balas diriku. “Kau
tidak tahu? Fernando kemarin meninggal akibat kecelakaan dan kami akan menghadiri
pemakamannya.” Aku terkejut dan sedih. “ Baiklah. Aku akan turut serta menghadirinya.
Ngomong-ngomong, apakah kalian ada melihat ayahku?” “Kami tidak tahu pasti. Katanya,
ayahmu sudah lama tidak tinggal di sana.” “Bagaimana mungkin kau tidak tahu kabar ini?
kau itu anaknya.” Aku menjelaskan tentang semua yang terjadi. Mereka meyakinkanku
bahwa belum ada kata terlambat untuk meminta maaf.
Setelah menghadiri pemakaman Fernando, Aku mencari ayahku di Sao Paulo. Ternyata,
dia pindah ke sana untuk mencari pekerjaan. Setelah berhari-hari mencari, aku menemukan
sebuah poster bertuliskan ‘Edinho Sang Legenda Santos Pergi Tanpa Kembali’ Aku
menanyakan poster ini kepada penduduk di sana. Setelah mendapat petunjuk, aku tiba di
sebuah rumah kecil. Aku langsung berteriak “Ayah, Ini aku Danilo. Tapi tidak ada orang
yang menyahut. Seorang pria menghampiriku “Apakah kau Danilo? ayahmu sangat
menyayangimu. Dia kerap bercerita tentang anaknya yang jago bermain bola. Dia sudah lama
meninggal akibat kecelakaan mobil. Saat ditemukan, di dalam dompetnya terdapat foto
dirimu.” Aku benar-benar kaget. Kata tidak bisa menggambarkan perasaan ini. Saat aku
memasuki kamar ayahku, semua dinding ditempeli dengan foto dan berita tentang diriku. Di
mejanya, ada sebuah surat yang masih terbungkus cantik. Aku lantas membacanya.
Danilo, Andai kau membaca surat ini, aku ingin kau tahu bahwa aku sudah memaafkanmu
dan aku benar-benar mencintaimu. Jagoan kecilku, ingatlah bahwa kau adalah satu-satunya
permata bagiku. Permata mungil yang kusayangi selamanya.
Aku benar-benar merasa hancur. Air mataku mengucur deras. Mulutku tidak bisa dibuka.
Aku menyesal belum bisa meminta maaf dan membahagiakan ayahku. Dia pergi dan
membiarkanku terdiam dalam penyesalan. Belum larut kesedihanku ini, aku mendapat kabar
jika Manchester United memutuskan kontrakku karena aku pergi tanpa izin klub.
Aku benar-benar berada di titik terendah dalam hidupku. Aku selalu terbayang-bayang wajah
ayaku dan perkataannya. Aku mengalami depresi berat dan ingin mengakhiri hidupku.
Hidupku sudah hancur total. Aku harap, angin datang dan berkata bahwa semua yang
kualami ini hanya mimpi. Aku memutuskan untuk meloncat dari gedung. Baru kulangkahkan
kakiku, seseorang memelukku dengan erat dari belakang. “Danilo. Jangan akhiri hidupmu.
Masih banyak orang yang mencintaimu. Setiap orang berhak untuk berubah menjadi lebih
baik.” Orang itu adalah Nicole. “Nicole, bagaimana bisa kau ke sini?” “Aku mendengar kabar
tentang dirimu dan ayahmu. Walaupun marah, aku ini masih peduli denganmu, loh! coba saja
tadi aku terlambat, pasti santer berita ‘Danilo Talenta Muda Brazil Berakhir Tragis.’ Kan
tidak lucu!” balasnya. Aku langsung memeluknya dengan erat. “Nicole, maafkan apa yang
telah aku perbuat. Aku menyesali semua yang kulakukan. Maafkan jaguar jelek ini.” Berkat
Nicole, aku kembali yakin bahwa belum ada kata terlambat untuk berubah. Setelah kejadian
itu, aku memutuskan untuk kembali fokus kepada sepak bola. Aku mulai bermain untuk
Santos FC. “Danilo. Kau siap untuk kembali merajai lapangan hijau?” ujar Nicole. “Lebih
dari siap. Ini waktuku.” Balas diriku. Kedatanganku disambut baik. Aku pun berhasil
menjuarai liga Brazil dengan Santos FC.
Performaku semakin melonjak dan lebih baik dari sebelumnya. Aku tidak ingin
mengulang kesalahan lamaku. Aku mulai rajin berdoa dan membantu sesama. Aku juga
membelikan Ricardo dan Renato rumah yang layak ditinggal. Aku juga sering menghabiskan
waktu bersama mereka. Berbulan-bulan, performaku terus meroket dan aku kembali mulai
disorot media. ‘Danilo Permata Yang Kembali.’ Aku juga membawa Santos menjuarai Piala
Dunia Klub dengan mengalahkan Manchester United. “ Danilo, kembalilah ke sini. Klub ini
membutuhkanmu.” Ujar Pak Alex. “Maaf, Pak. Aku lebih nyaman bermain di tanahku
sendiri.” Balas diriku. Aku menjadi idola Brazil. Banyak anak muda menggunakan jerseyku.
Neymar sendiri mengakui diriku sebagai pemain muda terbaik Brazil. Akhirnya, aku
memenuhi panggilan untuk membela tim nasional Brazil di ajang piala dunia. Aku
menambah porsi latihanku agar bisa memenangi turnamen ini. Aku dan Nicole berlatih
bersama-sama di lapangan. Darinya, aku banyak belajar tentang arti dari kerja keras dan iman
pada Tuhan. “Danilo, jangan pernah menyerah terhadap masalahmu. Aku menjadi yatim
piatu akibat perampokan. Aku tetap yakin dan berdoa bahwa Tuhan punya rencana indah
untukku.” Kata Nicole sembari tersenyum. Berkat keyakinan dan kerja kerasku, aku berhasil
mengantar Brazil ke partai final Piala Dunia. Aku mengalahkan tim-tim kuat lain dengan
mantap. Di ajang itu, aku tampil sangat mengesankan. Aku dijuluki “Jaguar” karena gaya
bermainku mirip jaguar yang tenang tetapi mematikan.
Akhirnya, mimpiku menjadi kenyataan. Inilah momen untuk mewujudkan tekad ayahku
dan negaraku. Di final Piala Dunia, kami berhadapan dengan Spanyol. Pertandingan berjalan
sangat sengit. Skor masih imbang. Aku ditekel dengan keras di kotak penalti. Aku ditunjuk
menjadi algojo tendangan pinalti ini. Riuh penonton menyorakki namaku. Sang bulan dan
bintang seakan-akan menyoroti diriku. Udara malam menusuk ragaku. Di bawah mistar ada
David de Gea, kiper terbaik dunia. Dia berdiri kokoh. Aku membalas dengan senyuman
khasku, sembari menahan rasa sakit ini. Keringat dingin berkucur deras. Jantungku berdetak
kencang. Mataku hanya terfokus pada gawang itu. Akhirnya, kuyakinkan diriku untuk
mengeksekusi pinalti ini. Kukerahkan semuanya untuk menjuarai turnamen akbar ini.
“Pritttt.” Peluit berbunyi. Kuayun kakiku seperti jaguar yang menerkam mangsa. Kulihat
bola meluncur keras merobek jala lawan.” Daniloooooo Brazillll!!! Championnnnnn!!!”
sorak seisi stadion. Brazil menjadi juara dunia. Semua penonton turun dan mengarak-arak
diriku. Aku tak bisa menahan tangis ini. Kukeluarkan air mata haru ini untuk melepaskan
perasaanku. Aku berharap ayahku menonton sambil tersenyum haru. Berita ini tersebar
dimana-dimana. Aku menjadi bintang lapangan hijau. Namaku tersebar di seluruh dunia
sebagai pemain muda terbaik di dunia yang memecahkan rekor dunia. Cristiano Ronaldo
bahkan menghampiriku “ Kau luar biasa. Talentamu itu benar-benar gila. Aku harap kita bisa
menjadi rekan suatu hari nanti.” Aku juga memenangi sepatu emas sebagai pencetak gol
terbanyak dalam sejarah. Banyak klub raksasa menawari kontrak menggiurkan untukku.
Tetapi, semuanya kutolak. Bagiku, bisa membuat Brazil tersenyum sudah lebih dari cukup. “
Selamat atas prestasimu, jaguar jelek.” Ujar Nicole. “ Terima kasih Nicole, Semua ini tidak
akan terjadi jika kau tidak ada di sisiku.” Balas diriku. Kami pun saling berpelukkan.
Setelah menjuarai piala dunia, aku memutuskan untuk berlibur. Aku merasa sangat
bahagia dan haru bisa membanggakan negara dan orang yang kucintai. Aku sudah
memenangi dan meraih prestasi yang luar biasa. Tapi aku masih merasa ada yang kurang dari
hidupku. Aku akhirnya memutuskan untuk menghabiskan waktu di pantai bersama Ricardo
dan Renato. Kulihat mereka sangat bahagia dan menikmati waktu bersama keluarga mereka.
Aku sadar bahwa aku masih kekurangan rasa cinta dan kasih sayang yang hilang setelah
ayahku tiada. Saat aku membuka tasku untuk mengambil baju, sebuah kotak terjatuh. Kubaca
surat di dalamnya.
Untuk Danilo,

Aku tidak tahu kapan kau akan membaca surat ini,. namun kurasa tidak semuanya
kusampaikan melalui surat ini. Karena aku yakin suatu saat kau akan kembali dan itu
memang harus. Danilo ketahuilah bahwa sejak pertama kali kita bertemu, aku seringkali
memperhatikanmu, entah kau menyadarinya atau tidak tapi yang selalu kuingat adalah
senyuman dan permainan bolamu selalu membuatku tidak bisa memalingkan pandanganku
darimu . Kau Tahu?Kau itu curang! Tidak seharusnya kau seperti itu, jaguar jelek yang
membuatku tidak bisa memikirkan orang lain meskipun aku ingin. Aku masih terbiasa
melewati setiap hari bersamamu. Oleh karena itu sejujurnya aku tak ingin kau pergi. Tapi
aku senang kau bisa pergi mewujudkan mimpimu. Kau hebat Danilo. Aku bangga padamu,
Aku selalu yakin bahwa kau bisa. Kau itu ceroboh, kau selalu melukai dirimu sendiri. Apa
kau tau? aku mengkhawatirkanmu, aku takut jika kau di sana tidak memperhatikan dirimu
sendiri. Karena aku sudah terbiasa peduli padamu, aku tdk tau jika kau sudah disana, siapa
yang harus kuperhatikan dan kukhawatirkan disini. Dan apa kau tau? Sikapmu yang selalu
baik kepada semua orang terkadang membuatku cemburu. Aku tidak tau pasti sejak kapan
aku mulai menganggapmu spesial. Namun yang aku tahu bahwa kini aku mencintaimu.
Danilo... aku tidak tahu perasaanmu padaku tapi percayalah dimanapun kau berada, sampai
kapanpun, dan sejauh apapun dirimu pergi, aku selalu memikirkanmu, si jaguar jelek yang
aku sayangi. Aku selalu berharap yang terbaik untukmu. Jaga dirimu baik- baik disana, aku
akan sangat merindukanmu.

Nicole.

Aku benar-benar terharu membaca surat itu. Aku selama ini bodoh dan tidak sadar bahwa
ada seseorang yang sepenuh hatinya mencintaiku. Bahkan, aku tega mengasarinya. Aku tahu
apa yang harus kulakukan. Aku memutuskan untuk berhenti bermain sepakbola. Aku pun
pulang ke Brazil untuk menemui Nicole. “ Nicole, Ini aku Danilo.” ‘Ada apa,Danilo?” “ Aku
sudah membaca hadiah yang kau berikan 10 tahun yang lalu. Maafkan diriku yang bodoh ini.
Aku terlalu cuek untuk menyadari cintamu. Jadi, bolehkah aku meminta izin darimu?” Ujar
diriku. “Izin untuk apa?” tanya Nicole. “Izinkan aku untuk mencintaimu untuk selama-
lamanya.” Ucap diriku. “Danilo, aku sudah lama mencintaimu. Kau itu jaguar jelek yang aku
sayangi” balas Nicole. Kami langsung berpelukkan erat.

Aku dan Nicole memutuskan untuk menikah. Bahagia rasanya bisa menghabiskan sisa
hidupku bersama orang yang sangat kusayangi. Nicole adalah cinta pertama dan terakhirku.
Aku banyak belajar tentang arti cinta dan kebahagiaan dari dia. “Nicole, terima kasih telah
membantuku melewati masa sulitku. Di saat aku hancur, kau datang dan membangkitkan
jiwaku. Tapi tidak perlu khawatir, karena seluruh cinta dan jiwaku ada pada dirimu. Cintamu
benar-benar menyakinkanku bahwa kau adalah cinta yang selama ini aku tunggu. Nicole, aku
cinta dirimu.” Ucap diriku sembari memegang tangannya. “Jaguar jelek, jangan membuatku
menangis. Ketika aku menangis, aku terlihat jelek seperti dirimu. Jika jatuh cinta membuat
orang gila, aku rasa aku sudah gila berkali-kali lipat dari sekadar jatuh cinta biasa. Apapun
yang terjadi, aku akan selalu menenaminu. Ketahuilah, aku sangat menyanyangimu, Danilo.”
Ucap Nicole sembari tersenyum manis. Kami benar-benar sedang kasmaran waktu itu. Waktu
berlalu, aku dan Nicole sudah memiliki seorang anak. Dia tumbuh menjadi anak pencinta
sepakbola dan lucu. “Dia mirip dengan kau, manis dan selalu bisa meluluhkan hatiku.” Canda
diriku. “Jelas dia manis seperti diriku. Tidak seperti jaguar jelek. Tetapi, jaguar itu sangat aku
sayangi karena dialah cinta abadiku.” Balas Nicole. Kami namai dia Ederson untuk
mengenang ayahku. Kami berharap, anak kami bisa menyatukan cinta kami yang murni ini
dan menjadi karunia Tuhan yang indah. Kami juga mendirikan sebuah klub bola. Klub bola
ini kami dedikasikan sebagai rasa cinta kami kepada sepak bola dan negara kami. Kami ingin
sepak bola sebagai budaya Brazil tetap ada sampai kapanpun. Karena bagi kami, sepakbola
itu adalah pemersatu cinta dan kebahagiaan kami. Futebol e Amor.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai