kami berdua di Bandara Internasional Barcelona El- Prat, juga dikenal dengan nama El Prat, adalah bandar udara internasional yang terletak 12 km barat daya dari kota Barcelona, Catalonia, Spanyol, berbaring di kotamadya El Prat de Llobregat, Viladecans dan Sant Boi. Disini kami sekedar berlibur selama tiga hari.Ini jelas kesempatanku untuk mengenal lebih dekat tentang Barcelona, salah satu kota impianku. Saat ini cuaca terlihat cerah dengan hiasan awan biru. “OMG! Hana, mimpi apa kita Hannn!“ teriakku heboh sambil menepuk-nepuk kedua pipiku. Ini sudah sekian kalinya aku berteriak karena terlalu senang, sungguh aku masih tidak percaya tentang ini. “Huaaa aku juga tidak percaya! Dulu kita hanya bermimpi, sekarang beneran lo!! Aku bakal ketemu Messi Ya Tuhan! Senangnya hati ini.” Balas Hana tak kalah heboh. Mendengar nama Messi disebut, otakku langsung teringat pada Ronaldo. “Oh no! Besok adalah pertandingan panas antara Messi dan Ronaldo di Camp Nou! Kita harus kesana!” kataku sambil mengingat-ingat kembali jadwal pertandingan. “Sumpah demi apa! Omg Rachelll!” timpal Hana sambil berjingkrak-jingkrak, sepertinya dia terlalu excited sampai-sampai BRUK!! Ya dia terjatuh ngungsep di atas rumput. Aku tertawa terbahak melihat itu, sungguh konyol, orang-orang disekitar melihat kearah kami dengan tawa tertahan. Hana langsung bangkit dan berpura-pura tidak terjadi sesuatu, dia melanjutkan jalan dengan langkah lebar. Orang gila, gumamku lantas segera menarik koper hitamku menyusul Hana keluar dari Bandara menunggu taxi untuk mengantar kami ke hotel Suizo, tempat kami akan tinggal. Dari bandara memerlukan waktu delapan belas menit untuk sampai di hotel Suizo. Ya, ini bukan hotel bintang lima, tetapi sudah cukup bagi kami yang hanya berdua.
Setelah dua jam kami prepare dan istirahat, kami
berencana mengunjungi Katedral Barcelona, atau lebih dikenal dengan nama Santa Eulalia ini karena lokasi hotel kami terletak di jantung Gothic sehingga hanya butuh waktu empat menit dengan berjalan kaki. Disini kami menikmati kemegahan bangunan tua ini. Katedral Barcelona sendiri adalah katedral Gotik dan pusat kedudukan Keuskupan Agung Barcelona, Spanyol. Setelah puas mengelilingi Katedral kami mampir mengisi perut di Buenas Migas. Aku memilih daftar menu yang menurutku enak, akhirnya aku hanya memesan secangkir kopi dengan roti “A cup of coffee and redvelvet cake, please,” kataku pada pelayan. Sementara Hana memesan kopi dengan pasta. Setelah selesai makan, kami kembali ke hotel dan akan melanjutkan perjalanan besok pagi.
Hari kedua kami di Barcelona adalah menonton
Messi di Camp Nou. Stadion ini mulai dibuka tahun 1957 dengan kapasitas 98.772 kursi dan merupakan kandang dari FC Barcelona, sungguh luar biasa aku bisa mendukung secara langsung. Aku duduk diantara pendukung Barca, kita semua menyanyikan lagu El Cant del Barca dengan suara lantang. Ya Tuhan betapa indahnya stadion ini, dikelilingi lautan manusia berjersey merah-biru. “Rachel lihat itu,” aku menoleh kesamping saat Hana memanggilku. “Omg! Messi?!” aku terkejut saat tiba-tiba Messi melewati kami berdua yang berjarak tujuh meter dari tempat kami berdiri. Ya, pertandingan sudah selesai tiga puluh menit yang lalu dan sekarang Messi ada didepan kami! Oh tidak, ini bukan mimpi. “Hai Messi!” sapa Hana sedikit berteriak, aku masih diam tidak percaya. Messi berhenti sesaat menoleh ke arah kami lalu dia tersenyum. “Hai,” sapa Messi balik. “Permisi, em bolehkan kita minta foto denganmu?” tanya Hana langsung dan di angguki Messi. Ya Tuhan betapa ramahnya dia.
Sekarang adalah hari ketiga kami di Barcelona, setelah
kemarin kami menonton bola, sekarang kami akan menonton pertandingan yang lebih gila, MotoGP. Ya, saat ini kami tengah berada di sirkuit Catalunya yang terletak di pinggiran kota Barcelona, Spanyol. Tepatnya di Montmelo. Ini adalah hari terakhir kami disini sebelum kembali ke Indonesia. Saat ini adalah moment yang aku nanti-nantikan, ya sekarang waktunya Moto3 main. Dari atas tribun aku melihat jelas Riccardo Rossi, idolaku di Moto3. Dia tengah bersiap-siap dengan motornya. Aku tak henti-hentinya berteriak dan berdoa mendukung Ricarrdo. Sementara Hana berteriak mendukung Jaume Masia. Kami saling mendukung idola masing-masing. Race kali ini sangat sengit, Celestino Vietti gagal menyelesaikan balapan karena crash lumayan parah. Dan ini adalah hari keberuntungan untuk Riccardo dia naik podium, dia memenangkan race kali ini “Yuhuuu! Ricard congrats! Grande rikkkk grandeee!” aku tak henti-hentinya tersenyum. Dia menang posisi pertama di susul Jaume Masia dan Tony Arbolino. Setelah wawancara selesai aku dan Hana pencar, aku berlari menemui Riccardo Rossi di paddock Boe Skull Rider sementara Hana ke Leopard. Setelah sampai di depan paddock kakiku tiba-tiba lemas seperti jelly. Didepanku ada Ricard, panggilanku untuk Riccardo. Dengan jarak empat meter aku dapat melihat dengan jelas kalau dia tengah duduk diatas motornya dengan tangan memegang minuman berlogo Joker. Dia habis merayakan kemenangan bersama timnya. Ya Tuhan, apakah aku bermimpi? Apakah dia Ricard yang ada di ponselku? Apakah ini benar-benar nyata? Aku terus berbicara pada diriku sendiri, ini benar-benar nyatakan? Apa aku sedang bermimpi? Jantungku kembali berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasanya saat matanya melihat keadaanku. Aku terkejut tiba-tiba dia menghampiriku, “Hai! Kuperhatikan sedari tadi kau diam berdiri disini sendirian, apa kau butuh bantuan?” tanyanya dengan tahi lalat diujung senyumnya. Dan aku masih diam tidak percaya akan hal ini. Jantungku kembali berdetak berkali-kali lipat lebih cepat, dan aliran darahku seakan berhenti. Aku ingin berteriak, menangis, dan memeluknya. Ya Tuhan idolaku ada didepanku! dia sedang berbicara denganku! “Haii? Apa kau dengar?” tanyanya lagi. Aku mengedipkan mataku beberapa kali meyakinkan bahwa ini nyata. Lalu aku mendongak ke atas karena dia terlalu tinggi, “Eh em..yes!” jawabku gugup karena aku tidak menyangka ini bakal terjadi padaku. “Baiklah, sepertinya kau kurang fokus. Ini minum buatmu” dia menyodorkan minumannya padaku dan aku menerimanya. Aku kembali menatapnya dan bertanya, “Apakah kau Riccardo Rossi pembalap Moto3 asal Italy?” ya aku memang bodoh bertanya seperti itu. Tapi aku hanya ingin memastikan bahwa ini nyata. Dan dia malah tertawa terbahak, ini membuatku semakin yakin bahwa aku tidak bermimpi. “OMG!!! Ricard aku sangat mengidolakanmu, aku senang sekali bisa bertemu langsung denganmu. Dan terimakasih untuk ini!” ucapku dengan memperlihatkan minuman Joker itu. “Wow terimakasih juga! Senang bertemu denganmu.” balasnya. Aku menghampiri Hana yang juga berjalan ke arahku, dia terlihat memegang kaos Leopard berwarna hijau tosca. Kami benar-benar senang dan tak henti- hentinya tersenyum. Ini adalah musim panas terbaik sepanjang hidupku. I love you Barcelona.