Anda di halaman 1dari 8

Nama: Erlinda Kurnia R

Absen: 11

Kelas: XI IPS 1

SUMMER IN BARCELONA

Udara dingin langsung menyambut kedatangan


kami berdua di Bandara Internasional Barcelona El-
Prat, juga dikenal dengan nama El Prat, adalah
bandar udara internasional yang terletak 12 km
barat daya dari kota Barcelona, Catalonia, Spanyol,
berbaring di kotamadya El Prat de Llobregat,
Viladecans dan Sant Boi. Disini kami sekedar
berlibur selama tiga hari.Ini jelas kesempatanku
untuk mengenal lebih dekat tentang Barcelona,
salah satu kota impianku. Saat ini cuaca terlihat
cerah dengan hiasan awan biru. “OMG! Hana,
mimpi apa kita Hannn!“ teriakku heboh sambil
menepuk-nepuk kedua pipiku. Ini sudah sekian
kalinya aku berteriak karena terlalu senang,
sungguh aku masih tidak percaya tentang ini.
“Huaaa aku juga tidak percaya! Dulu kita hanya
bermimpi, sekarang beneran lo!! Aku bakal ketemu
Messi Ya Tuhan! Senangnya hati ini.” Balas Hana
tak kalah heboh. Mendengar nama Messi disebut,
otakku langsung teringat pada Ronaldo. “Oh no!
Besok adalah pertandingan panas antara Messi dan
Ronaldo di Camp Nou! Kita harus kesana!” kataku
sambil mengingat-ingat kembali jadwal
pertandingan. “Sumpah demi apa! Omg Rachelll!”
timpal Hana sambil berjingkrak-jingkrak, sepertinya
dia terlalu excited sampai-sampai BRUK!! Ya dia
terjatuh ngungsep di atas rumput. Aku tertawa
terbahak melihat itu, sungguh konyol, orang-orang
disekitar melihat kearah kami dengan tawa
tertahan. Hana langsung bangkit dan berpura-pura
tidak terjadi sesuatu, dia melanjutkan jalan dengan
langkah lebar. Orang gila, gumamku lantas segera
menarik koper hitamku menyusul Hana keluar dari
Bandara menunggu taxi untuk mengantar kami ke
hotel Suizo, tempat kami akan tinggal. Dari bandara
memerlukan waktu delapan belas menit untuk
sampai di hotel Suizo. Ya, ini bukan hotel bintang
lima, tetapi sudah cukup bagi kami yang hanya
berdua.

Setelah dua jam kami prepare dan istirahat, kami


berencana mengunjungi Katedral Barcelona, atau
lebih dikenal dengan nama Santa Eulalia ini karena
lokasi hotel kami terletak di jantung Gothic
sehingga hanya butuh waktu empat menit dengan
berjalan kaki. Disini kami menikmati kemegahan
bangunan tua ini. Katedral Barcelona sendiri adalah
katedral Gotik dan pusat kedudukan Keuskupan
Agung Barcelona, Spanyol. Setelah puas
mengelilingi Katedral kami mampir mengisi perut di
Buenas Migas. Aku memilih daftar menu yang
menurutku enak, akhirnya aku hanya memesan
secangkir kopi dengan roti “A cup of coffee and
redvelvet cake, please,” kataku pada pelayan.
Sementara Hana memesan kopi dengan pasta.
Setelah selesai makan, kami kembali ke hotel dan
akan melanjutkan perjalanan besok pagi.

Hari kedua kami di Barcelona adalah menonton


Messi di Camp Nou. Stadion ini mulai dibuka tahun
1957 dengan kapasitas 98.772 kursi dan merupakan
kandang dari FC Barcelona, sungguh luar biasa aku
bisa mendukung secara langsung. Aku duduk
diantara pendukung Barca, kita semua menyanyikan
lagu El Cant del Barca dengan suara lantang. Ya
Tuhan betapa indahnya stadion ini, dikelilingi lautan
manusia berjersey merah-biru. “Rachel lihat itu,”
aku menoleh kesamping saat Hana memanggilku.
“Omg! Messi?!” aku terkejut saat tiba-tiba Messi
melewati kami berdua yang berjarak tujuh meter
dari tempat kami berdiri. Ya, pertandingan sudah
selesai tiga puluh menit yang lalu dan sekarang
Messi ada didepan kami! Oh tidak, ini bukan mimpi.
“Hai Messi!” sapa Hana sedikit berteriak, aku masih
diam tidak percaya. Messi berhenti sesaat menoleh
ke arah kami lalu dia tersenyum. “Hai,” sapa Messi
balik. “Permisi, em bolehkan kita minta foto
denganmu?” tanya Hana langsung dan di angguki
Messi. Ya Tuhan betapa ramahnya dia.

Sekarang adalah hari ketiga kami di Barcelona, setelah


kemarin kami menonton bola, sekarang kami akan
menonton pertandingan yang lebih gila, MotoGP. Ya,
saat ini kami tengah berada di sirkuit Catalunya yang
terletak di pinggiran kota Barcelona, Spanyol. Tepatnya
di Montmelo. Ini adalah hari terakhir kami disini
sebelum kembali ke Indonesia. Saat ini adalah moment
yang aku nanti-nantikan, ya sekarang waktunya Moto3
main. Dari atas tribun aku melihat jelas Riccardo Rossi,
idolaku di Moto3. Dia tengah bersiap-siap dengan
motornya. Aku tak henti-hentinya berteriak dan berdoa
mendukung Ricarrdo. Sementara Hana berteriak
mendukung Jaume Masia. Kami saling mendukung idola
masing-masing. Race kali ini sangat sengit, Celestino
Vietti gagal menyelesaikan balapan karena crash
lumayan parah. Dan ini adalah hari keberuntungan
untuk Riccardo dia naik podium, dia memenangkan race
kali ini “Yuhuuu! Ricard congrats! Grande rikkkk
grandeee!” aku tak henti-hentinya tersenyum. Dia
menang posisi pertama di susul Jaume Masia dan Tony
Arbolino. Setelah wawancara selesai aku dan Hana
pencar, aku berlari menemui Riccardo Rossi di paddock
Boe Skull Rider sementara Hana ke Leopard. Setelah
sampai di depan paddock kakiku tiba-tiba lemas seperti
jelly. Didepanku ada Ricard, panggilanku untuk Riccardo.
Dengan jarak empat meter aku dapat melihat dengan
jelas kalau dia tengah duduk diatas motornya dengan
tangan memegang minuman berlogo Joker. Dia habis
merayakan kemenangan bersama timnya. Ya Tuhan,
apakah aku bermimpi? Apakah dia Ricard yang ada di
ponselku? Apakah ini benar-benar nyata? Aku terus
berbicara pada diriku sendiri, ini benar-benar nyatakan?
Apa aku sedang bermimpi? Jantungku kembali berdetak
dua kali lipat lebih cepat dari biasanya saat matanya
melihat keadaanku. Aku terkejut tiba-tiba dia
menghampiriku, “Hai! Kuperhatikan sedari tadi kau diam
berdiri disini sendirian, apa kau butuh bantuan?”
tanyanya dengan tahi lalat diujung senyumnya. Dan aku
masih diam tidak percaya akan hal ini. Jantungku
kembali berdetak berkali-kali lipat lebih cepat, dan aliran
darahku seakan berhenti. Aku ingin berteriak, menangis,
dan memeluknya. Ya Tuhan idolaku ada didepanku! dia
sedang berbicara denganku! “Haii? Apa kau dengar?”
tanyanya lagi. Aku mengedipkan mataku beberapa kali
meyakinkan bahwa ini nyata. Lalu aku mendongak ke
atas karena dia terlalu tinggi, “Eh em..yes!” jawabku
gugup karena aku tidak menyangka ini bakal terjadi
padaku. “Baiklah, sepertinya kau kurang fokus. Ini
minum buatmu” dia menyodorkan minumannya padaku
dan aku menerimanya. Aku kembali menatapnya dan
bertanya, “Apakah kau Riccardo Rossi pembalap Moto3
asal Italy?” ya aku memang bodoh bertanya seperti itu.
Tapi aku hanya ingin memastikan bahwa ini nyata. Dan
dia malah tertawa terbahak, ini membuatku semakin
yakin bahwa aku tidak bermimpi. “OMG!!! Ricard aku
sangat mengidolakanmu, aku senang sekali bisa bertemu
langsung denganmu. Dan terimakasih untuk ini!” ucapku
dengan memperlihatkan minuman Joker itu. “Wow
terimakasih juga! Senang bertemu denganmu.”
balasnya. Aku menghampiri Hana yang juga berjalan ke
arahku, dia terlihat memegang kaos Leopard berwarna
hijau tosca. Kami benar-benar senang dan tak henti-
hentinya tersenyum. Ini adalah musim panas terbaik
sepanjang hidupku. I love you Barcelona.

Pengarang: Erlinda Kurnia R

Anda mungkin juga menyukai