Anda di halaman 1dari 14

Pergeseran Teknik dan Material Marbling pada Tekstil

sebagai Konsekuensi dari Perkembangan dan Inovasi

Aldi Hendrawan
Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom
Jalan Telekomunikasi no.1, Terusan Buah Batu, Bandung

ABSTRACT

Marbling technique that has been widely known even before the 15th century has a good poten-
tial in the field of textile industry although its application is generally known only on paper. This
potential is an opportunity that could be used more widely, but many obstacles arise particularly on
the availability of rare and high material costs. This research uses experimental methods, approaches
literature and historical studies in order to seek alternative local raw materials that can be applied
to the textile using the technique of marbling. This research result describes cornstarch and tapioca
as raw material for the most improved local instead of gel medium on marbling techniques. Local
raw materials at affordable prices become good potential for the textile industry menengenah. This
development could ultimately justified as a process of cultural evolution which manifests itself in the
development of textile processing driven by economic motives and technology.

Keywords: Marbling, engineering, textile, local ingredients

ABSTRAK

Teknik marbling yang telah dikenal luas bahkan sebelum abad ke-15 memiliki potensi
yang cukup baik dalam bidang industri tekstil walaupun pengaplikasiannya yang umum
dikenal hanya pada kertas. Potensi ini merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan secara
lebih luas, namun berbagai kendala muncul terutama dalam hal ketersediaan material yang
langka dan tinggi harganya. Penelitian ini menggunakan metoda eksperimentasi, pendekat-
an literatur dan kajian sejarah guna mencari alternatif bahan baku lokal yang dapat di-
aplikasikan pada tekstil menggunakan teknik marbling. Hasil penelitian ini menjelaskan
tepung maizena dan tapioka menjadi bahan baku lokal yang paling baik sebagai pengganti
medium gel pada teknik marbling. Bahan baku lokal dengan harga terjangkau menjadi po-
tensi baik untuk para pelaku industri tekstil menengah. Perkembangan ini pada akhirnya
bisa dijustifikasi sebagai sebuah proses evolusi kebudayaan yang termanifestasikan dalam
perkembangan pengolahan tekstil yang didorong oleh motif ekonomi dan teknologi.

Kata kunci: Marbling, teknik, tekstil, bahan lokal


Panggung Vol. 27 No. 1, Maret 2017 2

PENDAHULUAN perdananya dilaksanakan pada Paris Fashion


Teknik marbling merupakan salah satu Week Spring/Summer 2010, Spring/Summer
teknik produksi yang memiliki potensi 2011 dan Fall/Winter 2011.
pengembangan yang sangat besar karena Penulis menemukan beberapa kendala
belum popular di masyarakat dan banyak jika teknik marbling tekstil tersebut mengi-
dilakukan pengembangan. Teknik marbling kuti prosedur yang telah ada dan dikaitkan
atau ebru adalah suatu teknik menghias ker- dengan kondisi lingkungan tempat ting-
tas dari Persia yang prinsip dasar pemben- gal di Indonesia. Kendala tersebut di anta-
tukan motifnya dengan memainkan pewar- ranya ketersediaan data mengenai teknik
na yang mengambang di atas permukaan marbling pada material tekstil masih mi-
suatu cairan. Berdasarkan pengamatan nim, sebagian besar data mengenai teknik
penulis terdapat variasi bahan dasar, alat marbling yang ada saat ini diperuntukkan
dan metoda pada teknik marbling. Pemilih- pada material kertas. Bila diterapkan pada
an material dasar tersebut memiliki keter- material tekstil belum teruji pada tingkat
kaitan erat dengan tempat (negara), waktu, keberhasilan dalam hal visual maupun
lingkungan dan budaya. Saat ini pengap- kekuatannya. Terlebih jika digunakan un-
likasian dari teknik ini tidak terbatas ha- tuk material fashion yang harus washable.
nya digunakan sebagai seni dekorasi pada Kedua yaitu ketersediaan bahan dalam
kertas atau sampul buku. Pada perkem- teknik marbling tradisional, bahan yang di-
bangannya saat ini teknik marbling sudah gunakan untuk pengental atau pembuat gel
mulai diterapkan pada material tekstil, adalah gum tragacanth, yaitu getah yang di-
terlihat dari semakin banyak kain ataupun peroleh dari batang tanaman berduri yang
desainer fashion yang menggunakan motif disebut Gaven. Tanaman Gaven tersebut
marbling pada hasil karyanya. Salah satunya tumbuh secara alami di wilayah Persia dan
ialah Didit Hediprastyo, ia adalah salah Turki. Selain sulit ditemukan, mempersiap-
satu desainer muda berbakat yang memu- kan larutan dari getah tragacanth telah ter-
lai kariernya dengan menempuh pendidik- bukti merupakan masalah serius. Saat ini
an di Parson fashion school di New York pengental yang paling banyak digunakan
dan Paris. Setelah lulus Didit Hediprasetyo untuk teknik marbling adalah karagenan,
memulai karirnya dengan memunculkan tetapi material ini pun sulit ditemukan.
sebuah brand fashion dari namanya sendiri Dan kalaupun ada harganya relatif tinggi,
di Paris. Didit telah menampilkan 3 kali sekitar Rp350.000/kg. Ketiga ialah kondisi
fashion show tunggal di Paris, Perancis. Show lingkungan, di mana kadar mineral yang

Gambar 1 Koleksi busana Didit Hediprasetyo yang berbahan tekstil marbling,


untuk Paris Fashion Week Spring/Summer 2011.
(Sumber: Dokumentasi Didit Hediprasetyo, 2011)
Hendrawan: Pergeseran Teknik dan Material Marbling pada Tekstil 3

terkandung dalam air sumur relatif tinggi. nya. Dalam perjalanannya, tiap kota meng-
Hal ini berpengaruh pada tingkat keber- adaptasi teknik dan mengganti material
hasilan teknik marbling, karena pewarna serta resep yang disesuaikan dengan bahan
akan tenggelam pada cairan atau gel yang yang ada dan familiar di kota tersebut.
mengandung mineral tinggi. Oleh karena Teknik marbling ini sangat populer di
itu air yang digunakan untuk pembuatan wilayah Timur Tengah yang mayoritas
gel, harus air yang telah mengalami pe- adalah muslim. Dalam seni rupa masyara-
nyulingan. Hal ini menjadi kendala jika kat muslim, sangat kental nuansa orna-
memproduksi marbling yang berukuran be- men (biasanya floral), di mana masyarakat
sar karena membutuhkan biaya yang besar Eropa sangat populer dengan ekpresi seni
pula untuk mendapatkan air marbling. rupa realisnya. Dikarenakan dalam ajar-
Teknik marbling merupakan seni dekora- an Islam terdapat larangan untuk meng-
tif khas negara Timur Tengah, meskipun ti- gambar manusia dan binatang, maka seni
dak diketahui kapan dan di negara mana rupa yang populer di masyarakat tersebut
seni marbling lahir. Sejumlah sumber dari adalah kaligrafi, iluminasi, seni ornamen,
Persia menyebutkan bahwa teknik tersebut dan sebagainya. Tidak terkecuali dengan
pertama kali muncul di India. Dibawa dari teknik marbling. Teknik marbling ini juga
India ke Persia, dan dari sana ke Utsmani. digunakan di Cina pada era Dinasti Ming,
Menurut sumber lain, seni marbling lahir di yang kemudian berkembang di Jepang.
kota Bukhara di Turkistan. Di Barat, ’Ebru’ Dalam tradisi craft Jepang, terdapat suatu
dikenal sebagai ’kertas Turki.’Teknik ini teknik yang disebut ‘suminagashi’. Sumi arti-
dinamai “marbling” dikarenakan orang- nya adalah tinta, sedangkan nagashi adalah
orang Eropa yang pertama kali melihat mengambang. Selain digunakan untuk
contoh-contoh hasil terdahulu menyebut- menghias buku, teknik suminagashi ini juga
kan bahwa motifnya mirip dengan mo- digunakan untuk membungkus hadiah,
tif pada batu marmer, atau marble stone. atau furoshiki.
Teknik ini awalnya dinamakan ‘Ebru‘ yang Pada abad ke-18 terjadi ketertarikan
berarti seni awan oleh orang Persia pada umum terhadap marbling. Teknik ini dite-
abad ke-15. Ebru sendiri kemudian diarti- rapkan menjadi kertas dekoratif yang di-
kan sebagai motif ombak atau gelombang gunakan pada penjilid buku. Orang-orang
berwarna diatas kertas. Inggris berjasa atas penyebaran teknik
Sebagian besar meyakini bahwa mar- marbling ini, karena mereka telah mempub-
bling berasal dari Persia pada tahun 1400-an. likasikan beberapa buku tentang proses
Sampai sekarang tidak diketahui siapakah marbling, yang sebelumnya ditutup rapat.
nama pencipta teknik tersebut. Sejarah Orang-orang Inggris pada awalnya menge-
penciptaannya diperkirakan terjadi secara nal teknik marbling ini ketika mengembara
tidak sengaja. Sang penemu mengamati ke wilayah Timur Tengah, dan kemudian
bahwa cat mengambang di atas air. Dari mendokumentasikan dan mempublikasi-
pengamatan inilah seniman tersebut ter- kannya. Diketahui adalah George Sandys,
inspirasi untuk mencoba melakukan suatu yang pada tahun 1610 membuat catatan
teknik yang sekarang dinamakan marbling. mengenai keberadaan kertas-kertas bermo-
Formula asli dari marbling yang pertama tif di Turki. Sir Thomas Herbert juga menye-
kali, sudah tidak diketahui lagi. Tetapi, butkan mengenai keberadaan kertas-kertas
proses tersebut bergerak dari kota ke kota tersebut dalam catatan perjalanannya ke
melalui Turki, Spanyol, Italia, Perancis, dan Persia pada tahun 1627-1629. Buku menge-
selanjutnya melewati wilayah Eropa lain- nai teknik marbling yang paling populer
Panggung Vol. 27 No. 1, Maret 2017 4

merupakan karangan Charles Woolnough, sekitar abad 16 dan 17, dan bisnisnya mulai
seorang seniman marbling dari Inggris, yang berkembang di Jerman dan Prancis, dan ke-
mempublikasikan bukunya, The art of Mar- mudian menyebar ke negara-negara Ero-
bling, pada tahun 1853 (Robinson, 1969:78). pa lainnya. Pada dasarnya, prinsip dalam
Selama berabad-abad seni ini telah di- teknik marbling dapat dibilang sama, yaitu
manfaatkan dalam berbagai bentuk, orang cat dibuat mengambang di permukaan air
Turki menggunakannya sebagai elemen atau gel, lalu cat tersebut dibentuk menjadi
seni figuratif. Mereka meletakkan cut paper motif sesuai dengan rancangan yang kita
stencil atau media block kemudian melaku- inginkan, kemudian dipindahkan ke dalam
kan marbling daerah yang berbeda dengan material kertas.
figur manusia dan binatang. Mereka juga Pada perkembangannya, unsur tek-
menggunakan pola marbling untuk bingkai nologi dan inovasi menjadi konsekuensi
pembatas. Perkembangan seni marbling ti- logis sekaligus solusi bagi persoalan di
dak lepas dari pembuatan manuskrip atau atas. Penulisan ini berupaya untuk melihat
naskah. Manufaktur penghasil kertas ebru pergeseran yang terjadi dari segi teknik dan
memproduksi dan memasoknya untuk ke- medium pada pengolahan tekstil dengan
butuhan-kebutuhan baik dokumen resmi menggunakan teknik marbling. Eksperimen
atau kebutuhan artistik. Populer dan pesat- yang dilakukan terutama berkaitan dengan
nya industri bisnis kertas ebru, akhirnya me- menemukan bahan baku lokal yang dapat
munculkan banyak seniman marbling yang ter- digunakan dengan tingkat efektifitas yang
kenal. Mereka bereksperimen dengan teknik kurang lebih sama dengan bahan baku yang
marbling kemudian menemukan motif demi semsteinya digunakan. Hal tersebut memi-
motif, sampai yang sedemikian rupa rumit. liki diutamakan untuk dapat menekan ong-
Seniman marbling yang sangat populer dan kos produksi pada pengaplikasian teknik
pertama kali dikenal adalah seorang seni- marbling pada sentra industir kecil hingga
man yang bernama Sebak, yang tercatat menengah. Potensi yang besar dari pene-
dalam Tertib-i Risale-i Ebri, yaitu naskah rapan teknik ini pada material tekstil ten-
atau dokumen tertua mengenai marbling. tunya diharapkan bisa memperkaya krea-
Selain Sebak, marbler yang juga populer tifitas, dalam menemukan motif dan visual
pada masanya adalah Hatip Mehmed Ef- baru dari industri tekstil di Bandung.
fendi, ia dianggap memiliki gaya yang sa- Bahan yang penting untuk melakukan
ngat khas dalam karya marblingnya. Selain teknik marbling adalah gel, atau bahan yang
seorang marbler, ia merupakan seorang kental sebagai mediator. Fungsi dari gel
pengkhotbah di Mesjid Aya Sofya di Istan- tersebut adalah sebagai media pewarna un-
bul (Robinson, 1969:135). tuk mengambang di atasnya dan kemudian
Seiring berkembangnya zaman, kertas dibentuk menjadi motif yang diinginkan
marbling mulai tergantikan oleh kertas-kertas untuk selanjutnya motif yang telah diben-
industri dari Eropa, yang jauh lebih eko- tuk tersebut dipindahkan ke atas kain. Ba-
nomis dan praktis. Namun, eastern craft han dasar yang digunakan untuk gel pada
ini tetap dipertahankan dan diperjuang- teknik marbling cukup beragam, namun
kan, yaitu salah satu yang populer adalah pada eksperimen kali ini, penulis menggu-
Mustafa Duzgunman, dan dianggap seba- nakan dua macam bahan, yaitu tepung mai-
gai sosok yang berpengaruh dalam tradisi zena dan tapioka atau dikenal juga dengan
marbling, mewariskan dan menyebarkan- nama aci sebagai alternatif bahan lokal yang
nya. Kertas marbling ‘dibawa’ ke Eropa pada mudah didapat serta murah harganya.
Hendrawan: Pergeseran Teknik dan Material Marbling pada Tekstil 5

METODE perimen. Konsep desain produk (bentuk,


Penelitian ini menggunakan metodo- warna, konstruksi, dan proses produksi).
logi kualitatif dengan pendekatan eksperi- 3. Membuat solusi desain dan konsep de-
mentasi pada beberapa bahan baku lokal sain alternatif berdasarkan analisa hasil
yang dicobakan efek penggunaanya meng- eksperimen.
gunakan teknik marbling pada medium 4. Detail desain secara keseluruhan struk-
tekstil. Beberapa bahan baku lokal terse- tur komposisi yang mencakup struktur
but ialah, tepung maizena, tapioka, bu- konstruksi modul tekstil, pemilihan ba-
buk agar-agar, dan tepung mokaf. Metode han baku pendukung, estetika, dan pro-
kualitatif yang diterapkan terutama pada ses pembentukan.
pengmpulan data hasil ekperimen, melihat
bahan baku mana saja yang menghasilkan Perancangan Akhir Dan Pembuatan Prototype
efek visual cukup baik hingga baik sekali. 1. Menerapkan hasil analisa dan eksperi-
Studi literatur dan analisa sejarah juga mentasi menjadi bentuk reka motif meng-
menjadi penting dala penulisan ini untuk gunakan teknik marbling yang telah diuji
melihat pergeseran teknik serta medium sebelumnya. Menyempurnaan teknik
dalam penciptaan motif marbling. Studi lite- dan finalisasi prototype.
ratur dalam penulisan ini dicapai dengan
mengkaji artikel, dan penulisan terdahulu HASIL DAN PEMBAHASAN
yang sejenis. Pergeseran Teknik Material Marbling Tekstil
Bahan yang penting untuk melakukan
Perancangan Pokok teknik marbling adalah gel, atau bahan yang
1. Pengumpulan data literatur dan observasi kental sebagai mediator. Fungsi dari gel
lapangan
tersebut adalah sebagai media pewarna un-
Analisa sejarah teknik marbling serta
tuk mengambang di atasnya dan kemudian
bahan baku yang digunakan. Studi lite-
dibentuk menjadi motif yang diinginkan
ratur terutama mengenai pemanfaatan
untuk selanjutnya motif yang telah diben-
dan eksperimentasi teknik marbling pada
tuk tersebut dipindahkan ke atas kain. Ba-
material tekstil.
han dasar yang digunakan untuk gel pada
2. Analisis data
teknik marbling cukup beragam, namun
Menganalisa beberapa bahan baku lokal
pada eksperimen kali ini, penulis meng-
yang memugkinkan untuk diaplikasikan
gunakan dua macam bahan, yaitu tepung
menggunakan teknik marbling pada mate-
maizena dan tapioka atau dikenal juga
rial tekstil. Menganalisa beberapa kemung-
dengan nama aci. Dalam melakukan teknik
kinan permukaan tekstil untuk menemu-
marbling, penulis menggunakan cat pig-
kan optimalisasi warna dan corak.
men sablon serta binder gel dalam proses
3. Penyusunan tahapan kegiatan sebelum
melakukan eksperimen pewarnaanya.1
Berdasarkan material dan teknik yang di-
Pengembangan gunakan, penulis mengklasifikasikan teknik
1. Pengolahan material melalui kegiatan eks- marbling menjadi dua yang juga menandai
perimen menggunakan beragam material pergeseran yang terjadi, yaitu:
tekstil dan bahan baku lokal (melakukan 1. Marbling Tradisional
eksperimen). Marbling tradisional merujuk pada tu-
2. Analisa hasil eksperimen lisan Diane Mauer – Mathison pada buku-
Menganalisa data dengan merumuskan nya yang berjudul The Ultimate Marbling
data yang telah diperoleh dari proses eks- Handbook: A Guide to Basic and Advanced
Panggung Vol. 27 No. 1, Maret 2017 6

Techniques for Marbling Paper and Fabric, nya’. Di samping ketersedian bahan, perbe-
adalah marbling dengan menggunakan daan kandungan kimiawi pada air menjadi
metode dan bahan-bahan yang diperki- faktor berhasil-tidaknya teknik tersebut
rakan atau mendekati ramuan asli dari dilakukan. Para seniman marbling di nega-
zaman dahulu. Ramuan ini masih banyak ra-negara lain mencari bahan pengganti
digunakan digunakan oleh para seniman yang sesuai dengan kopndisi di negaranya
di Timur Tengah, tempat asal teknik ini. tersebut. Dengan demikian teknik marbling
Dalam teknik marbling tradisional, bahan- pun mengalami penyesuaian dan perkem-
bahan yang digunakan antara lain adalah bangan dari waktu ke waktu. Pada teknik
gum tragacanth, yaitu getah yang diperoleh marbling alternatif yang banyak dilakukan
dari batang tanaman berduri yang disebut oleh seniman marbling saat ini, karagenan
gaven. Tanaman gaven tersebut tumbuh umum digunakan sebagai bahan pembut
secara alami di wilayah Persia dan Turki. gel, walaupun pada masa lalu digunakan
(Mauer – Mathison, 1999:27) bahan-bahan lain juga untuk membuat gel
Gum tragacanth merupakan salah satu ini, seperti badderlock yang banyak digu-
resep penting dalam marbling tradisional. nakan di Eropa pada abad ke-19. Air yang
tetapi mempersiapkan larutan dari getah digunakan adalah air suling, karena kadar
tragacanth telah terbukti merupakan ma- mineral yang terkandung dalam air mem-
salah serius, dan seniman seringkali gagal pengaruhi keberhasilan teknik ini. Kadar
untuk mencapai kualitas Ebru Turki yang mineral yang tinggi membuat pewarna ti-
baik. Perbedaan tempat, cuaca dan air juga dak mengambang diatas permukaan cair-
mempengaruhi keberhasilan teknik mar- an. Sedangkan pewarna yang digunakan
bling tradisional. Hal ini yang menyebab- oleh kebanyakan seniman marbling saat
kan teknik marbling disebut ‘teknik yang ini adalah cat akrilik. Seniman dan penu-
misterius’ dan ‘seperti sihir’. Resep ‘wajib’ lis teknik marbling saat ini seperti Ahmet
lainnya dalam marbling tradisional adalah Saral dan Gelen Berry, mendalami teknik
penggunaan empedu sapi sebagai cam- ini hingga menciptakan berbagai pengem-
puran pewarna. Fungsi dari penambahan bangan dalam teknik dan penciptaan mate-
empedu sapi ini adalah untuk mengontrol rial serta alat bantu yang dapat menunjang
warna pada permukaan air dan mencegah teknik ini. Contohnya Gallen Berry yang
warna yang bercampur. Empedu sapi ini menciptakan marbling gall sebagai pengganti
juga sangat diperlukan untuk membuat empedu sapi. Ia pun memodifikasi alat-alat
motif-motif tertentu yang memiliki tingkat penunjang teknik ini dan mengkomersilkan
kerumitan tinggi. Namun empedu sapi penemuan-penemuannya tersebut.
ini tidak dapat bekerja dengan jenis-jenis Dari pengklasifikasian tersebut penulis
pewarna tertentu, misalnya pada beberapa membuat tabel perbandingan antara teknik
warna cat akrilik. marbling tradisional dengan teknik marbling
2. Marbling Alternatif alternatif (lihat Tabel 1).
Teknik marbling alternatif, masih menu- Sebelum diolah menjadi sebuah karya
rut Mathison, adalah teknik marbling yang diperlukan beberapa langkah persiapan
telah mengalami perkembangan dan pe- untuk penyempurnaan material, sehingga
nyesuain baik dalam bahan yang diguna- proses produksi karya berjalan dengan
kan, maupun dalam proses yang dilakukan. baik. Adapun langkah - langkah yang pe-
(Mauer – Mathison, 1999:32) Teknik mar- nulis lakukan sebagai berikut :
bling tradisional terbukti memiliki kendala a) Pembersihan Kain
tersendiri jika dialakukan diluar ‘habitat- Hal pertama yang penulis lakukan
Hendrawan: Pergeseran Teknik dan Material Marbling pada Tekstil 7

Tabel 1 Perbandingan Teknik Marbling Tradisional dengan Teknik Marbling Alternatif

Bahan yang digunakan Teknik Marbling Tradisional Teknik Marbling Alternatif


Air Air yang diambil dari alam Air yang telah disuling
Pengental cairan Gum Traganacant Badderlock, Irish moss, kara-
genan, maizena, dll
Pewarna Pewarna nabati/ochre Cat akrilik
Campuran pewarna Empedu sapi Empedu sapi, marbling gall
(Gallen Berry)
Mordan Tawas (dioleskan pada material Tawas (dioleskan pada material
yang akan dimarbling) yang akan dimarbling)
Penerapan Pada kertas, sebagai penjepit • Pada kertas, sebagai penjepit
buku, sampul, eleme estetis buku, sampul, eleme estetis.
• Pada tekstil

adalah pemasakan kain dengan teepol. Tu-


juan pemasakan ini adalah untuk mem-
bersihkan kain dari kotoran - kotoran yang
menempel pada kain sehingga dapat meng-
hambat penyerapan zat warna pada kain.
Kain dimasak dalam air yang telah dicam-
pur teepol dengan komposisi 1gr/l, dalam
waktu 30 menit. Setelah itu kain dicuci de-
ngan detergen lalu diamkan hingga kering.
b) Pemberian Zat Mordan Gambar 2. Bak penampung gel
(Sumber: dokumentasi penulis)
Zat mordan merupakan zat pembantu
dalam pewarnaan kain. Warna pada kain Pada proses marbling ini, penulis mencoba
yang telah dimordan akan terlihat lebih 2 macam bahan gel yaitu, tepung maize-
jelas. Mordan yang ditambahkan adalah na dan tapioka atau aci. Adapun langkah
mordan basa yaitu tawas. Prosedur dalam – langkah pada proses ini adalah sebagai
pemordanan adalah dengan merebus kain berikut:
dalam air yang telah diberi zat mordan. Air a. Membuatan gel dilakukan dengan cara
dimasak hingga mendidih, lalu masukkan menaburkan tepung maizena atau tapi-
zat mordan (tawas) dengan komposisi 1gr/ oka ke dalam air mendidih dan diaduk
liter, aduk hingga merata. Setelah itu kain hingga mengental. Pengadukan tersebut
direbus selama 30 menit sambil diaduk. dilakukan agar tidak terjadi gumpalan
Hal ini dilakukan seluruh bagian kain ter- – gumpalan, yang akan mengganggu
kena mordan secara merata. proses marbling.
Dalam proses marbling, diperlukan wa- b. Gel yang sudah dibuat dimasukkan ke
dah atau bak sebagai penampung gel. U- dalam bak atau wadah penampung.
kuran bak disesuaikan dengan ukuran kain c. Menaburkan zat warna keatas gel.
yang akan digarap. Penulis membuat bak d. Pewarna yang digunakan dalam proses
penampungan dengan material papan yang marbling ini pigmen sablon yang dicam-
dilapisi terpal agar tidak tembus air. purkan dengan binder gl dan air.
e. Pembentukan motif marbling dengan
Proses Marbling
menggunakan sumpit.
Setelah kain dicuci dan diberi zat mor-
f. Kain dibentangkan dan diletakkan di
dan, langkah selanjutnya adalah marbling.
atas gel yang telah bermotif.
Panggung Vol. 27 No. 1, Maret 2017 8

g. diamkan kain selama 3 menit serta pasti- Eksperimen Teknik Marbling


kan seluruh bagian kain menempel pada Untuk mendapatkan takaran yang sesu-
gel. Hal ini dilakukan agar motif yang ai, dan untuk mengetahui potensi-potensi
berada pada gel menempel baik dan dari material yang akan dibuat, penulis
merata pada kain. melakukan eksperimen. Eksperimen di-
h. Kain diangkat lalu dibersihkan dari sisa lakukan dalam komposisi dan takaran
– sisa gel yang menempel. pewarna serta material gel marbling. Berikut
i. Kain didiamkan hingga kering. ini beberapa hasil eksperimen yang telah di-
j. Mencuci kain dengan detergen. lakukan:
k. Kain dijemur hingga kering.

Tabel 3 Hasil Eksperimen menggunakan teknik marbling dengan bahan baku alternatif pada
medium kain.

No. Hasil Eksperimen Material dan Komposisi Keterangan


1 Gel : maizena 100g/l
Pewarna : binder gl + pigmen

2 Gel : maizena 100g/l


Pewarna : binder gl + pigmen

3 Gel : maizena 50g/l


Pewarna : binder gl + pigmen
Hendrawan: Pergeseran Teknik dan Material Marbling pada Tekstil 9

No. Hasil Eksperimen Material dan Komposisi Keterangan


4 Gel : maizena 50g/l
Pewarna : binder gl + pigmen

5 Gel : tapioka 100g/l


Pewarna : binder gl + pigmen

6 Gel : tapioka 100g/l


Pewarna : binder gl + pigmen

7 Gel : tapioka 100g/l Menggunakan gel be-


Pewarna : binder gl + pigmen kas pencelupan pada
no.6 dengan penam-
bahan pewarna dan
pembentukan motif
baru.
Panggung Vol. 27 No. 1, Maret 2017 10

No. Hasil Eksperimen Material dan Komposisi Keterangan


8 Gel : tapioka 100g/l Menggunakan gel be-
Pewarna : binder gl + pigmen kas pencelupan pada
no. 7 dengan penam-
bahan pewarna dan
pembentukan motif
baru

9 Gel : tapioka 100g/l Menggunakan gel be-


Pewarna : binder gl + pigmen kas pencelupan pada
no. 8 dengan pemben-
tukan motif baru

10 Gel : tapioka 100g/l Menggunakan gel be-


Pewarna : binder gl + pigmen kas pen-celupan pada
no. 9 dengan penam-
bahan pewarna dan
pembentukan motif
baru

11 Gel : tapioka 100g/l


Pewarna : binder gl + air + pig-
men
Perbandingan binder gl de-
ngan air 1:1
Hendrawan: Pergeseran Teknik dan Material Marbling pada Tekstil 11

No. Hasil Eksperimen Material dan Komposisi Keterangan


12 Gel : tapioka 100g/l
Pewarna : binder gl + air + pig-
men.
Perbandingan binder gl de-
ngan air 1:1

13 Gel : tapioka 100g/l Menggunakan gel be-


Pewarna : binder gl + air + pig- kas pencelupan pada
men no.12 dengan penam-
Perbandingan binder gl de- bahan pewarna dan
ngan air 1:1 pembentukan motif
baru

14 Gel : tapioka 100g/l Menggunakan gel be-


Pewarna : binder gl + air + pig- kas pencelupan pada
men no.13 dengan penam-
Perbandingan binder gl de- bahan pewarna dan
ngan air 1:1 pembentukan motif
baru

15 Gel : tapioka 100g/l


Pewarna : binder gl + air + pig-
men
Perbandingan binder gl de-
ngan air 1:1
Panggung Vol. 27 No. 1, Maret 2017 12

No. Hasil Eksperimen Material dan Komposisi Keterangan


16 Gel : tapioka 125g/l
Pewarna : binder gl + air + pig-
men
Perbandingan binder gl de-
ngan air 1:1

17 Gel : tapioka 100g/l


Pewarna : binder gl + air + pig-
men
Perbandingan binder gl de-
ngan air 1:1
Ragam hias dengan puff + pig-
men

18 Gel : tapioka 100g/l


Pewarna : binder gl + air + pig-
men
Perbandingan binder gl de-
ngan air 1:1
Ragam hias dengan puff + pig-
men

19 Gel : tapioka 100g/l


Pewarna : binder gl + air + pig-
men
Perbandingan binder gl de-
ngan air 1:1
Ragam hias dengan puff + pig-
men
Hendrawan: Pergeseran Teknik dan Material Marbling pada Tekstil 13

No. Hasil Eksperimen Material dan Komposisi Keterangan


20 Gel : tapioka 100g/l
Pewarna : binder gl + air + pig-
men
Perbandingan binder gl de-
ngan air 1:1
Ragam hias dengan gl + pig-
men

21 Gel : tapioka 100g/l


Pewarna : binder gl + air + pig-
men
Perbandingan binder gl de-
ngan air 1:1
Ragam hias dengan puff + pig-
men + foil, gl + pigmen.

SIMPULAN disional ke alternatif tidak dapat lepas dari


Teknik marbling merupakan salah satu perubahan kebudayaan yang berkaitan de-
teknik yang popular dan memiliki sejarah ngan teknologi dan ekonomi. Leslie White
yang panjang terutama dalam pengolah- seorang antropolog, seperti yang dikutip
an tekstil. Walaupun pada awalnya kerap oleh Heddy Shri Ahimsa-Putra dalam pida-
digunakan sebagai ornamen pada kertas, to pengkuhan guru besarnya, menyebut ini
marbling pada tekstl mengalami perkem- sebagai evolusi kebudayaan, dalam hukum-
bangan yang pesat. Kendala yang diha- nya yang terkenal C=ExT atau Culture atau
dapi dalam prosesnya, termasuk dalm hal kebidayan ialah Energy yang dikalikan de-
sulitnya bahan bahan baku yang berakbat ngan Teknologi. Energi kemudian diartikan
pada tingginya biaya produksi sementara lebih lanjut sebagai unsur ekonomi. White
permintaan pasar dan tuntutan industri se- menganggap bahwa energi dan teknologi
makin tinggi. Hal tersebut kemudian men- yang membuta kebudayaan akan terus ber-
dorong bergesernya teknik dan penggunaan evolusi (Ahimsa-Putra, 2008:9).
material ke arah yang lebih mudah dan eko- Perkembangan dan inovasi merupa-
nomis. Pergeseran dari teknik marbling tra- kan konsekuensi logis terutama dalam bi-
Panggung Vol. 27 No. 1, Maret 2017 14

dang kreatif seperti fashion termasuk juga Penulisan ini belumlah cukup untuk bisa
di dalamnya pengolahan tekstil. Keduanya merangkum kekayaan dan kemungkinan
merupakan pendorong utama dalam peng- baru dalam teknik marbling, penulisan lain-
kayaan bukan hanya visual namun juga nya diperlukan untuk memperluas cakrawa-
pemanfaatan material serta teknik baru. la terutama mengenai fungsinya sebagai
Merujuk pada tulisan Yasraf Amir Piliang pengembangan industri berbasis rumahan.
yang diterbitkan pada Jurnal Panggung Vo-
lume 24, nomor 3 tahun 2014 yang berjudul Catatan Akhir
1
Kreatifitas Desain Kuliner dan Sistem Ino- Lebih lanjut tentang bahan-bahan untuk
melakukan teknik marbling, lihat Guyot, Don.
vasi Lokal. Piliang menuliskan, bahwa de- Suminagashi: An Introduction to Japanese Mar-
ngan mempertimbangkan ranah kreatifitas, bling. Sea#le Brass Galley Press, 1988.
sistem inovasi terbagi menjadi tiga bagian
yang berkembang secara simultan di ling- Daftar Pustaka
kungan industri salah satunya di daerah Heddy Shri Ahimsa Putra
Bandung dna sekitarnya. Pertama, sistem 2008 Paradigma dan Revolusi Ilmu dalam
inovasi terbuka (open system), yaitu sistem Antropologi Budaya. Pidato Pengu-
inovasi yang bersifat dinamis, kosmopolit, kuhan Guru Besar pada Fakultas Ilmu
komprehensif dan membuka diri terhadap Budaya Universitas Gadjah Mada.
berbagai bentuk perubahan fundamental
atau radikal. Sistem terbuka ini ditunjuk- Mauer – Mathison, Diane
kan oleh ranah kreativitas di kota Bandung 1999 The Ultimate Marbling Handbook: A
dan sekitarnya, yang memiliki sub-ranah Guide to Basic and Advanced Techniques
ekspresi, produksi, diseminasi, dan apresia- for Marbling Paper and Fabric. Watson-
si yang relatif lengkap. Kedua, sistem inovasi Guptill Publications.
liminal (liminal system), yaitu sistem inovasi
yang mulai memperkenalkan perubahan, Piliang, Yasraf Amir
tetapi masih terikat pada nilai-nilai tradisi 2014 Kreatifitas Desain Kuliner dan Sis-
dan kultural yang ada. Ketiga, sistem inovasi tem Inovasi Lokal, Bandung: Jurnal
tertutup (closed system), yaitu sistem yang sa- Panggung. Institut Seni Budaya In-
ngat kuat terikat pada nilai-nilai kebiasaan, donesia. Vol.24 no.3 2014.
tradisi, habitus, konservasi, sehingga hanya
memberi toleransi perubahan minor atau Robinson, Stuart
parsial, bukan perubahan fundamental (Pi- 1969 A history of dyed textiles: dyes, fibres,
liang, 2014:293). painted bark, batik, starch-resist, discharge
tie-dye, further sources for re search.
London: Studio Vista.

Anda mungkin juga menyukai