Anda di halaman 1dari 73

SAMBUTAN KETUA UMUM

IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)

PERIODE 2013-2015

Assalamualaikum, Wr, Wb.

Salam Pengabdian dan salam Mahasiswa Santri. Spirit berkhidmat selalu menjadi modal
pemuda progressif di setiap langkah setapak demi setapak yang dilalui hingga mencapai
kematangan pribadi unggul dan ready dalam agenda pengabdiannya. Niat mengabdi
merupakan deskripsi keikhlasan total di setiap hal yang dilakukan untuk kepentingan umat,
tanpa ada maksud tertentu yang diharapkan di kemudia hari terkecuali berbuat,
beraktualisasi, dan mendedikasikan potensi diri demi kemaslahatan umum.

Di zaman yang sudah serba instan dengan berbagai dialektika modernisme seperti saat ini,
sangat jarang kita jumpai individu maupun kelompok yang mau mengabdikan tenaga dan
kemampuan yang dimiliki untuk kebaikan orang lain. Karakter individualistik dalam setiap
tindak-tanduk masyarakat sangat tampak, hingga seakan-akan mereka abai terhadap apa
yang terjadi di sekitar mereka dan acuh terhadap orang lain yang sebetulnya sangat
membutuhkan uluran tangan sesama.

Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) sebagai komunitas yang “unik” dengan julukan
Mahasiswa Santri yang disandang, tentu sejak dini dipupuk dengan semangat pengabdian
dalam diri mereka. Dalam kehidupan multikultural, multiprimordial, dan interaksi corak
ideologis yang bervariasi tentu akan mempengaruhi karakter seseorang jika sudah masuk ke
dalamnya, dengan demikian, harus ada benteng yang ditanamkan dalam watak setiap kader
agar tidak terpengaruh oleh gempuran life style hedonis yang setiap saat mewarnai
kehidupan sehari-hari terutama di ranah kampus serta di luar kegiatan regular mereka.

IMABA sebagai sebuah organisasi yang mengikat setiap kader lintas wilayah se-Nusantara
hingga luar negri, memiliki tanggung jawab untuk terus menerus menjaga kultur
“kepesantrenan” yang dititipkan kepada setiap kader. Ajaran-ajaran dan pesan moral yang
bersumber dari khazanah Islam yang kental dan dirasakan di setiap sendi-sendi masyarakat
pesantren, termasuk oleh Alumni, dalam hal ini secara spesifik oleh Alumni (Mahasiswa

i
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Santri) berkewajiban untuk melestarikan serta mentransformasikannya kepada khalayak
umum.

Pengabdian dengan keikhlasan yang menjadi modal utama kader di setiap rutinitasnya, tentu
tidak hanya mengabdi dalam aspek ruang yang sempit. Tidak ada parsialitas yang
membatasi ruang pengabdian bagi setiap kader, baik secara personal maupun instansi, selain
mengabdi kepada almamater (pesantren), terdapat lapangan pengabdian yang lebih luas bagi
generasi-generasi yang ditempa oleh organisasi yang sengaja dipersiapkan untuk
kepentingan yang lebih luas, seperti ruang sosial, akademik, lingkungan, dan ruang-ruang
publik yang menjadi kepentingan umat yang lebih luas.

Maka dari itu, Modul Kaderisasi Mahasiswa Bata-Bata (KMB) ini dipersembahkan agar
terjadi koneksi ideologis dan kesamaan corak gerakan bagi setiap langkah oragnisasi yang
terbentang di beberapa kota di Indonesia ini. Dengan harapan bahwa setiap langkah yang
ditempuh oleh semua kader menjadi jembatan untuk mengejewantahkan nilai-nilai yang
menjadi tujuan dan Visi-Misi Organisasi secara utuh.

Wallahu A’lam bi al-Shawab.

Wassalamualaikum,Wr,Wb.

Jakarta, 9 Rabiul Awal 1437

20 Januari 2016

PENGURUS
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
PERIODE 2013-2015

MUHAMAD SALIM
Ketua Umum

ii
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
KATA PENGANTAR

Kaderisasi adalah usaha yang dilakukan secara simultan dan sistematis untuk menghasilkan kader-
kader yang dapat mengaktualisasikan segala potensi dirinya secara maksimal bagi sebuah
organisasi. Di dalam organisasi IMABA, pola pengkaderan yang diterapkan telah dirancang
sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat menghasilkan generasi yang memiliki kualitas unggul.
Kualitas tersebut terangkum dalam rumusan Falsafah IMABA yang disebut Tri khidmat, meliputi
Religius, Akademis, Transformatif. Falsafah tersebut kemudian ditanamkan dalam sebuah program
rutin organisasi, yaitu Kaderisasi Mahasiswa Bata-Bata (KMB).

Dalam rangka mewujudkan Kader IMABA yang bermental Religius, Akademis, Transformatif,
maka kader IMABA yang telah dan sedang berproses harus mampu mengabdikan dirinya kepada
kepentingan umat. Pengabdian kader ini merupakan pengejewantahan dari peran IMABA sebagai
organisasi pengabdian, baik mengabdi kepada agama, Umat, dan Negara. Kader IMABA dapat
memanfaatkan berbagai jalur untuk melakukan pengabdian, terutama yang sesuai dengan
konsentrasi akademik yang dipelajarinya. Oleh karena itu, kader IMABA harus selalu mengasah
segala potensi yang dimiliknya agar menjadi generasi kapabel yang mampu berfikir rasional,
objektif dan kritis, serta mempunyai pengetahuan dan wawasan luas, kader transformatif, yaitu
kader yang mampu mengamalkan dan mentransformasikan ilmu- ilmu yang sudah didapat dengan
aktualisasi bagi kehidupan masyarakat sosial, kader Religius yang baik, yaitu kader yang tetapa
berpegang teguh terhadap nilai-nilai agama (tafaqquh fi al-din), berakhlaqul karimah dan istiqomah
dalam beribadah.

Jakarta, 9 Rabiul Awal 1437

20 Januari 2016

BIDANG KADERISASI
DEWAN PENGURUS PUSAT (DPP)
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
PERIODE 2013-2015

iii
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
DAFTAR ISI

Sambutan Ketua Umum IMABA ……………………………………………. i

Kata Pengantar ……………………………………………. iii

Daftar Isi ……………………………………………. iv

Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) ……………………………………………. v

Petunjuk Tehnis (JUKNIS) ……………………………………………. vii

Historis IMABA ……………………………………………. 1

TRI KHIDMAT ……………………………………………. 5

- Religius ……………………………………………. 5
- Akademis ……………………………………………. 11
- Transformatif ……………………………………………. 16
MOK (Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan ……………………………………… 19

Lagu Mars IMABA ……………………………………………. 30

Lagu Hymne IMABA ……………………………………………. 31

Dustur IMABA ……………………………………………. 32

iv
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
PENTUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK)

Kaderisasi Mahasiswa Bata-Bata (KMB)

I. NAMA DAN TEMA KEGIATAN


Kegiatan ini bernama Kaderisasi Mahasiswa Bata- Bata (KMB)

II. TUJUAN DAN TARGET


1. Sebagai media pengkaderan mahasiswa santri Bata-bata.
2. Memberikan pemahaman dan membangun kultur keorganisasian dan Ke-IMABA-an.
3. Membentuk Kader IMABA yang tafaqquh fil al-din, profesional dalam berorganisasi.
4. Membentuk kader yang mempunyai kemampuan sosial kemasyarakatan yang baik,
bertanggung jawab, objektif, kritis, konsisten.
5. Menghasilkan kader yang mampu menciptakan kreatifitas baru dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan keilmuan yang tetap bernafaskan Islam
III. WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan Kaderisasi Mahasiswa Bata-Bata (KMB) dilasanakan selambat-lambatnya 2-3 bulan
pasca kepengurusan baru dan dilaksanakan di tiap-tiap wilayah (DPW) dan ditempatkan sesuai
rapat kesepakatan pengurus.

IV. MATERI KEGIATAN *

1. Ke-IMABA-an (Historis IMABA, Falsafah IMABA, Dustur IMABA)

2. Kepemimpinan

3. Kewirausahaan

4. Kerorganisasian

5. Kebangsaan

6. Tekhnik Lobi & Persidangan

7. Talk show (ramah tamah dengan senior IMABA/IKABA)

* Materi tambahan boleh disesuaikan dengan kesepakatan panitia KMB di masing-


masing wilayah.

v
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
V. PELAKSANA
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Ikatan Mahasiswa Bata-
Bata (IMABA).

VI. PESERTA
Kegiatan ini diikuti oleh semua Mahasiswa Santri Bata-bata diwilayah masing-masing.

vi
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
PETUNJUK TEHNIS (JUKNIS)

Kaderisasi Mahasiswa Bata-Bata (KMB)

I. SCREENING

Setiap peserta KMB harus melalui screening terlebih dahulu oleh panitia sebelum
mengikuti program. Screening tersebut dimaksudkan untuk menguji dan
mempersiapkan kemampuan peserta terkait materi yang berhubungan dengan materi
KMB, seperti wawasan Keislaman, Kebangsaan, Keorganisasian, dll.

II. BRIEFING

Setelah rampung dari proses screening, selanjutnya panitia diharuskan memberikan


penjelasan hal-hal berkaitan dengan KMB, mulai dari jadwal hingga membuat
peraturan-peraturan yang mengikat semua pihak selama program berjalan sesuai
kesepakatan secara demokratis, serta menempatkan hasil kesepakatan dan jadwal
tersebut di tempat yang gampang diketahui.

III. SCHEDULING

Selama program KMB berjalan, dalam kondisi bagaimanapun agar aktivitas ditunda
apa bila sudah masuk waktu Sholat. Oleh karena itu , sangat penting untuk
memperhatikan jadwal setiap materi, baik bobot materi serta waktu pemateri yang
diberikan tugas agar tidak terjadi tumpang tindih antara satu sama lain serta dapat
mengatur tempo supaya tidak mengganggu jadwal ibadah sholat lima waktu.

IV. CLOSING

Setelah program dinyatakan selesai dan ditutup, maka panitia harus mendata kembali
peserta KMB sebelum kembali ke lokasi masing-masing. Harap diperhatikan
kebersihan lokasi yang dijadikan tempat program untuk dibersihkan dan ditata
kembali seperti sediakala.

vii
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
HISTORIS IMABA

Di Serambi Masjid Ulul Albab: Suatu Awal yang Benar-benar Kebetulan

Siang yang terik. Di Serambi Ulul Albab, masjid kebanggaan kampus IAIN Sunan Ampel
Surabaya, sebagian jama‘ah shalat Dhuhur melepas penat. Ihsan Maulana, mahasiswa semester satu
dan salah seorang jama‘ah itu sedang berselonjor santai memandang mahasiswa yang lalu lalang.
Seorang tinggi kurus dengan rambut panjang melebihi bahu.Bajunya tak rapi, dengan lengan baju
yang dilipat seperempat. Sejenak, Ihsan sama sekali tak mengenal lelaki itu, hingga kemudian ia
datang menghamipi dirinya. Lelaki tinggi kurus itu bernama Abdul Adhim, alumni Bata-bata yang
kemuadian menjadi salah satu perintis IMABA beberapa tahun kemudian.

―Reuni kebetulan‖ dua mahasiswa yang sama-sama lahir dari pondok yang sama itu
kemudian melahirkan gairah baru untuk mengembangkan potensi masing-masing sebagai
aktualisasi diri di dunia kampus. Spirit kebersamaan dan perasaan senasib sepenanggungan di ranah
rantau pada gilirannya mampu mempertemukan mereka berdua dengan mahasiswa alumni Bata -
bata yang lain, diantaranya Abdur Rasyid (Fakultas Dakwah), Ibnu Hisyam (Fakultas Syariah),
Madri Hamzah (Fakultas Tarbiyah) dan alumni Bata-bata yang telah menjadi dosen di Fakultas
Syariah, yakni Ach. Syauqi Amin.

IKMAL AURA: Embrio Kelahiran IMABA

Perasaan senasib dan seperjuangan di pondok pesantren dulu juga menyebabkan ikatan
emosional di antara mereka semakin kental.Modal keterikatan yang terjalin erat ini melambungkan
hasrat untuk membentuk satu wadah yang mengakomodir aspirasi-inspirasi para alumni Bata-bata
yang kuliah di Surabaya. Maka digagaslah satu kajian rutin agar pertemuan mereka semakin intens,
solid dan terarah. Akan tetapi, karena anggota yang sealumni masih segelintir orang, maka
disepakati untuk mengajak alumni yang ―sealiran‖, yakni mahasiswa alumni Banyuanyar.

Karena wadah halaqah yang akan dibangun juga menampung alumni Banyuanyar, maka
dimasukkanlah nama Banyuanyar di dalam nama yang disepakati, yakni Ikatan Mahasiswa Alumni
Bata-bata dan Banyuanyar di Surabaya, yang kemudian akrab dikenal dengan IKMAL AURA,
lahir pada tahun 2003 di Masjid Ulul Albab IAIN Sunan Ampel Surabaya. Setelah Ikmal Aura
berdiri, beberapa kegiatan pun dilaksanakan, di antaranya kajian rutin mingguan, buka puasa
bersama dan penerbitan buletin. Alhamdulillah, kajian mingguan berjalan selama setahun lebih
(hingga kemudian IKMAL AURA melebur menjadi IMABA), buka puasa bersama berjalan dengan
cara urunan, dan buletin dapat terbit dua kali.

1
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Masa awal berdirinya IKMAL AURA, tantangan terbesar di tubuh internal adalah kesibukan
para anggotanya.Abdul Adhim sendiri saat itu menjadi aktifis Majalah BEM Fakultas Ushuludin
dan sekaligus menjadi Ketua Pengurus BEM-nya.Rasyid menjadi pemegang otoritas HMJ
Sosiologi, Ihsan menjadi salah satu ketua Rayon PMII Tarbiyah IAIN dan aktif di Teater
HASTASA.Ibnu Hisyam aktif di PMII Rayon dan IKAMABA Bangkalan, dan begitu juga anggota
lainnya. Walau demikian, karena adanya ghirah dan ikatan yang kuat antar personal tetap membuat
mereka terus bertahan.

Tahun 2004, beberapa mahasiswa alumni Bata-bata menyusul masuk ke IAIN Sunan Ampel
Surabaya.Di antaranya adalah Zainul Fahmi (mantan Ketua Umum DPP IMABA periode II),
Zainuddin, Mahsus, Syamsul. Dalam dokumen IKMAL AURA yang diarsip Ihsan Maulana, untuk
menyambut para mahasiswa baru tersebut saudara Abdul Adhim mengundang mereka untuk
bergabung dengan IKMAL AURA, dan dalam nomor suratnya tertulis ke 25 yang berarti bahwa
undangan tersebut adalah surat ke 25 yang dikeluarkan oleh IKMAL AURA.

Pra Kongres Mahasiswa Bata-Bata se-Indonesia

Awal tahun 2004, mahasiswa yang tergabung dalam IKMAL AURA sepakat untuk menjadi
pelopor atas terbentuknya wadah bagi seluruh mahasiswa Bata-bata di Indonesia. Ijtihad tersebut
lahir dari spirit dan keyakinan jangka panjang akan terbentuknya wadah khusus Alumni Bata-Bata.
Keyakinan tersebut dibuktikan dengan semakin tampaknya pengaruh Alumni Bata-bata yang
berstatus Mahasiswa di kalangan organisasi dan komunitas kemahasiswaan lain. Bahkan sebelum
terbentuk IMABA sekalipun, kader-kader masa depan yang belum memiliki wadah khusus tersebut
telah memiliki peran strategis dan berkontribusi di berbagai kegiatan dimana ada alumni Bata-bata
sebagai salah satu pengurus atau anggota di dalamnya. Mahasiswa alumni Bata-bata di Surabaya
khususnya, saat itu, salah satunya Abdul Adhim, meyakini bahwa nama Bata-bata di tingkat lokal
Pamekasan sebenarnya sudah memiliki brandpower dan terkoneksi ke banyak link di berbagai
lembaga pemerintahan maupun instansi yang bisa diakses dan mendukung kegiatan-kegiatan
mahasiswa. Maka sejak itu pula keyakinan para Mahasiswa alumni Bata-Bata semakin membuncah
untuk segera memulai konsolidasi internal dalam rangka mempersiapkan wadah khusus Mahasiswa,
sejak itu kemudian diulailah berbagai momentum bersejarah atas dimulainya perencanaan bagi
terbentuknya organisasi Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA).

Asumsinya, mahasiswa alumni Bata-bata tersebar ke beberapa perguruan tinggi di tanah air,
mulai dari IAIN Sunan Ampel dan Ubhara (Surabaya), STAIN dan UNEJ (Jember), STAIN Malang
(sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim), UGM, IAIN Sunan Kalijaga dan UII (Yokjakarta), UIN
Jakarta, STAIN Pamekasan serta STAI Al-Khairat Pamekasan. Maka dengan menjadikan kamar
2
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
kos Abdur Rasyid di Jemurwonosari Gang 7 sebagai tempat base camp, mereka sepakat untuk aktif
menghubungi para teman-teman di seluruh Indonesia, dan karena Abdul Adhim adalah anggota
paling tua, maka dialah yang diposisikan sebagai penanggung jawab paling besar untuk
menghubungi teman-teman tadi.

Pada acara pertemuan BEM se-Indonesia di Yogyakarta, Abdul Adhim, yang merupakan
salah satu delegasi IAIN Sunan Ampel Surabaya bertemu dengan Azhari, salah seorang alumni
Bata-bata. Gayung pun bersambut.Sekali berlayar, banyak pulau terlampaui. Momen pertemuan itu
ia digunakan sebagai upaya konsolidasi persiapan terbentuknya organisasi mahasiswa alumni Bata -
bata seluruh Indonesia. Di Yogjakarta, ternyata sudah ada alumni dengan background yang sama,
yakni Syaifuddin, Qamaruddin dan Ali Makki. Maka optimisme akan terbentuknya oragnisasi
mahasiswa Bata-bata semakin kokoh. Organisasi adalah jembatan menuju kemapanan, maka
pembentukan organisasi adalah ikhtiar paling memungkinkan dan patut dilakukan.

Agustus 2004, mimpi mendirikan organisasi mahasiswa Bata-bata kian mengakar.Eksekusi


harus segera dilakukan.Beberapa pihak terkait berhasil dhubungi, terutama pihak pesantren, para
mahasiswa STAI Al-Khairat dan STAIN Pamekasan.Pilihan itu berangkat dari sebuah kesadaran
bahwa di dua kampus tersebut para mahasiswa Bata-bata terkonsentrasi.Akan tetapi, wacana
liberalisme yang santer diberitakan media telah memaksa insan pesantren, terlebih pengurus Bata-
bata menaruh sikap curiga dan bahkan antipati dengan waspada.IAIN Sunan Ampel Surabaya yang
diyakini sebagai pembasisan benih-benih liberalisme tampaknya diyakini sebagai penggerogot
ideologi mahasiswa santri yang sedang melanjutkan kuliah.Virus liberalisme tidak boleh merasuk
ke dalam pondok. Kecurigaan patut diterapkan, apalagi ketika melihat ―penampilan luar‖
mahasiswa Surabaya yang ―sowan‖, beberapa di antara mereka berambut gondrong dan seringkali
mengeluarkan statemen-statemen dan wacana-wacana yang versi pesantren sudah ―keterlaluan‖.
Akhirnya, komunikasi dengan pihak pengurus pesantren berakhir mentok.Di luar belum sepenuhnya
solid, di dalam masih curiga.Kongres tak jadi terlaksana.

Kongres ‘Perdana” IMABA dan Kemelut HMB

Setelah melalui berbagai proses yang alot, akhirnya Kongres Ikatan Mahasiswa Bata -bata
se-Indonesia terlaksana, yakni pada tanggal 14 Dzul Hijjah 1425 Hijriyah bertepatan dengan
tanggal 25 Januari 2005 Masehi. Bertempat di Aula Mini Madrasah Timur Ponpes Mambaul Ulum
Bata-bata dengan tema “Merajut Ukhuwah Ma‟hadiyah”, acara yang telah lama menjadi impian
mahasiswa alumni Bata-bata berjalan dengan antuisme yang menyala. Tapi organisasi yang besar
memang tidak akan lahir dari proses yang sederhana. Persiapan agenda Kongres terbentur

3
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
kendala.Yang paling utama adalah munculnya komunitas mahasiswa Bata-bata yang menamai
dirinya dengan Himpunan Mahasiswa Bata-bata (HMB).

Panitia acara tentu maklum, bahwa kecurigaan Pengurus Pondok yang berlebihan dan
pembacaan yang timpang terhadap gerakan mahasiswa yang mengusung tercapainya agenda
Kongres, pada akhirnya memunculkan organisasi tandingan dengan maksud meng-counter
―serangan mahasiswa luar‖ dan memayungi mahasiswa yang kuliah di ―dalam pondok‖, yakni
STAI Al-Khairat. Hal itu terbukti dengan keterkejutan dan keterperangahan Pengurus pondok
ketika mengetahui bahwa pengasuh Ponpes Bata-bata RKH.Abd.Hamid hadir langsung ke tengah-
tengah acara, bahkan mendorong para mahasiswa untuk solid dan menjaga visi-misi bersama.
Kehadiran Pengasuh, bahkan beliau menyuruh khadim-nya (kabuleh) untuk melakukan
konfirmasi kepada panitia bahwa beliau sudah siap hadir pagi-pagi sebelum acara dimulai seolah
telah meluruhkan seluruh beban-beban berat yang dipikul berbulan-bulan sebelumnya.

Ya.Tekad telah berkobar.Hasrat telah berbinar-binar.Mahasiswa alumni Bata-bata dari


seluruh pejuru Indonesia telah berdatangan.Apa pun alasannya, Kongres harus tetap dilaksanakan.
Persoalan HMB adalah urusan belakangan. Kelak sejarah akan membuktikan bahwa komunitas
yang dibangun dengan keterpaksaan dan ketidak ikhlasan akan luntur dan bahkan lenyap ditelan
zaman. Persiapan acara pun segera dilakukan, salah satunya dengan menggelar forum di Kantor
Pesantren, dan tema utamanya adalah pemilihan nama yang akan dijadikan label organisasi
mahasiswa Bata-bata se-Indonesia ini. Pembahasan berjalan panjang dan alot.Nama yang santer
diusulkan adalah Akademi Santri. Ada juga rembukan tentang nama ROBBA (Robitah Organisasi
Bata-Bata), FISTA (Forum Silaturrahmi Akademi Santri Bata-Bata), dan GEMA (Gerakan
Mahasiswa Bata-bata). Setelah perdebatan berjalan hampir seharian, akhirnya melalui ijtihad dan
ijma‘, nama IMABA (Ikatan Mahasiswa Bata-Bata) lahir di Kantor Pesantren, sehari sebelum
Kongres dilaksanakan. Sebagai Ketua Umum pertama, diangkatlah Abdul Adhim dari IAIN Sunan
Ampel dan Sekretaris Umum-nya adalah Syaifuddin dari UIN Sunan Kalijaga. Pasca Kongres,
Pengurus IMABA terpilih langsung mengadakan Rapat Kerja.

4
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
RELIGIUS

Religi dalam kosa kata Bahasa Arab adalah “al-Din”, adapun kata ―Religi‖ berasa dari
Bahasa Latin, sedangkan ―Agama‖ berasal dari bahasa Sanskrit. Secara definisi etimologis, masing -
masing kata tersebut memiliki arti yang berbeda-beda meskipun terdapat kesamaan substansif.

―Religi‖ berasal dari bahasa Latin, mempunyai arti mengumpulkan, membaca dan mengikat.
Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan kumpulan aturan-
aturan lainnya yang dikumpulkan dalam kitab suci yang harus dibaca, dan di samping it u, agama
juga mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan antara
manusia dengan kekuatan yang lebih tinggi atau ikatan antara manusia dengan Tuhannya.

―al-Din‖ Dalam bahasa Arab mengandung arti menguasai menundukkan, patuh, utang,
balasan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang
harus dipatuhi, menguasai dan menundukkan untuk patuh kepada aturan Tuhan dengan
menjalankan ajaran-ajarannya sebagai suatu kewajiban, merasa berutang bagi yang meninggalkan
kewajiban yang telah biasa dilakukannya, memberi balasan baik bagi yang mematuhinya dan
balasan tidak baik bagi yang melanggarnya.

Agama mempunyai arti: tidak pergi, tidak kocar-kacir, tetap di tempat dan diwarisi turun-
temurun. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa agama itu berarti teks atau kitab suci dan atau
tuntunan. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa agama itu ajarannya bersifat tetap dan
diwariskan secara turun-temurun, mempunyai kitab suci dan berfungsi sebagai tuntunan hidup bagi
penganutnya.

Dalam konteks agama Islam, Religius merupakan deskripsi seorang hamba taat kepada
perintah agamnya serta dengan ikhlas mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung. Para linguist
bahasa Arab menyatakan bahwa kata―Islam‖ berasal dari kata ―aslama‖,
berarti ―patuh‖dan ―menyerahkan diri‖. Kata ini berakar pada kata ―silm‖, berarti ―selamat
sejahtera‖, mengandung pengertian ―damai‖. Orang yang menyatakan dirinya Islam atau berserah
diri, tunduk dan patuh kepada kehendak penciptanya disebut ―Muslim‖. Kedua asal kata Islam yakni
―aslama‖ dan ―silm‖ mempunyai hubungan pengertian yang mendasar. Adanya kata pertama karena
kata kedua, adanya penyerahan diri ( kata aslama) karena adanya tujuan hidup damai (silm).

Terwujudnya suatu ―kedamaian‖ apabila adanya penyerahan serta kepatuhan (Islam)


terhadap Sang Pencipta. Dalam hal ini Allah telah berjanji kepada siapa pun yang menyerahkan diri
disertai dengan amal saleh, akan mendapatkan kedamaian, sebab dalam penyerahan (Islam) ini

5
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
terdapat konsekuensi sikap muslim yang logis, tidak pernah gentar, pesimis dan takut dalam
hidupnya.

Al Qur‘an mempergunakan kata Islam di berbagai tempat dengan pengertian yang berbeda -
beda, namun pada prinsipnya mengarah pemahaman yang sama. Pengertian Islam secara umum:
mengandung dimensi-dimensi iman yang tidak dikotori oleh unsur-unsur syirik, tunduk disertai
dengan ikhlas hanya kepada Allah, berserah diri disertai dengan amal saleh serta sikap tegar dan
optimistis. Jadi pengertian Islam secara lughowi pada prinsipnya: Penyerahan diri secara bulat
kepada Allah yang melahirkan satu sikap hidup tertentu.

Kesalehan Sebagai Pengejewantahan Nilai Religi

Agama Islam memiliki metode pengimplementasian komprehensif guna menuntun pemeluk-


pemeluknya dalam mengamalkan ajaran Islam itu sendiri. Tentu ada banyak varian amaliyah yang
bisa dilakukan oleh umat muslim untuk mencapai kemuliaan di sisi Tuhan. Muara dari pengamalan
yang dimaksudkan tidak hanya berakhir pada aspek vertikal, namun terdapat media lain yang
memiliki nilai sosial serta intlektual. Ibadah yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada sang
Pencipta tidak hanya didapatkan dengan cara ibadah murni (mahdhah) dengan cara melakukan
ritual sesuai tuntunan doktrin dalam nash-nash yang sudah jelas, ibadah dengan melakukan
kebajikan-kebajikan sosial serta berkontribusi secara intlektual juga merupakan citra kesalehan
seorang hamba jika diniatkan untuk kebajikan. Dengan demikan, kategori ibadah dan kesalehan
seseorang bisa ditunjukkan dengan Kesalehan Veritikal, Kesalehan Sosial, dan Kesalehan
Intlektual.

―Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.‖ (QS. Al-Hajj: 77)

Ayat ini menggambarkan secara ringkas manhaj Allah SWT untuk manusia dan beb an
taklif bagi mereka agar mendapatkan keselamatan dan kemenangan. Ia di awali dengan perintah
untuk rukuk dan sujud yang merupakan gambaran gerakan shalat yang tampak dan jelas,
dilanjutkan dengan perintah untuk beribadah secara umum yang meliputi segala gerakan, amal dan
pikiran yang di tujukan hanya kepada Allah SWT sehingga segala aktivitas manusia bisa beralih
menjadi ibadah bila hati ditujukan hanya kepada Allah SWT bahkan Kenikmatan-kenikmatan dari
kelezatan hidup dunia yang dirasakannya dapat bernilai ibadah yang di tulis sebagai pahala amal
baik .

Ayat ini di tutup dengan perintah berbuat baik secara umum dalam hubungan horizontal
dengan manusia setelah perintah untuk membangun hubungan vertikal dengan Allah SWT, dalam
6
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
shalat dan ibadah lainnya. Oleh sebab itu, perintah ibadah dimaksudkan agar umat Islam selalu
terhubung dengan Allah SWT sehingga kehidupan berdiri di atas fondasi yang kukuh dan jalur yang
dapat membawa kepada-Nya. Sedangkan perintah untuk melakukan kebaikan, dapat
membangkitkan kehidupan yang istiqamah dan kehidupan masyarakat yang penuh dengan suasana
kasih sayang.

Kesalehan Vertikal, Sosial Dan Intlektual

Kesalehan vertikal atau dikenal dengan Kesalehan Individual merupakan aktivitas ibadah
yang murni hubungan antara makhluq / seorang hamba dengan sang khaliq / Penciptanya.
Kesalehan individual kadang disebut juga dengan kesalehan ritual karena lebih menekankan dan
mementingkan pelaksanaan ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat, haji, zikir, dll. Disebut
kesalehan individual karena hanya ibadah yang semata-mata berhubungan dengan Tuhan dan
seorang hamba-Nya. Simpelnya, kesalehan jenis ini ditentukan berdasarkan ukuran serba formal,
yang hanya hanya mementingkan hablum minallah, tidak disertai hablum minan nas.

Sedangkan ―Kesalehan Sosial‖ menunjuk pada perilaku orang-orang yang sangat peduli
dengan nilai-nilai islami, yang bersifat sosial. Bersikap santun pada orang lain, suka menolong,
sangat concern terhadap masalah-masalah ummat, memperhatikan dan menghargai hak sesama;
mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain, mampu berempati, artinya mampu merasakan
apa yang dirasakan orang lain, dan seterusnya. Kesalehan sosial dengan demikian adalah suatu
bentuk kesalehan yang tak cuma ditandai oleh rukuk dan sujud, puasa, haji melainkan juga ditandai
oleh seberapa besar seseorang memiliki kepekaan sosial dan berbuat kebaikan untuk orang-orang di
sekitarnya. Sehingga orang merasa nyaman, damai, dan tentram berinteraksi dan bekerjasama dan
bergaul dengannya.

Karena itu, kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur dari seperti ibadah ritualnya
shalat dan puasanyanya, tetapi juga dilihat dari output sosialnya/ nilai-nilai dan perilaku sosialnya:
berupa kasih sayang pada sesama, sikap demokratis, menghargai hak orang lain, cint a kasih, penuh
kesantunan, harmonis dengan orang lain, memberi dan membantu sesama.

Dalam sebuah hadist diceritakan, bahwa seorang sahabat pernah memuji kesalehan orang
lain di depan Nabi. Nabi bertanya, ―Mengapa ia kau sebut sangat saleh?‖ tanya Nabi. Sa habat itu
menjawab, ―Soalnya, tiap saya masuk masjid ini dia sudah salat dengan khusyuk dan tiap saya
sudah pulang, dia masih saja khusyuk berdoa.‖ ―Lalu siapa yang memberinya makan dan minum?‖
tanya Nabi lagi. ―Kakaknya,‖ sahut sahabat tersebut. Lalu kata Nabi, ―Kakaknya itulah yang layak
disebut saleh.‖ Sahabat itu diam.

7
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Dalam beberapa perintah ritual ibadah vertikal, terdapat pesan-pesan moral yang bersifat
sosial dari beberapa gerakan maupun pelaksanaannya. Misalnya shalat, dimulai dengan takbir
―Allahu Akbar‖. Ini menunjukkan bahwa hidup seorang Muslim itu didasarkan kepada pengabdian
kepada Allah Yang Maha Besar. Setelah melakukan dialog dengan Allah, meminta petunjuk jalan
yang benar, shalat ditutup dengan salam, ke kanan dan ke kiri, yang berarti diharapkan dapat
memberikan efek sosial yang tinggi, menyebarkan perdamaian dan keselamatan (Salam) bagi semua
pihak, baik yang di kiri maupun yang di kanan. Karena itu shalat mestinya tanha anil fahsya‟i wal
munkar.

Begitu juga, puasa implikasi sosialnya juga sangat jelas, diharapkan dengan menahan diri
dari berbagai kesenangan duniawi itu (makan, minum dan hubungan seksual), seseorang akan
mampu merasakan perasaan mereka yang kurang beruntung, mampu bersimpati terhadap derita
orang lain. Sehingga wajar sekali jika seseorang, karena satu dan lain hal, tidak mampu melakukan
ibadah puasa tersebut, harus menggantinya dengan ―fidyah‖ (memberi makan kepada orang
miskin). Ini mengajarkan kepada kita untuk memupuk kepekaan dan kesadaran sosial.

Puasa memiliki multifungsi. Setidaknya ada tiga fungsi puasa: tazhib, ta‘dib dan tadrib.
Puasa adalah sarana untuk mengarahkan (tahzib), membentuk karakteristik jiwa (ta‟dib), serta
medium latihan untuk berupaya menjadi manusia yang kamil dan paripurna (tadrib), yang pada
esensinya bermuara pada tujuan akhir puasa: takwa. La‘allakum tattakun, Takwa dalam pengertian
yang lebih umum adalah melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan -
Nya. Takwa dan kesalehan sosial ibarat dua sisi dari satu mata uang, satu sama lain tak bisa
dipisahkan, yang menyatu secara padu.

Ibadah haji, sebagai rukun Islam yang kelima, di samping menekankan nilai ritualnya, juga
sarat dengan pesan-pesan sosial kemanusiaan, politik, hubungan internasional, perekonomian, dll.
Nilai kesalehan sosial di balik peristiwa pengurbanan Ismail, misalnya mestinya bisa dijadikan
teladan bagaimana seharusnya kita mau berkorban untuk membangun kemaslahatan bersama.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kesalehan individual semestinya melahirkan kesalehan
sosial secara bersamaan. Allah menjelaskan hal tersebut dalam Firman-Nya;

‖Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu
pula) dalam (AL-Qur‟an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, Dialah sebaik-baik pelindung dan
Sebaik-baik penolong.‖ (QS. al-Hajj:78)

8
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Pada ayat di atas, Allah SWT memberi perintah kepada orang beriman agar mampu
membangun kesalehan personal dan sosial secara bersamaan agar senantiasa dalam kemenangan,
rukuk dan sujud merupakan cermin tertinggi dari pengabdian seseorang kepada Allah SWT, sedang
‖berbuatlah kebaikan‖ merupakan indikasi kesalehan sosial.

Secara redaksional dalam urutan perintah ayat di atas, ternyata Allah SWT mendahulukan
kesalehan personal dari kesalehan sosial. Ini berarti bahwa untuk membangun kesalehan sosial,
harus dimulai dengan kesalehan personal. Atau kesalehan personal akan memberikan kekuatan
untuk saleh juga secara sosial.

Selain kesalehan spiritual dan kesalehan sosial, masih ada lagi yang lebih perlu didorong
lagi, yaitu kesalehan intelektual. Seseorang dikatakan telah meraih kesalehan intelektual manakala
yang bersangkutan selalu menggunakan akal atau intektualnya untuk kepentingan kehidupan ini
sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan. Intelektual bisa disalah gunakan untuk kerusakan. Orang
yang merancang berbuat jahat, sehingga kehidupan menjadi kacau, demi kepentingan dirinya
sendiri, golongan atau orang lain, maka yang bersangkutan tidak menggunakan akal atau
intelektualnya secara saleh.

Orang-orang yang tidak mau menggunakan dan mengembangkan potensi pikiran atau
intelektual sebagaimana mestinya, maka bisa disebut sebagai orang yang tidak saleh intelektualnya.
Islam menganjurkan kepada kaum muslimin agar selalu membaca, berpikir, memperhatikan,
menganalisis, meneliti untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Jika kewajiban itu ditunaikan
sebaik-baiknya, maka artinya yang bersangkutan telah disebut sebagai orang saleh intelektualnya.

Membangun kesalehan intelektual dalam Islam bukan dianggap sebagai perkara sederhana.
Ayat al Qur‘an yang pertama kali turun adalah berupa perintah membaca. Yaitu membaca dengan
atas nama Tuhan. Perbuatan membaca, meneliti, menganalisis, memahami dengan mengatas
namakan Tuhan Yang Maha Mulia, Yang Maha Benar, Yang Maha adil dan sifat-sifat mulia yang
lain, yang dilakukan secara benar, obyektif, sungguh-sungguh, maka itulah yang disebut dengan
saleh intelektual.

Orang yang telah meraih kesalehan intelektual akan menjadi kaya ilmu. Para ulama‘
terdahulu, apapun bidang keilmuan yang ditekuni, mereka itu adalah orang yang telah meraih
kesalehan intelektual. Mereka itu berhasil menelorkan karya-karya besar di berbagai cabang ilmu
pengetahuan. Nama mereka menjadi sedemikian harum, karena buah pikiran dan karya -karyanya
dipelajari atau dikaji dari generasi ke generasi di berbagai kalangan yang luas.

9
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Kesalehan Intelektual bermakna bagaimana individu membangun keilmuan, gagasan, dan
ide yang mengedepankan kaidah-kaidah ilmiah, rasional, objektif, dan yang terpenting adalah harus
berdasarkan ajaran-ajaran moral (agama). Umat muslim, disamping membangun kesalehan individu
dan kesalehan sosial, wajib membangun kesalehan intelektual. Peran kesalehan intelektual sangat
penting dalam membangun peradaban, karena sebagai katalisator pengembangan keilmuan yang
berkemajuan adaptif, kontekstual, dan tetap memperhatikan makna tekstual. Karena itu, tanpa
kesalehan intelektual, peradaban umat akan mengalami stagnasi atau malah kemunduran.
Membangun kesalehan intelektual dapat dilakukan melalui potensi pikiran yang dimiliki. Potensi
pikiran dapat digunakan untuk membaca, menganalisis, mengkaji, meneliti, dan mendiskusikan hal-
hal yang berguna bagi pengembangan keilmuan untuk kemajuan umat. Potensi pikiran tersebut
tetap berlandaskan pada Al-Qur‘an dan Al-Hadis. Ilmu yang dikembangkan melalui potensi pikiran
tersebut harus dieksekusikan pada tindakan nyata untuk perubahan kehidupan masyarakat menjadi
lebih baik, berkemajuan, dan bebas dari kemiskinan dan kriminalitas.

Atas dasar pemahaman seperti itu, mestinya umat Islam di mana-mana, selain membangun
kesalehan ritual dan kesalehan sosial, harus menyempurkan dengan membangun kesalehan
intelektual. Umat Islam tidak selayaknya merasa ber-Islam secara kokoh dan sempurna, jika baru
berhasil membangun kesalehan ritual dan kesaleahan sosial. Umat Islam selama ini menjadi lemah,
sehingga dikalahkan oleh umat lainnya, disebabkan karena gagal dalam membangun pilar-pilar
kesalehan intelektual.

Umat Islam semestinya mengembangkan pusat-pusat riset di berbagai cabang ilmu dalam
rangka membangun kesalehan intelektual. Melakukan riset dalam berbagai ilmu adalah sama
artinya memenuhi perintah al Qur‘an dan juga hadits Nabi. Al Qur‘an memerintahkan kepada
manusia agar memikirkan dan mempelajari ciptaan-Nya baik yang dilangit maupun yang di bumi.
Tidak selayaknya, perintah mengembangkan ilmu hanya dimaknai sebatas mengembangkan ilmu-
ilmu fiqh, tauhid, akhlak, tasawwuf dan tarekh yang kemudian disebut sebagai Islamic Studies.

Islamic Studies tidak cukup dimaknai secara sempit seperti di muka itu. Islamics studies
harus ditarik dalam kontek yang lebih luas, meliputi semua bidang ilmu sebagaimana al Qur‘an dan
hadits nabi memerintahkan untuk menggali dan mengembangkannya. Jika Islamic studies hanya
dipahami secara sempit, maka sampai kapanpun, umat Islam akan tetap tertinggal dari umat lain,
karena gagal dalam membangun kesalehan intelektual yang sebenarnya.

Wallahu a‟lam bi al-Shawab.

10
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
AKADEMIS

Pergulatan pesantren dengan modernitas ternyata berimplikasi pada pergesern paradigma


dan misi utama pesantren. Akibatnya, terminologi pesantren mengalami distorsi pemaknaan yang
lebih kontekstual dengan realitas modernisme. Karena itu, tujuan pendidikan pesantren yang sejak
awal mencetak para ulama dan kiai harus berhadapan dengan realitas modernisme yang harus
direspons oleh pesantren. Pada konteks ini, pesantren bukan sekadar institusi pendidikan Islam yang
mem-―print out” manusia pintar agama (tafaquh fid-din) yang disertai dengan penanaman moralitas
seperti ulama maupun kiai, tetapi pesantren harus berhasil memproduksi santri yang teknokrat,
saintek, pengusaha Islam demi untuk menjawab kebutuhan sosial dan keumatan serta kebangsaan.
Sebab pada hakikatnya pesantren didirikan oleh umat, dari umat dan untuk umat. Artinya, pesantren
harus siap memenuhi segala kebutuhan dan tantangan zaman dengan tetap mengedepankan mi si
propetik (al-nubuwat) dan menghidupkan nilai-nilai ketuhanan (ilahiyah). Karena hal tersebut
bagian dari karakteristik dan identitas utama pesantren sebagai institusi Islam yang tradisonal hasil
akulturasi khazanah Islam dengan kearifan lokal masyarakat Nusantra. Oleh karena itu, tuntutan
bagi pesantren sebisa mungkin menjadi simbol peradaban Islam nusantra yang bisa menampilkan
wajah pesantren lebih inklusif dan peka terhadap perkembangan serta adaptif dengan realitas
modernisme.

Prof. Dr. Mujamil Qomar, mengatakan dalam bukunya Pesantren: dari Transformasi
Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (2002), bahwa tujuan pesantren adalah menciptakan
dan mengembangkan kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan
jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi pelayan masyarakat
sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad SAW (mengikuti sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri,
bebas, dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan
umat di tengah-tengah masyarakat („Izz al-Islam wa al-Muslimin) dan mencintai ilmu dalam rangka
mengembangkan kepribadian manusia.

Rekonstruksi Sikap Akademis Mahasiswa Santri

Dalam perspektif sosio kultur, Alumni Pesantren memainkan peran yang signifikan dalam
pelbagai aspek kehidupan, terutama dalam merespons kebutuhan pembinanaan umat dan
membendung penyakit moral yang memebelit di tengah-tengah masyarakat.. Lembaga pesantren
sudah terbukti mampu memberikan kontribusi tak terhingga bagi Bangsa Indonesia, melalui
lulusan-lusannya (Alumni Santri) yang dibekali dengan berbagai kemampuan yang dibutuhkan oleh
masyarakat luas.
11
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Sejarah sudah banyak mencatat sepak terjang orang-orang pesantren dalam dinamika
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Melalui kekuatan ajaran khas kepesantrenan yang
menanamkan nilai moral yang luhur, para alumni pesantren tidak pernah putus mewarnai perjalanan
bangsa Indonesia yang majemuk. Sikap dan mental akademis yang ditanamkan kepada santri didik
sejak masih di pendidikan terus dijaga dan dirawat oleh para alumni, disampaikan kepada
masyarakat hingga diaktualisasikan di meja-meja perkuliahan di beberapa Universitas diamana
alumni tersebut menempuh pendidikan perguruan tinggi.

Menjadi Mahasiswa yang berasal dari sekolah pondok pesantren harus memiliki sikap dan
prilaku yang lebih arif ketimbang mereka yang bukan lulusan pesantren. Mahasiswa Santri harus
menjadi benteng pertahanan terakhir dan simbol perlawan yang mengobarkan api nasionalisme
dalam melawan sekularisme sistem, terutama pada dunia akademik. Karena dengan demikian ,
kontribusi dan peran Mahasiswa santri akan terus menjadi kebanggan dan tidak pernah ―lapuk ‖ di
telan zaman. Dalam kondisi dan situasi bagaimanapun, seorang mahasiswa santri harus mampu
mempertahankan karakter pesantren yang tetap istiqomah melestarikan tradisi dan responsif
terhadap dinamika yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari (al-muhafadzotu ala al-qodim al-
shale wa al-akhdu bi al-jadid al-ashlah). Sebagai alumni pesantren, Mahasiswa Santri sudah
saatnya memposisikan diri sebagai corong perubahan dalam pesantren untuk disampaikan kepada
public, sehingga pesantren yang selalu identik dengan ―kekuatan tradisi‖ dan kerap kali
dipersepsikan sebagai institusi yang kurang terbukadapat dijelaskan secara arif dan berimbang.

Lulusan Pesantren harus mampu tampil ke pentas dengan watak keislamannya yang kental
dan pemahamannya terhadap realitas sosial yang mendalam. Nilai-nilai ini yang perlu direfleksikan
paling tidak ke dalam dua hal.

Pertama, seorang mahasiswa santri harus mampu berfikir dengan mengkombinasikan antara
dalil naqli dan dalil aqli, ilham, dan dalil empiris (waqi‘i). Kedua, dalam bersikap seorang
mahasiswa santri harus terbuka terhadap kehidupan sosial yang majemuk. Sebab, kemajemukan
merupakan sunnahtullah yang mesti diterima dengan lapang dada. Dengan ilmu yang dimilikinya,
dia wajib mengedepankan sikap toleran sehingga tercipta kehidupan yang harmonis di antara
sesama masyarakat.

Di tengah modernitas, mahasiswa santri tidak hanya dituntut menguasai ilmu-ilmu agama
saja, melainkan harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tentu langkah ini
perlu ditempuh oleh semua Pesantren, baik Pesantren salaf maupun modern sebagai langkah
membendung berbagai dampak negatif dari arus perkembangan teknologi.

12
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Maka dari itu, para mahasiswa santri di era digital ini harus lebih kritis menghadapi realitas
sosial yang sungguh berbeda dari para pendahulunya. Mereka harus mengamalkan ilmu-ilmu yang
sudah diperoleh dari Pesantren kepada seluruh lapisan masyarakat. Artinya, mereka dituntut
menjadi intelektual yang alim dalam ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya. Maka seorang mahasiswa
santri akan dengan mudah menjadi seseorang yang kaya akan wawasan dan pengalaman. Dengan
demikian maka dia akan lebih mudah untuk menjadi seorang santri yang intelektual dan seorang
intelektual yang santri sehingga mereka tidak diragukan lagi akhlak, moral serta intelektualnya
ketika terjun ke masyarakat.

Dalam konteks ini, Mahasiswa santri harus berani melakukan improvisasi fundamental di
pelbagai aspek dalam rangka merespon tantangan zaman yang multikompleks. Konteks perbaikan
paling tidak mereka harus mampu mengikuti berbagai perkembangan ilmu pengetahaun kontekstual
dan tidak hanya fokus terhadap satu kemampuan disiplin ilmu. Mereka pula sudah saatnya
membuka cakrawala berfikir transformatif dari eksklusifme menuju inklusifme. Realitas ini sudah
mesti menjadi keharusan bagi mahasiswa santri ke depan karena mereka memiliki kewajiban
sebagai kepanjangan tangan dakwah dari ajaran pesantren dimana mereka pernah belajar

Inklusifisme bagi mahasiswa santri amat penting meskipun harus menembus tradisi demi
menuju masa depan yang lebih progressif dalam segala hal, namun tetap berpengang teguh pada
pondasi utama doktrin Islam, yaitu Al-qur‘an-hadits. Karena itulah, perubahan mental mereka
adalah keniscayaan meski harus berbenturan dengan tradisi pesantren, karena hakikat pembaharuan
adalah inovasi, responsif dan improvisasi untuk kemajuan. Tentu, setiap ikhtiar pembaharuan akan
dipersepsikan melawan tradisi sebagai sebuah warisan yang harus dilestarikan. Padahal tidak
demikian jika merujuk pada tesis Muhammad Abid Al-Jabiri bahwa tradisi adalah sesuatu yang
menyertai kekinian kita, yang selalu hadir dalam kesadaran atau ketidaksadaran. Ia juga masa lalu
yang mewarnai kekinian yang kadang terbuang oleh kekinian itu sendiri atau bisa saja menjadi
monomen sakral karena lemahnya spirit. Namun tradisi hanyalah bagian kecil dari keutuhan sejarah
umat manusia.

Proyeksi Pesantren Akademis

Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra ada dua persoalan yang dihadapi institusi pendidikan
Islam khususnya pesantren. Pertama, terkait konsep keterpaduan antara pemeliharaan nilai-nilai
keislaman di satu sisi dan tuntutan modernisme. Lebih lanjut Azra menegaskan, selain sebagai
medium utama bagi tranmisi penanaman nilai-nilai dan ilmu pengetahuan Islam (tranmision of
Islmaic knowledge), pesantren juga merupakan pusat pemeliharaan tradisi Islam (maintenance of
Islamic tradition), sehingga peran ganda ini menjadi sebuah keharusan untuk dipertahankan. Dalam
13
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
konteks ini, modernisasi bagi pesantren adalah sebuah keniscayaan dan mutlak adanya. Karena itu,
perpaduan konsep pendidikan Islam pesantren dengan tuntutan modernisasi tidak harus
menghilangkan identitas dan karakteristik pesantren, apalagi mengubur identitiy sebagai ciri khas
dan kelebihan pesantren meminjam istilah Prof. Nurcholis Madjid. Tetapi, tuntutan dan tantangan
yang mesti di jawab pesantren setidaknya pesantren adaptif dan responsif terhadap modernisasi.
Respons ini paling tidak dengan mendesain ulang konsep pendidikan pesantren, yaitu reintegrasi
pendidikan pesantren dengan tuntutan modernisasi dengan tetap berpegang pada doktrin (al-
muhafadzotu ala al-qodim al-shale wa al-akhdu bi al-jadid al-ashlah).

Konteks idealnya, pesantren harus adaptif dengan modernisme sebagai sebuah keharusan,
namun orientasi dan misi pendidikan pesantren tetap harus konsisten dengan cita-cita awal, yaitu
mencetak generasi yang memiliki idealisme (keimanan) yang tinggi, tetapi harus kontekstual
dengan tuntutan zaman yang kian moderen. Artinya, pendidikan pesantren tidak sekadar unggul
secara spiritual tetapi juga memiliki dasar-dasar competitive advantange paling tidak pesantren
harus lebih siap mencetak generasi yang ungul dalam pelbagai disiplin keilmuan, tidak sekadar
―monoton‖ memproduksi ulama atau kiai, tapi harus melahirkan generasi yang kompetitip dalam
pelbagai disiplin keilmuan, yaitu santri yang siap menjawab pelbagai tantangan zaman dengan
bekal keilmuan yang mumpuni dan life-skills di bidang tekhnologi, sain, dan kompetensi lain.

Hal lain yang harus menjadi perhatian instansi pesantren adalah bahwa memberikan bekal
ilmu keagamaan semata bagi santri didiknya tidak cukup untuk dijadikan nutrisi demi berperan di
tengah-tengah masyarakat, apalagi memberikan kontribusi atau melakukan perubahan. Penanaman
disiplin ilmu lain juga urgen untuk ditanamkan bagi santri didik agar mereka memiliki kesiapan
yang matang ketika saatnya mereka ingin mendedikasikan pengetahuannya kepada umat.

Setidaknya ada tiga hal yang harus digagas oleh pesantren ke depan. Pertama, pesantren
harus menerima modernisasi sebagai takdir. Di sisi lain pendidikan pesantren tidak harus fokus
melahirkan kader ulama atau kiai, tetapi yang paling penting adalah bagaimana santri menjadi
intelektual dalam pelbagai disiplin keilmuan yang mengusai ilmu para ulama (ilmu al-ulama) dan
para intelektual Islam maupun barat. Kedua, para santri mempunyai keterampilan dan menguasai
interprenersif (amwalu al augniya‟) agar kelak menjadi pengusaha alias saudagar muslim demi
untuk memperjuangkan Islam. Hal ini sudah terbukti dilakukan oleh para sahabat nabi ketika
berjuang untuk agama Islam mereka harus mengorbankan harta. Ketiga, setelah menguasai ilmunya
para ulama dan punya keterampilan berbisnis, maka para santri harus menjadi penguasa terjun ke
arena politik (siyasatul al-mulku wa al-malak) dengan tujuan semata-mata memperjuangkan agama
Islam dan kepentingan masyarakat. Dengan menjadi penguasa (al-mulku) ia bisa menggunakan

14
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
kekuasaanya sebagai alat perjuangan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Ibnul Qoyyim al-
Jauziyah mengatakan “kekuasaan itu absah jika dijadikan sebagai alat agar masyarakat bisa
menikmati kesejahteraan.

Wallahu A‟lam bi al-Shawab.

15
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
TRANSFORMATIF

Secara historis, Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah berkontribusi bagi
pembangunan bangsa dan negara. Pesantren telah menjelma menjadi benteng pertahanan dan pusat
penyiaran dakwah yang tidak bisa dipisahkan dari ruang sosial. Bahkan Clifford Geertz menyebut
lembaga Pesantren sebagai subkultur masyarakat Indonesia.

Berdasarkan tujuan pendiriannya, pesantren hadir dilandasi sekurang-kurangnya oleh dua


alasan: pertama, pesantren dilahirkan untuk memberikan respons terhadap situasi dan kondisi sosial
suatu masyarakat yang tengah pada runtuhnya sendi-sendi moral, melalui transformasi nilai yang
ditawarkan (amar ma‟ruf, nahyi munkar ). Kedua, salah satu tujuan pesantren adalah
menyebarluaskan ajaran tentang universalitas Islam ke seluruh plosok Nusantara yang berwatak
pluralis, baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat (Maunah,
2009: 25-26).

Dari awal Pesantren tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat. Tentu saja hal ini
diwujudkan dengan bentuk memposisikan dirinya sebagai bagian dari masyarakat. Pesantren telah
memainkan peran yang signifikan. Tak hanya dalam aspek pendidikan keagamaan saja, tapi juga
pada aspek sosial, politik, dan kebudayaan. Pada aspek sosial, misalnya, pesantren seringkali
memerankan diri sebagai perekat ikatan-ikatan sosial masyarakat lokal. Sementara dalam ranah
politik, Pesantren berperan sebagai kekuatan penyeimbang antara kekuatan negara dan para kapital.

Tradisi pesantren sebagai fondasi dan tiang penyangga paling penting bagi bangunan
peradaban Indonesia sejak tahun 1200, mulai tahun 1999 meningkatkan perannya dalam
pembangunan peradaban Indonesia memasuki millinium ketiga (Zamakhsyari Dhofir, 2011: viii).

Di era globalisasi—di mana terjadi kompetisi yang sangat ketat—baik secara individu maupun
kelompok, maka Pesantren dalam hal ini para lulusannya (Alumni) terutama alumni yang
menempuh pendidikan perguruan tinggi (Mahasiswa Santri) harus memiliki kemandirian sehingga
mereka mampu menjadi generasi penerus bangsa yang kreatif, inovatif, visioner, dan sensitif
terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat serta mau mentransforasikan pot ensi
intlektualitasnya untuk kepentingan yang lebih besar.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua yang masih bertahan hingga kini tentu saja
harus sadar bahwa kegiatan yang hanya pada wilayah keagamaan tidak lagi memadai. Maka dari
itu, Pesantren harus proaktif dalam memberikan ruang bagi pembenahan dan pembaharuan sistem
pendidikan pesantren dengan senantiasa harus selalu apresiatif sekaligus selektif dalam menyikapi
dan merespons perkembangan dan pragmatisme budaya yang kian menggejala sehingga sangat
16
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
diperlukan pembaharuan-pembaharuan yang harus dilakukan pesantren dalam menghadapi zaman
modern (Azhari, 2014: 64).

Pesantren sebagai institusi pencetak pemimpin masa depan dan pusat pemberdaya
masyarakat harus mampu mencetak generasi yang berkualitas sehingga dapat bersaing ketat dalam
pentas global. Oleh karena itu, pesantren harus dapat menghadapi era globalisasi yang pada
awalnya merupakan tantangan dan rintangan menjadi peluang emas bagi pembangunan masyarakat
Indonesia. Pesantren harus mampu bertransformasi mengikuti irama kebutuhan masyarakat global
dengan tidak meninggalkan tradisi lama yang masih dianggap baik. Dalam konteks ini, santri
sebagai bagian dari Pesantren harus bertransformasi dengan kehidupan sosial sehingga tidak tergilas
oleh arus globalisasi.

Terkait dengan keberadaan santri, M. Nurcholish Madjid (1997: 19-20) mengupas asal usul
perkataan santri tersebut. Ia berpendapat ‖Santri itu berasal dari perkataan ‖sastri‖ sebuah kata dari
Sansekerta, yang artinya melek huruf, dikonotasikan dengan kelas literary bagi orang jawa yang
disebabkan karena pengetahuan mereka tentang agama melalui kitab-kitab yang bertuliskan dengan
bahasa Arab. Kemudian diasumsikan bahwa santri berarti orang yang tahu tentang agama melalui
kitab-kitab berbahasa Arab dan atau paling tidak santri bisa membaca al-Qur'an, sehingga
membawa kepada sikap lebih serius dalam memandang agama. Juga perkataan santri berasal dari
bahasa Jawa ‖cantrik‖ yang berarti orang yang selalu mengikuti guru kemana guru pergi menetap
(istilah pewayangan) tentunya dengan tujuan agar dapat belajar darinya mengenai keahlian tertentu.

Sementara pengertian transformatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
sesuatu yang bersifat berubah-ubah bentuk, seperti rupa, macam, sifat, dan keadaan.Dengan
demikian, santri transformatif merupakan santri yang hanya tidak menguasai agama saja —
melainkan mampu berkontribusi bagi pembangunan bangsa dalam segala aspek kehidupan—baik
sosial, ekonomi, dan politik.

KH. Mohammad Tidjani Djauhari (2008: 80) mengemukan, produk pendidikan pesantren
pun (Alumni Santri) kini telah banyak bermunculan menjadi tokoh penting dalam berbagai sektor
pembangunan dan terbukti mampu memberi kontribusi yang sangat besar bagi bangsa.

Agenda ke depan, para lulusan pesantren harus mampu menerjemahkan kata transformatif
ini ke dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Untuk itu, santri harus lebih kritis dengan
mengedepankan ilmu agama dan wawasan sosialnya. Para lulusan Pesantren tak perlu menutup diri
dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang saat ini.

17
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Santri transformatif adalah lulusan Pesantren yang selalu berusaha melahirakan gagasan -
gagasan yang lahir dari proses dialektika sosial dengan lingkunganya sehingga menjadi sebuah
kekauatan yang mampu mempengaruhi proses perubahan sosial.

Selain itu, santri harus berperan aktif dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan. Mereka harus
mampu memerankan diri sebagai partner ideal bagi masyarakat dalam mengadvokasi dan
memberikan langkah-langkah solutif dalam mengurai segala berbagai persoalan yang terjadi di
masyarakat.

Dengan kontribusi lulusan pesantren yang semakin besar, maka sebagai lemabaga pendidikan,
Pesantren telah mampu menerjemahkan paradigma kepesantrenan ke dalam konteks yang lebih
luas. Pesantren menjadi dinamis dan tidak berhenti di tempat (stagnan).

Dengan agenda transformatif ini, pesantren diharapkan mampu kembali kepada fitrahnya
sebagai komunitas yang menjadi basis gerakan masyarakat. Dalam istilah KH. Mohammad Tidjani
Djauhari Pesantren yang tertuju pada pendidikan berbasis kemasyarakatan (community based).
Dengan orientasi communty based ini, Pesantren diharapkan mampu memberikan solusi dalam
mengahadapi persoalan di masyarakat sehingga, peran strategis Pesantren terus berkesinambungan
untuk membangun Indonesia menjadi bangsa yang aman, makmur, dan sejahtera.

Wallahu A‟lam bi al-Shawab.

18
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
MOK
(Management Organisasi dan Kepemimpinan)

A. MANAJEMEN
Secara etimologi manajemen berasal dari kata ‗‘Managio‘‘ yang artinya mengendalikan atau
dalam bahasa inggris lebih dikenal ‗‘ To Manage‟‘.
Secara terminologis manajemen adalah mengelola sumber daya-sumber daya yang ada
melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan.

B. KEMAMPUAN SESEORANG DALAM FUNGSI MANAJEMEN


Untuk dapat menghadapi tantangan-tantangan Lingkungan dan perubahan Paraigma tersebut
seorang manager/Pimpinan sebuah organisasi harus memiliki tiga kemampuan manajemen
yang mencakup :
1. Kemampuan teknik (technical) merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan
pengetahuan khusus atau keahlian.
2. Kemampuan Manusiawi (human) Merupakan kemampuan untuk bekerja dengan,
mengerti dan memotivasi orang lain baik individu maupun kelompok.
3. Kemampuan Konseptual (conceptual) merupakan kemampuan mental untuk
menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks.
Tugas seorang Pimpinan / Manajer pada hakekatnya adalah bekerja dengan dan melalui
orang lain (atasan, bawahan, atau rekan sejawat). Di dalam melaksanakan tugas tersebut
seringkali masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang Pempinan/manajer adalah
masalah-masalah yang berhubungan dengan ― Mengatur Orang ―.Artinya,
kepemimpinan di dalam suatu organisasi hanya efektif jika kepemimpinan itu diterima
oleh orang lain yang disebut bawahan.
C. UNSUR-UNSUR MANAJEMEN
1. Man (manusia)
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat
tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama
untuk mencapai tujuan.

19
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
2. Material (bahan)
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia
usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya
juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab
materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang
dikehendaki.
3. Machine (mesin / alat)
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
4. Methods (tata kerja)
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer.
Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas
dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-
fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu
diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti
atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
5. Money (uang)
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat
(tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan
secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan
untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta
berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
6. Market (pasar)
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan)
produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang
yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses
kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan
hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat
dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya
beli (kemampuan) konsumen.

20
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
C. ORGANISASI
Arti organisasi secara umum adalah suatu kelompok orang yang bekerja sama untuk tujuan
bersama. Sedangkan secara terperinci organisasi adalah sebagai tempat 0rang berkumpul
bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana , terpimpim, dan terkendali dalam
memanfaatkan sumber daya baik uang, metode, dan lingkungan serta sarana-prasarana
secara efesien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
1. Tujuan
a. Secara umum agar proses pekerjaan tercapai dengan cara diatur, disusun sehingga
seluruh pekerjaan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.
b. Secara khusus sesuai dengan Bidang dimana Organisasi bergerak contoh Bidang
agama,sosial, ekonomi, dan Politik.
2. Manfaat
Agar pelaksanaan tugas dilakukan lebih baik terkoordinir dan tujuan serta jalannya
pekerjaan tercapai secara efektif dan efisien.
3. Asas / prinsip organisasi
Asas – asas : prinsip perumusan dan penentuan tujuan, prinsip pembagian kerja, prinsip
pendelegasian wewenang, prinsip organisasi, prinsip efisiensi sederhana, prinsip
pengawasan umum.
4. Struktur Organisasi
a. Struktur organisasi garis digunakan pada perusahaan / lembaga yang sederhana /
kecil
b. Struktur organisasi fungsional susunan organisasi yang memberikan gambaran
pembagian tugas dan wewenang menurut fungsi pekerjaan.

D. CIRI–CIRI ORGANISASI
1. Melambangkan identitas / tujuan / arah sendiri.
2. Mempunyai hierarki / tingkat autoritas / struktur.
3. Terdapat pembagian kerja.
4. Memiliki asset: software (SDM) dan hardware.
5. System pengawasan dan penyelarasan melalui peraturan dasar, prosedur, nilai, budaya
dan system hubungan.

E. FUNGSI-FUNGSI ORGANISASI
1. Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya.
2. Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang dihadapi.
21
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
3. Mencegah kesimpangan kerja.
4. Menentukan pedoman-pedoman kerja.

F. KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN ORGANISASI
1. Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing.
2. Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi.
3. Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja.
4. Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat.
5. Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn secara efektif dan efisien.

G. TIPE-TIPE ORGANISASI
1. Bentuk Lini
Yang pertama ini sering pula dinamakan :bentuk lurus‖, ―bentuk jalur‖ dan ―bentuk
militer‖. Bentuk lini ini mula-mula diperkenalkan oleh seorang ahli adminstrasi
berkebangsaan Perancis, Henry Fayol. Bentuk lini dipandang sebagai bentuk yang paling
tua dan dipergunakan secara luas pada masa perkembangan industri pertama. Organisasi
ini banyak dipergunakan di lingkungan militer dan perusahaan-perusahaan kecil.
Ciri-cirinya :
a. Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan tertinggi
ke berbagai tingkat operasional.
b. Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua
kegiatannya.
c. Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin lama makin
berkurang menurut jenjang.
d. Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit.
e. Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung.
f. Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur organisasinya masih
sederhana.
g. Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi.

Keuntungan organisasi yang berbentuk lini :

a. Kekuasaan dan tanggungjawab dapat ditetapkan secara definitif.


b. Orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggungjawab diketahui oleh semua
pihak.

22
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
c. Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat, karena jumlah orang
yang perlu diajak berembuk tidak begitu banyak.
d. Disiplin mudah dipertahankan.
e. Solidaritas para anggota masih besar, karena masih saling kenal mengenal.
f. Tersedianya kesempatan yang baik bagi pimpinan organisasi untuk
mengembangkan bakat-bakat pemimpin.
2. Bentuk Lini dan Staf
Di dalam organisasi-organisasi kecil, semua karyawan supervisor adalah merupakan
orang-orang lini (line personnel). Tetapi ketika organisasi mulai membesar, maka
semakin terasa pentingnya penyediaan tenaga spesialis mampu memberikan nasihat -
nasihat teknis dan memberikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional lainnya. Orang-
orang inilah yang biasanya disebut ―staf personel‖ (orang-orang staf yang melaksanakan
fungsi-fungsi staf). Dan orang-orang staf ini dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu : (1) para penasihat dan (2) ―auxilliary personnel‖, bertugas melakukan kegiatan-
kegiatan penunjang demi lancarnya meknisme organisasi.

Ciri-ciri Pokok :

a. Organisasinya besar dan kompleks.


b. Jumlah karyawannya banyak.
c. Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf) sebagaimana dijelaskan di atas.
d. Karena organisasi sudah semakin besar / kompleks, maka hubungan langsung di
sini sudah tidak mungkin lagi terjadi antar anggota maupun antara pemimpin dan
bawahan.
e. Nampak adanya spesialisasi yang dikembangkangkan dan dipergunakan secara
optimal.

Kebaikan-kebaikannya :

a. Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang melaksanakan
tugas pokok organisasi, dan kelompok staf yang melaksanakan kegiatan
penunjang.
b. Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat bawahan yang berbeda-beda.
c. Prinsip ―the right man in the right place‖ dapat diterapkan dengan mudah.
d. Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan.
e. Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh organisasi-organisasiyang
lebih besar / kompleks.
23
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Keburukannya :

a. Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf.


b. Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan.
c. Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya.
d. Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-perintah staf sering agak
membingungkan anggota. Hal ini dapat terjadi, karena kedua jenis hirarki ini
tidak selalu seirama dalam memandang sesuatu.
3. Bentuk Fungsional
Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana kekuasaan dari pimpinan
dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan-satuan dibawahnya dalam
suatu bidang pekerjaan tertentu. Tiap-tiap kepala dari satuan ini mempunyai kekuasaan
untuk memerintah semua pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya (The Liang
Gie, dkk., 1981, hal. 136). Ciri lain dari organisasi demikian adalah bahwa didalam
organisasi tidak terlalu menekankan pada hirarki struktural, akan lebih banyak
didasarkan pada sifat dan macam fungsi yang harus dijalankan. Sebenarnya bentuk ini
tidak populer, dan kebanyakan hanya dipergunakan dalam lingkungan usaha swasta
seperti toko serba ada, dan yang sejenisnya.

Kebaikan-kebaikannya :

a. Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik.


b. Dapat dicapai spesialisasi yang baik.
c. Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama pada
umumnya tinggi.
d. Moral serta disiplin kerja tinggi.
e. Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi mudah dijalankan.
Kelemahannya :
a. Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri dalam
satu bidang saja.
b. Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan, karena orang-orang yang
bergerak dalam satu bidang mementingkan fungsi saja.
c. Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah dibatasi pada suatu fungsi.
4. Tipe Panitia
Bentuk organisasi ini adalah suatu tipe di mana pimpinan dan para pelaksana dibentuk
dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia. Maksudnya, pada tingkat pimpinan,

24
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
keseluruhan unsur pimpinan menjadi panitia dan para pelaksana dibagi ke dalam
kelompok-kelompok yang disebut ―task force‖ atau satuan tugas.

Ciri-cirinya :

a. Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya hanya terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara, ketua seksi dan para petugas.
b. Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen. Organisasi tipe panitia hanya
dipakai sewaktu-waktu ada kegiatan khusus (proyek-proyek tertentu), dan setelah
kegiatan-kegiatan itu selesai dikerjakan, maka panitia dibubarkan.
c. Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif.
d. Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggungjawab yang
sama.
e. Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk satuan
tugas (task force).

Keuntungan Tipe Panitia :

a. Keputusan yang diambil selalu berhasil dengan baik dan tepat, karena sudah
dibicarakan secara kolektif.
b. Kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan kecil
sekali.
c. Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.

Kelemahannya :

a. Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala sesuatunya harus


dibicarakan lebih dulu dengan para anggota organisasi.
b. Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau diminta pertanggung
jawabannya melebihi dari yang lain.
c. Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak datang dari satu orang
pimpinan saja.
d. Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena pelaksanaan didasarkan pada
kolektifitas.

H. KEPEMIMPINAN
Mencapai kepemimpian yang berprinsip dalam suatu organisasi tidaklah mudah,
dikarenakan adanya kebiasaan buruk seperti kemauan dan keinginan sepihak, kebanggaan
25
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
dan penolakan serta ambisi pribadi. Ada sifat yang mendasar dalam sebuah kepemimpinan
yang harus dimiliki dalam kecakapan memimpin;
1. Kecakapan dalam memahami individual
2. Kecakapan untuk menggugah semangat dan memberi inspirasi
3. Kecakapan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat mengembangkan
iklim yang mampu memenuhi dan sekaligus menimbulkan serta mnegndalikan
motivasi-motivasi.
4. Kecakapan dalam hal persepsi sosial
5. Kecakapan dalam berpikir abstrak
6. Kecakapan dalam mengendalikan emosional

I. FUNGSI – FUNGSI PIMPINAN DI DALAM MANAGEMEN


1. Fungsi manager dalam managemen secara menyeluruh :
2. Planing atau perencanaan merencanakan kegiatan yang hendak dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
3. Organising atau pengorganisasian menyusun, menentukan, menetepkan, jenis tugas
dan kewajiban setiap fungsi.
4. Staffing atau penyusunan staf menyusunan dan penetapan serta pengembangan
meliputi kegiatan mulai merekrut pegawai, usaha memanfaatkan, mengembangkan
sampai mendayaguna secara maksimal.
5. Directing atau pengarahan memberikan komando, mengerakkan dengan memberi
perintah, juga memberikan kepemimpinan kepada bawahan supaya dapat
melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
6. Coordinating atau pengkoordinasian yaitu mengkoordinir seluruh pekerjaan diantara
pekerjaan yang satu dengan yang lain merupakan totalitas.
7. Controlling atau pengawasan usaha untuk memberikan penilaian, koreksi, evaluasi atas
semua kegiatan dan secara terus – menerus melakukan monitoring baik pekerjaan yang
sedang dilakukan ataupun pekerjaan yang sudah dilakukan.
J. TIPE-TIPE PEMIMPIN
1. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah seorang pemimpin yang :
a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
b. Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata.
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
26
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
e. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya.
f. Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
2. Tipe Militeristis
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis memiliki sifat-sifat:
a. Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya.
b. Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya.
c. Senang kepada formalitas yang beriebih-lebihan.
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
e. Sukar menerima kritikan dari bawahan.
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai acara dan keadaan.
3. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang patemalistis ialah seorang yang :
a. Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b. Bersikap terlalu melindungi.
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan
dan inisiatif.
d. Jarang i-nemberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya
kreasi dan fantasinya.
e. Sering bersikap maha tahu.
4. Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang
pemimpin memiliki kharisma. yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai
pengikut yang jumlahnya sangat besar, Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab
musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa
pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5. Tipe Laissez Faire
Seorang pemimpin yang bertipe laissez faire adalah seorang yang bersifat :
a. Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif. dalam arti
bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan
bisikan hati nuraninya asal saja kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan
organisasi tetap tercapai.
b. Bahwa pada umumnya organisasi akan berjaian lancar dengan sendirinya karena
para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui
27
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang dicapai dan tugas apa
yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota.
c. Seorang pimpinan yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan
organisasional.
d. Seorang pemimpin yang cenderung memilih peranan pasif dan membiarkan
organisasi berjaian dengan sendirinya tanpa banyak mencampuri bagaimana
organisasi berjalan.
e. Pemimpin yang bertipe ini sering dianggap sebagai seorang penumpin yang kurang
memiliki rasa tanggungjawab yang wajar terfiadap organisasi yang dipimpinnnya.
6. Tipe Demokratis
Untuk tipe pemimpin demokratis adalah yang bersifat:
a. Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia adalah mahluk yang termulia di dunia. Selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para
bawahannya.
b. Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya.
c. Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai
tujuan.
d. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
e. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
f. Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui
peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan.
g. Kepemimpinan tipe ini adalah kepemimpinan yang ‖ Menerapkan empat gaya
kepemimpinan berdasarkan ukuran/persepsi tentang kemauan dan kemampuan orang
yang dipimpin. Empat gaya tersebut adalah:
h. Instruksi, untuk bawahan yang tingkat kemauan, kemampuan, keyakinan dan
pengetahuannya rendah atau tidak ada sama sekali.
i. Konsultasi, untuk bawahan yang kemampuannya rendah tetapi kemauannya tinggi.
Cara ini dengan mengarahkan, mendukung dan melakukan komunikasi dua arah.
j. Partisipasi, untuk hawahan yang kemampuan. pendidikan, pengetahuan dan
pengalamannya tinggi tapi motivasi dan keyakinannya rendah. Model inj adalah
penerapan gaya kepemimpinan dengan mendukung dan saling tukar ide tanpa
mengarahkan.

28
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Delegasi, untuk bawahan yang tingkat kematangannya tinggi, kemauan dan kemampuannya dapat
diandalkan. Model ini tidak berarti pemimpin tidak bertanggungjawab, tetapi mengajarkan kepada
bawahan bagaimana caranya bertanggung jawab.

29
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
MARS IMABA

Berdiri tundukan hati


Menatap masa depan penuh arti
Bergegaslah dan buang kata-kata ragu
Majulah bersama imaba..
Berjuang tuk terus mengabdi
Mengasah ilmu dan amal sejati
Menjaga persaudaraan slalu bersatu
Ikatan mahasiswa bata-bata..
Bangunlah..bangkitlah..
Tegaklah..dan majulah..
Merangkai cita-cita luhur nan mulia
Demi agama,nusa, dan bangsa..
Berjuang tuk penuhi janji
Meniti jalan seruan ilahi
Menuju peradaban islam yg hakiki
Jayalah mahasiswa santri
Bangunlah..bangkitlah..
Tegaklah..dan majulah..
Merangkai cita-cita luhur nan mulia
Bersama imaba tetap jaya..
Bersama imaba kita bangga..

30
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
HYMNE IMABA

IMABA tetaplah jaya , perjuangan demi Islam yang didamba..


Qur'an-hadist yang mulia, pedoman kami berkhidmat dan berkarya.

Mengabdi tuk nusa bangsa, bersatu kibarkan panji kebenaran


Cendikia luhur takwa.. Rasulullah jadi contoh dan panutan

Ikatan..mahasiswa bata-bata, ukhwah Islamiah jadi pemersatu spenuh jiwa.


keikhlasan, keilmuan, dan kejujuran , serta akhlaq mulya penuh kesabaran dalam pengabdian.

Al-islamu dinuna waruhuna, syafaat Muhammad kita dambakan slalu di hati


Al-iman dalam diri kita jaga, allahu ta'ala rabbul alam wa rabbul izzati..

31
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
ANGGARAN DASAR (AD)
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)

BAB I
NAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 1
Nama
Organisasi mi bernama Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Pasal 2
Kedudukan
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berkantor pusat di Pamekasan
PasaI 3
Waktu dan tempat
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) didirikan pada tanggal 14 DzuI Hijjah 1425 Hijriyah bertepatan dengan tanggal
25 Januari 2005 Masehi di pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata sampai batas waktu yang tidakditentukan.
BAB II
KEDAULATAN
Pasal 4
Kedaulatan tertinggi ada di tangan anggota.
BAB III
VISI-MISI, ASAS, SIFAT, TUJUAN DAN USAHA
Pasal 5
Visi
Terwujudnya Mahasiswa Santri yang bermental religius, akademis, dan transformative.
Pasal 6
Misi
1. Mencetak kader yang berwawasan akademis dan unggul mandiri.
2. Membentuk kader yang taat dan mempunyai kesadaran spiritual.
3. Melahirkan kader yang tangguh dalam mengaktualisasikan ilmu pengetahuan.
Pasal 7
Asas
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berasaskan Islam dan Pancasila.
Pasal 8
Sifat
Ikatan Mahaiswa Bata-Bata (IMABA) bersifat kekeluargaan dan Independen.
Pasal 9
Tujuan
Organisasi ini bertujuan:
1. Mempererat jalinan ukhuwah lslamiyah di kalangan akademisi santri Bata-bata, baik yang masih aktif di pesantren
maupun yang tidak.
2. Sebagai wahana informasi dan transformasi bagi akademisi IMABA dalam rangka menciptakan suasana ilmiah yang
dinamis dan Progresif.
3. Sebagal penyalur aspirasi para akademisi santri yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) baik
internal maupun eksternal.
4. memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita ideal para akademisi santri yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa
Bata-Bata (IMABA) serta berperan aktif dalam menyikapi fenomena sosial.
Pasal 10
Usaha
1. Mempererat hubungan emosional di antara anggota Ikatan Mahasiswa Bata-Batà (IMABA)
2. Menggali potensi dan mengembangkan pemikiran sebagai upaya penguatan wacana.
3. Mengadakan pembinaan dan pemberdayaan anggota dalam segala hal yang dapat menunjang pencapaian tujuan
organisasi.
4. Menampung, mengarahkan.dan menyalurkan kepedulian anggota terhadap fenomena dan masalah sosial
5. Usaha-usaha lain yang relevan dengan identitas dan azas organisasi serta efektit dalam upaya pencapaian tujuan.
BAB IV
STATUS, FUNGSI DAN PERAN
Pasal 11
Status
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) adalah organisasi mahasiswa
Pasal 12
Fungsi
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berfungsi mengkoordinir, membina dan memberdayakana Anggota.

32
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Pasal 13
Peran
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berperan:
1. Sebagai wadah perekat emosional di antara akademisi santri Bata-Bata, baik yang masih aktit di pesantren maupun
yang tidak.
2. Ikut berperan dalam keilmuan transpormatif.
BABV
KEANGGOTAAN
Pasal l4
Anggota Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) adalah semua mahasiswa, sarjana, dan yang masih aktit di dunia
kampus yang masih atau pernah mondok atau sekolah di PP. Mambaul Ulum Bata-Bata Panaan Palengaan Pamekasan.
Pasal l5
Keanggotaan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata .(IMABA) terdiri dari:
1. Anggota Biasa
2. Anggota Istimewa.
3. Anggota Kehormatan.
BABVI
STRUKTUR DAN LEMBAGA ORGANISASI
Pasal l6
Struktur
Struktur kepengurusan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) terdiri dari:
1. Ketua Umum
2. Ketua I
3. Ketua II
4. Sekretaris Umum
5. Sekretanis I
6. Sekretanis II
7. Bendahara Umum
8. Bendahara I
9. Bendahara II
10. Koordinator Wilayah (Koorwil), dan
11. Divisi-Divisi
Pasal 17
Lembaga
Lembaga-lembaga di lingkungan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) terdiri dan:
1. Dewan Penasehat
2. Dewan Presedium
3. Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
BAB VII KEKUASAAN DAN
PIMPINAN Pasal l8
Kekuasaan
Kekuasaan tertinggi pada organisasi ini berada pada Kongres Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Pasal l9
Pimpinan
Organisasi ini dipimpin oleh seorang Ketua Umum
BAB VIII
SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA
Pasal 20
Sumber Dana
Organisasi ini memperoleh dana dari:
1. luran anggota Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Sumbangan dan usaha-usaha lain yang halal dan tidak mengikat
Pasal 21
Penggunaan Dana
1. Dana Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA.) dipergunakan sepenuhnya untuk mewujudkan tujuan organisasi.
2. Anggaran dan alokasi dana diatur dalam rapat kerja pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
BAB IX
PEMBENTUKAN DAN PEMBUBARAN LEMBAGA
Pasal 22
Pembentukan lembaga baru dan pembubaran Iembaga di lingkungan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) harus
melalui kesepakatan kongres.

33
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 23
1. Perubahan Anggaran Dasar Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dilaksanakan dalam Kongres Ikatan
MahasiswaBata-Bata (IMABA)
1. Perubahan Anggaran Dasar Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dapat dilakukan apabila diusulkan oleh
minimal 50% plus 1 dan anggota sidang.
2. Keputusan dianggap sah apabila disetujui oleh minimal 50% plus 1 dan anggota yang hadir.
BAB XI
ATURAN TAMBAHAN DAN ATURAN PERALIHAN
PasaI 24
Aturan Tambahan
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
2. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Pasal 25
Aturan Peralihan
Sehubungan dengan belum adanya Anggaran Dasar sebelumnya maka belum ada aturan peralihan.

Ditetapkan di :
Pada Tanggal :
Pukul :
KONGRES IV
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA
PIMPINAN SIDANG PLENO

………………………………………… …………………………………………..
Ketua Sekretaris

34
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)

BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal l
Anggota Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) adalah semua mahasiswa, sarjana, dan yang masih kompeten di dunia
kampus yang masih atau pernah mandok atau sekolah di PP. Mambaul Ulum Bata-Bata Panaan Palengaan Pamekasan,
Pasal 2
Anggota IMABA terdiri dari
1. Anggota Biasa
2. Anggota Istimewa
3. Anggota Kehormatan
Pasal 3
1. Anggota Biasa adalah:
a. Santri atau alumni PP. Mambaul Ulum Bata-Bata yang sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi,
baik dalam jenjang Strata 1 maupun Strata 2.
b. Santri atau alumni PP. Mambaul Ulum Bata-Bata yang telah lulus dan Perguruan Tinggi dan memperoleh gelar
sarjana maksimal 2 (dua) tahun.
2. Anggota Istimewa adalah:
a. Santri .atau alumni PP. Mambaul Ulum Bata-Bata yang sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi
dalam jenjang Strata 3.
b. Santri atau alumni PP. Mambaul Ulum Bata-Bata yang telah memperaleh gelar sarjana lebih dari 2 (dua)
tahun.
3. Anggota Kehormatan adalah:
a. Santri atau alumni PP. Mambaul Ulum Bata-Bata yang aktif di dunia kampus.
b. Tokoh yang diminta secara sukarela oleh organisasi karena dibutuhkan dalam upaya memajukan organisasi.
HAK-HAK ANGGOTA
Pasal 4
Ketentuan Umum
Setiap anggota berhak atas pendidikan, kebebasan berpendapat, penghargaan, perlindungan, dan pembelaan serta
pengampunan.
1. Hak pendidikan adalah hak yang dimiliki setiap anggota untuk mendapatkan pembinaan dan pengembangan
kepribadian, kecendikiawaan, dan kecakapannya.
2. Hak kebebasan berpendapat adalah hak yang dimiliki setiap anggota untuk menyampaikan pendapat, gagasan,
penemuan dari penelitiannya secara bebas dan bertanggung jawab
3. Hak penghargaan adalah hak yang dimiliki setiap anggota untuk memperoleh pengakuan dan penghargaan atas
prestasi yang dicapainya.
4. Hak perlindungan dan pembelaan dari beragai kemungkinan yang dapat mengancam itegritas dan keamanan dirinya.
5. Hak pengampunan adalah hak yang dimiliki setiap anggota untuk memperoleh pengampunan atas kesalahan-
kesahan kepada organisasi, kecuali kesalahan-kesalahan yang bersifat prinsipil
Pasal 5
1. Anggota Biasa berhak:
a. Memilih dan dipilih menjadi pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
b. Mengajukan usul, kritik, saran dan (àtau) pernyataan kepada pengurus, baik secara lisan maupun tertulis.
2. Anggota istimewa berhak:
a. Memberikan usul, kritik, saran dan (atau) pernyataan kepada ketua dan (atau) pengurus kelengkapan lainnya,
baik secara lisan maupun tertulis.
b. Menjadi anggota badan kelengkapan organisasi di struktur organisasi Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
3. Anggota kehormatan berhak memberikan usul, kritik, saran dan (atau) pernyataan kepada ketua dan (atau) pengurus
kelengkapan lainnya baik secara lisan maupun tertulis.
KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 6
Ketentuan Umum
1. Setiap anggota berkewajiban melaksanakan ketentuan syariat Islam secara maksimal, ketentuan negara yang tidak
diskrinatif, dan bertanggung jawab.
2. Setiap anggota berkewajiban memenuhi dan melaksanakan organisasi secara maksimal dan bertanggung jawab.
3. Setiap anggota berkewajiban melaksanakan tugas dan amanah organisasi secara profesonal dan bertanggung jawab.
4. Setiap anggota berkewajiban melakukan upaya-upaya pengembangan organisasi sesuai dengan kemampuan dan
bertanggung jawab.
Pasal 7
1. Anggota biasa wajib:

35
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
a. Menjaga nama baik almamater Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
b. Mentaati segala aturan yang termaktub dalam AD/ART beserta ketetapan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata
(IMABA)
c. Merawat dan menjaga fasilitas organisasi serta membantu pengurus dalam melaksanakan ketentuan dan
kebijakan organisasi
2. Anggota istimewa dan Anggota kehormatan wajib:
a. Menjaga nama baik almamater Ikatan Mahasiswa Bata-bata (IMABA)
b. Mentaati segala aturan yang termaktub dalam AD/ART berserta ketetatapan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata
(IMABA)
PENGHARGAAN KEANGGOTAAN
Pasal 8
1. Penghargaan keanggotaan dapat diberikan kepada anggota yang berprestasi dan atau berjasa mengangkat citra
mengharumkan nama IMABA.
2. Penghargaan keanggotaa dianugerahkan oleh Pengurus Pusat IMABA dan dapat diusulkan oleh Pengurus Wilayah
dan Pengurus Daerah atau rekomendasi dari Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah IMABA.
Pasal 9
Bentuk-bentuk dan tata-cara penganugerahan tanda penghargaan keanggotaan diatur dalam peraturan organisasi atau
produk hukum organisasi lainnya secara tersendiri sesuai dengan kebijakan Pengurus Pusat IMABA.
HILANGNYA KEANGGOTAAN
Pasal 10
Katagori Pemberhentian
1. Pemberhentian keanggotaan berlaku secara otomatis apabila anggota meinggal dunia.
2. Pemberhentian keanggotaan secara terhormat dapat dilakukan atas permintaan anggota sendiri secara tertulis yag
disampaikan kepada Pengurus Daerah dimana anggota tersebut terdaftar.
3. Pemberhentian keanggotaan secara tidak terhormat dapat dilakukan terhadap anggota yang secara sengaja berbuat
sesuatau yang dapat mencemarkan nama baik agama, bangsa dan negara dan atau organisasi.
4. Pemberhentian keanggotaan secara tidak hormat dapat dilakukan terhadap anggota yang mengikuti organisasi beda
asas.
Pasal 11
1. Anggota Biasa hilang keanggotaannya disebabkan:
a. Meninggal dunia
b. Berhenti dan atau diberhentikan sebagai mahasiswa di Perguruan Tinggi.
c. Mengundurkan diri dan keanggotaan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Anggota Istimewa dan Anggota Kehormatan hilang keanggotannya disebabkan:
a. Meninggal dunia
b. Mengundurkan diri dan/atau diberhentikan dari keanggotaan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Pasal 12
Wewenang Pemberhentian
1. Pemberhentian keanggotaan hanya menjadi wewenang Pengurus Daerah dimana anggota tersebut terdaftar dan
ditetapkan dengan surat keputusan Pengurus Daerah dengan tembusan Pengurus Wilayah dan Pengurus Pusat.
2. Pemberhentian keanggotaan hanya dapat dilakukan setelah anggota tersebut dimintai pertanggung jawaban secara
seksama dan dinyatakan terbukti bersalah oleh Pengurus Daerah.
3. Proses pertanggung jawaban sebagaimana tersebut ayat (2) di atas dilakukan secara terbuka.
4. Pengurus Daerah menyampaikan laporan secara tertulis mengenai keputusan peberhentian keanggotaan kepada
Pengurus Pusat IMABA setelah ditetapkan dengan surat keputusan Pengurus Daerah.
5. Surat keputusan pengurus tentang pemberhentian keanggotaan dinyatakan berlaku mengikat apabila dalam masa
selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah ditetapkan surat keputusan Pengurus Daerah tersebut dan anggota yang
diberhentikan tidak mengajukan surat permohonan naik banding.
Pasal 13
Sanksi
Anggota yang melanggar ketentuan organisasi dapat dikenakan sanksi organisasi berupa:
1. Peringatan secara lisan atau tertulis
2. Skorsing dari keanggotaan minimal 3 (tiga) bulan
3. Diberhentikan dari keanggotaan secara tidak terhormat.
Pasal 14
Prosedur Naik Banding
1. Anggota yang diberhentikan secara tidak hormat dapat mengajukan permohonan naik banding kepada Pengurus
Pusat IMABA selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah ditetapkan Surat Keputusan Pengurus Daerah.
2. Pengurus Pusat dapat membentuk sebuah tim Mahkamah Tinggi untuk mengadili anggota yang diberhentikan
sesuai dengan kebijakan dari Pengurus Pusat IMABA.
3. Dalam proses peradilan sebagaiman dimaksud ayat (2) di atas, Pengurus Wilayah atau Pengurus Pusat atau tim
Mahkamah Tinggi yang dibentuk dapat meminta keterangan dari seorang atau lebih saksi ahli.

36
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
4. Keputusan Pengurus Wilayah atau pusat dapat mengukuhkan, memperbaiki atau membatalkan surat keputusan
Pengurus Daerah tentang pemberhentian anggota tersebut.
5. Keputusan tim Mahkamah Tinggi bersifat mengikat dan tidak dapat diganggu gugat dan ditetapkan dalam rapat
pleno PBH Pengurus Pusat IMABA
BAB II DEWAN
PENASEHAT Pasal 15
Dewan Penasehat adalah lembaga yang diisi oleh Pengasuh dan Dewan Pengasuh PP. Mambaul Ulum Bata-Bata.
Pasal 16
Pola hubungan pengurus Organisasi Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dengan Dewan Penasehat bersifat kosultatif
dan pertimbangan.
BAB III DEWAN
PRESIDIUM Pasal 17
Dewan Presidium adalah lembaga legislatif Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) sesuai dengan Bab VI Pasal 15 AD
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Pasal 18
1. Dewan Presidium sesuai dengan Bab VI Pasal 15 AD memiliki hak dan wewenang secara internal yang berkaitan
dengan kepentingan organisasi.
2. Pola hubungan pengurus oganisasi Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dengan Dewan Presidium adalah
konsultatif.
Pasal 19
1. Anggota Dewan Presidium terdini dan anggota Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) yang dipilih pada waktu
kongres.
2. Anggota Dewan Presidium dapat dipilih dari Anggota Istimewa, Anggota Kehormatan atau Anggota Biasa yang
dianggap mampu.
3. Masa jabatan anggota Dewan Presidium adalah 2 (dua) tahun dan dapat dipilih kembali pada kongres berikutnya.
4. Keluar atau berhentinya anggota Dewan Presidium hanya diperbolehkan apabila disebabkan hal-hal yang tercantum
dalam BAB I Pasal 5 ART .lkatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Pasal 20
1. Susunan Pengurus Harian Dewan Presidium dipilih dan ditentukan Iangsung oleh internal lembaga.
2. Pengurus Harian Dewan Presidium terdiri dan ketua, sekretaris dan anggota-anggota.
Pasal 21
Wewenang dan Kewajiban Dewan Presidium
1. Memberikan masukan terhadap kinerja ketua dan pengurusnya dalam setiap rencana dan kebijakan organisasi
2. Mengarahkan kegiatan Ikatan Mahasiswa Sata-Bata (IMABA) kepada upaya pengembangan dan kemajuan PP.
Mambaul Ulum Bata-Bata ke depan.
BAB IV
PEMBENTUKAN PENGURUS WILAYAH DAN DAERAH
Pasal 22
Ketentuan Umum
1. Mekanisme pembentukan Pengurus Wilayah dianggap memenuhi syarat apabila:
a. Telah memenuhi syarat sebagaimana yang diatur dalam AD-ART dan Ketetapan Sidang Istimewa
b. Pengurus Daerah dalam satu wilayah membentuk tim yang terdiri dari utusan masing-masing Pengurus
Daerah yang bertugas untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan Musywil setelah mendapat rekomendasi
dari Pengurus Pusat IMABA
c. Tim akan menyelenggarakan Musywil selambat-lambatnya dua bulan setalah mendapat rekomendasi dari
Pengurus Pusat IMABA
d. Tugas tim akan berakhir secara otomatis setelah terselenggaranya proses pelantikn Pengurus Wilayah.
e. Pembentukan wilayah dihadiri minimal oleh 2 Pengurus Pusat.
f. Surat permohonan SK pembentukan daerah IMABA harus melampirkan:
1) Berita Acara Pembentukan
2) Jumlah anggota disertai bukti foto copy KTM
2. Mekanisme pembentukan Pengurus Daerah dianggap memenuhi syarat apabila:
a. Telah memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam AD-ART dan Ketetapan Sidang Istimewa
b. Melakukan langkah-langkah printisan dengan mendata seluruh mahasiwa alumni Bata-Bata yang ada di daerah
tersebut.
3. Masa kepengurusa Pengurus Wilayah dan Daerah 1 kali 12 bulan terhitung sejak serah terima jabatan dari pengurus
demisioner ke defenitif.

37
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Pasal 23
Wewenang
1. Instansi yang berwenang membentuk daerah baru adalah Pengurus Wilayah sebagai perpanjangan tangan Pengurus
Pusat IMABA.
2. Dalam kondisi dimana Pengurus Wilayah belum terbentuk atau tidak ada, maka Pengurus Daerah terdekat
berkewajiban melakukan pendampingan terhadap proses pembentukannya.
3. Dalam masa perintisan pembentukan daerah baru, Pengurus Wilayah dapat menunjuk daerah yang terdekat yang
sudah ada untuk membantu melakukan langkah-langkah persiapan.
Pasal 24
1. Pembentuakan daerah baru dilaporkan kepada Pengurus Pusat selambat-lambatnya dua minggu setelah deklarasi
pembentukan daerah.
2. Pembentukan daerah baru dinyatakan sah apabila telah mendapatkan Surat Keputusan Pembentukan Daerah
(SKPD) yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat IMABA
3. SK Pengurus Pusat tentang pembentukan daerah menjadi aset pribadi daerah setempat.
Pasal 25
Status
1. Daerah yang baru dibentuk berstatus sebagai daerah persiapan.
2. Status sebagai daerah persiapan tetap berlaku dalam masa selambat-lambatnya satu tahun terhitung sejak tanggal
ditetapkan Pengurus Pusat IMABA.
Pasal 26
1. Selama berstatus daerah persiapan Pengurus Wilayah bertanggung jawab melakukan pembinaan secar intensif.
2. Dalam kondisi Pengurus Wilayah belum terbentuk maka Pengurus Daerah terdekat berkewajiban melakukan
pembinaan secara intensif.
3. Pembinaan yang dimaksud ayat (1) dan (2) tersebut lebih diarahkan kepada usaha-usaha penumbuhan kemandirian
dan peningkatan kemampuan managerial Pengurus Daerah.
Pasal 27
Akreditasi
1. Syarat akreditasi dalam peningkatan status daerah meliputi:
a. Mampu mengakomodir mahasiswa alumni Bata-Bata di daerah tersebut
b. Adanya laporan tertulis tentang kegiatan yang dilakukan oleh Pengurus Daerah IMABA
c. Terjadinya peningkatan jumlah anggota
d. Memiliki sekretariat
2. Mekanisme dan tata cara akreditasi dilakukan sepenuhnya oleh Pengurus Pusat IMABA
Pasal 28
Pembekuan Wilayah dan Daerah
1. Pembekuan wilayah akan dilakukan apabila tidak memenuhi syarat sebagaimana yang telah diatur dalam AD-ART,
peraturan organisasi dan produk hukum lainnya yang mengikat.
2. Pembekuan daerah meliputi:
a. Pembekuan daerah dapat dilakukan hanya dalam keadaan sungguh-sungguh memaksa.
b. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa di dalam ayat (1) di atas adalah keberadaan daerah yang sungguh-
sungguh tidak mempunyai kemampuan lagi untuk memenuhi standart kualifikasi yang paling minimum.
c. Dalam hal daerah tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan Musywil dalam waktu lebih dari satu
setengah tahun maka pengurus IMABA pusat dapat mengambil alih kepemimpian daerah tersebut utuk
melaksanakan Musywil sebelum diambil tindakan pembekuan.
Pasal 29
1. Sebelum diambil tindakan pembekuan daerah, terlebih dahulu harus ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengurus Wilayah mengadakan musyawarah secara seksama dengan Pengurus Daerah untuk membahas
berbagai kemungkinnan yang berkaitan dengan daerah dimaksud.
b. Apabila dianggap perlu Pengurus Wilayah dapat pula mengundang anggota-anggota istimewa di daerah itu
untuk turut serta dalam musyawarah tersebut.
c. Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud di dalam sub (a), (b) di atas harus benar-benar menjadi bahan
pertimbangan di dalam mengambil keputusan untuk menggugurkan atau tidak menggugurkan daerah tersebut
2. Pengurus Wilayah menyampaikan laporan tertulis selengkapnya melalui kondisi daerah tersebut serta keseluruhan
hasil upaya yang telah ditempuh sebagaimana diatur dalam ayat (1) di atas.
Pasal 30
Keputusan Pembekuan Wilayah dan Daerah
Keputusan pembekuan wilayah:
1. Keputusan pembekuan wilayah dikeluarkan oleh Pengurus Pusat IMABA setelah mempelajari secara seksama
laporan.
2. Wilayah yang telah dinyatakan gugur berdasarkan surat keputusan Pengurus Pusat, dapat di hidupkan kembali
dengan memenuhi ketentuan pembentukan wilayah baru sebagaimana diatur dalam AD/ART dan GBHO.

38
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Pasal 31
Keputusan pembekuan daerah:
1. Keputusan pembekuan daerah dikeluarkan oleh Pengurus Pusat IMABA setelah mempelajari secara seksama
laporan dari Pengurus Wilayah
2. Daerah yang telah dinyatakan gugur berdasarkan surat keputusan Pengurus Pusat, dapat di hidupkan kembali
dengan memenuhi ketentuan pembentukan daerah baru sebagaimana diatur dalam AD/ART dan GBHO.
Pasal 32
Segala harta kekayaan yang dimiliki daerah atau wilayah yang digugurkan diwakafkan kepada pusat IMABA atas
persetujuan wilayah jika yang digugukan daerah, dan segala dokumen organisasi yang dimiliki oleh daerah atau wilayah
diserahkan kepada kepengurusan diatasnya untuk disimpan didokumen organisasi
Pasal 33
Penghargaan Kepengurusan
1. Penghargaan kepengurusan dapat diberikan kepada pengurus yang berprestasi dan atau berjasa mengangkat citra
mengharumkan nama IMABA.
2. Penghargaan kepengurusan dianugerahkan oleh Pengurus Pusat IMABA dan dapat diusulkan oleh Pengurus
Wilayah dan Pengurus Daerah atau rekomendasi dari Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah IMABA.
BAB V
PENGURUS IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
Pasal 34
1. Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) adalah lembaga eksekutif serta penanggung jawab program kerja
lkatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) sesuai dengan BAB VI Pasal 15 AD Ikatan Mahasiswa Bata-Bata
(IMABA) memiliki hak dan wewenang menjalankan program-program kerja Ikatan Mahasiswa Bata-Bata
(IMABA)
3. Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dipimpin oleh seorang Ketua Umum
Pasal 35
Ketua Umum
1. Ketua Umum adalah pimpinan órganisasi Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) yang dipilih oleb peserta kongres.
2. Pemilihan Ketua Umum dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber Jurdil) pada waktu
kongres
3. Ketua Umum berhak melengkapi personalia pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) bersama Tim
Formatur
4. Ketua berhak rneminta laporan pertanggung jawaban dan semua Koordinator Wilayah (Koorwil) dan Devisi-devisi
di bawahnya.
5. Apabila tenjadi kekosongan pimpinan seperti meninggal dunia, berhenti atau tidak dapat menjalankan kewajiban
organisasi dalam masa jabatan, maka diganti berdasarkan Sidang Istimewa
Pasal 36
Wewenang Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
1. Pengurus ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) mempunyai wewenang untuk melakukan kerja sama apapun
dengan lembaga atau organisasi lain selama tidak bertentangan dengan AD/ART, konstitusi, dan Peraturan-
Peraturan Organisasi.
2. Pengurus lkatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) mempunyai wewenang untuk melaksanakan kegiatan apapun
selama tidak bertentangan dengan AD/ART, konstitusi-konstitusi, dan Peraturan-Peraturan Organisasi.
3. Pengurus lkatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) mempunyai wewenang untuk membuat lembaga otonom serta
badan kelengkapan organisasi selama tidak bertentangan dengan AD/ART, konstitusi-konstitusi, dan Peraturan
Organisasi.
4. Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) mempunyai wewenang untuk menghimpun dana sebagal upaya
melaksanakan program kerja selama tidak bertentangan dengan AD/ART, konstitusi, dan Peraturan Organisasi.
5. Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) mempunyai wewenang untuk mengangkat Anggota Kehormatan
apabila dipandang dapat menambah kelancaran dan kemajuan organisasi.
Pasal 37
Kewajiban Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
1. Ketua Umum dan Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berkewajiban untuk mengadakan Rapat Kerja
(Raker) untuk menentukan dan merumuskan program kerja selama I (satu) periode.
2. Ketua Umum dan Pengurus Ikatan Màhasiswa Bata-Bata (IMABA) berkewajiban untuk melaksanakan program
kerja yang telah ditentukan daan dirumuskan pada waktu Raker.
3. Ketua Umum dan Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berkewajiban untuk melaksanakan koordinasi
dan konsolidasi minimal tiap 3 (tiga) bulan sekali.
4. Ketua Umum dan Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berkewajiban untuk meminta saran dan
masukan dari Dewan Presidium.

39
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
5. Ketua Umum dan Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berkewajiban untuk melaporkan realisasi
program, kondisi kepengurusan dan kinerjanya kepada Dewan Presidium dalam Sidang Tahunan Ikatan Mahasiswa
Bata-Bata (IMABA)
6. Ketua Umum dan Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA.) berkewajiban untuk memberikan laporan
pertanggungjawaban kepada kongres di akhir periodenya.
7. Ketua Umum dan Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berkewajiban untuk melakukan up grading
(peningkatan kemampuan) pengurus minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) periode.
Pasal 38
1. Rapat koordinasi pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dihadiri setengah lebih satu dan jumlah anggota
pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Hasil rapat koordinasi dan konsolidasi harus tertutis dan menjadi landasan operasional pelaksanaan program kerja
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
BAB VI
Pasal 39
PENGISIAN LOWONGAN JABATAN
1. Tata cara pengisisan lowongan jabatan ini merupakan pedoman untuk menyatakan jabatan lowonga n sekaligus tata
cara mengisi jabatan pengurus yang sudah dinyatakan lowong di semua tingkatan.
2. Pengisian jabatan hanya bisa dilakukan apabila jabatan pengurus sudah dinyatakan lowong oleh pengurus pleno.
3. Pengurus pleno adalah BPH dan Koordinator-koordinator.
Pasal 40
1. Personalia kepengurusan bisa dinyatakan lowong karena:
a. Meninggal dunia
b. Mengundurkan diri
c. Diberhentikan
2. Pemunduran diri personalia kepengurusan bisa diterima atau tidak dinyatakan secara tertulis dengan materai yang
ditujukan kepada kepengurusan personalia itu beberapa dengan tembusan kepengurusan satu tingkat di atasnya.
3. Pengunduran diri itu bisa dicabut dan bisa diterima menjadi pengurus kembali apabila mengajukan surat
pencabutan dengan materai sebelum satu bulan sejak surat pengunduran diri dibuat yang ditujukan kepada
kepengurusan yang sama dengan surat pengunduran diri.
Pasal 41
1. Personalia kepengurusan organisasi bisa diberhentikan sebagaimana yang dimaksud Pasal 40 ayat (1) huruf (c)
karena:
a. Tidak aktif selama tiga bulan berturut-turut untuk kepengurusan daerah
b. Tidak aktif selama enam bulan untuk kepengurusan wilayah
c. Jelas-jelas melanggar AD-ART dan peraturan organisasi
d. Menjadi anggota dan atau pengurus organisasi lain yang asas dan tujuannya bertentangan dengan Ikatan
Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Personalia kepengurusan organisasi IMABA dinilai tidak aktif apabila:
a. Tidak pernah datang ke kantor IMABA
b. Tidak pernah ikut serta dalam kegiatan-kegiatan IMABA
c. Menolak atau menyatakan tidak sanggup melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh IMABA
d. Tidak pernah mengkomunikasikan ketidakaktifannya sebagaimana yang dimaksud huruf (a), (b) dan (c) ayat
(1) Pasal ini kepada Ketua Umum, Ketua, Sekretaris Umum, Sekretaris, Bendahara Umum, Bendahara, dan
Koordinator-Koordinator
Pasal 42
1. Personalia kepengurusan organisasi bisa dinyatakan diberhentikan melalui rapat pleno apabila telebih dahulu sudah
diberikan peringatan baik lisan maupun tertulis minimal tiga kali peringatan dan diberi jangka waktu selama satu
bulan.
2. Apabila sudah diberi peringatan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) Pasal 41 tetap tidak aktif atau memberi
jawaban yang tidak bisa diterima oleh pengurus pleno, maka dianggap memenui syarat untuk dinyatakan
diberhentikan.
3. Personalia kepengurusan bisa dinyatakan berhenti karena menjadi anggota atau pengurus organisasi sebagaimana
yang dimaksud ayat (1) huruf (d) Pasal 41.
Pasal 43
Pengisian jabatan lowongan personalia kepengurusan organisasi IMABA dilakukan oleh Rapat Pleno Pengurus Harian
Pasal 44
Pengisian jabatan mandataris Ketua Umum dilakukan dengan pemilihan pejabat sementar melalui rapat pleno
Pasal 45
1. Pengisian jabatan lowongan unsur Ketua non mandataris, unsur Sekretaris dan Bendahara diambil dari personalia
pengurus harian yang lain sesuai dengan bidang-bidangnya dan dengan garis koordinasinya
2. Pengisian jabatan lowongan personalia Ketua dan/atau Koordinator bisa diambil dari figur di luar struktur yang
dipilih dan ditetapkan oleh rapat pleno harian.

40
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Pasal 46
1. Sebelum jabatan yang lowong diisi, kepengurusan melalui rapat pleno lengkap dapat mengisinya dengan pengurus
sementara.
2. Pengurus sementara dapat berfungsi sebagai pengurus devinitif
3. Pengurus sementara menjalankan tugas sampai akhir kepengurusan dan tidak dapat diperpanjang.
4. Penunjukan pengurus sementara daoat dilakukan pada jajaran pengurus harian lainnya untuk BPH maupun non
pengurus harian sesuai dengan bidangnya kecuali mandataris.
Pasal 47
1. Pejabat Sementara Ketua Umum selanjutnya disingkt PJS ditetapkan oleh rapat pleno pengurus harian.
2. Jika pengisian PJS Ketua Umum sebagaimana diatur pada ayat 1 tidak dapat terpenuhi, maka pejabat sementara
Ketua Umum dipilih dan ditetapkan dalam rapat pleno pngurus harian.
3. Calon PJS Ketua Umum diambil dari badan pengurus harian yang bersangkutan dan dipilih melalui mufakat atau
suara terbanyak dan langsung dinyatakan sah.
4. PJS Ketua Umum, dan atau Ketua, Sekretaris, Bendahara, maupun Koordinator-Koordinator yang sudah disahkan
melalui surat keputusan berfungsi, berwenang dan bertangung jawab sebagaimana mestinya dalam menjalankan
amanah organisasi
5. PJS itu berlaku sampai akhir kepengurusan yang digantikan
6. Dalam hal ada alasan kuat tertentu yang memenuhi ketentuan AD-ART dan peraturan organisasi PJS kepengurusan
bisa diberhentikan melalui Sidang Istimewa.
BAB VII PEMBEKUAN
KEPENGURUSAN Pasal 48
Ketentuan Umum
1. Peraturan organisasi tentang pembekuan pengurus merupakan ketentuan organisasi tentang mekanisme dan tata
cara pembekuan pengurus
2. Pengurus yang bisa dibekukan adalah Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah
3. Pengurus Pusat tidak dapat dibekukan, dan dalam hal tertentu yang dipandang perlu hanya bisa dilakukan melalui
Kongres Istimewa
Pasal 49
Sebab-Sebab Pembekuan
Pembekuan pengurus dilakukan dengan alasan:
1. Jelas-jelas melanggar AD/ART dan peraturan organisasi.
4. Dengan sengaja tidak melaksanakan atau mengabaikan keputusan/ketetapan hasil kongres dan atau
kebijakan/keputusan organisasi lainnya yang bersifat sakral
2. Dengan sengaja dan tanpa alasan yuridis yang kuat tidak menerima atau menyatakan menolak struktur
kepengurusan di atasnya dari hasil kongres atau Musywil sesuai tingkatannya masing-masing yang telah sah
menurut AD/ART, peraturan organisasi dan tata tertib yang berlaku
Pasal 50
1. Wewenang untuk mengusulkan pembekuan kepengurusan sekurang-kurangnya kepengurusan setingkat diatasnya.
2. Wewenang pengusulan pembekuan dapat dilakukan dalam pleno BPH IMABA melalui rekomendasi.
3. Wewenang untuk membekukan kepengurusan adalah kepengurusan yang berwenang menguluarkan surat
keputusan pengesahan kepengurusan yang bersangkutan.
Pasal 51
1. Keputusan untuk megusulkan pembekuan kepengurusan sekurang-kurangnya melalui rapat pleno kepengurusan
yang berwenang.
2. Keputusan untuk membekukan kepengurusan sekurang-kurangnya melalui rapat pleno kepengurusan yang
berwenang.
3. Sebelum melakukan pembekuan, terlebih dahulu kepengurusan yang berwenang memberi peringatan secara tertulis
tiga kali dan jeda waktu masing-masing satu bulan sejak tanggal surat peringatan itu dibuat.
Pasal 52
1. Usulan pembekuan Pengurus Wilayah disampaikan atas sekurang-kurangya melalui rapat pleno BPH IMABA
2. Pengurus Wilayah dapat mengusulkan kepada Pengurus Pusat untuk membekukan kepada Pengurus Daerah
tertentu yang dipadang perlu dengan dusertai alasan yuridis yang jelas.
3. Pengurus Pusat IMABA melakukan rapat sekurang-kurangnya rapat pleno BPH untuk membahas pembekuan
kepengurusan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) Pasal 51.
4. Keputusan surat pemekuan Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah dilakukan dengan penerbitan surat keputusan
pembekuan sekaligus penunjukan pengurus sementara atau perintah pengambilan kekuasaan sepenuhnya kepada
kepengurusan sekurang-kurangnya setingkat di atasnya.
5. Surat keputusan Pengurus Pusat sebagaiman dimaksud ayat (4) Pasal ini ditembuskan kepada seluruh Pengurus
Daerah di bawah koordinasinya untuk Pengurus Wilayah dan kepada Pengurus Wilayah apabila yang dibekukan
Pengurus Daerah.
6. Pengurus Daerah dapat membekukan kepengurusan di bawahnya melalui rapat pleno (jika ada)

41
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
7. Keputusan pembekuan dituangkan dalam bentuk surat keputusan Pengurus Daerah disertai penunjukan pengurus
sementara.
Pasal 53
Pengurus Sementara
1. Susunan pengurus sementara terdiri dari seorang Ketua seorang sekretaris dan sebanyak-banyaknya lima anggota.
2. Ketua pengurus sementara direkrut dari pengurus harian kepengurusan sekrang-kurangnya setingkat di atasnya
Pasal 54
1. Tugas pengurus sementara hanya untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan Musywil untuk pemilihan
pengurusan sesuai tingkatan masing-masing.
2. Pengurus sementara mengangkat dan mengesahkan panitia pelasana Musywil sebagaiman dimaksud ayat (1) Pasal
ini.
3. Apabila belum dilaksanakan Musywil sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini terdapat tugas organisasi yang
sangat peting dan mendesak, pengurus sementara dapat melaksanakan tugas tersebut dengan kewajiban
berkoordinasi dengan kepengurusan setingkat di atasnya.
Pasal 55
1. Masa bhakti pengurus sementara hanya sampai terpilihya ketua dan terbetuknya kep engurusan baru melalui
Musywil yang selambat-lambatnya dilakukan tiga bulan sejak dibekukannya kepengurusan yang bersangkutan.
2. Dalam hal ketua kepengurusan belum bisa terpilih melalui Musywil khusus diadakan untuk itu, pengurus sementara
otomatis diperpanjang sampai satu bulan.
3. Dalam hal sampai satu bulan, sebagaimana ayat (2) Pasal ini, belum bisa menjalankan tugas sebagaimana mestinya
maka pengurus sementara bisa diperpanjang atau ditunjuk pengurus sementara yang baru
BAB VIII
PERSIDANGAN
Pasal 55
Persidangan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) terdiri dari:
a. Sidang tahunan
b. Kongres
c. Sidang Istimewa
Sidang Tahunan
Pasal 56
1. Sidang tahunan adalah sidang yang dilaksanakan satu tahun sekali dalam rangka mengevaluasi kerja dan
kinerja dan kinerja ketua dan pengurusnya
2. Sidang tahunan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dihadiri oleh:
a. Anggota Dewan Presidium
b. Pengurus katan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
3. Sidang tahunan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dianggap sah apabila. dihadiri oleh sekurang-
kurangnya setengah plus satu dan jumlah peserta siding
4. Sidang tahunan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dipimpin oleh presidium sidang
5. Sidang tahunan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) melaksanakan wewenang Pasal 6 Poin 5 ART Ikatan
Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Kongres
Pasal 57
1. Kongres adalah lembaga tertinggi organisasi yang dilaksanakan pada setiap akhir periode kepengurusan
2. Kongres lkatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dilaksanakan setiap 2 tahun sekali
3. Kongres dihadiri oeh:
a. Anggota Dewan Presidium Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
b. Ketua dan Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
c. Anggota Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) Masing-masing korwil 5 orang
d. Undangan
4. Kongres dianggap sah apabila dihadiri oleh setengah lebih satu dan peserta kongres
5. Kongres Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) melaksanakan wewenang dalam Pasal 16 Poin 6 ART Ikatan
Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
6. Agenda kongres meliputi:
a. Pertanggung jawaban Ketua Umüm dan pengurusnya kepada peserta kongres
b. Merubah AD, ART, GBHO, GBHK, Rekomendasi, ketetapan-ketetapan serta aturan tambahan.
c. Memilih Ketua Umum dan Anggota Dewan Presidium
d. Penyerahan jabatan dan pengurus lama kepada pengurus baru.
e. Pendemisioneran pengurus Iama
7. Kongres dilaksanakan oieh panitia yang dibentuk oleh Dewan Presidium dan Pengurus Ikatan Mahasiswa
Bata-Bata (IMABA)
8. Keputusan dianggap sah apabila disetujui oleh 2/3 dari jumlah peserta kongres yang hadir.

42
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Sidang Istimewa
Pasal 58
1. Sidang Istirnewa adalah sidang yang. dilakukan dikarenakan suatu keadaan darurat
2. Sidang Istimewa lkatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dihadiri oleh:
a. Anggota Dewan Presidium
b. Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
3. Sidang Istimewa Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dianggap sah apabila dihadiri minimal setengah plus
satu anggota sidang
4. Sidang Istimewa berwenang mengyanti ketua Urnum yang dianggap berhalángan atau tidak mampu
menialankan amanat organisasi sesuai dengan wewênang Pasal 14 ayat 5 ART Ikatan Mahasiswa Bata-Bata
5. Sidang Istimewa berwenang mencari solusi dari problem organisasi
6. Hasil keputusan Sidang Istimewa merupakan keputusan yang tidak dapat diganggu gugat dan dirubah
7. Sidang Istimewa dipimpin oleh Dewan Presidium
8. Keputusan dianggap sah apabila disetujui oleh 2/3 anggota yang hadir
BAB IX
LAMBANG, MARS DAN HYMNE
Pasal 59
Lambang, Mars dan Hymne Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) ditentukan dalam aturan ketetapan dan tambahan
BAB X
IKRAR DAN PELANTIKAN
Pasal 60
Naskah ikrar dan Pelantikan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) diatur dalam aturan tambahan
BAB XI
ANGGARAN DANA
Pasal 61
1. Anggaran dana Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dibagi menjadi anggaran dana sidang dan anggaran
dana program
2. Besarnya anggaran dana yang tersebut pada Pasal 23 ayat 1 ART ditentukàn di dalam Raker dan ketetapan
Dewan Presidium
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 62
1. Perubahan ART Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dapat dilaksanakan pada kongres Ikatan Mahasiswa
BataBata (IMABA)
2. Perubahan ART Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dapat diusulkan oleh sekurang-kurangnya 1/3 peserta
kongres
BAB IX ATURAN
TAMBAHAN Pasal 63
1. Hal-hal yang belum diatur dalam ART Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) ini akan diatur dalam ketetapan
Dewan Presidium
2. ART Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) ni berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di:
Tanggal :
Pukul :

KONGRES IV
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA
MAJELIS SIDANG PLENO

………………………………………… …………………………………………..
Ketua Sekretaris

43
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
KEPUTUSAN
KONGRES IV IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
Nomor : ……………………………………….

Tentang:
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)

Bimillahirrahmanirrahim,
Pimpinan Sidang Sementara Ikatan Mahasiswa Bata-bata (IMABA) setelah:

Menimbang :
1. Bahwa demi mewujudkan kelancaran kegiatan, maka dipandang perlu adanya Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum, maka dipandang perlu untuk menetapkan keputusan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)

Mengingat :
1. Nilai dan Landasan Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Hasil kongres III di Jember tahun 2010

Memperhatikan:
Hasil sidang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) pada kongres IV
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Memutuskan
Menetapkan:
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Keputusan ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Wall ahulmusta‟ anu il aa sabil irrahman
Wassalamualaikum
Ditetapkan :
Pada tanggal:
Jam :

Majelis Sidang Pleno

………………………………………… …………………………………………
Ketua Sekretaris

44
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA (GBHK)
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
MASA BHAKTI 2010-2012
BAB I KETENTUAN
UMUM Pasal 1
1. Garis-garis Besar Haluan Kerja (GBHK) merupakan keputusan Kongres Mahasiswa Bata-Bata Se-Indonesia yang
mengikat pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Garis-garis Besar Haluan Kerja (GBHK) dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara pengurus Ikatan
Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dengan anggota.
3. Garis-garis Besar Haluan Kerja (GBHK) bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja organisasi, baik secara internal
maupun eksternal.
BABII
HAK DAN KEWAJIBAN
PENGURUS IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
Pasal 2
1. Pengurus lkatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berkewajiban melaksanakan AD/ART, Peraturan-Peraturan
Organisasi serta memperhatikan saran-saran Dewan Presidium.
2. Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berkewajiban membina, mengembangkan dan mengkoordinir
anggotanya minimal setiap 6 bulan sekali serta melaporkan pada kongres.
3. Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dapat mengembangkan kebijakan sendiri, membuat pernyataan
dan merespon setiap persoalan sebagai tanggung jawab organisasi dan sosial selama tidak bertentangan dengan
AD/ART, Peraturan-Peraturan Organisasi.
Pasal 3
Tugas dan Wewenang
1. Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dapat menentukan pola pengembangan organisasi sesuai dengan
pandangannya.
2. Pengurus Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dapat rnenentukan pola pembinaan anggota sesuai dengan
kebutuhannya.
3. Mengarahkan dan menfasilitasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan anggotanya, baik secara pemikiran maupun
materi.
4. Mengklasifikasi potensi dan kelemahan organisasi serta menindaklanjuti.
5. Mengevaluasi kinerja pengurus minimal setiap semester sekali.
BAB III
SUMBER DANA
PasaI 4
Sumber dana Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) berasal dari:
a. Iuran Anggota
b. Sumbangan dan usaha yang halal dan tidak mengikat.
BAB IV
PENGEMBANGAN .IARINGAN KERJA (NETWORK) ORGANISASI
Pasal 5
Argumentasi Pengembangan Networking
Kerjasama ini dilakukan dengan landasan argumentasi-argumentasi sebagai berikut:
a. Keterbatasan institusional dan sumber daya .dalam organisasi harus terus diperbaiki melalui hubungan kerjasama,
baik dengan lembaga-lembaga di dalam pesantren maupun dengan lernbaga dan instansi di luar pesantren.
b. Tingkat keragaman sosial memungkinkan organisasi untuk selalu bedialog dan bersentuhan dengan lembaga-
lembaga lain dengan tetap berpegang teguh pada AD/ART, konstitusi, dan Peraturan-Peraturan Organisasi.
Pasal 6
Prinsip-prinsip Membangun Network
1. Menjaga kemandirian organisasi, baik idealisme dan nilai-nilai kepentingan organisasi (independensi)
2. Membangun rasa saling percaya antara Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dengan lembaga-lembaga lain (trust
building)
3. Hubungan yang saling menguntungkan, serta memperteguh dan memperkaya dinamika idealisme perjuangan
(simboisis mutualisme).

45
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
BABV
PENUTUP
PasaI 7
Hal-hal yang belum diatur berkaitan dengan program dapat diatur lebih lanjutdengan kebijaksanaan dan kebutuhan
organisasi

Ditetapkan di:
Tanggal :
Pukul :

KONGRES IV
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA
MAJELIS SIDANG PLENO

………………………………………… …………………………………………..
Ketua Sekretaris

46
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI (GBHO)
IKATAN MAFIASISWA BATA-BATA (IMABA)

A. DASAR PEMIKIRAN
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) yang dideklarasikan pada tanggal 14 DzuIhijah 1425 Hijriah
bertepatan dengan tanggal 25 Januari 2005 di PP. Mambaul Ulum Bata-Bata adalah organisasi yang mempunyai
motivasi dasar untuk meningkatkan, menggerakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang berwawasan kepesantrenan
dan kebangsaan, sehingga ajaran Islam tidak hanya menjadi inspirasi dan motivasi tetapi menjadi tujuan ideal yang
ingin diwujudkan dan bisa diaktualisasikan secara sempurna.
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) sebagai wadah sekaligus instrumen dinamisasi gerak langkah
mahasiswa Bata-Bata haruslah mampu memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi para anggota, pesantren, agama,
bangsa dan negara.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu penjabaran labih lanjut dalam Garis-Garis Besar Haluan
Organisasi (GBHO).

B. PENGERTIAN
Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) merupakan pernyataan keinginan warga akademisi Mahasiswa
Bata-Bata dan menjadi pedoman yang terstruktur dalam penyusunan serta pelaksanaan program kerja Ikatan Mahasiswa
Bata-Bata (IMABA) dalam upaya mencapai tujuan organisasi, serta menjadi tanggung jawab bersama warga Akademisi
Mahasiswa Bata-Bata.

C. LANDASAN
Garis-Garis Besar Haluan Organisasi disusun berdasarkan:
1. Landasan Ideal : Agama Islam
2. Landasan Operasional : AI-Qur‘an & Al-Hadits
3. Landasan Struktural : Anggaran Dasar dan Anggaran Runiah Tangga (AD/ART) Ikatan Mahasiswa
Bata-Bata (IMABA)
4. Landasan Historis : Cita-cita luhur dan Motto Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata

D. TUJUAN UMUM
Tujuan umum dan Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) adalah:
1. Memantapkan kerangka landasan organisasi yang kuat, dinamis dan stabil.
2. Meningkatkan pemahaman dan wawasan para akademisi Mahasiswa bata-bata dalam segala aspek kehidupan,
terutama dalam bidang keagamaan, kebangsaan, perekomian, sosial kemasyarakatan dan keorganisasian
melalui pola perluasan jaringan dan komunikasi daiarn kegiatan yang berkesinambungan.
3. Mempertegas dan memperjelas eksistensi organisasi dalam hubungannya dengan pengabdian pada Pesantren,
agama, bangsa & negara

E. ARAH KEGIATAN
1. Meningkatkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan di antara anggota Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
dengan berlandaskan ukhuwah ma‟hadiyah dan ukhuwah islamiyah.
2. Meningkatkan intensitas komunikasi dengan pesantren demi tercapai dan suksesnya cita-cita luhur bersama.
3. Membentuk kegiatan yang berorientasi pada pengembangan pesantren ke depan.
4. Melakukan transformasi wacana dan informasi terkini, terutama yang menyangkut keagamaan dan pendidikan,
baik di antara sesama anggota atau dengan pihak pesantren.

Ditetapkan di :
Tanggal :
Pukul :

KONGRES IV
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA
MAJELIS SIDANG PLENO

………………………………………… …………………………………………..
Ketua Sekretaris

47
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
TATA TERTIB PEMILIHAN
KETUA UMUM,
DEWAN PRESIDIUM & TIM FORMATUR
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)

BAB I KETENTUAN
UMUM Pasal l
1. Pemilihan ini adalah pemilihan Ketua Umum, Dewan Presidium dan Tim Formatur Ikatan Mahasiswa Bata-Bata
(IMABA).
2. Pemilihan Ketua Umum, Dewan Presidium dan Tim Formatur Ikatan Mahasiswa Bata-bata (IMABA) dianggap sah
apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah peserta Kongres Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA).
3. Pimpinan sidang Pleno ini ditetapkan oleh Dewan Presidium Kongres (DPK) dengan persetujuan peserta kongres.
Kriteria Calon Ketua Umum
Pasal 2
1. Status Keanggotaan adalah Anggota Biasa.
2. Memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap organisasi.
3. Mempunyai visi dan misi yang jelas dalam mensukseskan dan mengembangkan organisasi.
4. Minimal semester 3 dan maksimal sedang menempuh pendidikan di Pasca Sarjana.
5. Menyatakan kesediaan, baik secara lisan maupun tertulis.
6. Apabila yang terpilih menjadi Ketua Umum adalah Korwil maka mandat kepengurusan wilayahnya dicabut.
BAB II
TIM FORMATUR
Pasal 3
1. Tim Formatur terdiri dari 8 orang.
2. Ketua Umum Tim Formatur adalah Ketua Umum terpilih.
3. Anggota Tim Formatur terdiri dari:
a. Ketua Umum terpilih.
b. Tujuh (7) orang anggota hasil dan pilihan peserta kongres dan dianggap mampu mengakomodir dari semua
wilayah.
4. Tim Formatur berkewajiban menyampaikan hasil sidang formatur dan mengajukan pengesahan Surat Keputusan
(SK) kepada Dewan Presidium Kongres (DPK).
BAB III MEKANISME
PEMILIHAN Pasal 4
Pemilihan Ketua Umum dan Sekretaris Umum:
1. Ketua Umum dipilih melalui sistem Pemilihan.
2. Pemilihan Ketua Umum dilakukan secara Iangsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (LUBER JURDIL).
3. Setiap peserta memiliki 1 hak suara.
4. Pemilihan diawali dengan pengajuan Bakal Calon Ketüa Umum.
5. Seorang Bakal Calon berhak menjadi calon Ketua Umum apabila:
a. Mendapat dukungan suara minimal 2 suara
b. Memenuhi kriteria calon Ketua Umum (sebagaimana diatur dalam Pasal 2).
6. Calon Ketua Umum berhak menyampaikan visi dan misi selama 10 menit sebelum pemilihan.
7. Calon Ketua Umum dan Sekretaris Umum dinyatakan terpilih menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Umum apabila
mendapat dukungan suara terbanyak.
8. Apabila dalam pemungutan suara tenjadi perimbangan suara, maka dilakukan pengulangan pemungutan suara
9. Apabila dalam pemungutan suara yang kedua (sebagaimana diatur dalam Pasal 7) masih juga terjadi perimbangan
suara, maka putusan diambil berdasarkan kemufakatan.
Permilihan Anggota Dewan Presidium
Pasal 5
1. Pemilihan Anggota Dewan Presidium dilakukan secara Iangsung oleh peserta kongres menurut pembagian wilayah
masing-masing berdasarkan musyawarah.dan mufakat.
2. Apabila pemilihan (sebagaimana diatur dalam ayat 1) tidak mencapai mufakat, maka dilakukan voting oleh peserta
kongres dari wilayah yang bersangkutan.
Pemilihan Tim Formatur
Pasal 7
1. Pemilihan Anggota Formatur dilakukan secara Iangsung oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum terpilih setelah
sebelumnya melakukan konsultasi dengan Dewan Presidium Kongres (DPK).
2. Dewan Presidium Kongres (DPK) berhak mengajukan nama-nama calon anggota Tim Formatur kepada Ketua
Umum dan Sekretaris Umum terpilih.
BAB IV

48
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
KETENTUAN TAMBAHAN
Kriteria Calon Pengurus Harian
Pasal 8
1. Status Keanggotaan adalah Anggota Biasa dan Anggota istimewa,
2. Dianggap memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap organisasi,
3. Mempunyai visi dan misi yang jelas dalam menyukseskan dan rnengembangkan organisasi.
4. Menyatakan kesediaan baik secara lisan maupun tertulis.
5. Apabila koordinator wilayah terpilih sebagai Ketua Umum maka mandat kepemimpinannya dicabut
Pasal 9
1. Tata Tertib ini berlaku sejak ditetapkan dan akan diadakan perubahan àpabila dianggap perlu dengan persetujuan
peserta.
2. Hal-hal yang belum diatur dan ditetapkan dalam Tata tertib ini akan diatur kemudian.

Ditetapkan di:
Tanggal :
Pukul :

KONGRES IV
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA
MAJELIS SIDANG PLENO

………………………………………… …………………………………………..
Ketua Sekretaris

49
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
KEPUTUSAN
KONGRES IV IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
Nomor : ……………………………………….

Tentang:
GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA (GBHK), GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI
(GBHO), DAN TATA TERTIB PEMILIHAN KETUA UMUM, DEWAN PRESIDIUM DAN TIM FORMATUR
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)

Bimillahirrahmanirrahim,
Pimpinan Sidang Sementara Ikatan Mahasiswa Bata-bata (IMABA) setelah:

Menimbang :
1. Bahwa demi mewujudkan kelancaran kegiatan, maka dipandang perlu adanya GBHK, GBHO dan Tata
Tertib Pemilihan Ketua Umum, Dewan Presidium dan Tim Formatur Ikatan Mahasiswa Bata-Bata
(IMABA)
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum, maka dipandang perlu untuk menetapkan keputusan GBHK,
GBHO, dan Tata Tertib Pemilihan Ketua Umum, Dewan Presidium dan Tim Formatur Ikatan Mahasiswa
Bata-Bata (IMABA)

Mengingat :
1. AD/ART Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Hasil kongres III di Jember tahun 2010

Memperhatikan:
Hasil sidang GBHK, GBHO, dan Tata Tertib Pemilihan Ketua Umum, Dewan Presidium dan Tim Formatur Ikatan
Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) pada kongres IV Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Memutuskan
Menetapkan:
1. GBHK, GBHO, dan Tata Tertib Pemilihan Ketua Umum, Dewan Presidium dan Tim Formatur Ikatan
Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Keputusan ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Wall ahulmusta‟ anu il aa sabil irrahman
Wassalamualaikum
Ditetapkan :
Pada tanggal:
Jam :

Majelis Sidang Pleno

………………………………………… …………………………………………
Ketua Sekretaris

50
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
ATURAN TAMBAHAN

PERATURAN ORGANISASI
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
Tentang:
PEDOMAN PENYELENGGARAAN TERTIB ADMINISTRASI

1. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Keutuhan dan kesatuan gerak organisasi tercermin antara lain pada sistem tertib administrasi yang diterapkan
oleh organisasi yang bersangkutan. Dalam upaya mewujudkan sistem administrasi yang dapat menunjang
berjalannya mekanisme kerja organisasi dilingkungan IMABA, maka diperlukan adanya seperangkat aturan
sebagai usaha unifikasi aturan yang wajib dilaksakan dan disosialisasikan terus menerus agar menjadi tradisi
organisasi yang baek dan positif dalam rangka pelaksanaan program organisasi guna mencapai tujuan.
Selain itu, untuk, adanya sistem administrasi organisasi juga untuk menegakkan wibawa organisasi dan
disiplin organisasi bagi segenap organisasi, anggota dan fungsionaris diseluruh tingkatan organisasi secara
vertikal. Oleh karena itu tertibnya pedoman penyelenggaraan tertib administrasi merupakan suatu jawaban
aktual ditengah-tengah mendesaknya keperluan akan adanya pedoman yang berlaku dilingkungan IMABA
bagi semua tingkatan.
b. Pengertian
Pedoman penyelenggaraan tertib administrasi adalah serangkaian aturan mengenai penyelenggaran organisasi
dengan administrasi yang meliputi tertib kesekretariatan dan atribut organisasi yang berlaku tunggal untuk
semua tingkatan organisasi IMABA.
c. Tujuan
Pedoman penyelenggaraan tertib administrasi bertujuan untuk:
1. Mempermudah upaya pembinaan, pengembangan dan pemantauan pelaksanaan administrasi disemua
tingkatan organisasi IMABA.
2. Menyelenggarakan pola sistem pengorganisasian pada bidang kesekretariatan disemua tingkatan
organisasi IMABA.
3. Menegakkan wibawa dan disiplin organisasi serta menumbuhkan kesadaran, semangat dan kegairahan
berorganisasi dikalangan anggota.
d. Sasaran
Pedoman penyelenggaraan tertib administrasi memiliki sasaran sebagai berikut:
1. Terwujudnya suatu aturan tunggal organisasi dibidang administrasi dan berlaku untuk semua tingkatan
IMABA.
2. Terpeliharanya nilai, jiwa dan semangat kesatuan organisasi serta memperkokoh keutuhan persatuan dan
kesatuan organisasi dan wibawa organisasi.
e. Landasan
Pedoman penyelenggaraan tertib administrasi berdasarkan pada:
1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMABA.
2. Keputusan KONGRES IV IMABA Tahun 2010 tentang Aturan Tambahan Bab IX Pasal 27.
3. Keputusan Sidang Istimewa IMABA pada tanggal 19 Februari 2011 di Pamekasan

2. PEDOMAN PENYELENGGARAAN TERTIB ADMINISTRASI


a. Pedoman umum
1) Surat
Yang dimaksud dengan surat di dalam pedoman surat ini adalah sarana komunikasi timbal balik yang
mengandung pesan-pesan resmi organisasi yang tertulis di atas kertas yang khusus diperlukan untuk
kepentingan tersebut. Ketentuan surat-surat yang berlaku dan dapat dijadikan sarana komunikasi itu harus
memenuhi ketentuan sebagaimana berikut:
a) Sistematika Surat
Surat menyurat resmi organisasi dengan sistematika sebagaimana berikut:
1. Nomor surat, disingkat No.
2. Lampiran surat, disingkat Lamp.
3. Perihal surat, disingkat Hal.
4. Alamat surat, ―Kepada Yth

Di_kediaman‖
5. Kata pembukaan ―Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
6. Kalimat pengantar diawali Basmalah dan ―salam silaturrahmi disertai dengan do‘a kami
sampaikan semuga bapak/ibu/saudara/I senantiasa dalam lindungan dan rahmat-Nya, dalam
menjalankan aktifitas. Amin yaa rabbal ‗alamin ‖

51
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
7. Maksud atau isi surat
8. Kata penutup ―Wallahulmusta‟an Ilaa Sabilirrahman‖, ―Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh‖
9. Tempat dan tanggal pembuatan surat
10. Nama tingkatan kepenguruan organisasi
11. Nama dan jabatan pengurus dan diakhiri dengan motto ―Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Dari
Pada Kecerdasan‖
b) Bentuk Surat
Seluruh surat organisasi resmi dengan bentuk Block Style, yaitu seluruh bentuk surat yang ketikannya
dari kata pembukaan sampai nama penandatangan surat berada ditepian yang sama.
c) Jenis Surat
Surat-surat resmi organisasi dikelompokkan kedalam dua jenis surat, yaitu:
1. Surat Umum, surat umum adalah surat biasa yang rutin diterbitkan sebagai sarana komunikasi
tertulis dikalangan internal maupun ekternal.
2. Surat khusus, adalah jenis surat yang menyatakan penetapan keputusan organisasi, produk
normatif organisasi dan landasan pijak organisatoris. Jenis tersebut diklasifikasikan kedalam dua
sifat; intern dan ektern.
d) Kertas Surat
Seluruh surat diketik diatas kertas berukuran folio berat 80 gram dan berkop (IMABA). Kop
berbarisan sebagaimana berikut:
1. Lambang IMABA, sebagaimana ditentukan pada lampiran AD/ART IMABA.
2. Tulisan berupa tingkatan kepengurusan dan alamat kesekretariat organisasi.
Pengurus Pusat
Ikatan mahasiswa bata-bata (IMABA)
Jl. A. Yani …………………..

e) Nomor surat
Seluruh surat resmi IMABA di semua tingkatan memiliki nomor yang terdiri atas:
1. Nomor urut surat
2. Tingkat dan periode kepengurusan
3. Jenis surat dan nomor surat
4. Penanda tanganan surat
5. Bulan pembuatan
6. Tahun pembuatan
7. Untuk surat keputusan dicantumkan tembusan sesuai dengan kebutuhan.
2) Stempel
a) Bentuk Stempel
Stempel organisasi untuk semua tingkatan berbentuk segi tiga pramida
b) Ukuran stempel
Stempel resmi IMABA berukuran tinggi 5 cm dan lebar 4 cm.
c) Tulisan Stempel
Stempel resmi IMABA berisi:
1. Lambang IMABA di tengah
2. Tulisan dibawah yang terdiri dari:
 Kepanjangan IMABA (Ikatan Mahasiswa Bata-Bata)
 Singkatan organisasi IMABA
 Tingkat kepengurusan yang paling bawah
3. Tinta stempel (warna biru tua)
3) Buku agenda
a) Ukuran Buku

52
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Pada dasarnya seluruh jenis buku dapat digunakan sebagai buku agenda, asalkan sesuai dengan kolom
yang diperlukan.
b) Model Buku
Buku agenda surat terdiri atas buku agenda surat keluar dan buku agenda surat masuk, model
keduanya sebagai berikut:
1. Buku agenda surat keluar, terdiri atas kolom:
a. Nomor urut pengeluaran
b. Nomor surat
c. Alamat surat
d. Tanggal surat;
 Tanggal pembuatan
 Tanggal pengiriman
e. Perihal surat
2. Buku agenda surat masuk, terdiri atas kolom:
a. Nomor urut penerimaan
b. Nomor surat
c. Alamat surat/ pengirim
d. Tanggal surat;
 Tanggal pembuatan
 Tanggal penerimaan
e. Perihal surat
4) Buku Kas
a) Ukuran Buku Kas
Semua jenis buku dapat digunakan sebagai buku agenda, asalkan sesuai dengan kolom yang
diperlukan.
b) Model Buku Kas
Buku kas untuk semua jenis kegiatan pada semua tingkatan IMABA menggunakan model buku kas
berkolom;
1. Nomor urut penerimaan
2. Uraian sumber kas
3. Jumlah uang yang diterima
4. Nomor urut pengeluaran
5. Uraian penggunaan kas
6. Jumlah uang yang dikeluarkan
5) Buku Invetarisasi
a) Ukuran Buku Inventarisasi
Buku inventaris dapat menggunakan berbagai jenis dan ukuran buku yang sesuai dengan kolom yang
diperlukan.
b) Model Buku Inventarisasi
Buku inventarisasi untuk semua tingkatan IMABA menggunakan model buku berkolom;
1. Nomor urut
2. Nama barang
3. Merk barang
4. Tahun pembelian
5. Jumlah barang
6. Keadaan barang
6) Papan Nama
a) Bentuk
Bentuk papan nama IMABA disemua tingkatan kepengurusan berbentuk empat persegi panjang.
b) Ukuran
Ukuran papan nama adalah sebagai berikut:
1. Pengurus Pusat; panjang 150 cm, lebar 100 cm.
2. Pengurus Wilayah; panjang 125 cm, lebar 75 cm.
3. Pengurus Daerah; panjang 100 cm, lebar 60 cm.
c) Tulisan
Papan nama berisi tulisan yang terdiri dari:
1. Lambang IMABA, di sebelah kiri atas
2. Kode (wilayah/daerah) organisasi dibawah lambang
3. Nama organisasi tingkat kepengurusan, sebelah kanan
4. Alamat kesekretariatan paling bawah
d) Warna
Papan nama mengunakan warna sebagai berikut:

53
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
1. Warna dasar putih
2. Lambang IMABA sesuai dengan AD ART
3. Tulisan hitam
4. Pinggiran hitam
e) Bahan
Pada dasarnya semua jenis bahan-bahan yang dapat digunakan yang penting mencukupi untuk
memuat dari semua yang sudah di sebutkan diatas.
7) Jaket
a) Warna
Jaket resmi organisasi IMABA disemua tingkatan menggunakan warna hitam
b) Model
Model Jaket resmi organisasi IMABA adalah jas semi jaket
c) Bahan
Jaket resmi organisasi IMABA terbuat dari bahan-bahan tekstil yang relatif tebal dan kaku
d) Atribut
Jaket resmi organisasi IMABA dilengkapi dengan sejumlah atribut sebagai berikut:
1. Lambang IMABA sebelah kiri.
2. Nama pengurus sebelah kanan
3. Tingkat organisasi sebelah kiri atas lambang
4. Warna tulisan …………
8) Peci
a) Warna
Peci resmi organisasi IMABA disemua tingkatan menggunakan warna hitam
b) Model
Model Peci resmi organisasi IMABA sama dengan khas indonesia dilengkapi dengan logo IMABA di
sebelah kanan depan.
c) Bahan
Peci resmi organisasi IMABA terbuat dari bahan-bahan tekstil yang relatif tebal dan kaku
9) Kartu Tanda Anggota (KTA)
a) Sistematika
Bagian belakang
1. Nomor
2. Nama
3. Tempat tanggal lahir
4. Alamat rumah
5. Perguruan tinggi
6. Fakultas /jurusan
7. Wilayah / daerah
8. Tempat dan tanggal pembuatan
9. Tanda tangan dan nama terang pemenggang KTA
10. Tanda tangan dan nama terang Pengurus Wilayah dan Daerah seRta stempel keduanya
Bagian depan
1. Kop dan logo IMABA
2. Moto IMABA ―Kesopanan Lebih Tinggi Nalainya Dari Pada Kecerdasan‖
3. Pas foto ukuran 2x2 sebelah kanan
4. Tanda tangan, nama dan stempel Pengurus Pusat IMABA.
b) Bentuk
Ditulis dengan block stely yaitu bentu ketikan yang seluruhnya mulai dari nomor sampai nama
penanda tangan ditepi yang sama.
c) Kertas
Kertas KTA berwarna putih Dan ada back ground lambang IMABA
d) Nomor
Penomoran anggota IMABA disusun sebagai berikut:
01-A01-01-01-02-2011 Dengan keterangan sebagai berikut:
01 : pertama nomor keanggotan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat IMABA.
A : merupakan kode dari masing-masing wilayah atau daerah.
01 : kedua nomor keanggotan yang ditetapkan oleh Pengurus Wilayah IMABA.
01 : ketiga nomor keanggotan yang ditetapkan oleh Pengurus Daerah IMABA.
02 : keempat merupakan bulan penerbitan dan 2011 tahun penerbitan KTA IMABA.
e) Ukuran
Panjang 6 cm dan lebar 4 cm.
f) Tulisan

54
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Tulisan menggunakan Arial diselurh bagian KTA.
10) Lambang
…………………………………………………………………………………………
11) Bendera
………………………………………………………………………………………….
12) Mars
.....................................................
13) Himne
......................................................
b. Pedoman Teknis
1) Surat
a) Sebelum proses pengetikan surat, sedapat mungkin mendapat draf atau konsep untuk surat terlebih
dahulu guna menghindari kesalahan atau kekeliruan dalam pengetikan.
b) Agar mempermudah pemntauan adan pengecekan surat, maka seluruh jenis surat harus dibuatkan copi
atau salinannya buat difile atau diarsip.
c) Dalam pembuatan surat resmi organisasi yang harus diperhatikan dalah kode atau sandi yang
terkandung dalam nomor surat. Pembatasan pada setiap item kode atau sandi ditandai dengan titik
bukan dengan garis.
d) Setiap penomoran surat mengandung …… item kode (untuk Pengurus Pusat) dan ….. item (untuk
Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah), yaitu;
1. Nomor surat
2. Tingkat kelengurusan
a. Dewan Pengurus Pusat disingkat DPP
b. Dewan Pengurus Wilayah disingkat DPW
c. Dewan Pengurus Daerah disingkat DPD
3. Periode kepengurusan
Kode periodisasi ditulis sesuai dengan periodenya penjabat kepengurusan.
4. Jenis surat dan nomor urut:
Untuk Pengurus Pusat:
a. Internal khusus, seperti seperti surat keputusan ditandai dengan kode: 01
b. Internal umum, seperti seperti surat-surat biasa selain surat keputusan ditandai dengan kode:
02
c. Ekternal khusus, seperti surat mandat khusus, audensi dengan pejabat dll. Dipaki kode: 03
d. Ekternal umum, adalah surat yang bersifat umum, ditandai dengan kode: 04
Untuk Pengurus Wilayah:
a. Internal (umum dan khusus) dengan kode : 01
b. Ekternal (umum dan khusus) dengan kode : 02
Untuk Pengurus Daerah:
a. Internal (umum dan khusus) dengan kode : 01
b. Ekternal (umum dan khusus) dengan kode : 02
5. Penandatanganan surat
Untuk Pengurus Pusat:
a. Jika penandatanganan surat adalah Ketua Umum dan Sekretaris umum ditandai dengan kode :
A-I
b. Jika penandatanganan surat adalah Ketua Umum dan Sekretaris I ditandai dengan kode : A-II
c. Jika penandatanganan surat adalah Ketua Umum dan Sekretaris II ditandai dengan kode : A-
III
d. Jika penandatanganan surat adalah ketua I dan Sekretaris umum ditandai dengan kode : B-I
e. Jika penandatanganan surat adalah ketua I dan Sekretaris I ditandai dengan kode : B-1I
f. Jika penandatanganan surat adalah ketua II dan Sekretaris umum ditandai dengan kode : C-I
g. Jika penandatanganan surat adalah ketua II dan Sekretaris II ditandai dengan kode : C-1I
h. Jika penandatanganan surat adalah Ketua Umum dan Sekretaris umum, Bendahara / Wakil
Bendahara ditandai dengan kode : D-I
i. Jika penandatanganan surat adalah Ketua Umum dan Sekretaris I, Bendahara/Wakil
Bendahara ditandai dengan kode : D-II
j. Jika penandatanganan surat adalah Ketua Umum dan Sekretaris II, Bendahara / Wakil
Bendahara ditandai dengan kode : D-III
k. Jika penandatanganan surat adalah ketua I/IIdan Sekretaris I/II, Bendahara / Wakil Bendahara
ditandai dengan kode : D-IV
l. Jika penandatanganan surat adalah Ketua Umum sendiri ditandai dengan kode : A-0
Untuk Pengurus Wilayah:

55
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
a. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Wilayah dan Sekretaris umum ditandai
dengan kode : A-I
b. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Wilayah dan Sekretaris I ditandai dengan
kode : A-II
c. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Wilayah dan Sekretaris II ditandai dengan
kode : A-III
d. Jika penandatanganan surat adalah Wakil Koordinator Wilayah dan Sekretaris umum ditandai
dengan kode : B-I
e. Jika penandatanganan surat adalah Wakil Koordinator Wilayah dan Sekretaris I ditandai
dengan kode : B-1I
f. Jika penandatanganan surat adalah Ketua Umum dan Sekretaris umum, Bendahara / Wakil
Bendahara ditandai dengan kode : C-I
g. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Wilayah dan Sekretaris I/II, Bendahara/Wakil
Bendahara ditandai dengan kode : D-I
h. Jika penandatanganan surat adalah Wakil Koordinator Wilayah dan Sekretaris I/II, Bendahara
/ Wakil Bendahara ditandai dengan kode : D-II
i. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Wilayah sendiri ditandai dengan kode : A-0
Untuk Pengurus Daerah:
a. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Daerah dan Sekretaris umum ditandai dengan
kode : A-I
b. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Daerah dan Sekretaris I ditandai dengan kode
: A-II
c. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Daerah dan Sekretaris II ditandai dengan kode
: A-III
d. Jika penandatanganan surat adalah Wakil Koordinator Daerah dan Sekretaris umum ditandai
dengan kode : B-I
e. Jika penandatanganan surat adalah Wakil Koordinator Daerah dan Sekretaris I ditandai
dengan kode : B-1I
f. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Daerah dan Sekretaris umum, Bendahara /
Wakil Bendahara ditandai dengan kode : C-I
g. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Daerah dan Sekretaris I/II, Bendahara/Wakil
Bendahara ditandai dengan kode : D-I
h. Jika penandatanganan surat adalah Wakil Koordinator Daerah dan Sekretaris I/II, Bendahara /
Wakil Bendahara ditandai dengan kode : D-II
i. Jika penandatanganan surat adalah Koordinator Daerah sendiri ditandai dengan kode : A-0
6. Bulan surat
Kode bulan sesuai dengan bilangan bulan
7. Tahun surat
Kode tahun ditulis sesuai dengan bilangan tahun dibuatnya surat.
8. Kode wilayah atau daerah
Khusus untuk wilayah dan daerah mencantumkan kode setelah dan diletakkan setelah kolom
tingkatan dan periode kepengurusan, yaitu:
a) Kode wilayah sesuai dengan singkatan dari tiap-tiap wilayah (contoh pamekasan= PMK).
b) Kode Daerah sesuai dengan singkatan dari tiap-tiap Perguruan tinggi ddaerah bersangkutan
(contoh STAIN Pamekasan= STAIN PMK).
Contoh nomor surat:
Surat Pengurus Pusat:
No : 001.PP.IMABA.III.009.01.A-I.2.2011
001 = Nomor urut surat
PP = Tingkatan kepengurusan
IMABA = Nama organisasi
III = Periode
009 = Nomor urut surat jenis tersebut
01 = Jenis surat internat
A.I = Ditanda tangani KETUM&SEKUM
02 = Bulan ditetapkannya surat
2011 = Tahun pembuatan surat
Surat Pengurus Wilayah:
No : 005.PW.IMABA.III.PMK.009.01.A-I.2.2011
005 = Nomor urut surat
PW = Tingkatan kepengurusan
IMABA = Nama organisasi

56
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
III = Periode
PMK = Kode wilayah
009 = Nomor urut surat jenis tersebut
01 = Jenis surat internat
A.I = Ditanda tangani KETUM&SEKUM
02 = Bulan ditetapkannya surat
2011 = Tahun pembuatan surat
Surat Pengurus Daerah:
No : 009.PD.IMABA.I.STAINPMK.001.01.A-I.2.2011
009 = Nomor urut surat
PD = Tingkatan kepengurusan
IMABA = Nama organisasi
I = Periode
STAINPMK = Kode wilayah
001 = Nomor urut surat jenis tersebut
01 = Jenis surat internat
A.I = Ditanda tangani KETUM&SEKUM
02 = Bulan ditetapkannya surat
2011 = Tahun pembuatan surat

e) Seluruh jenis surat keluar yang dikirim melewati hirarki organisasi secara vertikal, wajib memberikan
tembusan.
f) Untuk surat kepenitiaan sedapat mungkin mengikuti pedoman tata cara penomoran surat sebagaimana
telah ditentukan dan di tambahkan Pan.singkatan nama acara sebelum kode kepengurusan
(002.Pan.SN.PP.IMABA.I.006.01.A-I.2.2011).
g) Penandatanganan seluruh jenis surat-surat menggunakan tinta HITAM.
h) Penandatanganan oleh masing-masing devisi dilakukan dengan melanjutkan kode sesuai dengan
tingkat kepengurusan.
2) Stempel
a. Pembubuhan stempel organisasi pada surat resmi diusahakan sedapat mungkin tertera ditengah-tengah
antara dua tanda tangan pengurus mengenai nama pengurus yang menandatangai tapi jangan sampek
menutupi namanya.
b. Pengurus yang berwenang stempel organisasi adalah Ketua Umum atau Sekretaris umum (untuk PP),
Ketua Umum atau Sekretaris umum (untuk PW), Ketua Umum atau Sekretaris umum (untuk PD) Dan
ketua pania dan Sekretaris dalam kepanitiaan dengan mengunakan stempel panitia.
c. Pembuatan stempel kepanitiaan harus mencantumkan lambang IMABA disebelah kiri dan tulisan
disebelah kanan dengan ukuran sesuai kesepakan kepanitian dengan persetujuan pengurus.
d. Contoh stempel:
Untuk Pengurus Pusat:

Lambang IMABA

Ikatan mahasiswa bata-bata IMABA

Dewan Pengurus Pusat

Untuk Pengurus Wilayah:

Lambang IMABA

Ikatan Mahasiswa Bata-Bata IMABA

Dewan Pengurus Wilayah

57
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
Untuk Pengurus Daerah:

Lambang IMABA

Ikatan mahasiswa bata-bata IMABA

Dewan Pengurus Daerah

Untuk Kepanitiaan:
Panitia pelaksana Pelantikan &
Seminar IMABA Ikatan
Mahasiswa Bata-Bata STAI
AL-KHAIRAT
3) Buku agenda
a. Buku agenda berfungsi untuk mendokumentasikan seluruh jenis surat, baik surat keluar maupun surat
masuk agar buku tersebut berfungsi sebagaimana mestinya, maka perlu dipelihara dan disimpan
secara baik setelah dipergunakan.
b. Buku agenda harus senantiasa ditempatkan diatas meja kerj, terutama kita sedang membuat surat atau
ketika menerima surat.
c. Kolom-kolom yang terdapat dalam Buku agenda surat, baik keluar maupun kedalam berjumlah 7
(tujuh)kolom.
d. Contoh :
Buku agenda surat keluar.
No No. surat Tujuan surat Tgl surat Hal Ket.
Buat Kirim
1 2 3 4 5 6 7

Buku agenda surat masuk


No No. surat Asal surat Tgl surat Hal Ket.
Buat Datang
1 2 3 4 5 6 7

4) Buku kas
a. Seluruh jenis kegiatan yang berkaitan dengan peneriman dan pengeluaran dana organisasi, harus
tercatat dalam buku kas, terdiri atas:
1. Buku harian
2. Necara bulanan
3. Neraca tahunan
b. Pengurus yang berwenang menyimpan dan mempergunakan buku kas adalah bendahara dan atau
Wakil Bendahara, pada setiap jenjang kepengurusan IMABA.
c. Segala peneriman dan pengeluaran dana organisasi harus dicatat dalam buku kas bagian kiri (Debet)
bagian kanan (Kredit). Kelebihan dan kekurangan dalam penjumlahan uang disebut saldo.

Contoh kolom buku kas IMABA :


No Hari/tgl/bln/thn Uraian Debet Kredit Saldo Ket.
01 Senin/12/11/11 Hibah BOS 10. Jt 10. Jt Melalui si A

d. Dalam pelaporan bidang keuangan organisasi, kecuali buat dalam bentuk neraca, juga dilengkapi
dengan kwetansi atau tanda pembayaran dalam pembelian barang-barang untuk kepentingan
organisasi.
5) Buku Invetarisasi
a. Buku invetarisasi berfungsi untuk mencatat seluruh kekayaan atau barang-barang milik organisasi,
agar mudah melakukan pemeliharaan, perawatan dan pemantauan terhadap barang-barang tersebut,
sebagai aset organisasi yang dihasilkan dari suatu masa periode kepengurusan.
b. Model Buku invetarisasi untuk semua tingkatan organisasi dibuat dalam 7 (tujuh) kolom, seperti
berikut:
No. Nama barang Tahun pengadaan Merk Jumlah keadaan Ket.
01 Komputer 2010 Soni 2 unit Nomal Hadiah
c. Pengurus yang berwenang menyimpan dan mempergunakan buku inventaris adalah Sekretaris
umum/Sekretaris I/ Sekretaris II, pada setiap jenjang kepengurusan IMABA.

58
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
6) Papan Nama
a. Papan nama organisasi dipasang dengan seizin pihak yang berwenang didinding atau halaman muka
kantor sekretariat atau ditmpat yang strategis dan berdekatan dengan sekretariat organisasi.
b. Pembuatan papan nama organisasi dan pemasangannya harus memperhatikan ketentuan.
c. Contoh :

Untuk Pengurus Pusat:


Pengurus Pusat
IMABA
Ikatan MahasiswaBata-Bata
Jl. Simpang 3 Paltuting ……….

Untuk Pengurus Wilayah:


Pengurus Wilayah
IMABA MDR
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata
Madura
Jl. Trunojoyo …. ……….

Untuk Pengurus Daerah:


Pengurus Daerah
IMABA UNIRA PMK
Ikatan MahasiswaBata-Bata
UNIRA PAMEKASAN
Jl. Panglekur ……….
7) Jaket
a. Jaket resmi organisasi digunakan digunakan oleh anggota dan fungsionaris pada acara-acara resmi
organisas, termasuk didalam rapat-rapat pengurus disemua tingkatan, serta ketika menghadiri
resepsi/acara yang diselenggarakan oleh organisasi lain.
b. Penggunaan jaket resmi IMABA secara lengkap hanya pada acara pelantikan pengurus disemua
tingkatan, resepsi harlah IMABA dan pada setiap pembukaan upacara kegiatan IMABA.
c. Pengurus yang berwenang mengunakan jaket resmi IMABA secara lengkap adalah pengurus harian
pada semua tingkatan, terutama Ketua Umum dan Sekretaris umum dari semua tingkatan
kepengurusan.
8) Peci
a. Peci organisasi digunakan oleh anggota dan fungsionaris pada acara-acara resmi maupun semi,
termasuk didalam rapat-rapat pengurus disemua tingkatan, serta ketika menghadiri resepsi/acara yang
diselenggarakan oleh organisasi lain, untuk menunjukkan identitas organisasi kepada khalayak umum.
b. Peci organisasi wajib digunakan oleh para petugas protokol dan atau anggota pada setiap kegiatan
disemua tingkatan organisasi.
c. Lain-lain
Semua atribut harus dipakai lengkap sesuai dengan aturan dan ketentuan diatas.
9) Kartu Tanda Anggota (KTA)
a. KTA diberikan setelah 1 bulan dari pembuatan
b. KTA digunakan ketika acara-acara resmi organisasi apabila dbutukan dan hal-hal lain sebagai tanda
pengenal bahwa ini anggota IMABA.
3. PENUTUP
a. Pedoman penyelenggaraan tertib administrasi ini, akan berfungsi sebagaimana mestinya, jika seluruh anggota
dan pengurus disemua tingkatan berkemauan keras menjalankan pedoman ini secara sungguh-sungguh.
b. Hal-hal yang belum terjangkau dalam pedoman ini, akan diatur kemudian oleh Pengurus Pusat.
Ditetapkan di :
Tanggal :
Pukul :
KONGRES IV
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA
MAJELIS SIDANG PLENO

………………………………………… …………………………………………..
Ketua Sekretaris

59
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
KEPUTUSAN
KONGRES IV IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
Nomor : ……………………………………….

Tentang:
PEDOMAN PENYELENGGARAAN TERTIB ADMINISTRASI
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)

Bimillahirrahmanirrahim,
Pimpinan Sidang Sementara Ikatan Mahasiswa Bata-bata (IMABA) setelah:

Menimbang :
1. Bahwa demi mewujudkan kelancaran kegiatan, maka dipandang perlu adanya Pedoman Penyelenggaraan
Tertib Administrasi Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum, maka dipandang perlu untuk menetapkan keputusan
Pedoman Penyelenggaraan Tertib Administrasi Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)

Mengingat :
1. AD/ART Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Hasil kongres III di Jember tahun 2010

Memperhatikan:
Hasil sidang Pedoman Penyelenggaraan Tertib Administrasi Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) pada kongres IV
Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Memutuskan
Menetapkan:
1. Pedoman Penyelenggaraan Tertib Administrasi Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Keputusan ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Wall ahulmusta‟ anu il aa sabilirrahman
Wassalamualaikum
Ditetapkan :
Pada tanggal:
Jam :

Majelis Sidang Pleno

………………………………………… …………………………………………
Ketua Sekretaris

60
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
PERATURAN ORGANISASI
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
Tentang:
KAIDAH PELAPORAN

BAB I KETENTUAN
UMUM Pasal 1
1. Kaidah pelaporan ikatan mahasiswa bata-bata (IMABA) merupakan penjabaran dari anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga IMABA, khususnya yang berkenaan dengan ketentuan pelaporan pengurus IMABA
2. Yang dimaksud dengan kaidah pelaporan IMABA adalah serangkaian ketentuan yang mengatur segala sesuatu
mengenai pelaporan berbabagai hal yang dilaksanakan pengurus IMABA
3. Yang dimaksud dengan organisasi didalam peraturan organisasi ini adalah IMABA
BAB II
JENIS-JENIS PELAPORAN
Pasal 2
1. Jenis-jenis laporan adalah:
a. Laporan kegiatan
b. Laporan hasil Kongres
c. Laporan hasil Musywil
d. Laporan pendataan anggota
2. Laporan kegiatan adalah laporan yang wajib disampaikan oleh pengurus secara objektif berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan atau program serta hasil-hasil yang dicapai;
3. Laporan hasil kongres adalah laporan yang wajib disampaikan oleh pengurus secara objektif berkaitan dengan
proses pelaksanaan dan hasil kongres untuk dijadikan pertimbangan dalam mengeluarkan surat keputusan dan
pengesahan
4. Laporan hasil Musywil adalah laporan yang wajib disampaikan oleh pengurus secara objektif berkaitan dengan
proses pelaksanaan dan hasil Musywil untuk dijadikan pertimbangan dalam mengeluarkan surat keputusan dan
pengesahan
5. Laporan pendataan anggota adalah laporan yang wajib disampaikan oleh pengurus secara objektif berkaitan dengan
pertambahan anggota baru atau hasil pendataan anggota secara teratur dan keseluruhan.
BAB III
MEKANISME, ISI DAN WAKTU PELAPORAN
Pasal 3
Laporan kegiatan meliputi:
1. Laporan kegiatan dilakukan oleh Pengurus Daerah ke pengurus IMABA wilayah kepada IMABA pusat dan
Pengurus Pusat menyampaikan kepondok pesantren.
2. Laporan kegiatan sekurang-kurangnya memuat:
a. Berita acara kegiatan
b. Latar belakang dan masalah yang dihadapi
c. Tujuan dan sasaran setiap kegiatan
d. Proses pelaksanaan setiap kegiatan
e. Tindak lanjut setiap kegiatan
f. Evaluasi setiap kegiatan
g. Lampiran-lampiran dan koreksi daftar nama panitia, peserta, dan pemateri.
3. Waktu pelaporan kegiatan Pengurus Wilayah 6 bulan sekali dan Pengurus Pusat 1 tahun sekali
Pasal 4
Pelaporan hasil kongres:
1. Pelaporan hasil kongres harus memuat:
a. Berita acara kongres
b. Ketetapa-ketetapan dan keputusan kongres
c. Susunan pengurus yang ditanda tangani oleh Tim Formatur
d. Laporan pertanggung jawaban Ketua Umum yang demisioner
2. Waktu Pelaporan hasil kongres selambat-lambatnya (1) bulan setelah pelaksanaannya.
3. Pelaporan hasil kongres disampaikan oleh panitia kongres ke pengurus IMABA terpilih.
Pasal 5
Pelaporan hasil Musywil:
1. Pelaporan hasil Musywil harus memuat:
e. Berita acara Musywil
f. Ketetapan-ketetapan dan keputusan Musywil
g. Susunan pengurus yang ditanda tangani oleh tim formatur
h. Laporan pertanggung jawaban Koordinator Wilayah yang demisioner

61
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
2. Waktu Pelaporan hasil Musywil selambat-lambatnya (2) minggu setelah pelaksanaannya.
3. Pelaporan hasil Musywil disampaikan oleh panitia Musywil ke Pengurus Pusat IMABA.
Pasal 6
Pelaporan hasil Musda:
4. Pelaporan hasil Musdal harus memuat:
i. Berita acara Musda
j. Ketetapan-ketetapan dan keputusan Musda
k. Susunan pengurus yang ditanda tangani oleh tim formatur
l. Laporan pertanggung jawaban Koordinator Wilayah yang demisioner
5. Waktu Pelaporan hasil Musywil selambat-lambatnya (2) minggu setelah pelaksanaannya.
6. Pelaporan hasil Musda disampaikan oleh panitia Musda ke Pengurus Wilayah.
Pasal 7
Sistematika laporan pertanggung jawaban pengurus demisioner untuk semua tingkatan struktural organisasi ikatan
mahasiswa bata-bata (IMABA) adalah:
1. Pendahuluan, yang terdiri dari gambaran umum dan kondisi kepengurusan, baik internal maupun eksternal.
2. Program kerja yang direncanakan
3. Realisasi program
4. Kemajuan kaderisasi dan perkembanagan anggota yang terdiri dari wilayah dan daerah, kekuatan basis anggota,
serta jumlah anggota berdasarkan jenis kelamin
5. Keuangan organisasi
6. Inventaris organisasi
7. Kendala atau habatan
8. Rekomendasi, baik internal dan eksternal
9. Penutup
10. Lampiran-lampiran, yang terdiri dari SK kepengurusan, dokumentasi kegiatan dan dokumentasi lainnya yang
dianggap penting.
Pasal 8
Pelaporan Pendataan Anggota
1. Laporan pendataan anggota sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama anggota, baik anggota biasa maupun anggota luar biasa
b. Jurusan, fakultas, dan perguruan tinggi
c. Jabatan yang pernah diduduki
d. Rekapitulasi data anggota
2. Waktu pelaporan pedataan anggota adalah satu tahun sekali menjelang awal tahun ajaran baru.
3. Pedoman dan tata cara pendataan anggota diatur keudian……
BAB IV ATURAN
TAMBAHAN Pasal 9
Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah Ikatan Mahasiswa Bata-Bata dapat menyempurnakan peraturan organisasi
untuk mengatur tata-cara pelaporan dari strukktur di bawahnya sehingga dapat mendukung kelancaran proses pelaporan
kepada Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Pasal 10
Tindak lanjut hasil laporan Kongres, Musywil dan Musda harus ditinjak-lanjuti oleh pengurus IMABA pusat untuk
mengeluarkan surat keputusan selambat-lambatnya dua kali tiga puluh hari setelah laporan disampaikan.
BAB V
PENUTUP
Pasal 11
1. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini, akan diatur kemudian di dalam peraturan organisasi atau produk
hukum organisasi lainnya.
2. Ketetapan ini ditetapkan oleh sidang itimewa Ikatan Mahasiswa Bata-Bat (IMABA).
3. Ketetapan ini berlaku sejak waktu dan tanggal ditetapkan
Ditetapkan di :
Tanggal :
Pukul :
KONGRES IV
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA
MAJELIS SIDANG PLENO

………………………………………… …………………………………………..
Ketua Sekretaris

62
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
PERATURAN ORGANISASI
Tentang:
PEDOMAN PENYELENGGARAAN SEREMUNIAL ACARA FORMAL
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)

A. FORMAL
1. PEMBUKAAN
2. GEMA WAHYU ILAHI
3. INDONESIA RAYA
4. MARS IMABA
5. PRAKATA PANITIA
6. SAMBUTAN-SAMBUTAN
a. Pengurus DPD (jika acara daerah)
b. Pengurus DPW ( jika acara wilayah)
c. Pengurus DPP (jika acara pusat dan jika menghadiri acara daerah/wilayah)
d. Pengurus pesantren (jika di undang dan hadir)
e. Pengasuh / dewa ‗a‘wan (jika di undang dan hadir)
f. Pejabat berwenang (jika kegiatan kerjasama atau undangan tertentu)
7. ACARA INTI
8. DO‘A
9. PENUTUP

B. PELANTIKAN
1. PEMBUKAAN
2. GEMA WAHYU ILAHI
3. INDONESIA RAYA
4. MARS IMABA
5. PRAKATA PANITIA
6. SAMBUTAN-SAMBUTAN
a. Pengurus DPD (jika acara daerah)
b. Pengurus DPW ( jika acara wilayah)
c. Pengurus DPP (jika acara pusat dan jika menghadiri acara daerah/wilayah)
d. Pengurus pesantren (jika di undang dan hadir)
e. Pengasuh / dewa ‗a‘wan (jika di undang dan hadir)
7. PROSESI PELANTIKAN
a. Pembacaan SK
b. Pemanggilan nama-nama pengurus
c. SERTIJAB
1. Penandatanganan
 Pengurus demisioner
 Pengurus definitif
 Saksi-saksi
2. Penyerahan tongkat estafet
d. Ikrar / sumpah
e. Ucapan selamat
8. DO‘A
9. PENUTUP
10. LAIN-LAIN

C. LAIN-LAIN
1. PEMBUKAAN
2. GEMA WAHYU ILAHI
3. INDONESIA RAYA
4. MARS IMABA
5. PRAKATA PANITIA
6. SAMBUTAN-SAMBUTAN
a. Pengurus Daerah (jika acara daerah)
b. Pengurus Wilayah ( jika acara wilayah)
c. Pengurus Pusat (jika acara pusat dan jika menghadiri acara daerah/wilayah)
d. Pengurus pesantren (jika di undang dan hadir)
e. Pengasuh / dewa ‗a‘wan (jika di undang dan hadir)
f. Pejabat berwenang (jika mendapat mandat dan dibutuhkan)

63
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
7. ACARA INTI
8. DO‘A
9. PENUTUP
Ditetapkan di :
Tanggal :
Pukul :
KONGRES IV
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA
MAJELIS SIDANG PLENO

………………………………………… …………………………………………..
Ketua Sekretaris

64
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan
KEPUTUSAN
KONGRES IV IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)
Nomor : ……………………………………….

Tentang:
KAIDAH PELAPORAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN SEREMONIAL ACARA FORMAL
IKATAN MAHASISWA BATA-BATA (IMABA)

Bimillahirrahmanirrahim,
Pimpinan Sidang Sementara Ikatan Mahasiswa Bata-bata (IMABA) setelah:

Menimbang :
1. Bahwa demi mewujudkan kelancaran kegiatan, maka dipandang perlu adanya Kaidah Pelaporan dan
Pedoman Penyelenggaraan Seremonial Acara Formal Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum, maka dipandang perlu untuk menetapkan kep utusan
Pelaporan dan Pedoman Penyelenggaraan Seremonial Acara Formal Ikatan Mahasiswa Bata-Bata
(IMABA)

Mengingat :
1. AD/ART Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
2. Hasil kongres III di Jember tahun 2010

Memperhatikan:
Hasil sidang Pedoman Pelaporan dan Pedoman Penyelenggaraan Seremonial Acara Formal Ikatan Mahasiswa Bata-
Bata (IMABA) pada kongres IV Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA)
Memutuskan
Menetapkan:
1. Pedoman Pelaporan dan Pedoman Penyelenggaraan Seremonial Acara Formal Ikatan Mahasiswa Bata-
Bata (IMABA)
2. Keputusan ini akan ditinjau kembali apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Wall ahulmusta‟ anu il aa sabil irrahman
Wassalamualaikum
Ditetapkan :
Pada tanggal:
Jam :

Majelis Sidang Pleno

………………………………………… …………………………………………
Ketua Sekretaris

65
Kesopanan Lebih Tinggi Nilainya Daripada Kecerdasan

Anda mungkin juga menyukai