Anda di halaman 1dari 2

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kecacingan masih sering dijumpai di seluruh wilayah


Indonesia.Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacingini tergolong penyakit yang
kurang mendapat perhatian, sebab masih sering dianggap sebagai penyakit yang tidak
menimbulkanwabah maupun kematian. Terjadinya penyakit kecacingan seringkali
dihubungkan dengan kondisi lingkungan penderita , sosio-ekonomi penderita serta tingkat
pendidikan penderita.Salah satu penyakit kecacingan yang masih banyak terjadi pada
penduduk di Indonesia adalah yang disebabkan golonganSoil-Transmitted Helminth yaitu
golongan nematode usus yang dalam penularannya atau dalam siklus hidupnya melalui
media tanah. Di Indonesia infeksi oleh Soil-Transmitted Helminth ini paling banyak
disebabkan oleh Ascarislumbricoides, Trichuris trichiura , Necator americanus.Masalah
penyakit kecacingan d iIndonesia sangat erat kaitannya dengan iklim dan kebersihan diri
perorangan, rumahmaupun lingkungan sekitarnya sertakepadatan penduduk yang tinggi.
Cara yang paling tepat untukmenanggulangi dan memberantas parasitadalah dengan cara
memutus lingkaran hidupcacing, pengobatan masal secara periodik, perbaikan kesehatan
lingkungan, penyuluhankesehatan masyarakat dan menghindarkanpencemaran tanah oleh
feces penderita (Faust EC et al, 1976).
Penyakit kecacingan atau helminthiasis, merupakan penyakit yang disebabkan oleh
cacing atau helminth. Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit infeksi yang
terabaikan atau Neglected Infectious Disease (NIDs). Penyakit kecacingan juga dapat
mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas. Secara
ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat,
protein dan kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Efek
yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obtruksi usus atau
ileus (Sutanto et al., 2008).
Di antara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah
disebut Soil Transmitted Helminths (STH). Cacing yang terpenting bagi manusia adalah
Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale. Indonesia merupakan salah satu negara tropis sehingga mempunyai lingkungan
yang cocok untuk perkembangan nematoda usus yang ditularkan melalui tanah (Marlina
dan Junus, 2012).
Pemeriksaan feses dilakukan untuk mengetahui adanya telur cacing ataupun larva
infektif. Salah satu teknik diagnostik yang tepat untuk mendiagnosis infeksi cacing adalah
dengan mengenali stadium parasit yang ditemukan pada feses karena sebagian besar
infeksi dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala ringan. Oleh
karena itu, pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk memastikan diagnosis selain dari
gejala klinis (Gandahusada, 2000).

B. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui pemeriksaan feses dengan metode apung


2. Mengidentifikasi morfologi stadium cacing parasit
3. Mendiagnosa infeksi cacing parasit dalam tubuh responden

C. Manfaat Praktikum
1. Menambah wawasan tentang pemeriksaan feses metode apung
2. Menambah wawasan tentang morfologi stadium cacing parasit

Faust,et all. 1976. Craig and Faust Clinical Parasitology 9thedition. Philadelphia: Lea&
Febiger

Gandahusada, S. Ilahude, H. Herry, D. Pribadi, W. 2002. Parasitologi Kedokteran FK UI.


Dalam: Hadidjaja P. Penuntun Laboratorium Parasitology. Jakarta: FK UI.
Marlina, L., Junus. 2012. Hubungan Pendidikan Formal, Pengetahuan Ibu dan Sosial
Ekonomi Terhadap Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Anak Sekolah Dasar di
Kecamatan Seluma Timur Kabupaten Seluma Bengkulu. Jurnal Ekologi Kesehatan.
11(1): 1-7.
Sutanto, I., Ismid, IS., Sjarifuddin, PK., Sungkar, S. 2008. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Anda mungkin juga menyukai