Anda di halaman 1dari 5

Studi kross sektional pada pengetahuan, sikap, dan praktek vaksin HPV untuk Kanker Serviks

diantara Murid Medis dan non Medis di Hong Kong

Abstract

Background : salah satu hal etiologi terpenting dari terjadinya kanker serviks adalah human
papillomavirus (HPV). Walaupun vaksinasi adalah metode efektif dalam mencegah infeksi high risk
HPV, pelaksanaan HPV di Hong Kong sudah lama ada di angka yang rendah, Melihat keefektifan
vaksin HPV dan angka penggunaan vaksin HPV di Hongkong yang rendah, penelitian ini dilakukan
untuk membandingkan pengetahuan, sikap dan praktek terhadap vaksin HPV untuk pencegahan
kanker serviks diantara mahasiswa medis dan non medis di universitas Hong Kong. Metode : 420
orang yang belum lulus di Universitas Hong Kong direkrut dan dievaluasi. Kuesioner yang
menyangkut demografi, profil resiko seksual, pengetahuan, sikap dan praktik terhadap vaksin HPV
disebarkan, dengan test Chi-square. Hasil : mahasiswa medis memiliki pengetahuan yang lebih
komprehensif dibanding mahasiswa non-medis dalam vaksin HPV, termasuk carcinogenitas dari HPV,
(P<0.001), ketersediaan vaksin di pasar (P<0.001), hasil dari penggunaan vaksin (P<0.001).
Mahasiswa medis senior (tahun ke 3 atau lebih) lebih berpengetahuan dibandingkan junior (dibawah
tahun ketiga) dengan statistik signifikan (P<0.001). Sikap positif terhadap vaksin HPV diamati lebih
sering timbul pada mahasiswa medis dibandingkan dengan mahasiswa non medis (P<0.001). Walau
begitu, tidak terdapat perbedaan signifikan antara angka penggunaan vaksin pada mahasiswa medis
dan non medis (P=0.671), menandakan terdapat faktor penting lain dibandingkan pengetahuan,
yaitu biaya dari vaksin dan kecemasan terhadap efek samping. Kesimpulan : mahasiswa medis di
Hong Kong, terlebih yang senior, memiliki pengetahuan yang lebih komprehensif dan sikap positif
terhadap vaksin HPV dibandingkan dengan mahasiswa non medis. Namun tidak ada perbedaan
signifikan antara praktek vaksin HPV diantara mahasiswa medis dan non medis. Selain pendidikan
kesehatan, faktor lain seperti kepercayaan kesehatan, pertimbangan finansial, memiliki peran dalam
menentukan vaksin HPV untuk pencegahan kanker serviks.

Kata kunci : kanker serviks, pendidikan kesehatan, vaksin HPV, Hong Kong.

Pendahuluan

Kanker serviks adalah kanker dengan peringkat 8 terbanyak dalam tahun 2012 di Hong Kong. Tidak
seperti kanker lain dengan etiologi yang beragam, kanker serviks paling banyak disebabkan karena
penyakit menular seksual yaitu infeksi HPV, terlebih HPV 16 dan 18. Telah terbukti vaksin HPV
sebelum mulai aktif seksual sangat efektif dalam mencegah kanker serviks. Vaksin HPV Gardasil dan
Cervarix sudah tersedia di Hong Kong. Penelitian klinis menunjukkan bahwa tidak hanya 2 vaksin itu
melindungi hampir 100% terhadap dysplasia dan kanker serviks, vaksin tersebut juga aman untuk
digunakan dengan efek samping yang minimal.

Mengingat kemanjuran dan keamanan vaksin HPV, vaksin HPV sudah dianjurkan organisasi
pemerintah dan non pemerintah sebagai bagian dalam pencegahan terhadap kanker servik, yang di
dalamnya termasuk screening Pap Smear rutin. Dibalik gerakan kampanye penggunaan vaksin HPV di
Hong Kong beberapa dekade terakhir, angka penggunaan vaksin lebih mencapai kira-kira tidak
mencapai 20% dari populasi. Penelitian menunjukkan bahwa angka vaksinasi mencapai hingga hanya
9.7% diantara mahasiswa dan 7.2% pada Perempuan yang masih bersekolah.
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara pendidikan medis terhadap masalah kesehatan.
Di Hong Kong, Chen mencoba menjelaskan bagaimana kepercayaan kesehatan personal dan
pengetahuan dapat berkontribusi terhadap praktik vaksin HPV di antara mahasiswi. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa mahasiswi yang mendapat info lebih mengenai kanker serviks,
memiliki kecenderungan untuk melakukan pemberian vaksin HPV. Terlebih lagi, subjek dengan
kerentanan rendah dan rintangan yang tinggi seperti biaya vaksin HPV, cenderung untuk tidak
melakukan vaksinasi. Terdapat hubungan yang berbanding lurus antara tingkat pengetahuan medis,
dengan vaksinasi HPV.

Melihat rendahnya angka pemakaian vaksin HPV di daerah ini dengan tingkat efektivitas yang tinggi,
penelitian ini dimaksudkan ingin membadingkan perbedaan antara pengetahuan, sikap, dan praktik
terhadap vaksin HPV untuk prevensi kanker serviks diantara mahasiswa medis dan non medis di
Universitas Hong Kong. Penelitian ini akan menyediakan informasi untuk kebijakan yang berkaitan
dengan edukasi medis tentang kanker serviks, terlebih untuk mahasiswa non medis, untuk
meningkatkan praktik vaksinasi HPV di Hong Kong.

Metode dan bahan

Design Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasi cross seksional yang dilakukan dari November 2015
hingga Februari 2016, dan menggunakan sampel mahasiswa yang belum lulus di Universitas Hong
Kong. Mahasiswa dibawah usia 18 tidak dimasukkan dalam penelitian.

Persetujuan dari komisi etik Universitas Hong Kong sudah didapat sebelum dilakukannya penelitian.
Informed consent lisan dan tertulis dilakukan terhadap semua subjek. Data didapat dengan
kuesioner yang diisi subjek sendiri.

Kuesioner

Kuesioner yang diajukan berisi informasi demografis, profil resiko seksual, pengetahuan, sikap dan
aksi terhadap vaksinasi HPV untuk pencegahan kanker serviks. Subjek juga diberi pertanyaan apakah
mereka sudah di tes HPV positif.

Demografis

Data personal meliputi umur, jenis kelamin, jurusan kuliah, dan lama waktu kuliah.

Profil resiko seksual

Subjek diberi pertanyaan mengenai apakah mereka sudah melakukan aktivitas seksual, baik vaginal,
oral dan anal seks. Di antara subjek yang sudah melakukan aktivitas seksual, praktik seks yang aman
dan jumlah partner seksual juga ditanyakan. Seks aman yang dimaksud yaitu intercourse dengan
penggunaan kondom pada laki-laki.

Pengetahuan terhadap vaksin HPV

Pengetahuan subjek dinilai menggunakan 6 pertanyaan, yang meliputi 1) apakah HPV dapat
menyebabkan kanker penis 2) Apakah HPV 16 bisa menyebabkan kanker di manusia 3) jumlah vaksin
HPV yang tersedia di Hong Kong 4)Jumlah penyuntikan program vaksin HPV yang lengkap di Hong
Kong 5) apakah perempuan yang mendapat vaksin HPV bisa tetap terkena kanker dan 6) apakah
perempuan dengan vaksin HPV perlu untuk melakukan Pap smear untuk deteksi dini kanker serviks.

Sikap terhadap vaksinasi HPV

Subjek diberi pertanyaan untuk melihat persepsi mereka terhadap vaksin HPV dan kegunaannya
untuk pria, potensi untuk promosi kegiatan seksual yang beresiko (unsafe sex), dan apakah mereka
akan menyarankan penggunaan vaksin HPV untuk keluarga mereka.

Subjek yang menerima atau berencana melakukan vaksinasi HPV, mereka diberi pertanyaan untuk
melihat cara pandang mereka terhadap keamanan vaksin HPV, kefektifan dalam prevensi kanker,
dan perlindungan partner seksual.

Bagi mereka yang tidak melakukan vaksinasi HPV, alasan mereka ditelusuri lebih lanjut, termasuk
kurangnya pengetahuan terhadap vaksin HPV, biaya vaksin, keefektifan vaksin, paparan seksual yang
dirasa subjek, efek samping, dan resiko infeksi HPV yang dirasa subjek.

Praktik vaksinasi HPV

Subjek diberi pertanyaan untuk melihat status vaksin HPV mereka, apakah mereka 1) komplit hingga
selesai 2) belum menyelesaikan program vaksin 3) jadwal vaksin dalam 6 bulan kedepan 4) tidak
pernah divaksinasi dan tidak ada jadwal vaksin dalam 6 bulan kedepan

Analisis statistik

Analisis dilakukan menggunakan SPSS 23 software statistik. Kuesioner yang tidak komplit dieksklusi.
Statistik deskriptif digunakan untuk demografi dan sikap terhadap vaksin HPV. Uji chi square
dilakukan untuk melihat perbedaan pengetahuan dan praktik di antara 4 grup, 1) mahasiswa medis
dan non medis 2) perempuan dan laki-laki 3) orang dengan dan tanpa pengalaman seksual dan 4)
junior dan senior mahasiswa medis. P value kurang dari 0.05 dinilai secara statistik signifikan pada
penelitian ini.

Hasil

Demografik

512 kuesioner terkumpul. Setelah eksklusi kuesioner yang tidak komplit, analisis data dilakukan
dengan 420 kuesioner yang tersisa. 43% dari peserta adalah laki- laki (tabel 1) dengan mean usia
19.8 tahun. 58,1% dari subjek adalah mahasiswa medis, dengan 58.2% sebagai senior (tahun ketiga
atau lebih). Tidak ada subjek yang dinyatakan HPV positif sebelumnya

Profil beresiko

Sebagian kecil dari subjek (8.3%) aktif berhubungan seksual. 62.9% melakukan hubungan sex yang
tidak aman

Pengetahunan

Perbandingan mahasiswa medis dan mahasiswa non medis


Mahasiswa medis memiliki pengetahuan yang lebih komprehensif terhadap HPV. Sebagai
contohnya, 92,6% (N=226) dari mahasiswa medis mengemukakan dengan benar bahwa HPV 16
adalah penyebab kanker serviks, sementara 78.4%(N=138) dari mahasiswa non medis dapat
mengidentifikasi HPV 16 sebagai karsinogen (tabel 2)

Mahasiswa medis menyelesaikan tes lebih baik terkait vaksin HPV dengan statistik signifikan
(P<0.001). Lebih dari ¾ dari mahasiswa medis (82%) mengerti bahwa 3 kali penyuntikan diperlukan
untuk menyelesaikan program vaksinasi HPV, sementara kurang dari 2/3 mahasiswa non medis
(62.5%) menjawab dengan benar hal tersebut (P<0.001). Selain itu 69.3% dari mahasiswa medis
menyadari bahwa ada 2 tipe vaksin yang tersedia di Hong Kong, sementara kurang dari setengah
(45.5%) dari mahasiswa non medis menyadari ini (P<0.001) (tabel 2)

Selain itu, mahasiswa medis memiliki pengetahuan lebih tentang pencegahan kanker serviks.
Kebanyakan mahasiswa medis (93,9%) menyadari pentingnya pap smear setelah vaksin HPV untuk
mencegah terjadinya kanker serviks, tapi hanya 59.4% dari mahasiswa non medis yang menyadari
hal ini (P<0.001) (tabel 2).

Dari semua responden, 142 (58.2%) adalah mahasiswa medis senior (tahun ketiga atau
lebih).Mahasiswa medis senior dinilai lebih baik dan secara statistik signifikan dibanding mahasiswa
medis junior (P<0.001), kecuali pada pertanyaan apakah wanita dapat mengalami kanker serviks
setelah vaksin HPV (P=0.719) (tabel 3).

Dari semua responden, 43,1% adalah laki-laki dan 56.9% adalah perempuan. Laki-laki dan
perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang sama untuk vaksinasi HPV, kecuali untuk pertanyaan
berapa kali suntikan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program vaksin HPV secara lengkap,
dimana perempuan dinilai lebih baik dalam menjawab (P<0.001) (tabel 4).

Perbandingan antara responden dengan dan tanpa pengalaman seksual, menunjukkan hanya 8.3%
dari responden memiliki pengalaman seksual. Responden dengan atau tanpa pengalaman seksual
tidak melmiliki perbedaan statistik yang signifikan terkait pengetahuan terhadap vaksin HPV (P>0.05)
(tabel 5)

Praktik

420 mahasiswa seperti yang ditunjukkan tabel 1, seperempat (23.4%) telah menyelesaikan program
vaksin, 3.8% baru bergabung, 2.3% terjadwal vaksin dalam 6 bulan kedepan. Mayoritas (70.5%) tidak
pernah divaksin dan tidak terjadwal vaksin dalam 6 bulan kedepan.

Karakteristik responden dibagi berdasarkan jurusan studi, jenis kelamin, tahun studi, dan resiko.
Status vaksinasi dibandingkan masing-masing grup. Hanya mahasiswi yang memiliki perbedaan
signifikan dibandingkan mahasiswa (P<0.001). Sekitar setengah dari responden perempuan (54.8%)
tidak divaksinasi dan tidak terjadwal vaksin dalam 6 bulan kedepan,sementara responden pria
sebanyak 91.2% dalam kasus ini (tabel 1).

Sikap

Lebih dari ¾ (84%) dari mahasiswa medis setuju bahwa vaksin HPV bermanfaat untuk laki-laki,
sementara 66.5% dari mahasiswa non medis setuju. 91% mahasiswa medis dan 90.9% mahasiswa
non medis tidak setuju bahwa vaksin HPV dapat meningkatkan resiko tinggi aktivitas seksual.
Terlebih lagi, 86,1% mahasiswa medis akan menyarankan vaksin HPV pada keluarga dan teman,
sementara 78.4% mahasiswa non medis akan menyarankan hal tersebut (tabel 6 dan 7).

Dari tabel 3, 124 mahasiswa yang tergabung atau terjadwal vaksinasi HPV, hampir semua (99.2%)
setuju kalau vaksin HPV aman dan efektif untuk pencegahan kanker.

Diantara 296 mahasiswa yang tidak pernah divaksin dan tidak terjadwal, 58.8% tidak pernah terpikir
untuk melakukan vaksin HPV. Terdapat proporsi yang lebih tinggi pada mahasiswa non medis
(66.7%) yang tidak pernah terpikirkan untuk menerima vaksin HPV dibandingkan mahasiswa medis
(52.9%). Sekitar setemgah (48.3%) berpikir bahwa vaksin HPV terlalu mahal, dan proporsi
mahasiswa medis (47.1%) dengan pikiran ini hampir sama dengan mahasiswa non medis (50%).
Beberapa mahasiswa (11.1%) berpikir bahwa vaksin HPV tidak efektif, dan 4.4% berpikir bahwa
vaksin HPV tidak efektif karena aktivitas seksual sebelumnya. Sepertiga (33.1%) khawatir dengan
efek samping dari vaksin HPV. Ditemukan proporsi yang lebih tinggi pada mahasiswa non medis
(38.1%) dibandingkan mahasiswa medis (29.4%). Mayoritas mahasiswa (66.6%) berpikir bahwa
mereka memiliki resiko rendah infeksi HPV. Proporsi mahasiswa medis (68.2%) dengan pikiran ini
dan hampir sama dengan mahasiswa non medis (64.3%) (tabel 8 dan 9)

Diskusi

Anda mungkin juga menyukai