Anda di halaman 1dari 26

ANOREKSIA

NERVOSA
ANOREKSIA NERVOSA

Gangguan makan yang menolak


untuk mempertahankan berat
badan normal minimal, rasa
takut yang hebat akan kenaikan
berat badan, dan kesalahan
menginterpretasikan tubuh dan
bentuknya yang signifikan
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
BIOLOGIS

Opioid endogen, hipotalamus


dan serotonin berperan dalam
penyangkalan rasa lapar 
hiperkolesterolemia dan
amenore yang mencerminkan
penurunan kadar hormon LH,
FSH, dan GnRH
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
SOSIAL
 Kelebihan berat badan dianggap
sebagai tanda kemalasan dan
kurang kontrol diri  mengurangi
diet hariannya
 Stres keluarga  refleksi dari
kekacauan fungsi keluarga
 Penderita anorexia nervosa
sebagai pembawa gejala  satuan
fungsional yang harus diperiksa
adalah keluarganya
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
PSIKOLOGIS DAN PSIKODINAMIK

 >> biasanya terjadi selama masa


remaja
 Pasien tidak mampu berpisah secara
psikologis dengan ibunya
 Keinginan yang kuat untuk
menguruskan berat badan dan takut
gemuk, biasanya didahului oleh periode
1 atau 2 tahun gangguan mood dan
perubahan perilaku
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
CIRI-CIRI PASIEN ANOREKSIA NERVOSA
 Ketakutan yang sangat akan kenaikan
berat badan, sampai terjadi fobia
terhadap makanan
 Isi pikir obsesi kompulsi, kaku dan
perfeksionis
 Menyembunyikan makanan, membawa
makanan dalam kantong, saat makan
mereka membuang makanan, memotong
makanan menjadi potongan kecil-kecil
 Gangguan tidur dan depresi
 Muntah yang dipaksakan
 Aktivitas dan program olahraga yang
berlebihan disertai penurunan berat
badan drastis
 Hipotermia, bradikardia, hipotensi,
muncul lanugo atau rambut halus
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Berdasarkan DSM-V
 Penolakan mempertahankan berat badan pada atau diatas
berat badan normal minimal sesuai dengan usia, tinggi
badan, dan jenis kelamin
 Rasa takut yang hebat akan kenaikan berat badan atau
menjadi gemuk meskipun berat badannya kurang.
 Gangguan cara menghayati berat atau bentuk tubuhnya,
pengaruh yang tidak semestinya pada evaluasi diri
mengenai berat badan atau bentuk tubuh, atau
penyangkalan betapa seriusnya berat badan saat ini yang
rendah
KRITERIA DIAGNOSIS
2. Berdasarkan PPDGJ III
 Berat badan tetap dipertahankan 15% dibawah yang seharusnya (baik yang
berkurang maupun yang tak pernah dicapai). Pada penderita pra-pubertas
bisa saja gagal mencapai berat badan yang diharapkan selama periode
pertumbuhan.
 Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan
makanan yang mengandung lemak dan salah satu dari hal-hal seperti
:merangsang muntah oleh diri sendiri, olahraga berlebihan, memakai obat
penekan nafsu makan dan atau diuretika.
 Terdapat distorsi “body image” dalam bentuk psikopatologi yang spesifik
dimana ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian
berlebihan terhadap berat badan yang rendah.
KRITERIA DIAGNOSIS
2. Berdasarkan PPDGJ III
 Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan
hypothalamic-pituitary-gonadal axis, dengan manifestasi pada
wanita sebagai amenore dan pada pria sebagai kehilangan
minat dan potensi seksual.
 Jika onset terjadinya pada masa prapubertas, perkembangan
pubertas, tertunda, atau dapat juga tertahan (pertumbuhan
berhenti, pada anak perempuan buah dadanya tidak
berkembang dan terdapat amenore primer, pada anak laki-laki
genitalnya tetap kecil). Pada penyembuhan, pubertas kembali
normal, tetapi menarche terlambat.
KRITERIA DIAGNOSIS

3. Dua subtipe
 Tipe membatasi (restricting type) : menghindari makan
berlebihan, mereka biasanya menyediakan makan sendiri
 Tipe makan berlebihan/mengeluarkan makanan kembali
(binge-eating/purging type) : makan dimana saja, akan tetapi
selesai makan ia akan segera memuntahkan makanannya atau
menggunakan laksatif/pencuci perut
TATALAKSANA
1. Rawat inap RS
 Mengembalikan keadaan gizi pasien yaitu dehidrasi,
kelaparan, dan ketidakseimbangan elektrolit yang
dapat menyebabkan masalah serius hingga kematian
 BB <20 persen berat badan idealnya disarankan untuk
rawat inap di rumah sakit, dan BB <30 persen berat
badan idealnya membutuhkan perawatan psikiatrik
antara 2-6 bulan
TATALAKSANA
Indikasi Darurat Indikasi Elektif
 Kehilangan berat badan >30%
dalam 3 bulan  Krisis keluarga
 Gangguan metabolik berat  Diagnosis banding kompleks
dengan nadi <40 denyut/menit,
suhu <36 C, tekanan darah
 Perlu untuk membuktikan
sistolik <70 mmHg, serum penyangkalan dari pasien atau
kalium <2,5 nmol/L keluarga
 Depresi berat atau risiko bunuh
diri
 Psikosis
 Diabetes mellitus tidak
terkontrol
 Kegagalan pengobatan elektif
pada pasien rawat jalan
TATALAKSANA
2. Psikoterapi

 Terapi perilaku-kognitif
Pasien diajarkan untuk mengawasi asupan makanan,
emosi dan perasaan, perilaku makan berlebihan dan
mengeluarkan kembali, serta masalah mereka didalam
hubungan interpersonal
TATALAKSANA
2. Psikoterapi

 Psikoterapi dinamik
Fase pembukaan proses psikoterapi harus diarahkan
untuk membangun hubungan terapeutik. Pasien akan
mungkin merasakan interpretasi awal seolah-olah
seseorang mengatakan pada mereka apa yang benar-
benar mereka rasakan sehingga yang sebenarnya
dirasakan sendiri menjadi minimal dan tidak berlaku lagi
TATALAKSANA
2. Psikoterapi

 Terapi Keluarga
TATALAKSANA
3. Farmakoterapi

 Siproheptadin
 Amitriptilin
 Klorpromazin
PROGNOSIS
 Pasien anoreksia nervosa tipe membatasi (restricting)
lebih kecil kemungkinannya untuk pulih daripada tipe
makan berlebih/mengeluarkan makanan kembali
(binge-eating/purging).
 Adanya respons jangka pendek yang baik pada pasien
yang menjalani program terapi rumah sakit.
 Beberapa pasien yang kembali mendapatkan berat
badan cukup, preokupasi terhadap makanan dan
berat badan sering berlanjut, hubungan sosial
memburuk, dan sering terjadi depresi
“INTOKSIKASI GANJA”
Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan p

Narkoti
engembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempuyai potensi sa
ngat tinggi mengakibatkan ketergantungan

k a Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan se
bagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam ter
api dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta potensi tinggi mengakibatkan ke
tergantungan

Narkotika Golongan III


Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak d
igunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan
Marijuana, grass, weed, pot, tea, Mary jane
dan produknya hemp, hashish, charas, bhang,
ganja, dagga dan sinsemilla

Kanabinoid psikoaktif : Delta-9-


tetrahydrocannabinol (Δ9-THC)

Ganja
Intoksikasi merupakan suatu kondisi yang timbul
akibat pemberian suatu senyawa psikoaktif dan
menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi,
penilaian, afek, perilaku, atau fungsi dan respons
psikofisiologis lainnya. Gangguan tersebut berkaitan
dengan efek akut dari suatu senyawa dan menghilang
atau berkurang dalam periode waktu tertentu, dengan
pemulihan yang sempurna, kecuali apabila terdapat
kerusakan jaringan atau komplikasi yang lain (WHO,
2019)

INTOKSIKASI
Manifestasi Anak Dewasa
Klinis Ataksia, hiperkinesis, lesu, Takikardia, peningkatan
tekanan darah atau
dan koma yang
Intoksikasi berkepanjangan,kantuk, hipotensi ortostatik (orang
euforia, lekas marah, efek tua), peningkatan RR,
Ganja simpatomimetik (e.g, injeksi konjungtiva, mulut
takikardia dan hipertensi) kering, nafsu makan
meningkat, nistagmus,
ataksia, bicara tidak jelas,
eksaserbasi akut pada
pasien dengan asma

Croche et al.,
2011
Kriteria Diagnosis

Penggunaan Perubahan perilaku Dua (atau lebih) Tanda atau gejala


ganja baru- atau psikologis yang dari tanda atau tidak disebabkan
baru ini bermakna secara klinis gejala berikut oleh kondisi
(misal gangguan berkembang medis lain dan
koordinasi motorik, dalam 2 jam tidak dijelaskan
euforia, kecemasan, penggunaan dengan lebih
sensasi waktu yang ganja: baik oleh
lambat, gangguan • Injeksi gangguan mental
penilaian, penarikan konjungtiva. lain, termasuk
sosial) yang • Nafsu makan keracunan
berkembang selama, meningkat. dengan zat lain
atau segera setelah • Mulut kering.
DSM V penggunaan ganja. • Takikardia.
Tata
Pertahankan Berikan
Kelola jalan napas, nalokson
pernapasan,
dan sirkulasi
(ABC).
Kejang, jarang
terjadi
Cek GDS –
Ekslusi
hipoglikemia

Disforia, perlu
menggali
riwayat
konsumsi obat
lain (Yash, 2018)
Thank You

Anda mungkin juga menyukai