1. Pola Pengusahaan
Tanaman mangga pada umumnya diusahakan di lahan
peka rangan secara sambilan. Estimasi tentang persentase luas
pengusa haan mangga berdasarkan sistim pengusahaannya
disajikan dalam Tabel 14.
Farming systems %
luasan
1. Mangga diusahakan pada lahan pekarangan 90 - 95
2. Mangga diusahakan pada lahan
tegal dan tumpangsari dengan tanaman ± 5.0
pangan
3. Mangga diusahakan pada lahan
Tegal secara monokultur ± 1.0
Sumber: Soemarno dkk., 1995
2. Budidaya Tanaman
Penanaman bibit:
(a). Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm, tanah
lapisan atas sedalam 30-40 cm dipisahkan dengan lapisan
bawah.
(3). Pemeliharaan
Agar tanaman tumbuh dengan baik pemeliharaan
tanaman harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Yang perlu
diperhatikan dalam perawatan ini meliputi pengairan,
pemupukan, pemangkasan, penyiangan. Tanaman yang baru
ditanam sebaiknya diairi setiap hari dan diberi pelindung.
Dengan demikian tanaman tidak akan mengalami kelayuan dan
segera tumbuh normal. Apabila tanaman masih muda dan
berbunga, sebaiknya bunga dipotong. Kalau hal ini dibiarkan,
tanaman menjadi lemah dan mudah terkena penyakit. Agar
35
Pemeliharaan tanaman:
(a). Pemupukan seperti pada Tabel 15.
(b). Tanah di sekitar tanaman dibersihkan dan digemburkan,
pada musim kemarau ditutup dengan mulsa
(c). Batang utama dipangkas setinggi 70-75 cm, cabang yang
tumbuh dipelihara 3-4 arah, pemangkasan dilakukan sampai
tahun ke dua setelah tanam dan dilakukan pada awal musim
hujan.
Pemangkasan tanaman
Pemangkasan tanaman pada awal pertumbuhannya
dilakukan untuk membentuk tajuk. Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan adalah sbb:
(a). Pemangkasan dilakukan pada awal musim hujan,
sebulan setelah pemupukan
(b). Pemangkasan dilakukan tepat pada ruas atau buku
tanaman, seki tar 50-60 cm di atas permukaan tanah
(c). Dipilih 3-4 cabang dari cabang-cabang yang tumbuh setelah
pemangkasan
(d). Cabang yang dipilih adalah yang sehat, bagus, tersebar
di sekeli ling batang pokok, dan tidak saling berdekatan
(e). Pemangkasan ke dua dilakukan pada cabang-cabang
yang dipertahankan tumbuh setelah pemangkasan pertama,
dan dilaksa nakan pada awal musim peng hujan tahun
berikutnya setelah dilakukan pemupukan
(f). Pemangkasan ke dua jaraknya 25-30 cm dari pangkal
cabang, tepat pada mata/ ruas/buku yang menghadap ke
luar.
(g). Setelah tajuk terbentuk pada awal musim hujan
berikutnya, perlu dilakukan pemangkasan lagi untuk
menyempurnakan bentuk tajuk.
a. Hama Mangga
1. Pengendalian kultur teknis. Penggerek pucuk beserta
pucuknya dan rangkaian bunga yang terserang dipotong
dan dibakar. Kegiatan ini rutin bersamaan pemangkasan.
Pengasapan di bawah tanaman mangga akan menguris
wereng daun. Imago lalat buah ditangkap dengan
perangkap Methyl Eugenol (ME). Perangkap dari botol
plastik yang didalamnya diberi dua gumpal kapas. Satu
gumpal diberi satu tetes ME dan lainnya dengan Azodrin.
Pada luasan satu hektar dipasang lima perangkap.
Pengendalian ini dibantu dengan membersihkan buah
mangga terserang yang jatuh.
2. Pengendalian dengan insektisida.
Jenis insektisida untuk penggerek batang mangga yang
digunakan petani mangga ialah Azodrin dan Tamaron.
Penyemprotan ketika pucuk 5 cm, sekali seminggu dan
dilanjutkan sampai pucuk besar. Jenis insektisida yang sama
juga dapat untuk wereng mangga dan lalat bisul dan kutu
putih. Aplikasi insektisida melalui lubang batang dengan bor
pada tanaman di atas lima tahun. Selanjutnya lubang
ditutup parafin. Eradikasi tanaman atau bagian tanaman
yang terserang kutu putih dan menjaga kebersihan kebun
mengurangi serangan hama.
b. Penyakit Mangga
1. Pengendalian kultur teknis. Bagian tanaman yang terserang
dipotong dan dibakar.
2. Pengendalian dengan fungisida. Penyakit antraknos
dikendalikan dengan Benlate dengan dosis 0,5 - 1 g/l.
penyemprotan pada awal bunga yang panjangnya 5 cm
setiap dua minggu. Penyemprotan dihentikan setelah
bunga mekar sempurna, dan satu kali lagi setelah polinisasi.
Penyemprotan fungisida untuk antraknos juga untuk
menekan serangan jamur jelaga dan karat daun. Pada
penyakit blendok, kulit batang yang terserang dikerok
sampai bersih, selanjutnya diolesi Indafol dosis 250 cc per
liter air. Pencegahan dengan pemberian Basamit pada
persemaian, kemu dian dibiarkan seminggu baru bibit
disemai.
38
lain dari tanaman cebol tersebut juga dikaji oleh Halle et al.,
(1978) yang menyatakan, bahwa penciptaan tanaman cebol
akan membrikan kemudahan dalam usaha pengelolaan
tanaman tahunan yang berkayu.
Perlunya pemilihan batang bawah dalam grafting telah
lama dinya takan oleh Muhkerjee dan Majunder (1963). Kedua
peneliti itu menyatakan, bahwa tidak semua kultivar mangga
sebagai batang bawah cukup cocok dan serasi apabila
disambungkan dengan batang atas. Selanjutnya Winarno (1987)
juga menambahkan, bahwa tujuan peneli tian pertanian antara
lain adalah untuk mencari dan mengem bangkan paket dan
rekayasa teknologi seutuhnya secara berkesinam bungan untuk
mencapai tujuan pembangunan pertanian yang meliputi jangka
panjang dan jangka pendek. Jangka panjang tersebut antara
lain: (1). Pelestarian evaluasi dan pemanfaatan plasma nutfaf
buah-buahan; (2). Perbaikan varietas melalui seleksi dan
manipulasi genetik. Hal ini dapat ditempuh denganpenciptaan
varietas unggul batang bawah dan batang atas.
(1). Grafting
Grafting merupakan salah satu cara perbanyakan
tanaman melalui bagian-bagiannya. Hal ini berarti tidak
merupakan perkem bangan dari biji melainkan bagian vegetatif
dalam hal ini adalah batang. sebagaimana dimak lumi secara
umum perkembang biakan tanaman dibagi menjadi dua bagian,
yakni seksual dan aseksual. Grafting merupakan perkembang-
biakan aseksual. Pembiakan vegetatif banyak dianjurkan
mengingat dengan cara tersebut memungkinkan tanaman
memulihkan dirinya dengan regenerasi jaringan dan bagian-
bagian yang hilang. Pada pembiakan vegetatif akan terjamin
sifat-sifat menurun dari induk tanaman. Hal ini berarti setiap
tumbuhan baru, memiliki sifat-sifat yang serupa dengan induk-
nya atau dengan kata lain tumbuhan induk diabadikan dalam
tumbuhan baru yang diturunkannya (Dwijoseputro, 1983).
Perbanyakan vegetatif perlu untuk tanaman dan kultivar
yang tidak menghasilkan biji secara langsung atau yang tidak
menghasilkan biji sama sekali. Perbanyakan vegetatif terdiri
dari penggunaan bagian vegetatif seperti batang, daun dan akar
(Soewarno, 1983). Pada perkembangan lebih lanjut ternyata
perkembang biakan vegetatif mempunyai alasan-alasan sebagai
berikut:
a. Kemungkinan tanaman tidak menghasilkan biji
b. Kemungkinan biji yang dihasilkan oleh suatu tanaman bila
ditanam tidak sebaik induknya
c. Dapat mempercepat penyediaan bibit karena dapat diambil
dari bagian vegetatif tanaman
d. Bibit yang diambil dari vegetatif tanaman mempunyai sifat
yang sama dengan induknya.
Disamping itu pohon mangga yang berasal dari biji pada
umumya pertumbuhannya tegak, kuat dan tinggi, sedang yang
berasal dari sambungan atau tempel lebih pendek dan cabang
melebar (Pracaya, 1987). Hal ini bersesuaian dengan Valmayor
(1968) yang telah lama meneliti tentang perbanyakan vegetatif
yang menyatakan, bahwa perbanyakan vegetatif lebih banyak
digunakan karena pembiak an generatif memerlukan waktu
yang panjang untuk berbuah, bentuk pohon yang itnggi dan
besar, sehingga susah pengelolaannya. Diantara pembiakan
vegetatif tersebut, penyambungan merupakan cara yang
terbaik. Selanjutnya Singh (1968) dan Tahir (1981) menya
43
a. Waktu penyambungan
Koesriningrum dan Sri Setiyati (1973) kemudian juga
Sunar yono (1981) mengutarakan tentang pentingnya saat
penyambungan. Hal ini disebabkan penyambungan yang
dilakukan pada saat musim hujan lebat seringkali meng alami
kegagalan karena batang atas yang mudah busuk. Disarankan
agar dilakukan pada musim kemarau, hal ini dimaksudkan agar
memudahkan pengelupasan kulit kayu batang. Metode
sambung celah dapat dilakukan selama masa istirahat atau fase
dorman, tetapi lebih berhasil apabila dilakukan pada saat
pertumbuhan aktif dimulai. Bila penyambungan dilakukan
sesudah pohon mengalami fase pertum buhan aktif, maka akan
mengakibatkan kesulitan dalam menghasilkan sambungan.
b. Cahaya
Sebagaimana dimaklumi, bahwa bibit sambungan
merupakan tanaman muda, sehingga organ tanamanpun peka
48
c. Kelembaban
Kelembaban dan kandungan oksigen yang tinggi sangat
men dorong pembentukan kalus, karena itu diusahakan
pemakaian tali pengikat yang tidak kedap udara (Hartman dan
Kester, 1978). Sebaliknya pada kelembaban rendah akan
menyebabkan kekeringan dan menghalangi pembentukan kalus.
Hal ini disebabkan sel-sel pada sambungan banyak yang mati.
Kelembaban udara di tempat penyambungan harus dijaga tetap
tinggi, yakni sekitar 80% untuk memperoleh hasil yang tinggi
(Rismunandar dan Sunaryono, 1981). Kelembaban tingi
diperlukan untuk memproduksi sel-sel parenkhim dan
pembentukan kalus ( Hartman dan Kester, 1978).
d. Suhu
Kondisi suhu yang mendukung aktivitas sel yang tinggi
sangat diperlukan tanaman (Hartman dan Kester, 1978). Hal ini
juga didukung oleh Kusriningroem dan Sri Setiyati (1973) yang
menyatakan, bahwa suhu diperlukan untuk penyambungan
adalah 7,2- 32,2oC. Di luar ukuran tersebut dapat merusak atau
bahkan mema tikan sel-sel pada sambungan. Ternyata pada
suhu optimum, yakni 25-30oC pembentuk an jaringan kalus
dapat dipertinggi dan sangat menentukan keber hasilan
sambungan.