Geologi and Geomorfologi Aceh, Sumut, Sumbar
Geologi and Geomorfologi Aceh, Sumut, Sumbar
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh
keberadaan lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan
lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi, magnetisme dan seismik ketebalan sekitar
20 kilometer, dan ketebalan lempeng benua sekitar 40 kilometer (Hamilton,
1979).Sejarah tektonik Pulau Sumatra berhubungan erat dengan dimulainya
peristiwa pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6
juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari
pergerakan relatif lempeng-lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar
lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak lempeng India-
Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun menurun menjaedi 40
milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan tersebut. (Char-shin Liu et al, 1983
dalam Natawidjaja, 1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan sampai sekitar 76
milimeter/ tahun (Sieh, 1993 dalam Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan ini pada
akhirnya mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar sebelah timur India.
1
4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan
berbentuk sederhana.
5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur
muka dan cekungan busur muka relatif utuh.
6. Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.
b. Bagian Utara Pulau Sumatra memberikan kenampakan pola tektonik:
1. Sesar Sumatra berbentuk tidak beraturan, berada pada posisi 125-140
kilometer dari garis penunjaman.
2. Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar Sumatra.
3. Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.
4. Punggungan busur muka secara struktural dan kedalamannya sangat
beragam.
5. Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa kilometer sama dengan
struktur Mentawai yang berada di sebelah selatannya.
6. Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.
Pulau Sumatra memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650
km dari Ule Lhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985) lebar pulaudibagian Utara
berkisar 100 – 200 Km dibagian Selatan mencapai 350 Km. Secara garis besar
topografi Pegunungan Sumatra dapat dibagi kedalam tiga bagian yang menjalur dari
Barat Laut - Tenggara sebagai berikut :
A. Bagian Barat, daerah ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang
secara tidak menentu terpotong oleh igir-igir yang menyentuh pantai. Dataran
pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat tidak sama. Dataran pantai yang
2
lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan Singkil
di Sumatra Utara.
B. Bagian Tengah, bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang
menduduki bagian tengah Pulau Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur
ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan ini memiliki lebar yang
tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa
geologis yang berulang-ulang dan kenampakan sekarang adalah sebagai hasil
fenomena geologis yang terjadi pada Plio – Pleistocene. Berdasarkan
fenomena pada Plio – Pleistocene maka zone Barisan dapat diuraikan menjadi
tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan Tengah dan Zona Barisan Utara
(Van Bemmelen, 1949, 678).
1.Zona Barisan Sumatra Selatan dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu :
a. Blok Bengkulu (The Bengkulu Block) Pada Bagian Barat
membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 – 10 derajat ke arah
Laut India (Indian Ocean) dan tepi Timur Laut berupa bidang
patahan. Batas Timur Laut Blok Bengkulu adalah Semangko
Graben, Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko
di Selat Sunda.Sedangkan panjang Graben Semangko yang
membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di Teluk Semangko
adalah 45 Km dan lebarnya 10 Km.
b. Blok Semangko (Semangko Central Blok) Terletak diantara Zone
Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan
dari blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti
pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst
Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok
Semangko (Central Block) berbentuk seperti Dome (diameter + 40
Km).
c. Blok Sekampung (The The Sekampung Blok) Blok Sekampung
merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan di sumatra Selatan.
Blok ini merupakan Pasang Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara
keseluruhan makan Zone Barisan bagian Selatan (di daerah
Lampung) memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di mana
Bengkulu Block sebagai sayap Barat Daya, lebar 30 Km kemudian
Sekampung Blok sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan
3
puncak geantiklinnya adalah central block (Blok Semangko)
dengan lebar 75 Km.
2. Zone Barisan Sumatra Tengah Zona Barisan di daerah Padang memiliki
lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang
Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai
ke Padang sebagai pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone
Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat Daya di duduki oleh
Danau Maninjau (a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan
Gunung Sorikmarapi. Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci
sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler disebut Schicfer Barisan
(Van Bemmelen, 1949) membentang memanjang searah dengan Sistem
Barisan baik di sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur
Laut yang terletak di Utara Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara
Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan Graben dengan
posisi memanjang.
3. Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van
Bemmelen, 1949, 687) yaitu Tumor Batak dan pegunungan di Aceh.
a. Tumor Batak (The Batak Culmination with the Lake Toba) Tumor
Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi Gunung
Sibuatan 2.457 m di bagian Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao
2151terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G.
Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat
2.157 m.
b. Pegunungan di Aceh Van Bemmelen menyebutkan bahwa
pegunungan Barisan di Aceh belum banyak disingkap sehingga
pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-
pleistocene terhadapsistem Barisan di Aceh sangat sedikit.Bagian
utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di Aceh yang
searah dengan Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung
kearah Tenggara ke pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa
puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue 2.840 m,
Gunung Geureudong 2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung
Abongabong 2.985 m, G. Anu 2.750 m, Gunung Leiser 3.145 m,
4
untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan
posisi gunung lainnya.
Dari uraian Zone Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian
puncak Zone Barisan terdapat suatu depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut.
Depresi ini di beberapa tempat terganggu oleh lahirnya kenampakan baru sebagai hasil
peristiwa tekto-vulkanik naupun erupsi vulkan.
Pulau Sumatra memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 km
dari Ule Lhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985) lebar pulaudibagian Utara berkisar
100 – 200 Km dibagian Selatan mencapai 350 Km. Secara garis besar topografi Pegunungan
Sumatra dapat dibagi kedalam tiga bagian yang menjalur dari Barat Laut - Tenggara sebagai
berikut :
Bagian Timur Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan merupakan
dataran rendah yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut Dobby merupakan
dataran terpanjang yang tertutup rawa di daerah tropik di Asia Tenggara (Djodjo dkk,
1985). Bagian Timur Sumatra selalu mengalami perluasan sebagai hasil pengendapan
material yang terbawa oleh aliran sungai dari sayap Timur Zone Barisan.
Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di Samudera India) terdapat deretan pulau-pulau
yang bersifat non vulkanik. Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi
pulau-pulau memanjang arah Barat Laut - Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra
terdapat Kepulauan Riau, bangka, Belitung, Lingga, Singkep.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Pembagian wilayah kabupaten/kota di Aceh
Simpang Tiga
12. Kab. Bener Meriah 7
Redelong
7
20 Kota Langsa Langsa 5
JUMLAH 264
Aceh beriklim tropis. Artinya dalam setahun terdiri atas musim kering (Maret-
Agustus) dan musim hujan (September – Februari). Kelembaban Udara di
wilayahprovinsi Aceh mencapai 79%, dengan rata rata curah hujan adalah 131,4 mm.
Di daerah pesisir, curah hujan berkisar antara 1.000 - 2.000 mm dan di dataran tinggi
dan pantai barat selatan antara 1.500 - 2.500 mm. Penyebaran hujan ke semuadaerah
tidak sama, di daerah dataran tinggi dan pantai barat selatan relatif lebih tinggi. Rata-
rata suhu udara mencapai 26,9°C dengan rata-rata suhu udaramaksimum 32,5° C dan
minimumnya yaitu 22,9°C, serta tekanan udara mencapai 1.008,8 atm.
Wilayah Aceh terdiri dari pegunungan di bagian tengah dan dataran di
sekitarnya, yang terbagi ke dalam lima bentuk fisiografi.
1. Fisiografi struktur blok pegunungan; didominasi bukit-bukit terjal
bergelombang.
2. Fisiografi daerah depresi (grabben); merupakan daerah yang didominasi
oleh sedimen lunak, yang salah satunya dipengaruhi aktifitas patahan yang
mengapit kawasan ini. Daerah depresi tersebut memungkinkan terjadinya
fibrasi atau getaran ketika terjadi gempa bumi.
3. Fisiografi suok (embayments) Meulaboh dan Singgkil; yang
mengindikasikan bahwa kawasan tersebut pernah dilanda tsunami. Daerah
ini berpasir dan datar.
4. Perbukitan kaki pegunungan; merupakan kawasan dengan kemiringan
landai (<15o).
5. Kompleks gunungapi muda; didominasi produk batuan gunungapi dengan
kemiringan curam.Secara topografis, 55 persen kawasan Aceh merupakan
8
pegunungan dan perbukitan, yang lainnya berupa dataran.Rerata
ketinggian tempat adalah 125 meter di atas permukaan laut.
9
Gambar 1. Peta topografi Aceh
Aktivitas geologi di wilayah Aceh dimulai pada zaman Miosen, yakni saat
diendapkannya batuan yang dikenal sebagai Formasi Woyla. Pada zaman tersebut
dihasilkan struktur geologi yang berarah selatan-utara, yang diikuti oleh permulaan
subduksi lempeng India-Australia terhadap lempeng Eurasia pada zaman Yura Akhir.
Pada periode Yura Akhir-Kapur diendapkan satuan batuan vulkanik. Selanjutnya, di
atas satuan ini diendapkan batu gamping (mudstone dan wreckstone) secara tak
selaras berdasarkan ditemukannya konglomerat atas.
Pada akhir Miosen, Pulau Sumatera mengalami rotasi searah jarum jam. Pada
zaman Pliopleistosen, arah struktur geologi berubah menjadi barat daya-timur laut, di
mana aktivitas tersebut terus berlanjut hingga kini. Hal ini disebabkan oleh
pembentukan letak samudera di Laut Andaman dan tumbukan antara Lempeng Mikro
Sunda dan Lempeng India-Australia terjadi pada sudut yang kurang tajam. Terjadilah
10
kompresi tektonik global dan lahirnya kompleks subduksi sepanjang tepi barat Pulau
Sumatera dan pengangkatan Pegunungan Bukit Barisan pada zaman Pleistosen.
Pada akhir Miosen Tengah sampai Miosen Akhir, terjadi kompresi pada Laut
Andaman. Sebagai akibatnya, terbentuk tegasan yang berarah NNW-SSE
menghasilkan patahan berarah utara-selatan. Sejak Pliosen sampai kini, akibat
kompresi terbentuk tegasan yang berarah NNE-SSW yang menghasilkan sesar
berarah NE-SW, yang memotong sesar yang berarah utara-selatan.
Pola tektonik wilayah Aceh dikontrol oleh pola tektonik di Samudera Hindia.
Samudera Hindia berada di atas lempeng samudera (Indian – Australian Plate), yang
bergerak ke utara dengan kecepatan 6–8 cm per tahun. Pergerakan ini menyebabkan
Lempeng India – Australia menabrak lempeng benua Eropa – Asia (Eurasian Plate).
Di bagian barat, tabrakan ini menghasilkan Pegunungan Himalaya; sedangkan di
bagian timur menghasilkan penunjaman (subduction), yang ditandai dengan palung
laut Java Trench membentang dari Teluk Benggala, Laut Andaman, selatan Pulau
Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, hingga Laut Banda di Maluku.
11
adanya aktivitas kegempaan dan kegunungapian yang tinggi. Banda Aceh sendiri
merupakan suatu dataran hasil amblesan sejak Pliosen, hingga terbentuk sebuah
graben. Dataran yang terbentuk tersusun oleh batuan sedimen, yang berpengaruh
besar jika terjadi gempa bumi di sekitarnya.
12
produktifitas kecil hingga sedang. Tanah hasil pelapukannya bertekstur
lanau hingga pasir. Kesuburan potensialnya berkisar rendah hingga sedang.
3. Batugamping terdapat memanjang di daerah Lhok Nga, sebelah selatan
Banda Aceh, dan di Lampeunerut. Bersifat padu atau berongga,
kelulusannya beragam tergantung dari banyaknya rongga. Pada
batugamping padu, daya dukung terhadap pondasi tergolong bagus.
Batugamping dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan bahan baku
semen. Tanah hasil pelapukannya bertekstur lempung dan umumnya
mempunyai kesuburan potensial tinggi.
4. Kelompok batuan gunungapi muda—terdiri dari tufa, aglomerat, breksi
volkanik, dan lava—terdapat di daerah perbukitan di sebelah selatan
Lhokseumawe. Pada umumnya batuan bersifat agak padu, kelulusan airnya
sedang hingga tinggi, dan daya dukung pondasi bagus. Tanah hasil
pelapukannya bertekstur lempung, lanau dan pasir; kesuburan potensialnya
tinggi.
5. Kelompok endapan aluvium—terdiri dari lempung dan pasir—terdapat di
sepanjang pantai dan di sepanjang DAS Krueng Aceh, termasuk Kota
Banda Aceh. Endapan masih bersifat lepas hingga agak padu, kelulusan
airnya rendah hingga sedang, daya dukung pondasinya rendah hingga
sedang, dan kesuburan potensial tanahnya rendah hingga tinggi.
13
Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, dan
Aceh Selatan. Hal ini dapat menyebabkan Aceh mengalami bencana geologis yang
cukup panjang.
Gempa bumi yang terjadi selama kurun waktu 2007-2010 di Aceh sebanyak 97
kali dengan kekuatan >5 sampai dengan 7,5 Skala Richter. Kejadian diprediksi akan
berulang karena Aceh berada diatas tumbukan lempeng dan patahan. Dampak yang
ditimbulkan selama kurun waktu tersebut yaitu korban jiwa sebanyak 62 orang,
kerusakan harta benda diperkirakan mencapai 25–50 Milyar rupiah, kerusakan sarana
dan prasarana 20–40 persen, sedangkan cakupan wilayah yang terkena gempa sekitar
60–80 persen, dan 5 persen berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
(terganggunya mata pencaharian). Kabupaten/Kota yang diperkirakan akan terkena
dampak adalah: Banda Aceh, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Simeulue, Aceh
Barat Daya, Aceh Singkil, Aceh Selatan, Subulussalam, Sabang, Aceh Besar, Pidie,
Aceh Tengah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara.
14
Potensi bencana gas beracun diindikasikan pada kawasan yang berdekatan
dengan gunung berapi aktif. Dengan demikian kawasan dengan potensi rawan bahaya
gas beracun adalah relatif sama dengan kawasan rawan letusan gunung berapi.
Kawasan potensi rawan bahatya gas beracun tersebut adalah di Bener Meriah (G.
Geureudong dan Bur Ni Telong), Pidie dan Pidie Jaya (G. Peut Sagoe), Aceh Besar
(G. Seulawah Agam), dan Sabang (Cot. Simeuregun Jaboi).
Tanah longsor yang terjadi selama kurun waktu 2007-2009 di Aceh sebanyak
26 kali. Dampak kerusakan harta benda yang ditimbulkan diperkirakan mencapai 50 –
100 Miliar rupiah, kerusakan sarana dan prasarana 20 – 40 persen, sedangkan cakupan
wilayah yang terkena longsor sangat luas 20 – 40 persen, serta berpengaruh terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat (terganggunya mata pencarian) sebesar 5 – 10
persen. Bencana tanah longsor yang berdampak pada masyarakat secara langsung
adalah pada jalur jalan lintas tengah, yaitu yang terdapat di Kabupaten Aceh
Tenggara, Kabupaten Gayo Lues, sekitar Takengon di Kabupaten Aceh Tengah, dan
di sekitar Tangse – Geumpang Kabupaten Pidie.
15
kabupaten/kota. Kabupaten Aceh Utara terdata mengalami kejadian tertinggi
dibandingkan kabupaten/kota lainnya.
Banjir hampir merata terjadi di berbagai wilayah Aceh. Namun, dari data
kejadian 3 tahun banjir (2006-2009) terjadi 106 kali bencana banjir di 22 dari 23
kabupaten/kota. Elemen berisiko yang rentan ketika terjadi banjir adalah lahan
pertanian, peternakan, perdagangan dan jasa di 22 kabupaten/kota di Aceh, kecuali
Kabupaten Simeulue. Kawasan rawan banjir yang peluangnya tinggi dengan
hamparan yang relatif luas terdapat di pesisir timur dan utara yang dilalui sungai-
sungai yang relatif besar, yaitu di Aceh Besar, Banda Aceh, Pidie, Pidie Jaya,
Bireuen, Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Tamiang. Selain
itu kawasan rawan banjir yang peluangnya tinggi adalah pada hamparan yang
merupakan flood plain atau limpasan banjir sungai-sungai di pesisir barat, yang
terletak di Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Subulussalam,
Aceh Singkil, dan juga di tepi Lawe Alas di Aceh Tenggara.
Sumber kerentanan bencana banjir ini berasal dari pembalakan liar (illegal
logging) di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), pendangkalan sungai, rusak atau
tersumbatnya saluran drainase, dan terjadinya perubahan fungsi lahan tanpa sistem
tatakelola yang baik yang memperhatikan kapasitas DAS dalam menampung air.
Kabupaten Aceh Utara mencatat kejadian tertinggi dibandingkan Kabupaten Kota
lainnya. Selain bencana yang disebabkan oleh fenomena alam, bencana juga dapat
disebabkan oleh perilaku manusia antara lain karena kelalaian, ketidaktahuan, maupun
sempitnya wawasan dari sekelompok masyarakat atau disebut bencana sosial.
Bencana sosial dapat terjadi dalam bentuk kebakaran, pencemaran lingkungan (polusi
udara dan limbah industri) dan kerusuhan/konflik sosial. Potensi rawan kebakaran
seperti kebakaran hutan terjadi pada hutan-hutan yang dilalui jaringan jalan utama
sebagai akibat perilaku manusia, terutama pada kawasan hutan pinus dan lahan
gambut yang cenderung mudah mengalami kebakaran pada musim kemarau. Indikasi
potensi rawan kebakaran hutan tersebut adalah di Aceh Besar, Pidie, Aceh Jaya, Aceh
Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulussalam, Aceh Singkil,
danAceh Tengah.
16
Gambar 2. Peta prakiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah pada bulan
september 2010 di Nanggroe Aceh Darussalam.
Daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis besar dibagi menjadi :
1. Dataran terdapat di pesisir pantai utara dari Kecamatan Kuta Alam hingga
sebagian Kecamatan Kuta Raja .
2. Pesisir pantai wilayah barat di sebagian Kecamatan Meuraxa.
17
Semangko yang memanjang dari Banda Aceh hingga Lampung. Patahan ini bergeser
sekitar 11 cm/tahun dan merupakan daerah rawan gempa dan longsor. Kota Banda
Aceh diapit oleh dua patahan di Barat dan Timur kota, yaitu patahan Darul Imarah
dan Darussalam, sehingga Banda Aceh adalah suatu daratan hasil ambalasan sejak
Pilosen membentuk suatu Graben. Ini menunjukkan ruas-ruas patahan Semangko di
Pulau Sumatera dan kedudukannya terhadap Kota Banda Aceh, dan kedua patahan
yang merupakan sesar aktif tersebut diperkirakan bertemu pada pegunungan di
sebelah Tenggara, sehingga dataran Banda Aceh merupakan batuan sedimen yang
berpengaruh kuat apabila terjadi gempa di sekitarnya.
Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa Bumi dahsyat di Samudra Hindia,
lepas pantai barat Aceh. Gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa
terletak pada bujur 3.316° N 95.854° EKoordinat: 3.316° N 95.854° E kurang lebih
160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3
menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam
kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, Pantai
Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan
sampai Pantai Timur Afrika.
Di Indonesia, gempa menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung
hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatra.
Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami. Tetapi,
kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam pantai barat Aceh dan
Sumatera Utara.
18
terjadi akibat dari patahnya rekahan sepanjang 1.600 kilometer di mana lempeng
tektonik India bertabrakan di bawah lempengSunda. Rekahan diperkirakan telah
tergelincir 20-25 meter dalam waktu hampir seketika.Gempa bumi ini terjadi ketika
lempeng Hindia disubduksi oleh lempeng Burma dan menghasilkan serangkaian
tsunami mematikan di pesisir sebagian besar daratan yang berbatasan dengan
Samudra Hindia. Ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang
sejarah. Indonesia adalah negara yang terkena dampak paling besar, diikuti Sri Lanka,
India, dan Thailand. Dengan kekuatan Mw 9,1–9,3, gempa ini merupakan yang
terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf dan memiliki durasi terlama
sepanjang sejarah, sekitar 8,3 sampai 10 menit. Gempa tersebut mengakibatkan
seluruh planet Bumi bergetar 1 sentimeter dan menciptakan beberapa gempa lainnya
sampai wilayah Alaska.Episentrumnya berada di antara Simeulue dan daratan
Sumatera.
Secara geografis, Provinsi Sumatera Barat terletak pada garis 00 54’ Lintang
Utara sampai dengan 30 30’ Lintang Selatan serta 980 36’ sampai dengan 1010 53’
Bujur Timur dengan total luas wilayah sekitar 42.297,30 Km2 atau 4.229.730 Ha
termasuk ± 391 pulau besar dan kecil di sekitarnya, yang setara dengan 2,17% luas
Indonesia. Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang
terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk
oleh Bukit Barisan. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang
19
masih ditutupi hutan lindung. Secara administratif, Wilayah Provinsi Sumatera Barat
berbatasan langsung dengan:
Kab. Kepulauan
3. Tuapejat 10
Mentawai
20
7. Kab. Pasaman Barat Simpang Empat 11
21
Gambar 2.1 Peta Administrasi Sumatera Barat
22
2.2.2 Topografi Sumatera Barat
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Hal
ini disebabkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko, tepat di
antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia.Oleh
karenanya, wilayah ini sering mengalami gempa bumi. Gempa bumi besar yang
terjadi akhir-akhir ini di Sumatera Barat di antaranya adalah Gempa bumi 30
September 2009 dan Gempa bumi Kepulauan Mentawai 2010.
Akibat tumbukan ke dua lempeng besar ini selanjutnya muncul gejala tektonik
lainnya yaitu busur magmatic yang ditandai dengan munculnya rankaian pegunungan
bukit barisan beserta gunung apinya dan sesar / patahan besar Sumatera yang
memanjang searah dengan zona tumbukan ke dua lempeng yaitu utara – selatan.
Kondisi geologis seperti ini berdampak positif bagi Provinsi Sumatera Barat dengan
munculnya mineral-meneral berharga seperti emas, perak, biji besi, mangan, timah
hitam dan lainnya, tanah yang subur dan banyak sumber air bersih maupun air panas
yang berasal dari kawasan geomorfologi structural, namun dekat dengan sumber
panas bumi yang berasal dari magma dangkal.
23
Struktur yang berkembang di Provinsi Sumatera Barat adalah struktur
perlipatan (antiklinorium) dan struktur sesar dengan arah umum baratlaut – tenggara,
yang mengikuti struktur regional P. Sumatera.Kondisi stratigrafi dari struktur geologi
sumatera barat adalah sebagai berikut:
24
j. Kelompok transisi Tersier – Kwarter (Plio-Plistosen) dapat dipisahkan
menjadi kelompok batuan sedimen; kelompok batuan gunungapi dan
kelompok batuan terobosan.
k. Kelompok batuan sedimen Plio-Plistosen disusun oleh konglomerat
polimik, batupasir, batulanau dan perselingan antara napal dan batupasir.
l. Kelompok batuan gunungapi Plio-Plistosen disusun oleh batuan gunungapi
andesitik-basaltik, tufa, breksi dan endapan lahar sedangkan kelompok batuan
terobosan Plio-Plistosen terdiri dari riolit afanitik, retas basalt dan andesit
porfir.
m. Kelompok Kwarter dipisahkan menjadi kelompok batuan sedimen; batuan
gunungapi dan aluvium.
25
2.2.4 Kondisi Gemorfologi Sumatera Barat
Propinsi Sumatera Barat dapat dibagi kedalam 3 (tiga) satuan ruang morfologi
yaitu:
1. Morfologi Dataran, Daerah dengan morfologi dataran terdapat pada wilayah
bagian barat dengan ketinggian antara 0 - 50 M diatas permukaan laut,
meliputi; bagian dari Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam, Kabupaten
Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai
dan Kota Padang.
2. Morfologi Bergelombang, Daerah bagian tengah dengan ketinggian antara 50
-100 M,diatas permukaan laut, meliputi; bagian dari Kabupaten Solok,
Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam dan
Kabupaten Pasaman Barat.
3. Morfologi Perbukitan, Daerah bagian Timur dengan ketinggian antara 100 -
500 M diatas permukaan laut, meliputi: bagian dari Kota Sawahlunto,
Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Dharmasraya, Kota Bukittinggi, Kabupaten
Limapuluh Kota dan Kabupaten Tanah Datar, sebagian Agam, sebahagian
Pasaman, Kabupaten Solok Selatan.
26
2.2.5 Gempa bumi padang
Gempa Bumi Sumatera Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter
di lepas pantai Sumatera Barat, sekitar 50 km barat laut Kota Padang pada pukul
17:16:10 WIB tanggal 30 September2009. Gempa Padang kali ini memiliki
kedalaman 80 Km. Sehingga menyebabkan skala goyangan di permukaan sebesar
hingga MMI Skala VI-VII yang sangat merusak bangunan. Kekuatan ini mirip dengan
kekuatan gempa Jogja yang beruba gempa dangkal walaupun relatif lebih lemah.
Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat
seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota
Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan
Kabupaten Pasaman Barat. Menurut data Satkorlak PB, sebanyak 1.117 orang tewas
akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota & 4 kabupaten di Sumatera Barat, korban
luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang.
Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, & 78.604 rumah
rusak ringan.
Provinsi Sumatera Barat berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar
(lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di dekat
pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan daerah seismik aktif.
Menurut catatan ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki siklus 200 tahunan gempa
besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa berulangnya siklus.
Bencana terjadi sebagai akibat dua gempa yang terjadi kurang dari 24 jam pada
lokasi yang relatif berdekatan. Pada hari Rabu 30 September terjadi gempa berkekuatan 7,6
pada Skala Richter dengan pusat gempa (episentrum) 57 km di barat daya Kota Pariaman
(00,84 LS 99,65 BT) pada kedalaman (hiposentrum) 71 km. Pada hari Kamis 1 Oktober
terjadi lagi gempa kedua dengan kekuatan 6,8 Skala Richter, kali ini berpusat di 46 km
tenggara Kota Sungaipenuh pada pukul 08.52 WIB dengan kedalaman 24 km.Setelah kedua
gempa ini terjadi rangkaian gempa susulan yang lebih lemah. Gempa pertama terjadi pada
daerah patahan Mentawai (di bawah laut) sementara gempa kedua terjadi pada patahan
Semangko di daratan.Getaran gempa pertama dilaporkan terasa kuat di seluruh wilayah
Sumatera Barat, terutama di pesisir. Keguncangan juga dilaporkan dari Pematang Siantar,
Medan, Kuala Lumpur, Bandar Seri Begawan, Lembah Klang, Jabodetabek, Jakarta,
Singapura, Pekanbaru, Jambi, Pulau Batam dari Kota Batam, Palembang dan Bengkulu.
Dilaporkan bahwa pengelolaan sejumlah gedung bertingkat di Singapura mengevakuasi
27
stafnya. Kerusakan parah terjadi di kabupaten-kabupaten pesisir Sumatera Barat, bagian
selatan Sumatera Utara serta Kabupaten Kerinci (Jambi). Sementara Bandar Udara
Internasional Minangkabau mengalami kerusakan pada sebagian atap bandara (sepanjang 100
meter) yang terlihat hancur dan sebagian jaringan listrik di bandara juga terputus. Sempat
ditutup dengan alasan keamanan, bandara dibuka kembali pada tanggal 1 Oktober.
Di mana sesungguhnya letak pusat gempa yang terjadi pada Rabu, 30 September
2009, pukul 17:16:10 WIB.
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100°
Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km².Sumatera Utara
pada dasarnya dapat dibagi atas:
28
1. Pesisir Timur
2. Pegunungan Bukit Barisan
3. Pesisir Barat
4. Kepulauan Nias
29
3. Kab. Dairi Sidikalang 13
30
25. Kab. Toba Samosir Balige 10
Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 km² yang terdiri
dari luas daratan sebesar 71.680,68 km² atau 3.73 % dari luas wilayah Republik
Indonesia dan luas lautan sebesar 110.000,65 km² yang sebagian besar berada
di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias. Pulau-pulau
Batu serta beberapa pulau kecil, baik di perairan bagian barat maupun di bagian timur
Pulau Sumatera dan memiliki perairan laut seluas 110.000 km² . Provinsi
Sumatera Utara memiliki 213 pulau yang telah memiliki nama, dengan 6 pulau di
wilayah Pantai Timur termasuk Pulau Berhala sebagai pulau terluar
yangberbatasan sengan selat Malaka dan sisanya 207 pulau di wilayah Pantai
Barat dengan Pulau Wunga dan Pulau Simuk sebagai pulau terluar di wilayah
Pantai Barat. Secara regional pada posisi geografisnya, Provinsi Sumatera Utara
berada pada jalur strategis pelayaran internasional Selat malaka dekat dengan
Singapura dan Malaysia.Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau
terluar adalah pulau Simuk (kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatera
(Malaka).
Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau
kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di
Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli.Kepulauan Batu
terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa.
31
Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara
kepulauan Nias.Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia,
Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional
Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri
Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatera Utara saat ini 3.742.120
hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam
seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha,
Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas
52.760 ha.
Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan
yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan
pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami
perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan, transmigrasi. Dari luas
tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan dan 42.900 ha untuk areal
transmigrasi.
32
Gambar 5. Peta administrasi Sumatera Utara
Pada bagian tengah terdapat terdapat dataran tinggi dan pegunungan (Bukit
Barisan) yang letaknya memanjang dari barat laut ke tenggara. Letak pegunungan ini
lebih dekat ke pantai barat daripada ke pantai timur. Pada sebelah timur Bukit Barisan
terletak daratan rendah yang sempit. Letak daratan rendah di sini langsung berbatasan
dengan lereng gunung yang terjal.
Tenaga yang menimbulkan terbentuknya relief adalah tenaga asal dalam yang
mengakibatkan pengangkatan dan penurunan serta tenaga luar berupa erosi. Daerah
bukit Barisan yang kita lihat sekarang merupakan pegunungan, telah terangkat sejak
zaman tertier. Lembah Semangka yang terletak sepanjang Sumatera di daerah Bukit
Barisan merupakan daerah yang merosot. Kedua hal tersebut di atas menimbulkan
adanya relief di wilayah Sumatera Utara.
Faktor erosi merupakan tenaga pembentuk relief yang bekerja secara kontinue.
Pengangkatan-pengangkatan dari kulit bumi mengakibatkan aliran air semakin deras
dan tenaga mengikisnya semakin kuat pula. Dengan demikian terbentuklah lembah-
lembah sungai yang dalam yang mengakibatkan terjadinya ngarai. Umumnya air yang
mengalir bekeja mengikis muka bumi, akibatnya terjadilah relief.
Dataran tinggi yang terkenal di Sumatera Utara ialah dataran tinggi Toba dan
dataran tinggi Toba. Dataran tinggi inilah terletak barisan pegunungan dengan
puncak-puncaknya yang menjulang tinggi. Kualitas suatu tempat dapat dinyatakan
dalam kemiringan lereng.
Umumnya terdapat 4 golongan kemiringan, sebagai berikut :
1. Kemiringan I (0-2%), umumnya agak datar dan berada di sepanjang pantai timur.
Sebagian kecil berada di pantai barat dan di dataran tinggi toba.
2. Kemiringan Lereng II ( 2-15%), terdapat di sebagian atas Kabupaten Simalungu,
di sekitar Siborong-borong memanjang terus sampai di sekita sipahutar dan
menyebar berkelompok di berbagai tempat di daerah Kabupaten Tapanuli Utara,
di dataran tinggi karo, dan menyebar diberbagai tempat di daerah Sumatera Utara.
3. Kemiringan Lereng III (15-40%), terdapat menyebar di beberapa daerah Tapanuli
Selatan, di perbatasan Kabupaten Asahan dan Simalungun bagian atas, Tapanuli
Utara seperti Samosir, sekitar Parlilitan, sekitar Parsoburan, Kabupaten Dairi di
33
perbatasan dengan Danau Toba, serta Kabupaten Karo dan Langkat
34
paleotopografi batuan dasar, seperti misalnya di blik Arun yang menjurus ke
utara-selatan.
Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari berbagai elemen
yang berupa tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana cekungan ini
terjadi setelah berlangsungnya gerakan tektonik pada zaman Mesozoikum atau
sebelum mulai berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam cekungan
sumatera utara.Tektonik yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan bentuk
cekungan bulat memanjang dan berarah barat laut – tenggara. Proses sedimentasi
yang terjadi selama Tersier secara umum dimulai dengan trangressi, kemudian
disusul dengan regresi dan diikuti gerakan tektonik pada akhir Tersier.
Pola struktur cekungan sumatera utara terlihat adanya perlipatan-
perlipatan dan pergeseran-pergeseran yang berarah lebih kurang lebih barat laut –
tenggara Sedimentasi dimulai dengan sub cekungan yang terisolasi berarah utara
pada bagian bertopografi rendah dan palung yang tersesarkan.Pengendapan
Tersier Bawah ditandai dengan adanya ketidak selarasan antara sedimen dengan
batuan dasar yang berumur Pra-tersier, merupakan hasil trangressi, membentuk
endapan berbutir kasar – halus, batu lempung hitam, napal, batulempung
gampingan dan serpih.
Transgressi mencapai puncaknya pada Miosen Bawah, kemudian berhenti
dan lingkungan berubah menjadi tenang ditandai dengan adanya endapan napal
yang kaya akan fosil foraminifora planktonik dari formasi Peutu. Di bagian timur
cekungan ini diendapkan formasi Belumai yang berkembang menjadi 2 facies
yaitu klastik dan karbonat.Kondisi tenang terus berlangsung sampai Miosen
tengah dengan pengendapan serpih dari formasi Baong. Setelah pengendapan laut
mencapai maksimum, kemudian terjadi proses regresi yang mengendapkan
sedimen klastik (formasi Keutapang, Seurula dan Julu Rayeuk) secara selaras
diendapkan diatas Formasi Baong, kemudian secara tidak selaras diatasnya
diendapkan Tufa Toba Alluvial.
36
Ciri-ciri: batupasir gunungapi klastika dan batulumpur dan batulumpur
sublitoral. Hubungan: formasi seureula selaras dengan formasi juluraye
yang ada diatasnyaUmur :Pliosen
Sebaran:Lhoksomawe,takengon,Langsa,medan
6. Formasi Keutapang(Tuk)
Kelompok batuan :sedimen dan metasedimen
Ciri-ciri:batupasir gunungapi klastika sublitoral dan delta sungai
Hubungan:formasi keutang selaras dengan formasi baong dibawahnya
Umur:Pliosen
Sebaran:lhoksomawe,langsa,medan,tebing tinggi,sidikalang
37
akibat rendahnya daerah maka cendrung berlumpur seperti dibagian utara
Binjai, Pangkalan Berandan dan terus ke Tenggara yaitu Sungai Belawan.
2. Kaki Perbukitan Pantai Timur (The East Coast Foothill)
Daerah ini terletak di bagian timur dari dataran rendah yang
berkembang kearah Barat laut sungai Wampu dengan ketinggian dibawah 150
meter, ditumbuhi hutan dengan perbukitan yang dikontrol oleh struktur dan
cendrung dengan arah Timur laut – Tenggara. Pola aliran yang berkembang
dendritik sebagai sungai utama yang melintasi lembah- lembah dan melintasi
beberapa perkampungan.
3. Dataran Tinggi Berastagi (The Berastagi Higland)
Dataran tinggi Berastagi menempati bagian sebelah timur dari dataran
rendah kearah selatan, sebagaian besar terdiri dari puncak- puncak dengan
ketinggian berkisar 1500 meter dengan ketinggian mencapai Sinabung (2451
meter) dan Gunung Sibayak (2212 meter).
Pola aliran yang berkembang adalah pola aliran radial yang menyebar dari
puncak – puncak ketinggian. Sungai pada daerah aliran ini memotong lembah
– lembah yang dalam. Pada bagian timur Sungai Wampu terbentuk “karst
Tofografi” pada batu gamping yang berumur Perm.
4. Plateu Kabanjahe (The Kabanjahe Plateu)
Merupakan daerah hutan dengan relief pegunungan dengan litologi
satuan tufa Toba dan morfologi bergelombang lemah menuju arah sebelah
timur dengan ketinggian 600 meter serta kerah barat daya dengan ketinggian
1300 meter. Terdapat beberapa pegunungan yang mengelilingi plateu ini yang
berangsur – angsur menipis keaarah barat laut dan menjadi dua bagian yang
sempit dengan litologi tufa yang menyebar ke pegunungan Barisan. Pola
pengaliran umumnya terbentuk konsekuen dengan ciri khas adanya lembah –
lembah yang sempit dan tidak teratur.
5. Jajaran Barisan Bagian Timur(The Eastern Barisan Range)
Menempati Bagian Timur yang ditumbuhi hutan lebat dengan tofografi
tidak rata. Litologi bersifat resisten yang berumur Pra Tersier seperti
metawacke dari Formasi Bohorok, ini berkembang dari kaki Bukit sebelah
Timur dan terbatas 25 km menuju Barat dari Depresi Alas Renun. Pola aliran
bersifat dendritik yang dikontrol oleh patahan dan rekahan pada batuan,
38
puncak yang tertinggi adalah gunung Bendahara (302 meter) terletak disebelah
Barat Laut.
6. Depresi Alas Renun (The Alas Renun Depression)
Terbentuk sepanjang jalur sesar yang memotong peta pada arah Barat
laut – Tenggara dengan panjang lebih kurang 70 km, lebar dari Kutacane
Braben. Bagian Alas Renun Depresi yang terletak antara 80 – 200 meter.
7. Jajaran Barisan Bagian Tengah (The Central Barisan Range)
Menempati hampir seluruh lembar peta yaitu sebelah Barat dari
Depresi Alas Renun. Memiliki ketinggian mencapai 3050 meter dengan arah
Barat Laut. Sebagai batuan dasar adalah batuan yang berumur Pra Tersier
terbentuk plateu dan bagian atas dari Lau mamas dan Selatan dari lau
Bekiung, sedangkan ketinggiannya berkisar 100 meter. Pola pengalirannya
umumnya paralel dengan arah Barat daya yang terletak pada bagian timur laut
jalur Barisan. Pola pengaliran tersebut dikontrol oleh struktur sesar yang dapat
dilihat pada Lau Seruai dengan jenis sungai anteseden.
39
oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.Tim peneliti
multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia,
mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah
ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di
selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup,
sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun
yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba.
Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.
Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek
ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang
mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini
ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan
berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu
dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh
dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan
mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik
yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia,
hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata
penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para
ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
40
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Riskomar., Letusan Gunung Toba Terdahsyat di Dunia, Harian Umum Pikiran Rakyat,
1 April 2010, hlm. 30.
Departemen Pendidikan. 1978. Geografi Budaya Daerah Sumatera Utara. Jakarta:Balai
Pustaka
http://bkpmp.sumbarprov.go.id/statistik-2/kondisi-geologi/
http://smile-nd.blogspot.com/2013/11/geologi-dan-geomorfologi-pulau-sumatera.html
http://www1media.acehprov.go.id/uploads/BAB_II_GAMBARAN_UMUM_KONDISI_AC
EH_FINAL_6012011_edi_26012011.pdf(11 September 2014)
Jorge A. Vazquez dan Mary R. Reid. Probing the Accumulation History of the Voluminous
Toba Magma.
Pertamina UEP-1, 1977, Konsep Dasar Rencana Pengembangan Lapangan Gebang Bagian
Timur.
41
provinsi sumatera barat.” Kondisi topografi” http://www.indonesia.go.id/en/provinsi-
sumatera-barat/sumber-daya-alam/4257-kondisi-topografi (10 sep 2014 )
http://bkpmp.sumbarprov.go.id/statistik-2/kondisi-geologi/
pusdalop BP sumbar.2013. "peta bahaya gempa bumi zona patahan sumatera, sumatera barat.
2013 sarana informasi kebencanaan, prov sumbar.
http://pusdalopspbsumbar.blogspot.com/2013/07/peta-bahaya-gempa-bumi-zona-
patahan.html.(11 sep 2014)
Pusdalop BP sumbar.2013. "peta bahaya gempa bumi zona patahan sumatera, sumatera barat.
2013 sarana informasi kebencanaan, prov
sumbar.http://pusdalopspbsumbar.blogspot.com/2013/07/peta-bahaya-gempa-
bumi-zona-patahan.html.(11 sep 2014)
42