Anda di halaman 1dari 2

Nama : Hamida Salma

NIM : P07134117235

Prodi : D-III

Tugas Mengomentari Jurnal Bakteriologi

Demam tifoid adalah penyakit sistematik yang bersifat akut, dapat disebabkan oleh
Salmonella serotype typhi, Salmonella serotype paratyphi A, B, dan C, ditandai dengan demam
berkepanjangan, bakterimiatanpa perubahan pada sitem endotel, invasi dan multiplikasi bakteri
dalam sel pagosit monouklear pada hati dan limfa. Penegakan diagnosis demam tifoid menjadi
cukup sulit bila tidak adanya gejala dan tanda yang spesifik. Uji serologis digunakan untuk
mendeteksi antobodi spesifik terhadap komponen antigen Salmonella typhi maupun mendetesi
antigen itu sendiri. Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini
diantaranya adalah uji widal dan tes tubex.

Uji widal merupakan yang sering digunakan, namaun karena sensitivitas dan
spesifitasnya rendah maka uji widal menjadi kurang efektif lagi. Selain itu uji widal memiliki
kekurangan lain diantaranya :

 dapat terjadi reaksi silang dengan enterobakter lain, atau penderita demam tifoid tidak
menunjukkan peingkatan titer antibody.

 Penggunaan sebagai pemeriksaan tunggal di daerah endemic akan mengakibatkan


overdiagnosis.

Biakan darah, tes tubex, dan PCR dinilai lebih efektif dibandingkan dengan uji widal
karena memiliki sensitivitas dan spesifitas. Tes tubex memiliki sensitivitas dan spesifitas yang
lebih baik daripada uji widal. Sensivitasnya mampu ditingkatkan melalui enggunaan particle
berwarna, sedangkan spesifitasnya ditingkatkan dengan penggunaan antigen O9. Antigen ini
spesifik dank has pada Salmonella serogrup D. tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal dan
dapat digunakan untuk pemeriksaan rutin karena prosesnya cepat, akurat, mudah dan sederhana.
Namun hasil pemeriksaan tes tubex dapat terganggu dengan specimen yang sangt hemolitik atau
ikterik dan juga sulit untuk menginterpretasikan hasil dalam batas postif.

Diagnosa menggunakan biakan darah memberikan sensitivitas yang paling baik Selma
minggu pertama sakit, dapat positif sampai minggu kedua dan setelah itu terkadang ditemukaan
hasil positif. Kekeurangan dari metode ini adalah kegagalan isolasi mikroorganisme yang
disebabkan beberapa faktor, antara lain terbatasnya media laboratorium, penggunaan antibiotic,
jumlah volume darah yang digunakan dan waktu pengambilan sampel.
Pemeriksaan PCR menggunakan primer H1-d dapat digunakan untuk mengamplifikasi
gen spesifik S.typhi dan merupakan pemeriksaan yang cepat dan menjanjikan. Pemeriksaan PCR
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada biakan kuman, uji widaldan tes
tubex. Kendala yang sering dihadapi adalah pada penggunaan metode PCR ini meliputi resiko
kontaminasi yang menyebabkn hasilpostif palsu, adanya bahan-bahan yang dalam specimen
yang bisa menghambat proses PCR (hemoglobin dan heparin dalam specimen darah, bilirubin
dan garam empedu dalam specimen feses), biaya yang cukup mahal, dan teknis yang relative
rumit.

Anda mungkin juga menyukai