Anda di halaman 1dari 29

MATERI PAI

A. Pengertian Mujahadah an-nafs


Secara bahasa mujahadah artinya bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya
jiwa, nafsu, diri.
Jadi mujahadah an-nafs artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu
atau bersungguh-sungguh menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum
Allah SWT.
B. Husnudzan
Secara bahasa kata “husnudzan“ berasal dari bahasa arab yang terdiri dari 2 kata, yang
pertama kata “husnu” dan yang keduanya “adz-dzan”. “husnu” mengandung arti
“baik”, dan “adz-dzan” artinya “dugaan atau prasangka
Husnudzan adalah sikap atau keadaan jiwa yang berprasangka baik atau positif
thinking

Dalil Al-Qur'an tentang Husnudzan

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫الظ ِن ِإثْم َو ََل‬َّ ‫ض‬ َ ‫الظ ِن ِإ َّن بَ ْع‬ َّ َ‫يرا ِمن‬ ً ِ‫اجتَنِبُوا َكث‬ ْ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا‬
‫ب أ َ َحدُ ُك ْم أ َ ْن يَأ ْ ُك َل لَ ْح َم أ َ ِخي ِه‬ ُّ ‫ضا أَيُ ِح‬
ً ‫ض ُك ْم بَ ْع‬
ُ ‫سوا َو ََل يَ ْغتَبْ بَ ْع‬ ُ ‫س‬ َّ ‫ت َ َج‬
‫َّللاَ ت َ َّواب َر ِحيم‬ َّ ‫َم ْيتًا فَ َك ِر ْهت ُ ُموهُ َواتَّقُوا‬
َّ ‫َّللاَ ِإ َّن‬
“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan dagingsaudaranya yang sud
ah mati? Maka tentulah kamu merasa jijikkepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah MahaPenerima taubat lagi Maha Penyayang “ (Q.S Al-Hujurat
[49] : 12)

C. Dalil Ukhuwah

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

َ‫َّللاَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬ ْ َ ‫إِنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ إِ ْخ َوة ٌ فَأ‬
َّ ‫ص ِل ُحوا بَيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا‬

Orangorang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itudamaikanlah (perbaikilah hubu


ngan) antara kedua saudaramu itu dantakutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahm
at. (Q.S Al-Hujurat [49] : 10)
TERJEMAH AYAT

Surah At-taubah ayat 105:


‫ش ٰ َهدَةِ فَيُن َِبئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ْم تَ ْع َملُونَ ِإلَ ٰى ٰ َع ِل ِم‬َّ ‫ب َوٱل‬ ِ ‫ست ُ َردُّونَ ْٱلغَ ْي‬ َ ‫سولُ ۥهُ َو ْٱل ُمؤْ ِمنُونَ ۖ َو‬ ُ ‫ٱَّللُ َع َملَ ُك ْم َو َر‬
َّ ‫سيَ َرى‬ ۟ ُ‫َوقُ ِل ٱ ْع َمل‬
َ َ‫وا ف‬
Dan katakanlah: `Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan`.(QS. 9:105)
Surah Al-Maidaah ayat 48:
‫ٱَّللُ ۖ َو ََل تَتَّبِ ْع أ َ ْه َوآ َء ُه ْم َع َّما‬
َّ ‫ب َو ُم َهي ِْم ًنا َعلَ ْي ِه ۖ َفٱحْ ُكم بَ ْينَ ُهم ِب َما ٓ أَنزَ َل‬ ِ َ ‫ص ِدقًا ِل َما بَيْنَ يَدَ ْي ِه ِمنَ ْٱل ِك ٰت‬
َ ‫ق ُم‬ ِ ‫ب بِ ْٱل َح‬َ َ ‫َوأَنزَ ْلنَا ٓ إِلَيْكَ ْٱل ِك ٰت‬
ۖ ‫ٱَّللُ َل َج َع َل ُك ْم أ ُ َّمةً ٰ َو ِحدَة ً َو ٰ َل ِكن ِل َي ْبلُ َو ُك ْم فِى َما ٓ َءات َٰى ُك ْم‬ َ ‫ق ۚ ِل ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِمن ُك ْم ِش ْر َعةً َو ِم ْن َها ًجا ۚ َو َل ْو‬
َّ ‫شا ٓ َء‬ ِ ‫َجا ٓ َءكَ ِمنَ ْٱل َح‬
َّ ‫ت ۚ إِلَى‬
َ‫ٱَّللِ َم ْر ِجعُ ُك ْم َج ِميعًا فَيُنَبِئ ُ ُكم بِ َما ُكنت ُ ْم فِي ِه ت َْخت َ ِلفُون‬ ِ ‫وا ْٱل َخي ٰ َْر‬ ۟ ُ‫فَٱ ْستَبِق‬
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

Surat An-Nisaa ayat 59:


‫سو ِل ِإن ُكنت ُ ْم‬ ُ ‫ٱلر‬
َّ ‫ٱَّللِ َو‬ َ ‫سو َل َوأ ُ ۟و ِلى ْٱْل َ ْم ِر ِمن ُك ْم ۖ فَإِن ت َ ٰنَزَ ْعت ُ ْم فِى‬
َّ ‫ش ْىءٍّ فَ ُردُّوهُ ِإلَى‬ ُ ‫ٱلر‬ ۟ ُ‫ٱَّللَ َوأ َ ِطيع‬
َّ ‫وا‬ َّ ‫وا‬۟ ُ‫ٰ ٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا أ َ ِطيع‬
‫يل‬ َ ْ‫اخ ِر ۚ ٰذَلِكَ َخي ٌْر َوأَح‬
ً ‫سنُ ت َأ ْ ِو‬ ْ ‫ٱَّللِ َو ْٱليَ ْو ِم‬
ِ ‫ٱل َء‬ َّ ِ‫تُؤْ ِمنُونَ ب‬
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Surah Yunus ayat 40 hingga 41


merupakan ayat yang secara garis besar menceritakan orang-orang yang mengimani
dan mendurhakai Al-Quran. Sedangkan Surah Al-Ma’idah ayat 32 secara garis besar
menceritakan tentang hukum membunuh orang. Berikut kakak ulas pertanyaan yang
adik ajukan dengan lebih jelas beserta pertanyaan terkait lainnya.
Artinya :
“ Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada
(pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-
orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan
dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". ( Qs. Yunus : 40 – 41 )

Artinya :
”Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi.” (Qs. Al-Ma’idah : 32)

TOLERANSI DAN MENGHINDARKAN DIRI DARI TINDAK KEKERASAN.

Beberapa contoh perilaku yang


mencerminkan dari surah Yunus ayat 40 hingga 41, antara lain :
 Tidak memaksa orang lain untuk menjalankan agama dan kepercayaan
kita.
 Senantiasa bersabar dan tawakal atas ujian-ujian yang senantiasa
datang ke kehidupan kita, baik yang berasal dari keluarga sendiri, maupun
orang-orang kafir.
 Menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat beragama.
 Memberikan kebebasan terhadap orang lain untuk menjalankan
 kepercayaan dan apa yang ia anut.
 Tetap berdakwah dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan Islam untuk
umat Islam sendiri dan Non-Islam.
 Bergaul terhadap antar umat beragama dengan penuh etika, sopan,
dan santun.
 Tidak menyimpan dendam terhadap orang lain, sebab segala yangkita perbuat di dunia
ini akan mendapatkan pertanggung jawaban sesuai dengan
apa yang diperbuat.

Hadits yang terkait


“Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah
menceritakan kepada saya Abi telah menceritakan kepada saya Yazid berkata;
telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari
Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah saw. “Agama
manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah
As-Samhah (yang lurus lagi toleran).” (H.R. al-Bukhori)

Beberapa contoh perilaku yang


mencerminkan dari surah Al-Ma’idah ayat 32, antara lain :
Tidak melakukan tindak kekerasan maupun bullying terhadap orang
lain.
 Bekerja dengan penuh tanggung jawab, seperti menjadi dokter
dengan penuh hati-hati dan tanggung jawab dimana nyawa seorang manusia cukup
bergantung padanya.
 Tidak melakukan hukum Qisas apabila pelaku tidak terbukti dengan
benar.
 Senantiasa mencintai dan melindungi terhadap lingkungan sekitar.
 Menyisihkan sebagian harta kita untuk menafkahi orang lain guna
meneruskan kelangsungan hidupnya.
 Tidak bersikap apatis kepada orang yang membutuhkan.

Hadits Terkait
“Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat)
bertanya, “Wahai Rasûlullâh, apakah itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Syirik kepada Allâh, sihir, membunuh jiwa yang Allâh haramkan
kecuali dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari
perang yang berkecamuk, menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang
menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. (HR Al-Bukhari :
2615, 6465 dan HR Muslim : 89)
BERPIKIR KRITIS DAN DEMOKRASI

Q.S. Ali-Imran/3:159

Artinya:

‫ب َل ْنفَضُّوا ِم ْن‬ ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬


َ ‫غ ِلي‬ ًّ َ‫ت ف‬
َ ‫ظا‬ َ ‫ت لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْن‬َ ‫َّللاِ ِل ْن‬
َّ َ‫ف ََبِ َما َر ْح َم ٍة ِمن‬
‫ت فَتَ َو َّك ْل‬ َ ‫ع ْن ُه ْم َوا ْستَ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم ِفي األ ْم ِر فَإِذَا‬
َ ‫عزَ ْم‬ َ ‫ْف‬ ُ ‫َح ْو ِل َك فَاع‬
)١٥٩( َ‫ب ْال ُمتَ َو ِك ِلين‬ َّ ‫علَى‬
َّ ‫َّللاِ ِإ َّن‬
ُّ ‫َّللاَ يُ ِح‬ َ
”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Penerapan Tajwid:

Arti perkata
Q.S. Ali 'Imran/3:190-191 berikut:

Artinya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-
orang yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring,
dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari
siksa api neraka”

Arti Perkata

Penerapan Tajwid:
IKHSAN
Isi Kandungan Al Qur’an Surat al Baqarah Ayat 83
Tentang Ihsan.
a. Pengertian Ihsan. Dari sisi kebahasaan,
Kata Ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-Yahsunu-Hasanan, artinya baik.
Kemudian mendapat tambahan hamzah di depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan,
artinya memperbaiki atau berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada umumnya diberi
pengertian dari kutipan percakapan Nabi Muhammad Saw. dengan malaikat Jibril ketika
beliau menjelaskan makna Ihsan, yaitu: ‫سانُ َما قَا َل‬ ِ ْ ‫َّللاَ ت َ ْعبُدَ أ َ ْن قَا َل‬
َ ْ‫اْلح‬ َّ َ‫فَإِنَّهُ ت ََراهُ ت َ ُك ْن لَ ْم فَإ ِ ْن ت ََراهُ َكأَنَّك‬
َ‫ يَ َراك‬Artinya: (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu
tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu".
Jadi, Ihsan adalah menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan jika ia tidak
mampu membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan bahwa sesungguhnya Allah
Swt. melihat perbuatannya. Dengan kata lain, Ihsan adalah beribadah dengan ikhlas, baik
yang berupa ibadah khusus (seperti shalat dan sejenisnya) maupun ibadah umum
(aktivitas sosial).
b. Lafal Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 83 selain Allah Swt., dan berbuat baiklah
kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-oang miskin. Dan
bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.”
Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan
kamu (masih menjadi) pembangkang.” (QS. Al-Baqarah : 83)
c. Tafsir/Penjelasan Ayat. Dalam ayat di atas Allah Swt. mengingatkan Nabi
Muhammad Saw. atas janji Bani Israil yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka
tidak akan menyembah sesuatu selain Allah Swt.. Setelah itu disusul dengan perintah
berbuat baik kepada orangtua, amal kebajikan tertinggi, karena melalui kedua orangtua
itulah Allah Swt. menciptakan manusia. Sesudah Allah Swt. menyebut hak kedua
orangtua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga), yaitu berbuat kebajikan kepada
mereka. Kemudian Allah Swt. menyebut hak orang-orang yang memerlukan bantuan,
yaitu anak yatim dan orang miskin. Allah Swt. mendahulukan menyebut anak yatim
daripada orang miskin karena orang miskin dapat berusaha sendiri, sedangkan anak yatim
karena masih kecil belum sanggup untuk itu. Setelah memerintahkan berbuat baik kepada
orangtua, keluarga, anak yatim, dan orang miskin, Allah Swt. memerintahkan agar
mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Kemudian Allah Swt.
memerintahkan kepada Bani Israil agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat. Ruh
shalat itu adalah keikhlasan dan ketundukan kepada Allah Swt.. Tanpa ruh itu shalat tidak
ada maknanya apa apa. Orang-orang Bani Israil mengabaian ruh tersebut dari dulu hingga
turun al-Qur'an, bahkan sampai sekarang. Demikian juga dengan zakat. Kewajiban zakat
bagi kaum Bani Israil juga mereka ingkari. Hanya sedikit orang-orang yang mau mentaati
perintah Allah Swt. pada masa Nabi Musa dan pada setiap zaman. Pada akhir ayat ini
Allah Swt. menyatakan, “dan kamu (masih menjadi) pembangkang”. Ini menunjukkan
kebiasaan orang-orang Bani Israil dalam merespons perintah Allah Swt., yaitu
“membangkang”, sehingga tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka.
Hadis yang terkait dengan perintah berbuat Ihsan juga banyak sekali.
d. Setiap hadis yang mengandung perintah berbuat baik kepada sesama manusia,
melarang berbuat kerusakan, atau perintah beribadah kepada Allah Swt., itu semua
merupakan perintah berbuat Ihsan..
Isi kandungan dari surah Al-Luqman
ayat 13-14 dan Al-Baqarah ayat 83 hampir serupa yaitu, kita sebagai umat
manusia haruslah senantiasa mentauhidkan Allah SWT dan senantiasa menjauhi
perbuatan menyekutukan Allah. Selain perihal utama itu, kita sebagai umat
manusia juga diminta untuk senantiasa memenuhi hak-hak kedua orangtua kita yang
telah susah payah merawat kita dari janin hingga saat ini. Tidak hanya kedua
orangtua kita, kaum kerabat, anak yatim piatu, serta fakir miskin juga perlu
kita bantu hak-haknya dengan cara seperti berkata dan bertind
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah
ak yang baik,
menunaikan zakat, serta mendirikan shalat.
QS. Al-Luqman 13-14
‫ظ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬
ُ َ‫اَّللِ ۖ إِ َّن الش ِْركَ ل‬
َّ ِ‫ي ََل ت ُ ْش ِر ْك ب‬ ُ ‫َوإِذْ قَا َل لُ ْق َمانُ َِل ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِع‬
َّ َ‫ظهُ يَا بُن‬
Wa-idz qaala luqmaanu laabnihi wahuwa ya'izhuhu yaa bunai-ya laa tusyrik billahi
innasy-syirka lazhulmun 'azhiimun.
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Qs.
Al-Luqman : 13)

‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ ‫ي ْال َم‬ َ ِ‫سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍّن َوف‬
َّ َ‫صالُهُ فِي َعا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَيْكَ إِل‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫َو َو‬
Wawash-shainaa-insaana biwaalidaihi hamalathu ummuhu wahnan 'ala wahnin wafishaaluhu fii
'aamaini aniisykur lii waliwaalidaika ilai-yal mashiir(u)
Artinya :
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Qs. Al-Luqman : 14)

ASMA’UL HUSNA

Al – Matiin ( Yang Mahakokoh )


1. Hanya menyembah Allah SWT yang maha kokoh
2. Selalu berprasangka baik kepada Allah SWT
3. Tidak enggan beribadah untuk kepentingan sendiri
4. Memohon rezeki hanya kepada Allah SWT
5. Menjaga diri sendiri dengan baik dan benar
Al – ‘Adl ( Yang Maha Adil )
1. Tidak membedakan-bedakan sesuatu
2. Memberi tugas dengan adil
3. Dalam menghadapi masalah harus diselesaikan dengan melihat yang salah dan benar
4. Dalam membagi sesuatu harus adil
Al – Wakiil ( Yang Maha Mewakili / Pemelihara)
1. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
2. Mempelajari dan memahami Al-Quran/Hadist
3. Memegang amanah dengan sebaik-baiknya
4. Menjadikan Allah SWT sebagai satusatunya pelindung
5. Hanya menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah SWT

IMAN KEPADA RASUL ALLAH

Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah


Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib
diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan
sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk
menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan
pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru
untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk
menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa
adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at
yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa
AS.
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78
yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan
beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu
kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7)
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada
yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan
kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin
Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil.
Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah
mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah
rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul
itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak

‫ قَا َل ذَر أَ ِبى َع ْن‬: ‫س ْو َل َيا‬ ِ ‫ قَا َل ؟ اَْلَ ْن ِب َي‬: ُ‫س ُل اَ ْلفًا َو ِع ْش ُر ْونَ َوا َ ْر َب َعةٌ ا َ ْلفٍّ ِمائَة‬
ُ ‫اء ِعدَّة ُ َك ْم هللاِ َر‬ ُّ َ ‫سةَ ِمائ َ ٍّة ثَلَثَةُ ذَالِكَ ِم ْن ا‬
ُ ‫لر‬ َ ‫َو َخ ْم‬
‫)أَحْ َمد َر َواهُ( َغ ِفي ًْرا َج ًّما َعش ََر‬

"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau
menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul
sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar.
Tugas Rasul
Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt.
kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan,
penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah
swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin
Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk
menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang
dibawakannya.
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:

1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa:

a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid
ubudiyah).
b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi,
mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)

2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah
swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh
dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa
dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah
dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.

3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang
dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.

4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang
utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun
kepada yang lemah, dan sebagainya.

5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang
digariskan Allah swt.

6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada
perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai
puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat
manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau terhadap
makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan yang tak
terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8)

Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya
sebagai berikut:
‫ي ه َُري َْرةَ اَ ِبى َع ْن‬
َ ‫ض‬ ُ ‫ م ص هللاِ َر‬: ‫صا ِل َح ْل ُ ِِت َِم َم ب ُِعثْتُ ِإنَّ َما‬
ِ ‫ قَا َل َع ْنهُ هللاُ َر‬: ‫س ْو ُل قَا َل‬ ِ َ‫اْْل َ ْخل‬
َ ‫ق‬
َ ْ
(ُ‫) َحنبَل بن أحْ َمد َر َواه‬
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal)
IMAN KEPADA HARI AKHIR
A. Pengertian Iman Kepada Hari Akhir
Hari Akhir menurut bahasa artinya “Hari Penghabisan” (Q.S. al-Baqarāh/2:177),
juga disebut “Hari Pembalasan” (Q.S. al-Fātihah/1:4). Adapun menurut istilah, Hari
Akhir adalah hari mulai hancurnya alam semesta berikut isinya dan berakhirnya
kehidupan semua makhluk Allah Swt. Hari Akhir juga disebut hari Kiamat, yaitu
hari penegakan hukum Allah Swt. yang seadil-adilnya (Q.S. al-Mumtahanah/60:3).
Kebenaran akan datangnya Hari Akhir dapat ditemukan melalui kajian ayat-ayat
al-Qur’an, ilmu pengetahuan, dan panca indera. Melalui kajian akan kebenaran
adanya Hari Akhir, kalian dapat menghayati akan nilai-nilai keimanan kepada Hari
Akhir. Perhatikan Q.S. al-’Anbiya/21:97.

Secara umum pengertian iman kepada hari kiamat yaitu percaya dan yakin bahwa seluruh
alam semesta dan isinya akan hancur suatu saat nanti dan setelah itu akan ada kehidupan yang
kekal (akhirat).

Sedangkan menurut bahasa (etimologi) yaitu percaya akan datangnya hari kiamat (hari
akhir). Menurut istilah (terminologi) yaitu percayai dan yakin akan adanya kehidupan akhirat
yang kekal setelah kehidupan dunia ini.

B. Kiamat Sugra dan Kiamat Kubro

1. Kiamat Sugra (Kecil)

Kiamat Sugra adalah kiamat kecil yang berupa rusaknya sebagian makhluk hidup maupun
lingkungan. Misalnya gempa, gunung meletus, dan sebagainya.
Tanda kiamat sugra diantaranya:
• Ilmu agama seakan tidak penting
• Banyak terjadi bencana alam di bumi
2. Kiamat Kubra (Besar)
Kiamat Kubra adalah kiamat besar yang merupakan hancurnya seluruh alam semesta dengan
semua isinya atau berakhirnya seluruh kehidupan makhluk di alam dan berlanjut ke kehidupan
yang kekal yaitu akhirat.
Tanda-tanda kiamat besar , antara lain :
• Matahari terbit dari barat
• Rusaknya Ka’bah
• Datangnya Ya’juj dan Ma’juj
• Munculnya Dajjal
C. Dalil Naqli Tentang Hari Kiamat/Akhir
Artinya:“ Dan (ingatlah) hari (ketika) di tiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang ada di
bumi, di langit dan segala yang ada di bumi, kecuali siapa yang di kehendaki Allah SWT. Dan
semua akan datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (QS. An-Naml Ayat 87)
Gambaran hari kiamat menurut Al- Qur’an
1. Bumi digoncangkan sekuat kuatnya hingga mengeluar kan isi yang dikandungnya (QS.
Al- Zalzalah : 1 – 5)
2. Matahari di gulung, bintang-bintang berjatuhan dan laut meluap. (QS. Al- Infithor : 1 – 3)
3. Gunung-gunung kemudian pecah berterbangan menjadi pasir (QS. Al- Haqqah : 14)
4. Manusia tidak dapat menolong manusia lainnya, bahkan seorang ayah terhadap anaknya
sendiri. (QS. Lukman : 33)
D. Hakikat Beriman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir merupakan rukun iman yang kelima yang harus diyakini
oleh setiap umat Islam. Segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap manusia,
baik maupun buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Oleh sebab
itu, keimanan kepada Hari Akhir hendaknya dijadikan landasan utama untuk menyadarkan diri
agar selalu taat kepada ajaran Allah Swt. Banyak ayat dan hadis yang memerintahkan kita agar
meyakini datangnya Hari Akhir, di antaranya adalah firman Allah Swt. pada Q.S. al-Baqarah/2:4
berikut:

Artinya: “dan mereka yang beriman kepada (al-Qurān) yang diturunkan kepadamu
(Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka
yakin akan adanya akhirat”.

Kemudian, dalam percakapan Rasulullah saw. dengan malaikat Jibril yang panjang
tentang iman, Islam, dan I¥s±n, beliau bersabda (ketika ditanya tentang iman):
Artinya: “Beliau menjawab: “Kamu beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk”. (H.R. Muslim).
Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa meyakini adanya Hari Akhir merupakan salah
satu ciri orang beriman. Adapun dalam penggalan hadis di atas, Rasulullah saw.
menyebutkan bahwa Hari Akhir sebagai salah satu perkara yang wajib diyakini,
yang kemudian disebut rukun iman.
Iman kepada Hari Akhir berarti percaya dengan penuh keyakinan bahwa
kehidupan yang kekal hanyalah di akhirat.

E. Fungsi Iman Kepada Hari Kiamat


1. Membuat manusia senantiasa bersikap hati-hati, sehingga akan selalu taat kepada
petunjuk agama dan sadar akan batas kesenangan hidup di dunia.
2. Terus memperbaiki kualitas kebaikan, yaitu berbakti kepada Allah, orang tua, dan sesama
manusia lain.
3. Membuat manusia sadar bahwa kehidupan setelah kehidupan dunia merupakan tujuan
manusia hidup di dunia.
4. Mendorong manusia agar menambah perbuatan baik (amal soleh) dan meninggalkan
larangan Allah.
5. Mengingatkan bahwa kehidupan dunia adalah ladang kehidupan akhirat, jembatan untuk
menuju ke alam akhirat, sehingga menghindarkan manusia dari sifat rakus, kikir, dan tamak.
6. Tidak iri terhadap kenikmatan yang didapat oleh orang lain.
7. Membuat jiwa tenteram.
F. Hikmah Iman Kepada Hari Kiamat
1. Tidak meniru pola hidup orang kafir.
2. Meningkatkan ketakwaan dan lebih giat dalam beramal saleh.
3. Selalu berusaha berbuat benar dan baik.
4. Berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwa.
5. Tidak kikir dalam memberi infaq.
6. Menanamkan kesabaran dalam kebenaran dan saat tertimpa musibah.
7. Lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu.
8. Membuat manusia selalu melaksanakan kewajibannya dan tidak terlena akan kehidupan
dunia.
9. Sadar bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, dan akhirat merupakan kehidupan
yang kekal.
10. Sering bertaubat kepada Allah.
11. Lapang dada dan ikhlas terhadap ketentuan Allah.
12. Memperjelas tujuan hidup manusia di dunia.
G. Peristiwa yang berhubungan dengan Hari Kiamat
Yaumul Barzah / Alam Kubur yaitu masa antara sesudah meninggal nya seseorang sampai
menunggu datangnya hari kiamat. “ (Q.S.Al Khafi ayat 99 )
Yaumul Baats yaitu masa dibangkitkannya manusia dari alam kubur mulai dari manusia pertama
sampai manusia terakhir ( Q.S. Al Zalazalah ayat 6 )
Yaumul Mahsyar yaitu masa dikumpulkannya manusia dipadang mahsyar untuk dihisab /
diperhitungkan amal kebaikan dan keburukanya. (Q.S. Ibrahim : 48)
Yaumul Hisab/ Mizan yaitu Masa diperhitungkan / ditimbang amal kebaikan dan keburukan
manusia“ ( Q.S. Yasin : 65 )
Sirat yaitu jembatan yang akan dilewati oleh manusia setelah dihisab dan ditimbang amal baik
dan buruknya. Disini akan ditentukan manusia akan masuk neraka atau surga.
Surga yaitu tempat balasan bagi orang yang beriman kepada Allah SWT..(Q.S. Al Hajj : 23 )
Neraka yaitu tempat balasan bagi orang yang ingkar kepada Allah SWT.“ (Q.S. Az Zumar : 32 )

QADA’ DAN QADAR


Hikmah Beriman kepada Qada' dan Qadar
1. Semakin meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak lepas dari
sunnatullah.
2. Semakin termotivasi untuk senantiasa berikhtiar atau berusaha lebih giat lagi dalam
mengejar cita-citanya.
3. Meningkatkan keyakinan akan pentingnya peran doa bagi keberhasilan sebuah usaha.
4. Meningkatkan optimisme dalam menatap masa depan dengan ikhitar yang sungguh
sungguh;
5. Meningkatkan kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha sehingga
tidak berputus asa ketika mengalami kegagalan.
6. Menyadarkan manusia bahwa dalam kehidupan ini dibatasi oleh peraturan-peraturan
Allah Swt., yang tujuannya untuk kebaikan manusia itu sendiri. Bersikap optimis, Ikhtiar
dan Tawakkal sebagai implementasi beriman kepada Qada’ dan Qadar Allah Swt
Perilaku Iman Kepada Qada’ Dan Qadar.
1. Selalu menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang beriman kepada Qada’dan Qadar, apabila memperoleh
keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena
rahmat Allah Swt. Apabila ia mengalami kegagalan, ia tidak mudah berkeluh
kesah dan berputus asa, karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya
adalah ketentuan Allah Swt. Ia menyadari bahwa di balik kegagalan ada
hikmah.
2. Banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada Qada’dan Qadar, apabila mendapat
keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu
merupakan nikmat Allah Swt. yang harus disyukuri. Sebaliknya, apabila
terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
Perhatikan lagi Firman Allah Swt. Q.S.at-Taubat/9:51!
3. Bersikap optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang
tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak
datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang
beriman kepada Qada’dan Qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk
meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Perhatikan kembali Firman Allah
Q.SAli-Imran/3:159!
4. Selalu tenang jiwanya
Orang yang beriman kepada Qada’dan Qadar senantiasa tenang hidupnya,
sebab ia selalu senang atas apa yang ditentukan Allah Swt. kepadanya. Jika
beruntung atau berhasil, ia bersyukur.
AURAT
Memahami Makna Busana Muslim/Muslimah dan Menutup Aurat

1. Makna Aurat

Menurut bahasa, aurat berati malu, aib, dan buruk. Kata aurat berasal dari kata awira yang
artinya hilang perasaan. Jika digunakan untuk mata, berarti hilang cahayanya dan lenyap
pandangannya. Pada umumnya, kata ini memberi arti yang tidak baik dipandang, memalukan
dan mengecewakan. Menurut istilah dalam hukum Islam, aurat adalah batas minimal dari bagian
tubuh yang wajib ditutupi karena perintah Allah Swt.

2. Makna Jilbab dan Busana Muslimah

Secara etimologi, jilbab adalah sebuah pakaian yang longgar untuk menutup seluruh tubuh
perempuan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalam bahasa Arab, jilbab dikenal dengan
istilah khimar, dan bahasa Inggris jilbab dikenal dengan istilah veil. Selain kata jilbab untuk
menutup bagian dada hingga kepala wanita untuk menutup aurat perempuan, dikenal pula istilah
kerudung, hijab, dan sebagainya.Pakaian adalah barang yang dipakai (baju, celana, dan
sebagainya). Dalam bahasa Indonesia, pakaian juga disebut busana. Jadi, busana muslimah
artinya pakaian yang dipakai oleh perempuan. Pakaian perempuan yang beragama Islam disebut
busana muslimah. Berdasarkan makna tersebut, busana muslimah dapat diartikan sebagai
pakaian wanita Islam yang dapat menutup aurat yang diwajibkan agama untuk menutupinya,
guna kemaslahatan dan kebaikan wanita itu sendiri serta masyarakat di mana ia berada. Perintah
menutup aurat sesungguhnya adalah perintah Allah Swt. Yang dilakukan secara bertahap.
Perintah menutup aurat bagi kaum perempuan pertama kali diperintahkan kepada istri-istri Nabi
Muhammad saw. agar tidak berbuat seperti kebanyakan perempuan pada waktu itu (Q.S. al-
Ahzab/33:32-33). Setelah itu, Allah Swt. memerintahkan kepada istri-istri Nabi saw.
agar tidak berhadapan langsung dengan laki-laki bukan mahramnya (Q.S. al-
Ahzab/33:53). Selanjutnya, karena istri-istri Nabi saw. juga perlu keluar rumah untuk mencari
kebutuhan rumah tangganya, Allah Swt. memerintahkan mereka untuk menutup aurat apabila
hendak keluar rumah (Q.S. al-Ahzab/33:59). Dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan untuk
memakai jilbab, bukan hanya kepada istri-istri Nabi Muhammad saw. dan anak-anak
perempuannya, tetapi juga kepada istri-istri orang-orang yang beriman. Dengan demikian,
menutup aurat atau berbusana muslimah adalah wajib hukumnya bagi seluruh wanita
yang beriman.
MEMPERTAHANKAN KEJUJURAN
SEBAGAI CERMIN KEPRIBADIAN
Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat misalnya seperti berikut.
1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang ketika akan pergi ke mana pun.
2. Tidak meminta sesuatu di luar kemampuan kedua orang tua.
3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak
mengetahuinya.
4. Melaporkan prestasi hasil belajar meskipun dengan nilai yang kurang
memuaskan.
5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau
ujian sekolah.
6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran
ke sekolah.
7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain
meskipun barang tersebut tampak tidak begitu berharga.
8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang dapat menghalanginya.
9. Tidak menjanjikan sesuatu yang kita tidak dapat memenuhi janji tersebut.
10. Mengembalikan barang yang ditemukan kepada pemiliknya atau melalui pihak
yang bertanggung jawab.
11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati.
Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru.
Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul wālidain (berbakti kepada kedua orang tua), tidak
hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul wālidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu
pun bukanlah balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang
tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang
bersyukur.

Imam Adz-Dzahabi menjelaskan, bahwa birrul wālidain atau bakti kepada orang tua,
hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban: Pertama : Menaati segala
perintah orang tua, kecuali dalam maksiat. Kedua : Menjaga amanah harta yang dititipkan orang
tua, atau diberikan oleh orang tua. Ketiga : Membantu atau menolong orang tua bila mereka
membutuhkan. Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukan
tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua
orang tua dan guru.

Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan
guru, antara lain seperti berikut.
1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amal yang paling utama.
2. Apabila orang tua kita riḍa atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun riḍa.
3. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu
dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
4. Berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan
umur.
5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menjadikan kita dimasukkan ke
jannah (surga) oleh Allah Swt.

Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul wālidain, yaitu berbuat baik terhadap kedua orang
tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka
bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”

Dikisahkan, ada seorang laki-laki yang menghadap Nabi Muhammad saw.


dan berkeinginan untuk berbai’at kepada Nabi serta ikut berjihad dengan
tujuan mencari pahala dari Allah Swt. Kedua orang tua laki-laki tersebut
masih hidup. Kemudian, Nabi menyuruh laki-laki tersebut untuk kembali
kepada kedua orang tuanya dan menyuruh berbuat baik, menemani dan
mengurus orang tuanya.” (Muttafaq ‘alaih)
MEMAKSIMALKAN POTENSI DIRI
UNTUK MENJADI YANG TERBAIK
1. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien
Waktu yang diberikan Allah Swt. untuk manusia sehari semalam tidak lebih
dari 24 jam. Dan waktu 24 jam ini sebaiknya dimanfaatkan secara efektif
untuk beribadah kepada Allah Swt., untuk bekerja, dan digunakan untuk
beristirahat.

2. Gali dan kembangkan potensi diri secara baik


Allah Swt. melengkapi manusia dengan fithrah cerdas, cerdas fisik, cerdas
emosi, cerdas intelektual, cerdas kebajikan dan cerdas akhlak. Dengan kerja
keras dan tanggung jawab manusia dapat mengembangkan berbagai
potensi cerdasnya untuk meraih kesuksesan. Kemampuan-kemapuan
menggali dan mengembangkan potensi diri inilah yang pada akhirnya dapat
mengisi aktivitas manusia dalam menghabiskan waktunya.
3. Selalu Fokus, Melabelkan diri dan Berkata Positif
Bentuk kerja keras yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari harus
selalu fokus, dan berani melabelkan diri bahwa pasti sukses dan berhasil
dengan diiringi kata-kata positif pasti bisa dan menjauhkan diri dari kata
putus asa, tidak mampu dan sebagainya. Seseorang dapat sukses dalam
usahanya jika mereka bekerja keras.

4. Tekun dalam Bekerja


Pekerjaan apapun yang ditekuni oleh seseorang, hendaknya dilakukan
dengan niat baik, professional dan azam (kemauan) yang kuat. Jangan
melakukan pekerjaan yang sia-sia yang tidak ada manfaatnya. Jangan sekalikali
melakukan suatu pekerjaan didasari dengan sikap malas.

Q.S At-Taubah 105

Allah Swt., Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan memperhatikan karya seseorang,
sebagaimana tersebut dalam Q.S.at-Taubah/9:105. at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa
kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan
oleh Allah Swt.. Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan
menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah Swt. menciptakan alam
beserta segala isinya diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari
alam ini, manusia harus berusaha dan bekerja keras.
Perilaku mulia dari pemahaman terhadap al-Qur’ān, hadis, dan ijtihād sebagai sumber hukum
Islam tergambar dalam aktivitas sebagai berikut.
1. Gemar membaca dan mempelajari al-Qur’ān dan hadis baik ketika sedang sibuk ataupun
santai.
2. Berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan ajaran-ajaran al-Qur’ān dan hadis.
3. Selalu mengonfirmasi segala persoalan yang dihadapi dengan merujuk kepada al-Qur’ān dan
hadis, baik dengan mempelajari sendiri atau bertanya kepada yang ahli di bidangnya.
4. Mencintai orang-orang yang senantiasa berusaha mempelajari dan mengamalkan ajaran-ajaran
al-Qur’ān dan Sunnah.
5. Kritis terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi dengan terus-menerus berupaya agar tidak
keluar dari ajaran-ajaran al-Qur’ān dan Sunnah.
6. Membiasakan diri berpikir secara rasional dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur’ān
dan hadis.
7. Aktif bertanya dan berdiskusi dengan orang-orang yang dianggap memiliki keahlian agama
dan berakhlak mulia.
8. Berhati-hati dalam bertindak dan melaksanakan sesuatu, apakah boleh dikerjakan ataukah
ditinggalkan.
9. Selalu berusaha keras untuk mengerjakan segala kewajiban serta meninggalkan dan menjauhi
segala larangan.
10. Membiasakan diri untuk mengerjakan ibadah-ibadah sunnah sebagai upaya menyempurnakan
ibadah wajib karena khawatir belum sempurna.

1. Pengertian al-Qur’ān
Dari segi bahasa, al-Qur’ān berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qirā’atan – qur’ānan, yang
berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Dari segi istilah, al-Qur’ān adalah Kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara
mutawattir, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-Fātihah dan diakhiri dengan surah
an-Nās, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. dan
sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat manusia. Allah Swt.
berfirman:

2. Kedudukan al-Qur’ān sebagai Sumber Hukum Islam


Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur’ān memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Ia merupakan sumber
utama dan pertama sehingga semua persoalan harus merujuk dan berpedoman kepadanya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah Swt. dalam al-Qur’ān (Q.S. an-Nisā’/4:59):
3. Kandungan Hukum dalam al-Qur’ān
Para ulama mengelompokkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’ān ke dalam tiga bagian, yaitu seperti
berikut.
a. Akidah atau Keimanan
Akidah atau keimanan adalah keyakinan yang tertancap kuat di dalam hati. Akidah terkait dengan
keimanan terhadap hal-hal yang gaib yang terangkum dalam rukun iman (arkānu ³mān), yaitu iman
kepada Allah Swt. malaikat, kitab suci, para rasul, hari kiamat, dan qada/qadar Allah Swt.
b. Syari’ah atau Ibadah
Hukum ini mengatur tentang tata cara ibadah baik yang berhubungan langsung dengan al-Khāliq
(Pencipta) yaitu Allah Swt. yang disebut yang disebut dengan ‘ibadah mahdah, maupun yang
berhubungan dengan sesama makhluknya dengan ibadah gairu mahdah. Ilmu yang mempelajari tata
cara ibadah dinamakan ilmu fikih.
c. Akhlak atau Budi Pekerti
Akhlak adalah tuntunan dalam hubungan antara manusia dengan Allah Swt.– hubungan manusia dengan
manusia – dan hubungan manusia dengan alam semesta. Hukum ini tecermin dalam konsep perbuatan
manusia yang tampak, mulai dari gerakan mulut (ucapan), tangan, dan kaki.
Hadis atau Sunnah
1. Pengertian Hadis atau Sunnah
Secara bahasa hadis berarti perkataan atau ucapan. Menurut istilah, hadis adalah segala perkataan,
perbuatan, dan ketetapan (taqrir) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Hadis juga dinamakan
sunnah. Namun demikian, ulama hadis membedakan hadis dengan sunnah. Hadis adalah ucapan atau
perkataan Rasulullah saw., sedangkan sunnah adalah segala apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
yang menjadi sumber hukum Islam. Hadis dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw. terdiri atas
beberapa bagian yang saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain adalah
sebagai berikut.
a. Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis
dari Rasulullah saw. sampai kepada kita sekarang.
b. Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.
c. Rawi, adalah orang yang meriwayatkan hadis.

2. Kedudukan Hadis atau Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam


Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah al- Qur’ān. Artinya, jika
sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al- Qur’ān, yang harus dijadikan sandaran berikutnya
adalah hadis tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt:

Artinya : “... dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa-apa yang
dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (Q.S. al-¦asyr/59:7)

3. Fungsi Hadis terhadap al-Qur’ān


Rasulullah saw. sebagai pembawa risalah Allah Swt. bertugas menjelaskan ajaran yang diturunkan Allah
Swt. melalui al-Qur’ān kepada umat manusia. Oleh karena itu, hadis berfungsi untuk menjelaskan
(bayan) serta menguatkan hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’ān. Fungsi hadis terhadap al-
Qur’ān dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’ān yang masih bersifat umum
Contohnya adalah ayat al-Qur’ān yang memerintahkan śalat. Perintah śalat dalam al-
Qur’ān masih bersifat umum sehingga diperjelas dengan hadis-hadis Rasulullah saw. tentang
śalat, baik tentang tata caranya maupun jumlah bilangan raka’at-nya. Untuk menjelaskan
perintah śalat tersebut misalnya keluarlah sebuah hadis yang berbunyi, “Śalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku śalat”. (H.R. Bukhari)
b. Memperkuat pernyataan yang ada dalam al-Qur’ān
Seperti dalam al-Qur’ān terdapat ayat yang menyatakan, “Barangsiapa di antara
kalian melihat bulan, maka berpuasalah!” Maka ayat tersebut diperkuat oleh sebuah hadis
yang berbunyi, “... berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya
...” (H.R. Bukhari danMuslim)
c. Menerangkan maksud dan tujuan ayat
Misal, dalam Q.S. at-Taubah/9:34 dikatakan, “Orang-orang yang menyimpan emas
dan perak, kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah Swt., gembirakanlah
mereka dengan azab yang pedih!” Ayat ini dijelaskan oleh hadis yang berbunyi, “Allah Swt.
tidak mewajibkan zakat kecuali supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah
dizakati.” (H.R.
Baihaqi)
d. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān
Maksudnya adalah bahwa jika suatu masalah tidak terdapat hukumnya dalam al-
Qur’ān, diambil dari hadis yang sesuai. Misalnya, bagaimana hukumnya seorang laki-laki yang
menikahi saudara perempuan istrinya.
4. Macam-Macam Hadis
Ditinjau dari segi perawinya, hadis terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu seperti berikut.
a. Hadis Mutawattir
Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi,
baik dari kalangan para sahabat maupun generasi sesudahnya dan
dipastikan di antara mereka tidak bersepakat dusta.
b. Hadis Masyhur
Hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat
atau lebih yang tidak mencapai derajat mutawattir namun setelah itu
tersebar dan diriwayatkan oleh sekian banyak tabi’³n sehingga tidak
mungkin bersepakat dusta.
c. Hadis Ahad
Hadis ahad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua
orang perawi sehingga tidak mencapai derajat mutawattir. Dilihat dari segi
kualitas orang yang meriwayatkannya (perawi), hadis dibagi ke dalam tiga
bagian.

WAKAF, ZAKAT, HAJI


A. Memahami Makna Wakaf sebagai Syari’at Islam
1. Pengertian Wakaf
Secara bahasa, wakaf berasal dari bahasa Arab yang artinya menahan (alhabs) dan mencegah
(al-man’u). Maksudnya adalah menahan untuk tidak dijual, tidak dihadiahkan, atau diwariskan.
Wakaf menurut istilah syar’i adalah suatu ungkapan yang mengandung penahanan harta
miliknya kepada orang lain atau lembaga dengan cara menyerahkan suatu benda yang kekal
zatnya untuk diambil manfaatnya oleh masyarakat.

Dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah dijelaskan,
bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan
sebagian harta kekayaannya berupa tanah milik dan melembagakan selama-lamanya untuk
kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai ajaran Islam. Menurut Jaih
Mubarok, dari definisi tersebut memperlihatkan tiga hal, berikut.
a. Wakif atau pihak yang mewakafkan secara perorangan atau badan hukum
seperti perusahaan atau organisasi kemasyarakatan.
b. Pemisahan tanah milik belum menunjukkan pemindahan kepemilikian
tanah milik yang diwakafkan.
c. Tanah wakaf digunakan untuk kepentingan ibadah atau keperluan umum
lainnya sesuai ajaran Islam.
2. Rukun dan Syarat Wakaf
Adapun rukun wakaf ada empat, seperti berikut.
a. Orang yang berwakaf (al-wakif), dengan syarat-syarat sebagai berikut.
1) Memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan
harta itu kepada siapa yang ia kehendaki.
2) Berakal, tidak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang
sedang mabuk.
3) Balig.
4) Mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh,
orang yang sedang bangkrut (muflis) dan orang lemah ingatan tidak sah
mewakafkan hartanya.
b. Benda yang diwakafkan (al-mauquf), dengan syarat-syarat sebagai berikut.
1) Barang yang diwakafkan itu harus barang yang berharga.
2) Harta yang diwakafkan itu harus diketahui kadarnya. Jadi, apabila harta itu
tidak diketahui jumlahnya (majhul), pengalihan milik pada ketika itu tidak sah.
3) Harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif).
4) Harta itu harus berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan)
atau disebut juga dengan istilah gaira śai’.
c. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi) atau sekelompok
orang/badan hukum yang disertai tugas mengurus dan memelihara barang wakaf (nazir). Dari segi
klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, yaitu seperti berikut.
1) Tertentu (mu’ayyan), yaitu jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua
orang, atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh diubah. Persyaratan bagi
orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia adalah orang yang
boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik). Maka, orang muslim, merdeka dan kafir zimni
(non muslim yang bersahabat) yang memenuhi syarat ini, boleh memiliki harta wakaf. Adapun
orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf.

2) Tidak tertentu (gaira mu’ayyan), yaitu tempat berwakaf itu tidak


ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang untuk orang
fakir, miskin, tempat ibadah, dan lain-lain. Syarat-syarat yang berkaitan
dengan ghaira mu’ayyan, yaitu bahwa yang akan menerima wakaf itu hendaklah dapat
menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah
Swt. dan hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.
d. Lafaz atau ikrar wakaf (¡igat), dengan syarat-syarat sebagai berikut.
1) Ucapan itu harus mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya
(ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu.
2) Ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan
atau digantungkan kepada syarat tertentu.
3) Ucapan itu bersifat pasti.
4) Ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan.
Apabila semua persyaratan di atas dapat terpenuhi, penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima
wakaf adalah sah. Pewakaf (wakif) tidak dapat lagi menarik balik kepemilikan harta itu karena telah
berpindah kepada Allah Swt. dan penguasaan harta tersebut berpindah kepada orang yang
menerima wakaf (na©ir). Secara umum, penerima wakaf (nazir) dianggap pemiliknya tetapi
bersifat tidak penuh (gaira tammah).
Syarat, Kewajiban, dan Hak Nazir
Nazir bisa dilakukan oleh perseorangan, organisasi, atau badan hukum. Syarat nazir perseorangan
adalah sebagai berikut.
a. Warga negara Indonesia.
b. Beragama Islam.
c. Dewasa.
d. Amanah.
e. Mampu secara jasmani dan rohani.
f. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.
Organisasi atau badan hukum yang bisa menjadi nazir harus memenuhi
persyaratan, berikut.
a. Pengurus organisasi atau badan hukum yang bersangkutan memenuhi
persyaratan nazir perseorangan sebagaimana tersebut di atas.
b. Organisasi atau badan hukum itu bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan, atau keagamaan Islam.
c. Badan hukum itu dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.
Kewajiban atau tugas nazir adalah sebagai berikut.
a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf.
b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan,
fungsi, dan peruntukannya.
c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.
d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, nazir memiliki hak-hak sebagai berikut.
a. Menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh prosen).
b. Menggunakan fasilitas dengan persetujuan Kepala Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.

Zakat adalah pengeluaran harta yang dimiliki seseorang ketika sudah mencapai niśab (kadarnya) dan
haul (waktunya). Besarnya harta yang dikeluarkan disesuaikan dengan harta zakatnya. Śadaqah dan
infak adalah cara mengeluarkan harta yang dimiliki seseorang dengan tidak ditentukan kadar dan
waktunya. Adapun wakaf ialah memberikan harta berupa benda yang dapat dimanfaatkan oleh orang
banya, baik harta tersebut tetap maupun bergerak. Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari orang-
orang yang memberikan wakaf untuk kepentingan umat. Berikut adalah contoh perilaku yang
mencerminkan sifat kedermawanan dalam membantu orang lain dalam bentuk wakaf.
1. Mewakafkan buku-buku pelajaran untuk diberikan ke perpustakan sekolah.
2. Mewakafkan pakaian layak pakai, termasuk seragam sekolah yang tidak dipakai
lagi kepada yang membutuhkan.
3. Mewakafkan al-Qur’ān untuk diberikan kepada masjid terdekat.
4. Mewakafkan mukena, kain sarung, kapet dan sebagainya sebagai sarana
perlengkapan śalat.
5. Mewakafkan sebidang tanah untuk dijadikan fasilitas umum.
JENAZAH
A. Perawatan Jenazah
Apabila seseorang telah dinyatakan positif meninggal dunia, ada beberapa hal yang harus disegerakan
dalam pengurusan jenazah oleh keluarganya, yaitu: memandikan, mengafani, menyalati dan
menguburnya. Namun, sebelum mayat itu dimandikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap
kondisi jenazah, yaitu seperti berikut.
1. Pejamkanlah matanya dan mohonkanlah ampun kepada Allah Swt. atas segala dosanya.
2. Tutuplah seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan dan agar tidak kelihatan
auratnya.
3. Ditempatkan di tempat yang aman dari jangkauan binatang.
4. Bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya tidak dilarang mencium si mayat.
B. Memandikan Jenazah
1. Syarat-syarat wajib memandikan jenazah
a. Jenazah itu orang Islam. Apa pun aliran, mazhab, ras, suku, dan profesinya.
b. Didapati tubuhnya walaupun sedikit.
c. Bukan mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela agama Islam
seperti yang terjadi pada masa Nabi Muhammad saw.).
2. Yang berhak memandikan jenazah
a. Apabila jenazah itu laki-laki, yang memandikannya hendaklah laki-laki
pula. Perempuan tidak boleh memandikan jenazah laki-laki, kecuali istri
dan mahram-nya.
b. Apabila jenazah itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan
pula, laki-laki tidak boleh memandikan kecuali suami atau mahram-nya.
c. Apabila jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahram-nya ada
semua, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya.
d. Apabila jenazah itu seorang suami, sementara istri dan mahram-nya ada
semua, istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.\
Berikut ini tata cara memandikan jenazah.
a. Di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-orang yang memandikan dan yang
mengurusnya saja.
b. Mayat diletakkan di tempat yang tinggi seperti dipan.
c. Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terbuka.
d. Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lantas disapu perutnya
sambil ditekan pelan-pelan agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan
dengan tangan kirinya, dianjurkan mengenakan sarung tangan. Dalam hal
ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran si
mayat.
e. Setelah itu hendaklah mengganti sarung tangan untuk membersihkan mulut dan gigi si
mayat
f. Membersihkan semua kotoran dan najis.
g. Mewudhukan, setelah itu membasuh seluruh badannya.
h. Disunahkan membasuh tiga sampai lima kali.
Pengertian Khutbah, Tabl³g, dan Dakwah
Makna khutbah, tabl³g, dan dakwah hampir sama, yaitu menyampaikan pesan
kepada orang lain. Secara etimologi (lugawi/bahasa), makna ketiganya dapat
diuraikan sebagai berikut.

1. Khutbah berasal dari kata: bermakna memberi


nasihat dalam kegiatan ibadah seperti; ṡalat (ṡalat Jumat, Idul Fitri, Idul Adha, Istisqo, Kusuf), wukuf,
dan nikah. Menurut istilah, khutbah berarti kegiatan ceramah kepada sejumlah orang Islam dengan
syarat dan rukun tertentu yang berkaitan langsung dengan keabsahan atau kesunahan ibadah. Misalnya
khutbah Jumat untuk ṡalat Jum’at, khutbah nikah untuk kesunahan akad nikah. Khutbah diawali
dengan hamdallah, salawat, wasiat taqwa, dan doa.

2. Tabligh berasal dari kata: yang berarti menyampaikan, memberitahukan dengan


lisan. Menurut istilah, tabl³g adalah kegiatan menyampaikan ‘pesan’ Allah Swt. secara lisan kepada
satu orang Islam atau lebih untuk diketahui dan diamalkan isinya. Misalnya, Rasulullah saw.
memerintahkan kepada sahabat yang datang di majlisnya untuk menyampaikan suatu ayat kepada
sahabat yang tidak hadir. Dalam pelaksanaan tabl³g, seorang mubaligh (yang menyampaikan tabl³g)
biasanya menyampaikan tabl³g-nya dengan gaya dan retorika yang menarik. Ada pula sekarang istilah
tabl³g akbar, yaitu kegiatan menyampaikan “pesan” Allah Swt. dalam jumlah pendengar yang cukup
banyak.

3. Dakwah berasal dari kata: yang berarti memanggil, menyeru, mengajak pada
sesuatu hal. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain, seseorang atau lebih ke
jalan Allah Swt. secara lisan atau perbuatan. Di sini dikenal adanya da’wah billisān dan da’wah
bilhāl. Kegiatan bukan hanya ceramah, tetapi juga aksi sosial yang nyata. Misalnya, santunan anak
yatim, sumbangan
untuk membangun fasilitas umum, dan lain sebagainya

Prinsip-prinsip dan praktik ekonomi Islam.


Ada manfaat yang bisa diambil kaum muslimin dengan terlibat dalam asuransi syari’ah, di antaranya bisa
menjadi alternatif perlindungan yang sesuai dengan hukum Islam. Produk ini juga bisa menjadi pilihan
bagi pemeluk agama lain yang memandang konsep syariah lebih adil bagi mereka karena syariah
merupakan sebuah prinsip yang bersifat universal.
A. Pengertian Mu’āmalah
Mu’āmalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan kemasyarakatan
(pergaulan, perdata, dsb). Sementara dalam fiqh Islam berarti tukarmenukar barang atau sesuatu yang
memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli, sewamenyewa, upah-mengupah,
pinjammeminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya. Dalam melakukan transaksi
ekonomi, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, dan pinjam-meminjam, Islam melarang
beberapa hal di antaranya seperti berikut.
1. Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil.
2. Tidak boleh melakukan kegiatan riba.
3. Tidak boleh dengan cara-cara ẓālim (aniaya).
4. Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan.
5. Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi.
6. Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram.

B. Macam-Macam Mu’āmalah
Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang macam-macam mu’āmalah, di
sini akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.
1. Jual-Beli
Jual-beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar-menukar benda untuk
memiliki benda tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan. Apabila jual-beli itu menyangkut
suatu barang yang sangat besar nilainya, dan agar tidak terjadi kekurangan di belakang hari, al-Qur’ãn
menyarankan agar dicatat, dan ada saksi, lihatlah penjelasan ini pada Q.S. al-Baqarah/2: 282.
a. Syarat-Syarat Jual-Beli
Syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Islam tentang jual-beli adalah
sebagai berikut.
1) Penjual dan pembelinya haruslah:
a) ballig,
b) berakal sehat,
c) atas kehendak sendiri.
2) Uang dan barangnya haruslah:
a) halal dan suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan berhala, termasuk lemak
bangkai tersebut;
b) bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama dengan menyia-nyiakan
harta atau pemboros.
c) Keadaan barang dapat diserahter imakan. Tidak sah menjual barang yang tidak dapat
diserahterimakan.
d) Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembeli.
e) Milik sendiri, sabda Rasulullah saw., “Tak sah jual-beli melainkan atas barang yang
dimiliki.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
3) Ijab Qobul
Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.” Pembeli menjawab,
“Baiklah saya beli.” Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka. Rasulullah
saw. bersabda, “Sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama suka.” (HR. Ibnu Hibban)
Tokoh-Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern
Tokoh-tokoh yang memelopori gerakan pembaharuan dunia Islam, antara
lain: Muhammad bin Abdul Wahab, Syah Waliyullah, Muhammad Ali Pasya, Al-
Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida, Sayyid Ahmad
Khan, dan Sultan Mahmud II.
1. Muhammad bin Abdul Wahab
Di Arabia timbul suatu aliran Wahabiyah, yang mempunyai pengaruh pada pemikiran pembaharuan di
abad ke-19. Pencetusnya ialah Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) yang lahir di Uyainah, Nejd,
Arab Saudi. Di Kota Isfahan, ia sempat mempelajari filsafat dan tasawuf.

Ia berpendapat seperti berikut.


a. Yang boleh dan harus disembah hanyalah Allah Swt., dan orang yang
menyembah selain Allah Swt. telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh.
b. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya
karena mereka meminta pertolongan bukan lagi dari Allah, tetapi dari syekh
atau wali dari kekuatan gaib. Orang Islam demikian juga telah menjadi musyrik.
c. Menyebut nama nabi, syekh, atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga
merupakan syirik.
d. Meminta syafa’at selain dari kepada Allah Swt. adalah juga syirik.
e. Bernazar kepada selain dari Allah Swt. juga syirik.
f. Memperoleh pengetahuan selain dari al-Qur’ān, hadis dan qias (analogi)
merupakan kekufuran.
g. Tidak percaya kepada qada dan qadar Allah Swt. juga merupakan kekufuran.
h. Demikian pula menafsirkan al-Qur’ān dengan ta’w³l (interpretasi bebas)
adalah kufur.
Pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abd Wahhab yang mempunyai pengaruh
pada perkembangan pemikiran pembaharuan di abad ke-19 antara lain seperti
berikut.
a. Hanya al-Qur’ān dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran
Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
b. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c. Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.

2. Syah Waliyullah
Syah Waliyullah dilahirkan di Delhi pada tanggal 21 Februari 1703 M. Ia mendapatkan
pendidikan dari orang tuanya, Syah Abd Rahim, seorang sufi dan ulama yang memiliki madrasah.
Setelah dewasa, ia kemudian turut mengajar di madrasah itu. Selanjutnya, ia pergi naik haji dan selama
satu tahun di Hejaz ia sempat belajar pada ulama-ulama yang ada di Mekkah dan Madinah. Ia kembali ke
Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan pekerjaannya yang lama sebagai guru. Di samping itu, ia gemar
menulis buku dan banyak meninggalkan karya-karyanya, di antaranya buku Hujjatullāh Al-Bal³gah dan
Fuyun Al-Haramain. Di antara penyebab yang membawa kepada kelemahan dan kemunduran umat
Islam menurut pemikirannya adalah sebagai berikut.
a. Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan
menjadi sistem kerajaan.
b. Sistem demokrasi yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki
absolut.
c. Perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh berbagai pertentangan
aliran dalam Islam.
d. Adat istiadat dan ajaran bukan Islam masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
Di zaman Syah Waliyullah, penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa asing masih dianggap terlarang..
Karena masyarakat telah mau menerima terjemahan, putranya kemudian membuat terjemahan ke dalam
bahasa Urdu, bahasa yang lebih umum dipakai oleh masyarakat Islam daripada bahasa Persia.

3. Muhammad Ali Pasya


Muhammad Ali Pasya lahir di Kawala, Yunani pada tahun 1765 M adalah seorang keturunan Turki dan
meninggal di Mesir pada tahun 1849 M. Sebagaimana raja-raja Islam lainnya, Muhammad Ali juga
mementingkan soal yang bersangkutan dengan militer. Ia yakin bahwa kekuasaannya hanya dapat
dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer. Di samping itu, ia mengerti bahwa di belakang
kekuatan militer mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan dalam bidang
militer, dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan urusan militer. Jadi, ada dua hal yang penting
baginya, kemajuan ekonomi dan kemajuan militer. Kedua hal tersebut menghendaki ilmu-ilmu
modern yang telah dikenal orang di Eropa. Ide dan gagasan Muhammad Ali Pasya yang sangat inovatif
pada zamannya antar lain bahwa, untuk mendirikan sekolah-sekolah modern dan memasukkan ilmu-ilmu
modern dan sains ke dalam kurikulum. Sekolah-sekolah inilah yang kemudian yang dikenal sebagai
sekolah modern di Mesir pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Saat itu Mesir masih
mempunyai sistem pendidikan tradisional, yaitu kuttab, masjid, madrasah, dan jami’ al-Azhar. Sementara
itu ia melihat jika ia memasukkan kurikulum modern ke dalam lembaga pendidikan tradisional tersebut,
sangat sulit. Oleh karena itulah, ia mengambil jalan alternatif dengan cara mendirikan sekolah modern di
samping madrasah-madrasah tradisional yang telah ada pada masa itu masih tetap berjalan
4. Al-Tahtawi
Rifa’ah Baidawi Rafi’ Al-Tahtawi demikian nama lengkapnya. Beberapa pemikirannya tentang
pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a. Ajaran Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal
hidup di dunia. Umat Islam juga harus memperhatikan kehidupan dunia.
b. Kekuasaan raja yang absolut harus dibatasi oleh syariat, raja harus
bermusyawarah dengan ulama dan kaum intelektual.
c. Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan modern.
d. Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan modern agar
syariat dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat modern.
e. Pendidikan harus bersifat universal, misalnya wanita harus memperoleh
pendidikan yang sama dengan kaum pria. Istri harus menjadi teman dalam
kehidupan intelektual dan sosial.
f. Umat Islam harus dinamis dan meninggalkan sifat statis.
5. Jamaludin Al-Afgani
Jamaludin lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal dunia di
Istambul pada tahun 1897. Beberapa pemikiran Jamaludin Al-Afgani tentang pembaruan Islam adalah
sebagai berikut.
a. Kemunduran umat Islam tidak disebabkan karena Islam tidak sesuai dengan perkembangan
zaman dan perubahan kondisi. Kemunduran itu disebabkan oleh berbagai faktor.
b. Untuk mengembalikan kejayaan pada masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern,umat
Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang murni dan Islam harus dipahami dengan akal
serta kebebasan.
c. Corak pemerintahan otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan
demokratis. Kepala negara harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat
yang berpengalaman.
d. Tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Pan Islamisme atau rasa
solidaritas antarumat Islam harus dihidupkan kembali.
6. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh dilahirkan di Mesir pada tahun 1849 M. Bapaknya bernama Abduh Hasan
Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir.
Adapun ide-ide pembaruan Muhammad Abduh yang membawa dampak positif
bagi pengembangan pemikiran Islam adalah sebagai berikut.
a. Pembukaan pintu ijtihad. Menurut Muhammad Abduh, ijtihad merupakan
dasar penting dalam menafsirkan kembali ajaran Islam.
b. Penghargaan terhadap akal. Islam adalah ajaran rasional yang sejalan dengan
akal sebab dengan akal, ilmu pengetahuan akan maju.
c. Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara
yang bersangkutan.

7. Rasyid Rida
Rasyid Rida adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Beberapa pemikiran Rasyid Rida tentang
pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a. Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b. Umat Islam harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum Jabariyah.
c. Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan
prinsip umum.
d. Umat Islam menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e. Kemunduran umat Islam disebabkan banyaknya unsur bid’ah dan khurafat
yang masuk ke dalam ajaran Islam.
f. Kebahagiaan dunia dan akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan
Allah Swt.
g. Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h. Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang
agama dan politik.
i. Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam
menerapkan prinsip hukum Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
8. Sayyid Ahmad Khan
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai
berikut.
a. Kemunduran umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara menguasai
sains dan teknologi.
b. Ia berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunatullah yang tidak
berubah. Gabungan kemampuan akal, kebebasan manusia berkehendak dan berbuat, serta hukum alam
inilah yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
c. Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’ān dan hadis.
d. Ia menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
e. Ia berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari keterbelakangan adalah
pendidikan.
9. Sultan Mahmud II
Sultan Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam,
yaitu sebagai berikut.
a. Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya.
b. Menghapus pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c. Memasukkan kurikulum umum ke dalam lembaga-lembaga pendidikan
madrasah.
d. Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif yang mempersiapkan tenaga-tenaga administrasi, dan Maktebi
Ulum’i edebiyet yang mempersiapkan tenagatenaga ahli penerjemah.
e. Mendirikan sekolah kedokteran, militer dan teknik.
10. Muhammad Iqbal
Tetapi, pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai pengaruh pada
gerakan pembaruan dalam Islam. Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai
berikut.
a. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu
ijtihad tetap terbuka.
b. Umat Islam perlu mengembangkan sikap dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong umat Islam untuk
bergerak dan jangan tinggal diam.
c. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dan kejumudan dalam berpikir

Anda mungkin juga menyukai