C. Dalil Ukhuwah
ََّللاَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون ْ َ إِنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ إِ ْخ َوة ٌ فَأ
َّ ص ِل ُحوا بَيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا
Artinya :
”Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi.” (Qs. Al-Ma’idah : 32)
Hadits Terkait
“Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat)
bertanya, “Wahai Rasûlullâh, apakah itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Syirik kepada Allâh, sihir, membunuh jiwa yang Allâh haramkan
kecuali dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari
perang yang berkecamuk, menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang
menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. (HR Al-Bukhari :
2615, 6465 dan HR Muslim : 89)
BERPIKIR KRITIS DAN DEMOKRASI
Q.S. Ali-Imran/3:159
Artinya:
Arti perkata
Q.S. Ali 'Imran/3:190-191 berikut:
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-
orang yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring,
dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari
siksa api neraka”
Arti Perkata
Penerapan Tajwid:
IKHSAN
Isi Kandungan Al Qur’an Surat al Baqarah Ayat 83
Tentang Ihsan.
a. Pengertian Ihsan. Dari sisi kebahasaan,
Kata Ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-Yahsunu-Hasanan, artinya baik.
Kemudian mendapat tambahan hamzah di depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan,
artinya memperbaiki atau berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada umumnya diberi
pengertian dari kutipan percakapan Nabi Muhammad Saw. dengan malaikat Jibril ketika
beliau menjelaskan makna Ihsan, yaitu: سانُ َما قَا َل ِ ْ َّللاَ ت َ ْعبُدَ أ َ ْن قَا َل
َ ْاْلح َّ َفَإِنَّهُ ت ََراهُ ت َ ُك ْن لَ ْم فَإ ِ ْن ت ََراهُ َكأَنَّك
َ يَ َراكArtinya: (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu
tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu".
Jadi, Ihsan adalah menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan jika ia tidak
mampu membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan bahwa sesungguhnya Allah
Swt. melihat perbuatannya. Dengan kata lain, Ihsan adalah beribadah dengan ikhlas, baik
yang berupa ibadah khusus (seperti shalat dan sejenisnya) maupun ibadah umum
(aktivitas sosial).
b. Lafal Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 83 selain Allah Swt., dan berbuat baiklah
kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-oang miskin. Dan
bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.”
Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan
kamu (masih menjadi) pembangkang.” (QS. Al-Baqarah : 83)
c. Tafsir/Penjelasan Ayat. Dalam ayat di atas Allah Swt. mengingatkan Nabi
Muhammad Saw. atas janji Bani Israil yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka
tidak akan menyembah sesuatu selain Allah Swt.. Setelah itu disusul dengan perintah
berbuat baik kepada orangtua, amal kebajikan tertinggi, karena melalui kedua orangtua
itulah Allah Swt. menciptakan manusia. Sesudah Allah Swt. menyebut hak kedua
orangtua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga), yaitu berbuat kebajikan kepada
mereka. Kemudian Allah Swt. menyebut hak orang-orang yang memerlukan bantuan,
yaitu anak yatim dan orang miskin. Allah Swt. mendahulukan menyebut anak yatim
daripada orang miskin karena orang miskin dapat berusaha sendiri, sedangkan anak yatim
karena masih kecil belum sanggup untuk itu. Setelah memerintahkan berbuat baik kepada
orangtua, keluarga, anak yatim, dan orang miskin, Allah Swt. memerintahkan agar
mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Kemudian Allah Swt.
memerintahkan kepada Bani Israil agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat. Ruh
shalat itu adalah keikhlasan dan ketundukan kepada Allah Swt.. Tanpa ruh itu shalat tidak
ada maknanya apa apa. Orang-orang Bani Israil mengabaian ruh tersebut dari dulu hingga
turun al-Qur'an, bahkan sampai sekarang. Demikian juga dengan zakat. Kewajiban zakat
bagi kaum Bani Israil juga mereka ingkari. Hanya sedikit orang-orang yang mau mentaati
perintah Allah Swt. pada masa Nabi Musa dan pada setiap zaman. Pada akhir ayat ini
Allah Swt. menyatakan, “dan kamu (masih menjadi) pembangkang”. Ini menunjukkan
kebiasaan orang-orang Bani Israil dalam merespons perintah Allah Swt., yaitu
“membangkang”, sehingga tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka.
Hadis yang terkait dengan perintah berbuat Ihsan juga banyak sekali.
d. Setiap hadis yang mengandung perintah berbuat baik kepada sesama manusia,
melarang berbuat kerusakan, atau perintah beribadah kepada Allah Swt., itu semua
merupakan perintah berbuat Ihsan..
Isi kandungan dari surah Al-Luqman
ayat 13-14 dan Al-Baqarah ayat 83 hampir serupa yaitu, kita sebagai umat
manusia haruslah senantiasa mentauhidkan Allah SWT dan senantiasa menjauhi
perbuatan menyekutukan Allah. Selain perihal utama itu, kita sebagai umat
manusia juga diminta untuk senantiasa memenuhi hak-hak kedua orangtua kita yang
telah susah payah merawat kita dari janin hingga saat ini. Tidak hanya kedua
orangtua kita, kaum kerabat, anak yatim piatu, serta fakir miskin juga perlu
kita bantu hak-haknya dengan cara seperti berkata dan bertind
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah
ak yang baik,
menunaikan zakat, serta mendirikan shalat.
QS. Al-Luqman 13-14
ظ ْل ٌم َع ِظي ٌم
ُ َاَّللِ ۖ إِ َّن الش ِْركَ ل
َّ ِي ََل ت ُ ْش ِر ْك ب ُ َوإِذْ قَا َل لُ ْق َمانُ َِل ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِع
َّ َظهُ يَا بُن
Wa-idz qaala luqmaanu laabnihi wahuwa ya'izhuhu yaa bunai-ya laa tusyrik billahi
innasy-syirka lazhulmun 'azhiimun.
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Qs.
Al-Luqman : 13)
ير
ُ صِ ي ْال َم َ ِسانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍّن َوف
َّ َصالُهُ فِي َعا َمي ِْن أَ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَيْكَ إِل ِ ْ ص ْينَا
َ اْل ْن َّ َو َو
Wawash-shainaa-insaana biwaalidaihi hamalathu ummuhu wahnan 'ala wahnin wafishaaluhu fii
'aamaini aniisykur lii waliwaalidaika ilai-yal mashiir(u)
Artinya :
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Qs. Al-Luqman : 14)
ASMA’UL HUSNA
قَا َل ذَر أَ ِبى َع ْن: س ْو َل َيا ِ قَا َل ؟ اَْلَ ْن ِب َي: ُس ُل اَ ْلفًا َو ِع ْش ُر ْونَ َوا َ ْر َب َعةٌ ا َ ْلفٍّ ِمائَة
ُ اء ِعدَّة ُ َك ْم هللاِ َر ُّ َ سةَ ِمائ َ ٍّة ثَلَثَةُ ذَالِكَ ِم ْن ا
ُ لر َ َو َخ ْم
)أَحْ َمد َر َواهُ( َغ ِفي ًْرا َج ًّما َعش ََر
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau
menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul
sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar.
Tugas Rasul
Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt.
kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan,
penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah
swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin
Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk
menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang
dibawakannya.
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa:
a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid
ubudiyah).
b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi,
mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah
swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh
dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa
dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah
dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang
dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang
utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun
kepada yang lemah, dan sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang
digariskan Allah swt.
6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada
perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai
puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat
manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau terhadap
makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan yang tak
terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8)
Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya
sebagai berikut:
ي ه َُري َْرةَ اَ ِبى َع ْن
َ ض ُ م ص هللاِ َر: صا ِل َح ْل ُ ِِت َِم َم ب ُِعثْتُ ِإنَّ َما
ِ قَا َل َع ْنهُ هللاُ َر: س ْو ُل قَا َل ِ َاْْل َ ْخل
َ ق
َ ْ
(ُ) َحنبَل بن أحْ َمد َر َواه
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal)
IMAN KEPADA HARI AKHIR
A. Pengertian Iman Kepada Hari Akhir
Hari Akhir menurut bahasa artinya “Hari Penghabisan” (Q.S. al-Baqarāh/2:177),
juga disebut “Hari Pembalasan” (Q.S. al-Fātihah/1:4). Adapun menurut istilah, Hari
Akhir adalah hari mulai hancurnya alam semesta berikut isinya dan berakhirnya
kehidupan semua makhluk Allah Swt. Hari Akhir juga disebut hari Kiamat, yaitu
hari penegakan hukum Allah Swt. yang seadil-adilnya (Q.S. al-Mumtahanah/60:3).
Kebenaran akan datangnya Hari Akhir dapat ditemukan melalui kajian ayat-ayat
al-Qur’an, ilmu pengetahuan, dan panca indera. Melalui kajian akan kebenaran
adanya Hari Akhir, kalian dapat menghayati akan nilai-nilai keimanan kepada Hari
Akhir. Perhatikan Q.S. al-’Anbiya/21:97.
Secara umum pengertian iman kepada hari kiamat yaitu percaya dan yakin bahwa seluruh
alam semesta dan isinya akan hancur suatu saat nanti dan setelah itu akan ada kehidupan yang
kekal (akhirat).
Sedangkan menurut bahasa (etimologi) yaitu percaya akan datangnya hari kiamat (hari
akhir). Menurut istilah (terminologi) yaitu percayai dan yakin akan adanya kehidupan akhirat
yang kekal setelah kehidupan dunia ini.
Kiamat Sugra adalah kiamat kecil yang berupa rusaknya sebagian makhluk hidup maupun
lingkungan. Misalnya gempa, gunung meletus, dan sebagainya.
Tanda kiamat sugra diantaranya:
• Ilmu agama seakan tidak penting
• Banyak terjadi bencana alam di bumi
2. Kiamat Kubra (Besar)
Kiamat Kubra adalah kiamat besar yang merupakan hancurnya seluruh alam semesta dengan
semua isinya atau berakhirnya seluruh kehidupan makhluk di alam dan berlanjut ke kehidupan
yang kekal yaitu akhirat.
Tanda-tanda kiamat besar , antara lain :
• Matahari terbit dari barat
• Rusaknya Ka’bah
• Datangnya Ya’juj dan Ma’juj
• Munculnya Dajjal
C. Dalil Naqli Tentang Hari Kiamat/Akhir
Artinya:“ Dan (ingatlah) hari (ketika) di tiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang ada di
bumi, di langit dan segala yang ada di bumi, kecuali siapa yang di kehendaki Allah SWT. Dan
semua akan datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (QS. An-Naml Ayat 87)
Gambaran hari kiamat menurut Al- Qur’an
1. Bumi digoncangkan sekuat kuatnya hingga mengeluar kan isi yang dikandungnya (QS.
Al- Zalzalah : 1 – 5)
2. Matahari di gulung, bintang-bintang berjatuhan dan laut meluap. (QS. Al- Infithor : 1 – 3)
3. Gunung-gunung kemudian pecah berterbangan menjadi pasir (QS. Al- Haqqah : 14)
4. Manusia tidak dapat menolong manusia lainnya, bahkan seorang ayah terhadap anaknya
sendiri. (QS. Lukman : 33)
D. Hakikat Beriman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir merupakan rukun iman yang kelima yang harus diyakini
oleh setiap umat Islam. Segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap manusia,
baik maupun buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Oleh sebab
itu, keimanan kepada Hari Akhir hendaknya dijadikan landasan utama untuk menyadarkan diri
agar selalu taat kepada ajaran Allah Swt. Banyak ayat dan hadis yang memerintahkan kita agar
meyakini datangnya Hari Akhir, di antaranya adalah firman Allah Swt. pada Q.S. al-Baqarah/2:4
berikut:
Artinya: “dan mereka yang beriman kepada (al-Qurān) yang diturunkan kepadamu
(Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka
yakin akan adanya akhirat”.
Kemudian, dalam percakapan Rasulullah saw. dengan malaikat Jibril yang panjang
tentang iman, Islam, dan I¥s±n, beliau bersabda (ketika ditanya tentang iman):
Artinya: “Beliau menjawab: “Kamu beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk”. (H.R. Muslim).
Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa meyakini adanya Hari Akhir merupakan salah
satu ciri orang beriman. Adapun dalam penggalan hadis di atas, Rasulullah saw.
menyebutkan bahwa Hari Akhir sebagai salah satu perkara yang wajib diyakini,
yang kemudian disebut rukun iman.
Iman kepada Hari Akhir berarti percaya dengan penuh keyakinan bahwa
kehidupan yang kekal hanyalah di akhirat.
1. Makna Aurat
Menurut bahasa, aurat berati malu, aib, dan buruk. Kata aurat berasal dari kata awira yang
artinya hilang perasaan. Jika digunakan untuk mata, berarti hilang cahayanya dan lenyap
pandangannya. Pada umumnya, kata ini memberi arti yang tidak baik dipandang, memalukan
dan mengecewakan. Menurut istilah dalam hukum Islam, aurat adalah batas minimal dari bagian
tubuh yang wajib ditutupi karena perintah Allah Swt.
Secara etimologi, jilbab adalah sebuah pakaian yang longgar untuk menutup seluruh tubuh
perempuan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalam bahasa Arab, jilbab dikenal dengan
istilah khimar, dan bahasa Inggris jilbab dikenal dengan istilah veil. Selain kata jilbab untuk
menutup bagian dada hingga kepala wanita untuk menutup aurat perempuan, dikenal pula istilah
kerudung, hijab, dan sebagainya.Pakaian adalah barang yang dipakai (baju, celana, dan
sebagainya). Dalam bahasa Indonesia, pakaian juga disebut busana. Jadi, busana muslimah
artinya pakaian yang dipakai oleh perempuan. Pakaian perempuan yang beragama Islam disebut
busana muslimah. Berdasarkan makna tersebut, busana muslimah dapat diartikan sebagai
pakaian wanita Islam yang dapat menutup aurat yang diwajibkan agama untuk menutupinya,
guna kemaslahatan dan kebaikan wanita itu sendiri serta masyarakat di mana ia berada. Perintah
menutup aurat sesungguhnya adalah perintah Allah Swt. Yang dilakukan secara bertahap.
Perintah menutup aurat bagi kaum perempuan pertama kali diperintahkan kepada istri-istri Nabi
Muhammad saw. agar tidak berbuat seperti kebanyakan perempuan pada waktu itu (Q.S. al-
Ahzab/33:32-33). Setelah itu, Allah Swt. memerintahkan kepada istri-istri Nabi saw.
agar tidak berhadapan langsung dengan laki-laki bukan mahramnya (Q.S. al-
Ahzab/33:53). Selanjutnya, karena istri-istri Nabi saw. juga perlu keluar rumah untuk mencari
kebutuhan rumah tangganya, Allah Swt. memerintahkan mereka untuk menutup aurat apabila
hendak keluar rumah (Q.S. al-Ahzab/33:59). Dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan untuk
memakai jilbab, bukan hanya kepada istri-istri Nabi Muhammad saw. dan anak-anak
perempuannya, tetapi juga kepada istri-istri orang-orang yang beriman. Dengan demikian,
menutup aurat atau berbusana muslimah adalah wajib hukumnya bagi seluruh wanita
yang beriman.
MEMPERTAHANKAN KEJUJURAN
SEBAGAI CERMIN KEPRIBADIAN
Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat misalnya seperti berikut.
1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang ketika akan pergi ke mana pun.
2. Tidak meminta sesuatu di luar kemampuan kedua orang tua.
3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak
mengetahuinya.
4. Melaporkan prestasi hasil belajar meskipun dengan nilai yang kurang
memuaskan.
5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau
ujian sekolah.
6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran
ke sekolah.
7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain
meskipun barang tersebut tampak tidak begitu berharga.
8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang dapat menghalanginya.
9. Tidak menjanjikan sesuatu yang kita tidak dapat memenuhi janji tersebut.
10. Mengembalikan barang yang ditemukan kepada pemiliknya atau melalui pihak
yang bertanggung jawab.
11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati.
Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru.
Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul wālidain (berbakti kepada kedua orang tua), tidak
hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul wālidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu
pun bukanlah balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang
tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang
bersyukur.
Imam Adz-Dzahabi menjelaskan, bahwa birrul wālidain atau bakti kepada orang tua,
hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban: Pertama : Menaati segala
perintah orang tua, kecuali dalam maksiat. Kedua : Menjaga amanah harta yang dititipkan orang
tua, atau diberikan oleh orang tua. Ketiga : Membantu atau menolong orang tua bila mereka
membutuhkan. Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukan
tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua
orang tua dan guru.
Adapun hikmah yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan
guru, antara lain seperti berikut.
1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amal yang paling utama.
2. Apabila orang tua kita riḍa atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun riḍa.
3. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu
dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
4. Berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan
umur.
5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menjadikan kita dimasukkan ke
jannah (surga) oleh Allah Swt.
Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul wālidain, yaitu berbuat baik terhadap kedua orang
tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka
bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Allah Swt., Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan memperhatikan karya seseorang,
sebagaimana tersebut dalam Q.S.at-Taubah/9:105. at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa
kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan
oleh Allah Swt.. Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan
menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah Swt. menciptakan alam
beserta segala isinya diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari
alam ini, manusia harus berusaha dan bekerja keras.
Perilaku mulia dari pemahaman terhadap al-Qur’ān, hadis, dan ijtihād sebagai sumber hukum
Islam tergambar dalam aktivitas sebagai berikut.
1. Gemar membaca dan mempelajari al-Qur’ān dan hadis baik ketika sedang sibuk ataupun
santai.
2. Berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan ajaran-ajaran al-Qur’ān dan hadis.
3. Selalu mengonfirmasi segala persoalan yang dihadapi dengan merujuk kepada al-Qur’ān dan
hadis, baik dengan mempelajari sendiri atau bertanya kepada yang ahli di bidangnya.
4. Mencintai orang-orang yang senantiasa berusaha mempelajari dan mengamalkan ajaran-ajaran
al-Qur’ān dan Sunnah.
5. Kritis terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi dengan terus-menerus berupaya agar tidak
keluar dari ajaran-ajaran al-Qur’ān dan Sunnah.
6. Membiasakan diri berpikir secara rasional dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur’ān
dan hadis.
7. Aktif bertanya dan berdiskusi dengan orang-orang yang dianggap memiliki keahlian agama
dan berakhlak mulia.
8. Berhati-hati dalam bertindak dan melaksanakan sesuatu, apakah boleh dikerjakan ataukah
ditinggalkan.
9. Selalu berusaha keras untuk mengerjakan segala kewajiban serta meninggalkan dan menjauhi
segala larangan.
10. Membiasakan diri untuk mengerjakan ibadah-ibadah sunnah sebagai upaya menyempurnakan
ibadah wajib karena khawatir belum sempurna.
1. Pengertian al-Qur’ān
Dari segi bahasa, al-Qur’ān berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qirā’atan – qur’ānan, yang
berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Dari segi istilah, al-Qur’ān adalah Kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara
mutawattir, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-Fātihah dan diakhiri dengan surah
an-Nās, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. dan
sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat manusia. Allah Swt.
berfirman:
Artinya : “... dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa-apa yang
dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (Q.S. al-¦asyr/59:7)
Dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah dijelaskan,
bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan
sebagian harta kekayaannya berupa tanah milik dan melembagakan selama-lamanya untuk
kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai ajaran Islam. Menurut Jaih
Mubarok, dari definisi tersebut memperlihatkan tiga hal, berikut.
a. Wakif atau pihak yang mewakafkan secara perorangan atau badan hukum
seperti perusahaan atau organisasi kemasyarakatan.
b. Pemisahan tanah milik belum menunjukkan pemindahan kepemilikian
tanah milik yang diwakafkan.
c. Tanah wakaf digunakan untuk kepentingan ibadah atau keperluan umum
lainnya sesuai ajaran Islam.
2. Rukun dan Syarat Wakaf
Adapun rukun wakaf ada empat, seperti berikut.
a. Orang yang berwakaf (al-wakif), dengan syarat-syarat sebagai berikut.
1) Memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan
harta itu kepada siapa yang ia kehendaki.
2) Berakal, tidak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang
sedang mabuk.
3) Balig.
4) Mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh,
orang yang sedang bangkrut (muflis) dan orang lemah ingatan tidak sah
mewakafkan hartanya.
b. Benda yang diwakafkan (al-mauquf), dengan syarat-syarat sebagai berikut.
1) Barang yang diwakafkan itu harus barang yang berharga.
2) Harta yang diwakafkan itu harus diketahui kadarnya. Jadi, apabila harta itu
tidak diketahui jumlahnya (majhul), pengalihan milik pada ketika itu tidak sah.
3) Harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif).
4) Harta itu harus berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan)
atau disebut juga dengan istilah gaira śai’.
c. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi) atau sekelompok
orang/badan hukum yang disertai tugas mengurus dan memelihara barang wakaf (nazir). Dari segi
klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, yaitu seperti berikut.
1) Tertentu (mu’ayyan), yaitu jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua
orang, atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh diubah. Persyaratan bagi
orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia adalah orang yang
boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik). Maka, orang muslim, merdeka dan kafir zimni
(non muslim yang bersahabat) yang memenuhi syarat ini, boleh memiliki harta wakaf. Adapun
orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf.
Zakat adalah pengeluaran harta yang dimiliki seseorang ketika sudah mencapai niśab (kadarnya) dan
haul (waktunya). Besarnya harta yang dikeluarkan disesuaikan dengan harta zakatnya. Śadaqah dan
infak adalah cara mengeluarkan harta yang dimiliki seseorang dengan tidak ditentukan kadar dan
waktunya. Adapun wakaf ialah memberikan harta berupa benda yang dapat dimanfaatkan oleh orang
banya, baik harta tersebut tetap maupun bergerak. Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari orang-
orang yang memberikan wakaf untuk kepentingan umat. Berikut adalah contoh perilaku yang
mencerminkan sifat kedermawanan dalam membantu orang lain dalam bentuk wakaf.
1. Mewakafkan buku-buku pelajaran untuk diberikan ke perpustakan sekolah.
2. Mewakafkan pakaian layak pakai, termasuk seragam sekolah yang tidak dipakai
lagi kepada yang membutuhkan.
3. Mewakafkan al-Qur’ān untuk diberikan kepada masjid terdekat.
4. Mewakafkan mukena, kain sarung, kapet dan sebagainya sebagai sarana
perlengkapan śalat.
5. Mewakafkan sebidang tanah untuk dijadikan fasilitas umum.
JENAZAH
A. Perawatan Jenazah
Apabila seseorang telah dinyatakan positif meninggal dunia, ada beberapa hal yang harus disegerakan
dalam pengurusan jenazah oleh keluarganya, yaitu: memandikan, mengafani, menyalati dan
menguburnya. Namun, sebelum mayat itu dimandikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terhadap
kondisi jenazah, yaitu seperti berikut.
1. Pejamkanlah matanya dan mohonkanlah ampun kepada Allah Swt. atas segala dosanya.
2. Tutuplah seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan dan agar tidak kelihatan
auratnya.
3. Ditempatkan di tempat yang aman dari jangkauan binatang.
4. Bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya tidak dilarang mencium si mayat.
B. Memandikan Jenazah
1. Syarat-syarat wajib memandikan jenazah
a. Jenazah itu orang Islam. Apa pun aliran, mazhab, ras, suku, dan profesinya.
b. Didapati tubuhnya walaupun sedikit.
c. Bukan mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela agama Islam
seperti yang terjadi pada masa Nabi Muhammad saw.).
2. Yang berhak memandikan jenazah
a. Apabila jenazah itu laki-laki, yang memandikannya hendaklah laki-laki
pula. Perempuan tidak boleh memandikan jenazah laki-laki, kecuali istri
dan mahram-nya.
b. Apabila jenazah itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan
pula, laki-laki tidak boleh memandikan kecuali suami atau mahram-nya.
c. Apabila jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahram-nya ada
semua, suami lebih berhak untuk memandikan istrinya.
d. Apabila jenazah itu seorang suami, sementara istri dan mahram-nya ada
semua, istri lebih berhak untuk memandikan suaminya.\
Berikut ini tata cara memandikan jenazah.
a. Di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-orang yang memandikan dan yang
mengurusnya saja.
b. Mayat diletakkan di tempat yang tinggi seperti dipan.
c. Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terbuka.
d. Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lantas disapu perutnya
sambil ditekan pelan-pelan agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan
dengan tangan kirinya, dianjurkan mengenakan sarung tangan. Dalam hal
ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran si
mayat.
e. Setelah itu hendaklah mengganti sarung tangan untuk membersihkan mulut dan gigi si
mayat
f. Membersihkan semua kotoran dan najis.
g. Mewudhukan, setelah itu membasuh seluruh badannya.
h. Disunahkan membasuh tiga sampai lima kali.
Pengertian Khutbah, Tabl³g, dan Dakwah
Makna khutbah, tabl³g, dan dakwah hampir sama, yaitu menyampaikan pesan
kepada orang lain. Secara etimologi (lugawi/bahasa), makna ketiganya dapat
diuraikan sebagai berikut.
3. Dakwah berasal dari kata: yang berarti memanggil, menyeru, mengajak pada
sesuatu hal. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain, seseorang atau lebih ke
jalan Allah Swt. secara lisan atau perbuatan. Di sini dikenal adanya da’wah billisān dan da’wah
bilhāl. Kegiatan bukan hanya ceramah, tetapi juga aksi sosial yang nyata. Misalnya, santunan anak
yatim, sumbangan
untuk membangun fasilitas umum, dan lain sebagainya
B. Macam-Macam Mu’āmalah
Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang macam-macam mu’āmalah, di
sini akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.
1. Jual-Beli
Jual-beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar-menukar benda untuk
memiliki benda tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan. Apabila jual-beli itu menyangkut
suatu barang yang sangat besar nilainya, dan agar tidak terjadi kekurangan di belakang hari, al-Qur’ãn
menyarankan agar dicatat, dan ada saksi, lihatlah penjelasan ini pada Q.S. al-Baqarah/2: 282.
a. Syarat-Syarat Jual-Beli
Syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Islam tentang jual-beli adalah
sebagai berikut.
1) Penjual dan pembelinya haruslah:
a) ballig,
b) berakal sehat,
c) atas kehendak sendiri.
2) Uang dan barangnya haruslah:
a) halal dan suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan berhala, termasuk lemak
bangkai tersebut;
b) bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama dengan menyia-nyiakan
harta atau pemboros.
c) Keadaan barang dapat diserahter imakan. Tidak sah menjual barang yang tidak dapat
diserahterimakan.
d) Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembeli.
e) Milik sendiri, sabda Rasulullah saw., “Tak sah jual-beli melainkan atas barang yang
dimiliki.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
3) Ijab Qobul
Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.” Pembeli menjawab,
“Baiklah saya beli.” Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka. Rasulullah
saw. bersabda, “Sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama suka.” (HR. Ibnu Hibban)
Tokoh-Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern
Tokoh-tokoh yang memelopori gerakan pembaharuan dunia Islam, antara
lain: Muhammad bin Abdul Wahab, Syah Waliyullah, Muhammad Ali Pasya, Al-
Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida, Sayyid Ahmad
Khan, dan Sultan Mahmud II.
1. Muhammad bin Abdul Wahab
Di Arabia timbul suatu aliran Wahabiyah, yang mempunyai pengaruh pada pemikiran pembaharuan di
abad ke-19. Pencetusnya ialah Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787) yang lahir di Uyainah, Nejd,
Arab Saudi. Di Kota Isfahan, ia sempat mempelajari filsafat dan tasawuf.
2. Syah Waliyullah
Syah Waliyullah dilahirkan di Delhi pada tanggal 21 Februari 1703 M. Ia mendapatkan
pendidikan dari orang tuanya, Syah Abd Rahim, seorang sufi dan ulama yang memiliki madrasah.
Setelah dewasa, ia kemudian turut mengajar di madrasah itu. Selanjutnya, ia pergi naik haji dan selama
satu tahun di Hejaz ia sempat belajar pada ulama-ulama yang ada di Mekkah dan Madinah. Ia kembali ke
Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan pekerjaannya yang lama sebagai guru. Di samping itu, ia gemar
menulis buku dan banyak meninggalkan karya-karyanya, di antaranya buku Hujjatullāh Al-Bal³gah dan
Fuyun Al-Haramain. Di antara penyebab yang membawa kepada kelemahan dan kemunduran umat
Islam menurut pemikirannya adalah sebagai berikut.
a. Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan
menjadi sistem kerajaan.
b. Sistem demokrasi yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki
absolut.
c. Perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh berbagai pertentangan
aliran dalam Islam.
d. Adat istiadat dan ajaran bukan Islam masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
Di zaman Syah Waliyullah, penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa asing masih dianggap terlarang..
Karena masyarakat telah mau menerima terjemahan, putranya kemudian membuat terjemahan ke dalam
bahasa Urdu, bahasa yang lebih umum dipakai oleh masyarakat Islam daripada bahasa Persia.
7. Rasyid Rida
Rasyid Rida adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Beberapa pemikiran Rasyid Rida tentang
pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a. Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b. Umat Islam harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum Jabariyah.
c. Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan
prinsip umum.
d. Umat Islam menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e. Kemunduran umat Islam disebabkan banyaknya unsur bid’ah dan khurafat
yang masuk ke dalam ajaran Islam.
f. Kebahagiaan dunia dan akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan
Allah Swt.
g. Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h. Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang
agama dan politik.
i. Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam
menerapkan prinsip hukum Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
8. Sayyid Ahmad Khan
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai
berikut.
a. Kemunduran umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara menguasai
sains dan teknologi.
b. Ia berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunatullah yang tidak
berubah. Gabungan kemampuan akal, kebebasan manusia berkehendak dan berbuat, serta hukum alam
inilah yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
c. Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’ān dan hadis.
d. Ia menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
e. Ia berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari keterbelakangan adalah
pendidikan.
9. Sultan Mahmud II
Sultan Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam,
yaitu sebagai berikut.
a. Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya.
b. Menghapus pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c. Memasukkan kurikulum umum ke dalam lembaga-lembaga pendidikan
madrasah.
d. Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif yang mempersiapkan tenaga-tenaga administrasi, dan Maktebi
Ulum’i edebiyet yang mempersiapkan tenagatenaga ahli penerjemah.
e. Mendirikan sekolah kedokteran, militer dan teknik.
10. Muhammad Iqbal
Tetapi, pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai pengaruh pada
gerakan pembaruan dalam Islam. Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai
berikut.
a. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu
ijtihad tetap terbuka.
b. Umat Islam perlu mengembangkan sikap dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong umat Islam untuk
bergerak dan jangan tinggal diam.
c. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dan kejumudan dalam berpikir