Anda di halaman 1dari 2

Stomata Sebagai Pengatur Tingkat Transpirasi

Pada umumnya daun mempunyai permukaan yag luas sehingga penyerapan cahaya lebih banyak
dengan rasio volume tinggi. Hal ini membantu penyerapan CO2 dan pada saat menghasilkan O2.
Karbondioksidan menyebar ke stomata melalui sarang lebah yang terdiri dari sel-sel mesofil sepon. Oleh
karena bentuk yang biasanya tidak beraturan maka luas permukaan internal daun 10-30 kali lebih besar
dibanding luas permukaan di eksternal daun. Meskipun luas pemukaan membuat meningkatnya lju
fotosintesis, hal ini juga membuat terjadinya penguapan melalui stomata. Dengan membuka dan
menutupnya stomata mampu membantu menyeimbangkan sirkulasi air pada tumbuhan dan membantu
penyempurnaan proses fotosintesis. Sekitar 95% air yang hilang dari tanaman hilang melalui stomata.
Kutikula lilin membatasi hilangnya air melalui sisa permukaan daun. Setiap stoma diapit oleh sepasang
sel penjaga.sehingg dapat memperlebar atau mempersempit celah antar pasangan sel penjaga. Sel
penjaga mengontrol diameter stoma dengan mengubah bentuk, Kepadatan stomata daun, yang
mungkin setinggi 20.000 per sentimeter persegi, dipengaruhi oleh kontrol genetik dan lingkungan.
Sebagai contoh, sebagai hasil dari evolusi oleh seleksi alam, tanaman gurun secara genetik diprogram
untuk memiliki kepadatan stomata lebih rendah daripada tanaman rawa. Eksposur cahaya tinggi dan
tingkat CO2 yang rendah selama pengembangan daun mengarah ke peningkatan kepadatan di banyak
spesies.

Mekanisme Pembukaan dan penutupan stomata


Mekanisme membuka menutupnya stomata terutama tergantung pada akumulasi ion K+ pada sel
stomata dan bukan semata-mata oleh adanya hidrolisa amilum menjadi gula sebagaimana dipercaya
selama ini, hidrolisa amilum ini hanya faktor sekunder. Untuk akumulasi K+ ini disediakan sebagian oleh
vakuola sel lateral dan sebagian lagi oleh sel epidermis. Akumulasi K+ ini akan berbalik bila stomata
menutup, yaitu K+ berakumulasi di sel epidermis. Tidak ada perbedaan elektro potensial yang menyolok
antara setiap sel epidermis dan bagaimanapun keadaan stomata, K+ ditransport secara aktif dan ketika
stomata membuka atau menutup memerlukan energi.

Asam malat adalah hasil yang paling umum didapati pada keadaan normal. Karena ion hydrogen
diperoleh dari asam organic, pH di sel penjaga akan turun (akan menjadi semakin asam), jika H+ tidak
ditukar dengan K+ yang masuk. Suatu penelitian menunjukkan bahwa turgor sel penjaga berkaitan
dengan metabolisme penyerapan ion, terutama K+. Meningkatnya konsentrasi K+ pada sel penjaga,
stomata membuka lebih lebar sebaliknya ketika menutup tidak terjadi akumulasi K+.

Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion Kalium (K+) pada sel penjaga. Ion Kalium ini
berasal dari sel tetangganya. Cahaya sangat berperan merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga
dan jika tubuhan ditempatkan dalam gelap, maka ion kalium akan kembali keluar sel penjaga. Ketika ion
kalium masuk ke dalam sel penjaga, sejumlah yang sama ion hidrogen keluar, dimana ion hidroogen
tersebut berasal dari asam-asam organik yang disintesis ke dalam sel penjaga sebagai suatu
kemungkinan faktor penyebab terbukanya stomata. Asam organik yang disintesis pada umumnya adalah
asam malat dimana ion-ion hidrogen terkadung di dalamnya.

Faktor-faktor yg mempengaruhi membuka/menutupnya stomata adalah Karbondioksida (CO2), Cahaya,


Suhu, Potensial air daun, Kelembapan, Angin, Laju fotosintesis, Asam absisat (ABA), Jam biologis, Water
stress
Stimuli untuk Pembukaan dan Penutupan Stomata
Umumnya, stomata terbuka pada siang hari dan pada malam hari. Hal itu terjadi untuk mencegah
tumbuhan kehilangan air saat tidak melakukan fotosintesis. Syarat agar stomata terbuka adalah adanya
cahaya, adanya penipisan CO2 didalam tumbuhan, serta terdapat jam “internal” sel penjaga. Maksud
dari sel penjaga disini adalah sel penjaga memiliki ritme tersendiri dalam waktu membuka dan menutup
stomata. Ritme ini terjadi apabila tumbuhan berada di keadaan yang lokasinya gelap. Cahaya
menstimulasi sel penjaga untuk mengumpulkan ion K+ dan menjadi turgid. Ini dipicu oleh reseptor
cahaya biru pada membrane plasma sel penjaga. Aktivasi dari reseptor ini menstimulasi aktivitas pompa
proton pada membrane plasma sel penjaga yang mendukung terjadinya penyerapan ion K+

Stomata juga membuka sebagai respon terjadinya pengurangan CO2 dengan ruang udara sebagai hasil
fotosintesis. Jika CO2 mengalami penurunan terus menerus, stomata akan membuka secara bertahap
jika suplai air di daun cukup. Saat tumbuhan kekurangan air juga dapat membuat stomata menutup. Ini
disebabkan oleh hormone asam absisik (abscisic acid (ABA)) yang diproduksi oleh akar dan daun sebagai
respon tumbuhan kekeringan air. Hormon ABA memberi sinyal ke sel penjaga untuk menutup stomata.
Respon yang diberikan hormone ABA ini mengurangi kelayuan pada tumbuhan tapi juga membatasi
penyerapan CO2 sehingga memperlambat fotosintesis. Ketersediaan air terikat kuat dengan
produktivitas tanaman. Bukan karena air dibutuhkan sebagai substrat dalam fotosintesis, melainkan
karena air yang tersedia secara bebas membuat tanaman bisa menjaga stomata tetap terbuka untuk
menyerap lebih banyak CO2.

Sel penjaga yang mengontrol transpirasi tumbuhan berdasarkan integrasi berbagai rangsangan eksternal
dan internal. (Urry dkk, 2017)

Anda mungkin juga menyukai