Anda di halaman 1dari 18

PENGELOLAAN BAHAN KIMIA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Laboraturium yang dibina oleh Dra.
Amy Tenzer, M.S dan Fauzi Akhbar Anugrah, S.Si., M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 4 Offering B Tahun 2019

Andien Sahira Fitrinia (190341621696)


Aqmarina Almas Izzaty (190341621647)
Dhani Zummar Setyonoaji (190341621701)
Mala Oktavia (190341621644)
Nur Ita Veramasari (190341621620)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Agustus 2019
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Bahan kimia merupakan zat murni ataupun campuran yang tersusun atas beragam
element-element kimiawi. Bahan kimia merupakan materi belajar yang harus ada dalarn
laboratoriurn kimia. Pada dasarnya semua bahan kirnia itu racun. Namun dengan
pengelolaan bahna kimia yang benar dan tepat, tingkat bahaya sebagai bahan beracun
dapat ditanggulangi atau dikurangi. Untuk itu dibutuhkan suatu pengelolaan bahan kimia
yang benar dan tepat.

Makalah ini akan membahas tentang pemgelolaan bahan kimia di dalam laboraturium.
Mulai dari Penyediaan bahan. Penyimpanan, perawatan, hingga pembuangan bahan kimia
yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengelolaan bahan kimia?

2. Apa pentingnya pengelolaan bahn kimia di laboraturium?

3. Siapa yang bertanggung jawab mengelola bahan kimia di laboraturium?

4. Bagaimana cara pengelolaan bahan kimia di laboraturium?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian pengelolaan bahan kimia.

2. Mengetahui pentingnya pengelolaan bahn kimia di laboraturium.

3. Mengetahui siapa yang bertanggung jawab mengelola bahan kimia di laboraturium.

4. Mengetahui bagaimana cara pengelolaan bahan kimia di laboraturium.


BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Pengelolaan Bahan Kimia

Menurut KBBI pengelolaan adalah 1)proses, cara, perbuatan mengelola. 2)melakukan


kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain. 3)yang membantu merumuskan
dan tujuan organisasi. 4)yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Jadi pengelolaan adalah proses pendayagunaan
sumber daya secara efektif dan efisien secara optimal sesuai dengan fungsi dan tujuannya.

Pengelolaan banhan kimia merupakan bagian dari manajemen laboratorium kimia.


Manajemen Laboratorium (Laboratory Management) adalah usaha untuk mengelola
laboratorium berdasar konsep manajemen baku. Bagaimana suatu laboratorium dapat
dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang sangat berkaitan satu
dengan lainnya. Dalam hal ini tentu saja berkaitan dengan pengelolaan bahan kimia itu
sendiri.

Secara teoretis keberadaan laboratorium diharapkan mampu menunjang kegiatan-


kegiatan yang berpusat pada pengembangan keterampilan tertentu, antara lain
keterampilan proses, keterampilan motorik dan pembentukan sikap ilmiah, khusus-nya
pengembangan minat untuk melakukan penyelidikan, penelitian dan minat mempelajari
alam secara lebih mendalam (Hudha, 2002:2)

Di laboraturium kimia khususnya yang ada di lembaga pendidikan, pengelolaan bahan


kimia diperlukan untuk menunjang prosen belajar mengajar. Pengetahuan tentang
pengelolaan bahan kimia dimaksutkan agar guru/dosen serta siswa mampu menangani
bahan kimia secara baik.

Berikut ini pentingnya pengelolaan bahan kimia di laboraturium

1. Penghematan biaya pengadaan bahan dan alat laboraturium

2. Mengurangi pencemaran lingkungan akibat libah bahan kimia

3. Meningkatkan efiktifitas dan keafisiensian dalam praktikum

4. Meningkatkan keselamatn dan kesehatan praktikan


B. Penyimpanan dan Perawatan Bahan Kimia di Laboraturium

Seperti yang telah dipelajari sebelumnya bahwa setiap laboraturium memiliki


pengelola atau penanggung jawab. Berdasarkan Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008,
standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah mencakup kepala laboratorium
sekolah/madrasah, teknisi laboratorium sekolah/madrasah, dan laboran
sekolah/madrasah.Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
26 Tahun 2008 mengenai kemampuan merencanakan dan mengembangkan laboratorium,
mengelola kegiatan laboratorium dan tenaga laboratorium, memantau kegiatan
laboratorium beserta sarana dan prasarana, dan mengevaluasi kegiatan laboratorium serta
aktivitas tenaga laboratorium lainnya.

Jumlah pengelola disesuaikan deng banyaknya praktikan. Pembinaan pengelola


laboratorium sesuai dengan bidang dan tanggung jawabnya perlu terus menerus dilakukan
agar semakin meningkat keterampilan dan pemahamannya tentang peranan laboratorium
dalam menunjang proses belajar mengajar, serta bagaimana memanfaatkan dan merawat
fasilitas, alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum.

C. Pengelolaan Bahan Kimia

Bahan kimia di laboraturium perlu dikelola dengan baik untuk terus menjaga mutu
dan kualitas banhan tersebut. Pengelolaan bahan kimia diantaranya meliputi

1. Penyediaan alat dan bahan

2. Penyimpanan bahan kimia

Teknik penyimpanan yang baik dapat menjamin tercegahnya kehilangan isi dari
wadahnya, perubahan sifat fisika dan kimia, terjadi interaksi antara materi bahan, dan
dapat tercegah dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan dari bahan yang disimpan.

 Beberapa hal yang harus diperhatikan tentang ruang penyimpanan bahan kimia

a. Ruangan Harusu mempunyai sirkulasi udara yang bik

b. Bila memungkinkan disertai dengan pendingin ruangan / AC

c. Tidak boleh gelap dan terkena sinar matahari langsung

d. Ada almari khusus asam dan rak/lemari khusus reagen


e. Disusun dengan rapih

f. Bila memungkinkan ruangan lebih dari satu

g. Pastikan lantai tempat menyimpan bahan-bahan kimia terbuat dari material yang
tidak rembes (misalnya semen,beton) untuk mencegah kontaminasi terhadap
tanah dan air tanah bila terjadi penumpahan.

 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan kimia

a. Membuat daftar bahan kimia yang disimpan.

b. Menempel lemari penyimpan bahan kimia berbahaya dan beracun ke tembok.

c. Menutup dan mengunci pintu lemari penyimpan.

d. Menyediakan pemisah bebas korosif untuk cairan mudah terbakar, zat asam
inorganik terkonsentrasi dan cairan basa panas.

e. Alat pemadam kebakaran diletakan dekat dengan tempat penyimpanan bahan-


bahan kimia.

f. Mmemberi pagar pengaman pada rak yang tinggi.

g. Pengawasan & Pembatasan akses ke ruang penyimpanan.

h. Pastikan semua wadah bahan kimia sudah tertutup rapat.

i. Kategorikan penyimpanan bahan-bahan kimia dalam kelompok yang sesuai untuk


menhindari kemungkinan terjadinya reaksi antar zat ( uap) yang dapat
menyebabkan kebakaran/ledakan.

 Cara penyimpanan bahan kimia secara umum dapat dibagi ke dalam 3 cara, yaitu

a. Secara alfabet (Alphabetical Method), bahan kimia disimpan dalam botol serta
sisususn berdasarkan urutan alfabet.

b. Berdasarkan golongan (Family Method), botol-boyol disusun sesuai sister


periodik, misalnya alkali ditempatkan bersama alkali.

c. Secara kelompok (Grub Method), botol-botol diurutkan bedasarkan dalam


analisis kualitatif.

 Penyimpanan bahan kimia berdasarkan sifatnya

a. Bahan mudah terbakar


Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika kena
udara, kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain.
Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan terbakar
sendiri jika kena udara

Syarat penyimpanan:

- Temperatur dingin dan berventilasi

- Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok

- Tersedia alat pemadam kebakaran

b. Bahan pengoksidasi

Bahan ini menumbulkan reaksi eksotermis yang sangat tinggi apabila


bereaksi dengan bhan-bahan lain, terutama bahan mudah terbakar. Beberapa
bahan pengoksidasi hanya menimbulkan api/kebakaran, namun karena
kemampuannya bergabung dengan oksigen dan sifatnya yang tidak tahan pans
maka bahan tersebut semakin berbahaya di suhu tinggi Contoh: perklorat,
permanganat, peroksida organik

Syarat penyimpana:

- Temperatur ruangan dingin dan berventilasi

- Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok

- Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor

c. Bahan mudah meledak

Peroksida murni sering meyebabkan ledakan, namun karena bahan ini


biasanya tersedia dalam jumlah kecil dan dicampur inert maka bahan ini sering
dianggap mudah terbakar. Bahan mudah meledak sering kali menyebabkan
ledakan apabila tercampur/bereaksi dengan bhan lain. Contoh bahan kimia mudah
meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT.

Syarat penyimpanan:

- Ruangan dingin dan berventilasi

- Jauhkan dari panas dan api


- Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

- Bahan diisi penuh di botol, hanya sisakan udara sedikit saja(1/8)

- Hindari melakukan percobaab di tempat terbuka

d. Bahan radioaktif

Biasanya bahan ini tidak terdapat di laboraturium sekolah, kalaupun ada


biasanya hanya dalam jumlah sedikit. Untuk itu kita perlu mengetahui cara
penyimpanan bahan tersebut. Contoh: Karbon radioaktif, Uranium, Thorium, dan
Polonium.

Syarat penyimpanan:

- Disimpan dalam lemari terkunci dan diberi tanda dan catatan penyimpanan

- Hindari kontak langsung atai terlalu lama di dekat bahan

- Bahan dengan radioaktif tinggi dapat disempan di luar gedung dengan pelindung
yang memadai dan terhindar dari api

e. Bahan korosif

Bahan korosif umumnya berupa cairan dan tidak dapat terbakar, namun sering
menimbulkan panas dan nyala api jika terkena udara atau uap air. Bahan ini dapat
merusak dan mengakibatkan cacat permanen pada jaringan yang terkena korisif.

Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Syarat
penyimpanan:

- Ruangan dingin dan berventilasi

- Wadah tertutup dan beretiket

- Dipisahkan dari zat-zat beracun

f. Bahan beracun

Demi keamanan sebaiknya kita mengganggab sebua bahan kimia beracun.


Bahan beracun dikelompokan kedalam 3 kelompok yaitu bahan beracun yang
masuk melalui mulut, absorpsi kulit, dan pernapasan. Contoh: sublimate (HgCl2),
persenyawaan sianida, arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.

Syarat penyimpanan:

- Ruangan dingin dan berventilasi

- Jauh dari bahaya kebakaran

- Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi

- Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan

- Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan

Seperti diuraikan sebelumnya, ada bahan-bahan kimia yang tidak boleh dicampur
dalam penyimpananya, seperti asam dengan bahan yang beracun, bahan mudah terbakar
dengan oksidator. Bahan-bahan demikian disebut bahan incompatible dan harus disimpan
secara terpisah.Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan adalah
lamanya waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan
membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan
semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran
adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam
penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah
inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan

D. Peralatan Keselamatan

Laboratorium merupakan tempat kerja yang memiliki banyak potensi bahaya yang
bisa disebabkan oleh larutan kimia, ledakan reaksi kimia, dan panas dari peralatan. Maka
dari itu, praktikan yang bekerja di sebuah laboratorium kimia harus mempersiapkan
peralatan keselamatn kerja. Peralatan tersebut terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
a) Perlengkapan sehari-hari

Yaitu perlengkapan yang digunakan sehari-hari sebagai perlindungan untuk


mengantisipasi bahan-bahan yang diketahui berbahaya. Adapun diataranya sebgai
berikut:

1. Alarm kebarakaran 4. Botol pencuci mata


2. Alat dan bahan pemadam kebakaran 5. Pintu darurat
3. Pancuran keselamatan 6. Selimut kebarak

b) Alat perlindungan diri

Adalah alat yang digunakan untuk melindungi diri pada saat bekerja dengan zat-
zat kimia. Semua alat kesehatan tersebut harus dapat berfungsi dengan baik. Berikut
beberapa alat perlindungan diri di laboratorium:

1. Jas laboratorium

Lab coat atau jas laboratorium berfungsi melindungi badan dari percikan
bahan kimia. Jenisnya ada dua yaitu jas lab sekali pakai dan jas lab berkali-kali
pakai. Jas lab sekali pakai umumnya digunakan di laboratorium bilogi dan hewan,
sementara jas lab berkali-kali pakai digunakan di laboratorium kimia.

2. Kacamata keselamatan

Kacamata keselamatan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu clear safety glasses dan
clear safety goggles. Clear safety glasses merupakan kacamata yang digunakan
untuk melindungi mata dari percikan larutan kimia atapun debu. Sedangkan clear
safety goggles digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia.

3. Sepatu keselamatan
Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika bekerja di laboratorium.
Karena keduanya tidak bisa melindungi kaki ketika larutan atau bahan kimia yang
tumpah. Sepatu biasa umumnya sudah cukup untuk digunakan sebagai pelindung.
Namun, di laboratorium tertentu sepatu yang digunakan adalah sepatu
keselamatan yang tahan api dan tekanan tertentu. Selain itu, terkadang disediakan
juga plastik alas sepatu untuk menjaga kebersihan laboratorium jika sepatu
tersebut digunakan untuk keluar dari laboratorium.

4. Pelindung Muka
Pelindung muka (face shield) digunakan untuk melindungi muka dari panas,
api, dan percikan material panas. Alat ini biasa digunakan saat mengambil alat
laboratorium yang dipanaskan di tanur suhu tinggi, melebur sampel tanah di alat
peleburan skala lab, dan mengambil peralatan yang dipanaskan dengan autoclave.

5. Masker gas
Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan bisa mengeluarkan gas
berbahaya. Oleh karena itu, masker gas sangat perlu digunakan sehingga gas
berbahaya tersebut tidak terhirup. Dilihat dari jenisnya, masker gas bisa berupa
masker gas biasa yang terbuat dari kain dan masker gas khusus yang dilengkapi
material penghisap gas. Masker gas biasa umumnya digunakan untuk keperluan
umum, misalnya membuat larutan standar. Sementara itu, masker gas khusus
digunakan saat menggunakan larutan atau bahan kimia yang memiliki gas
berbahaya, misalnya asam klorida, asam sulfat, dan asam sulfida.
6. Kaos tangan
Kaos tangan atau glove melindungi tangan dan jari dari ceceran larutan kimia
yang bisa membuat kulit gatal atau melepuh. Macam-macam kaos tangan yang
digunakan di laboratorium biasanya terbuat dari karet alam, nitril, dan neoprene.
Terkait kaos tangan yang terbuat dari karet alam, ada yang dilengkapi dengan
serbuk khusus dan tanpa serbuk. Serbuk itu umumnya terbuat dari tepung kanji
dan berfungsi untuk melumasi kaos tangan agar mudah digunakan.

c) Simbol-Simbol Bahaya di Laboratorium


Simbol bahaya adalah simbol yang dirancang untuk memperingatkan tentang
bahan berbahaya, lokasi, atau benda, termasuk arus listrik, racun, dan hal-hal lain.
Penggunaan simbol-simbol bahaya diatur oleh hukum dan diarahkan oleh organisasi
standar. Simbol bahaya mungkin muncul dengan warna yang berbeda, latar belakang,
perbatasan dan informasi tambahan dalam rangka untuk menentukan jenis bahaya.

Peraturan tentang Bahan Berbahaya adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga


bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah
Peraturan tentang Bahan Berbahaya untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan
bahan kimia adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga
untuk lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan manusia. Berikut contoh
simbol bahaya yang ada di laboratorium:

1. Explosive (bersifat mudah meledak)

Sifatnya dapat meledak dengan adanya panas,


percikan bunga api, guncangan atau gesekan. Ledakan akan
dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Di laboratorium,
campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah
terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak.

Sebagai Produksi atau bekerja dengan bahan mudah


meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan
khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga
sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan.

Contohnya Asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan


beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Contoh yang lain KClO3,
NH4NO3, C6H2(NO2)3CH3.

2. Oxidizing (pengoksidasi)

Bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan


kebakaran dengan menghasilkan panas saat kontak dengan
bahan organik, bahan pereduksi, dll. Bahan-bahan dan
formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya oxidizing
biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan
bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar
mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Hindarkan bahan
yanng bersifat oxidizing terhadap panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor.

Contoh bahan yang bersifat oxidizing adalah Kalium klorat ( KCLO3), Kalium
permanganat (KMnO4), Hidrogen peroksida (H2O2), Asam nitrat (HNO3) pekat, dan
K2Cr2O7.
3. Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan
notasi di atas merupakan likuid yang memiliki titik
nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan titik didih
rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC).
Bahan ini amat sangat mudah terbakar berupa
gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran
bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas).
Hindarkan campuran tersebut dari udara dan sumber api.

4. Highly flammable (sangat mudah terbakar)


Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya
highly flammable adalah subyek untuk self-heating dan
penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka
mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa
bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat
sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban.
Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada
temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi
label sebagai highly flammable.

Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya aseton dan logam natrium, yang
sering digunakan di laboratorium sebagai solven dan agen pengering. Hindari dari
sumber api, api terbuka dan loncatan api, serTa hindari pengaruh pada kelembaban
tertentu.

5. Flammable (mudah terbakar)

Bahan kimia memiliki titik nyala rendah dan mudah


menyala/terbakar dengan api bunsen, permukaan metal panas
atau loncatan bunga api. Tidak ada simbol bahaya diperlukan
untuk melabeli bahan dan formulasi dengan notasi bahaya
flammable. Bahan dan formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +21oC dan
+55oC dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar (Flammable)
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya minyak terpenting, dietil
eter (C2H5OC2H5), karbon disulfide (CS2), asetilena (C2H2).

6. Toxic (beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi
bahaya TOXIC dapat menyebabkan kerusakan
kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion),atau
kontak dengan kulit. Bahan karsinogenik dapat
menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya
kanker jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak dengan kulit.

Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya solven-solven seperti metanol


(toksik) dan benzene (toksik, karsinogenik). karbon tetraklorida (CCl4), Hidrogen
sulfida (H2S), Benzena (C6H6). Hindari Kontak atau masuk kedalam tubuh, segera
berobat kedokter bila kemungkinan keracunan.

7. Corrosive (korosif)
Bahan dan formulasi dengan notasi CORROSIVE adalah
merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan
dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena
karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa
(pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.
Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan
H2SO4maupun basa seperti larutan NaOH (>2%). Hindari kontaminasi pernafasan,
kontak dengan kulit dan mata

8. Radioactive (Radioaktif)
Radioaktif adalah unsur yang bagian inti atomnya tidak
stabil sehingga memancarkan energi untuk mencapai
kestabilan. Energi yang dipancarkan ini disebut energi
radiasi dan proses hingga unsur tersebut stabil disebut
dengan Peluruhan Radioaktif. Contoh : karbon-14,
uranium, plutonium.
E. Pembuangan Bahan Kimia Sisa Pakai Dari Laboraturium
(WKA, No. 7, Th. IV, Januari 1989), secara prinsip pengolahan dan pembuangan
limbah kimia tidaklah terlalu sukar. Sedikit pengetahuan dan kemauan untuk
mengolahnya, akan berarti amat banyak bagi lingkungan. Mungkin inilah sikap moral yang
perlu dipunyai oleh pengelola laboratorium, mengingat orang-orang inilah yang paling
tahu akan bahaya dan pengendalian bahan kimia dari laboratoriumnya.

Pembuangan langsung akan merusak lingkungan. Dalam menangani pembuangan


atau pemusnahan bahan kimia perlu memakai lat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, pakaian laboratorium atau pelindung muka.

Untuk ringkasnya prosedur di bawah ini membahas penanganan tumpahan pada meja
atau lantai dan pembuangan/pemusnahan bahan kimia jumlah banyak.

 Halida Asam Organik

Contoh bahan : Asetil bromida, Asetil klorida, Benzoil klorida.

Pembuangan/pemusnahan bahan: Campurkan dengan NaHCO3, dalam wadah


gelas atau plastik dan tambahkan air dalam jumlah banyak sambil diaduk. Buang ke
dalam bak air diikuti dengan banyak air.

 Senyawa Halida Organik

Contoh bahan : Alumunium klorida, Asam klorosulfonik, Stanilklorida

Pembuangan/pemusnahan bahan: Campur dengan NaHCO3 dalam sebuah wadah


penguap. Semprot dengan NH4OH 6 M dan aduk serta tambah es untuk mendinginkan
hasil reaksi. Setelah tidak terbentuk uap NH4Cl, tambah air dan aduk. Netralkan
dengan HCl sebelum dibuang bersama-sama air.

 Aldehida

Contoh bahan : Asetaldehida, Akrolein, Benzaldehida, Kloral, Formaldehida,


Furfural, Paraldehida

Pembuangan/pemusnahan bahan: Serap dalam adsorbent, bakar secara terbuka atau


dalam insenerator. Larutkan dalam aseton atau benzena, bakar dalam insenerator.

 Halida Organuk dan Senyawanya

Contoh bahan : Aldrin, Klordan, Dieldrin, Lindane, Tetraetillead (TEL), Vinilkloride


Pembuangan/pemusnahan bahan: Tuangkan ke dalam NaHCO3atau campuran
pasir dengan NaOH (90:10). Aduk baik-baik dan pindahkan ke dalam insenerator.
Larutkan ke dalam pelarut organik mudah terbakar (aseton, Benzena). Bakar dalam
insenerator.

 Asam Organik Tersubstitusi

Contoh bahan : Asam benzena sulfonat, Asam kloroasetat, Asam trikloroasetat, Asam
fluoroasetat

Pembuangan/pemusnahan bahan: Tuangkan ke dalam NaHCO3 berlebihan,


campur dan tambahkan air. Biarkan 24 jam setelah itu secara perlahan-lahan buang
bersama sejumlah air, atau tuangkan ke dalam absorbent dalam insenerator. Tutup
dengan sisa kayu atau kertas, siram dengan alkohol bekas dan bakat, atau Larutkan
dalam pelarut mudah terbakar atau sisa alkohol, Bakar dam insenerator.

 Amin Aromatik Terhalogenasi dan Senyawa Nitro

Contoh bahan : Diklorobenzena, Dinitroanilin, Endrin, Metil isotiosianat,


Nitrobenzena, Nitrofenol

Pembuangan/pemusnahan: Seperti pada tumpahan banyak, atau dibakar langsung


dalam insenerator dengan schrubber, atau campur dengan pelarut mudah terbakar
(alkohol, benzena) dan bakar dalam insenerator.

 Senyawa Amin Aromatik

Contoh bahan : Anilin, Benzidine (karsinogenik), Pyridine

Pembuangan/pemusnahan bahan: Dapat dilakukan seperti pada tumpahan banyak.


Larutkan dalam pelarut mudah terbakar (alkohol, benzena) dan bakar dalam
insenerator.

 Fosfat Organik dan Senyawa Sejenis

Contih bahan : Malathion, Methyl parathion, Parathion, Tributilposfat

Pembuangan/pemusnahan bahan: Bakar langsung ke dalam insenerator setekah


dicampurkan dengan pelarut organik yang mudah terbakar. Campur dengan kertas
bekas dan bakar dalam insenerator dengan schrubber alkali.

 Basa Alkali dan Amonia

Contoh bahan : Amonia anhirat, Kalsium hidroksida, Natrium hidroksida


Pemusnahan: Tuangkan dalam bak dan encerkan dengan air serta netralkan. Buang
dalam pembuangan air biasa.

 Bahan Kimia Oksidator

Contoh bahan : Ammonium dikromat, Ammonium perklorat, Ammonium persulfat,


Asam perklorat

Pembuangan/pemusnahan: Tambah sejumlah larutan pereduksi (hipo, bisulfit atau


ferosulfat yang ditambah H2SO4). Biarkan reaksi selesai dan netralkan dengan NaOH
atau HCl. Buang dengan banyak air.

 Bahan Kimia Reduktor

Contoh bahan : Natrium bisulfit, Natrium nitrit, Natrium Sulfit, Belerang oksida

Pembuangan/pemusnahan bahan: Gas (seperti SO2), alirkan ke dalam larutan


NaOH atau larutan kalsium hipoklorit, Padat, campur dengan NaOH (1:1), tambah air
sampai membentuk slury. Tambahkan kalsium hipoklorit dan air serta biarkan selama
2 jam. Netralkan sebelum dibuang ke dalam pembuangan air.

 Sianida dan Nitril

Pembuangan/pemusnahan bahan: Sianida, tambahan bahan ke dalam larutan basa


dari kalsium hipoklorit berlebih. Biarkan 24 jam dan buang ke dalam pembuangan air.
Nitril, tambahkan ke dalam NaOH-alkohol untuk membentuk sianat, setelah satu jam,
uapkan alkohol. Tambah ke dalam residu sianat sejumlah larutan basa kalsium
hipoklorit berlebih. Setelah 24 jam buang ke dalam pembuangan air.

 Eter

Contoh bahan : Anisole, Etil eter, Metil eter

Pembuangan/pemusnahan bahan: Bahan berupa cair atau padat dilarutkan ke dalam


pelarut organik yang mudah terbakar. Bakar dalam insenerator.

 Asam Inorganik

Contoh bahan : Asam klorida, Asam fluorida, Asam nitrat, Asam posfat, Asam sulfat

Pembuangan/pemusnahan bahan: Tambahkan ke dalam sejumlah besar campuran


NaOH dan Ca(OH)2. Buang campuran tersebut ke dalam air yang sedang mengalir.
BAB III
Penutup

Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya. Dalam
hal ini seorang laboran memegang peranan penting dalam menciptakan suatu laboratorium
yang aman. Dengan pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat bahan kimia yang ada di
laboratorium seorang laboran dapat mengetahui bagaimana cara menangani bahan kimia
tersebut, termasuk bagaimana cara menyimpan dengan baik dan aman.
Memang bukan hanya faktor bahan kimia yang menyebabkan keadaan tidak aman,
faktor lain seperti ventilasi ruangan, almari asam, atau sistem pengaman gas tidak bekerja
dengan baik keadaan akan menjadi lebih tidak aman. Diperlukan suatu kerjasama dari
berbagai pihak, baik dari para siswa, guru sebagai pengawas. Dalam melakukan praktikum
siswa juga dituntut untuk berhati-hati, tidak menganggap remeh setiap kemungkinan bahaya
yang ditimbulkan serta peran guru dan laboran sebagai pengawas juga penting dalam
mengawasi siswanya yang melakukan praktikum. Prosedur dan cara kerja perlu diberikan
secara jelas dan rinci sebelum dilakukan oleh para siswa. Dengan kerjasama yang sinergis
dari berbagai pihak maka akan tercipta laboratorium kimia yang aman dan nyaman bagi
semua orang yang menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Anisa Ratna. 2013. Makalah Managemen Laboratorium. Yogyakarta: UNY

Budimarwanti. . Perawatan Bahan Praktikum Kimia. Yogyakarta: UNY

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Fadhillah, Anisyah. 2016. Makalah Kelompok 4 Finish. Malang : UM

Yang, Fazri. 2015. Pengelolaan Bahan Kimia. Slideplayer.com

Widjajanti, Endang. 2013. Makalah Pengelolaan Bahan Kimia. Yogyakarta: UNY

Manufacturing Chemists Association, “Guide for Safety in the Chemical Laboratory” 2nd
Ed., Van Nostrand Reinhold Company, N.Y. (1972)

Ajax Chemicals, “Ajax Chemical Reference Book”, Clyde-Chemicals Division (NSW).

Fatimah, dkk. 2013. Simbol-Simbol Bahaya Di Laboraturium Kimia

Fahira, Anggun. . Penanganan Bahan Kimia Berbahaya dan Peralatan Kimia Serta
Macam-macam Alat Keselamatan Laboratorium.dox. Akademia.edu.

Djupri Padmawinata, Habiburrahman, Rangke L. Tobing, arosa Purwadi, S.


Dirjosoemarto, Iswojo PIA. 1983. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI.

Soemanto, Imamkhasani. 1990. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. Jakarta:


Penerbit PT. Gramedia

Tanzer, Amy, dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Teknik Laboraturium. Malang: UM

Riandi, dkk. . Teknik Laboraturium. Universitas Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai