ASKEP ILEUS
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
BASKARA ILHAM JAYA (P17221171001)
DEA SEPTIAWATI (P17221172015)
APRILIA RACHIM (P17221172016)
FENNY MELLIKE (P17221173024)
YUNDA ARIZATUL B (P17221173031)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN ILEUS”. Dari makalah ini
semoga dapat memberikan informasi kepada kita semua bahwa pengambilan
keputusan dalam organisasi itu juga penting. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
tanggung jawab serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
1
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................1
1.3 TUJUAN....................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 DEFINISI ILEUS..........................................................................................................3
2.2 ETIOLOGI ILEUS........................................................................................................3
2.3 TANDA DAN GEJALA ILEUS........................................................................................5
2.4 PATOFISIOLOGI ILEUS....................................................................................................6
2.5 PENATA LAKSANAAN MEDIS.....................................................................................7
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................9
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................19
3.1. KESIMPULAN.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.3 TUJUAN
1
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit ileus?
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala ileus?
4. Untuk mengetahui proses terjadinya penyakit ileus?
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis penyakit ileus?
6. Untuk menyelesaikan masalah asuhan keperawatan pada penyakit
ileus?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat
berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple,
bisa setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum
akibat peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi.
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya
berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan
mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi
perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas
pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan
pemberian enema barium.
c . Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-
mana diusus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan
tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu
gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang
mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang
penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,
strangulasi, dan perforasi.
d. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Proses keganasan, terutama
karsinoma ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi
4
usus. Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di
peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
e. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari
kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu. Ke duodenum
atau usus halus yang menyeb abkan batu empedu masuk ketraktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,
umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang
menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering
ialah karsinoma, terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal.
5
Ada empat tanda kardinal obstruksi usus pada bayi baru lahir, yaitu riwayat
polihidramnion, emesis empedu, kegagalan keluarnya mekonium pada hari
pertama kehidupan, serta adanya distensi abdomen.6,7 Gejala klinis pada
ileus obstruktif secara umum meliputi nyeri abdomen, muntah empedu,
distensi abdomen, dan kegagalan buang air besar Gejala dan tanda obstruksi
usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila
terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal
sehingga ileum turut membesar Tanda vital normal pada tahap awal, namun
akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit.
Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen dapat dapat
minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada
sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound”
dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah
distal.2.4 PATOFISIOLOGI ILEUS
6
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau
illeus adalah: Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus
dan kebanyakan direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian
tertahan dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang
menyebabkan pengurangan besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan
hipotensi, syok hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal dan
serebral. Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian
proksimal sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi
terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus
halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar sekresi dari
usus halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna
dari usus besar adalah mukus. Distensi menyebabkan peningkatan
sementara pada peristaltik saat usus berusaha untuk mendorong material
melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan peristaltik
dan usus memperlambat
7
proses yang disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam
usus mengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap
berlanjut segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan
permeabilitas kapiler dan memungkinkan plasma ekstra arteri yang
menyebabkan nekrosis dan peritonit
8
mekanis
1. Pengkajian
1) Identitas klien
Nama : Ny. R
Umur : 36 tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : islam
Pendidikan : SMU
9
Islam dan yang terakhir di RSUD Ulin, tidak ada riwayat hypertensi,
penyakit menular ataupun keganasan.
a. Diagnostik Test
1) Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas
abnormal dari gas dan cairan dalam usus.
2) Pemeriksaan simtologi
3) Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
4) Leukosit: normal atau sedikit meningkat
5) Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah
6) Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi
abdomen
7) Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari
penyebab (batu empedu, volvulus, hernia).
8) Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.
10
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar
kehadiran episodic gemerincing logam bernada tinggi dan
gelora (rush’) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa
hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah
berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising
usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri
usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus
obstruksi strangulate (Sabiston, 1995). Bagian akhir yang
diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rectum dan
pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor
serta tidak adanya feses di dalam kubah rektum
menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah
makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalam
rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif
didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995).
Apabila isi rektum menyemprot; penyakit Hirdchprung
(Anonym, 2007).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan intake yang tidak adequat dan ketidakefektifan
penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya mual,
muntah, demam dan diaforesis.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d gangguan absorbsi nutrisi.
c. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi
abdomen
d. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan
disfungsi motilitas usus.
e. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
11
3. Perencanaan Keperawatan
12
keluarga tentang tindakan yang dan keluarga serta kerjasama antara
dilakukan: pemasangan NGT dan puasa. perawat-pasien-keluarga.
8. Kolaborasi dengan medik untuk8. Memenuhi kebutuhan cairan dan
pemberian terapi intravena elektrolit pasien.
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual yang1. Mempengaruhi pilihan
mempengaruhi kemampuan untuk mencerna intervensi.
makanan, mis: status puasa, mual, ileus
paralitik setelah selang dilepas.
2. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen;
catat pasase flatus. 2. Menentukan kembalinya
3. Identifikasi kesukaan / ketidaksukaan diet peristaltik ( biasanya dalam 2-4
dari pasien. Anjurkan pilihan makanan hari ).
tinggi protein dan vitamin C. 3. Meningkatkan kerjasama pasien
dengan aturan diet.
Protein/vitamin C adalah
kontributor utuma untuk
pemeliharaan jaringan dan
perbaikan. Malnutrisi adalah fator
4. Observasi terhadap terjadinya diare; dalam menurunkan pertahanan
makanan bau busuk dan berminyak. terhadap infeksi.
4. Sindrom malabsorbsi dapat
terjadi setelah pembedahan usus
13
5. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan halus, memerlukan evaluasi lanjut
sesuai indikasi: Antimetik, mis: dan perubahan diet, mis: diet
proklorperazin (Compazine). Antasida dan rendah serat.
inhibitor histamin, mis: simetidin (tagamet).5. Mencegah muntah. Menetralkan
atau menurunkan pembentukan
asam untuk mencegah erosi
mukosa dan kemungkinan
ulserasi.
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas
akibat adanya distensi abdomen
dapat mempengaruhi peningkatan
hasil TTV.
14
derajat paru akibat distensi abdomen.
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoksia
5. Perubahan pola nafas akibat
jaringan perifer: cianosis adanya distensi abdomen dapat
menyebabkan oksigenasi perifer
terganggu yang dimanifestasikan
dengan adanya cianosis.
6. Monitor hasil AGD 6. Mendeteksi adanya asidosis
respiratorik.
7. Berikan penjelasan kepada keluarga pasien7. Meningkatkan pengetahuan dan
tentang penyebab terjadinya distensi kerjasama dengan keluarga pasien.
abdomen yang dialami oleh pasien
8. Laksanakan program medic pemberian
terapi oksigen 8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
pasien
15
4. Kaji adanya distensi abdomen 4. Gangguan motilitas usus dapat
menyebabkan akumulasi gas di
dalam lumen usus sehingga
terjadi distensi abdomen.
5. Berikan penjelasan kepada pasien dan 5. Meningkatkan pengetahuan
keluarga penyebab terjadinya gangguan pasien dan keluarga serta untuk
dalam BAB meningkatkan kerjasana antara
perawat-pasien dan keluarga.
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi 6. Membantu dalam pemenuhan
pencahar (Laxatif) kebutuhan eliminasi
16
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan4. Relaksasi dapat mengurangi
tehnik pengalihan saat merasa nyeri hebat. rasa nyeri
6. Kolaborasi dengan medic untuk terapi
analgetik 5. Mengurangi nyeri yang
dirasakan pasien.
17
5. Pertahankan lingkungan yang tenang dan takut/cemas pasien
tanpa stres.
5. Lingkungan yang tenang dan
nyaman dapat mengurangi stress
6. Dorong dukungan keluarga dan orang pasien berhadapan dengan
terdekat untuk memberikan support kepada penyakitnya
pasien 6. Support system dapat
mengurani rasa cemas dan
menguatkan pasien dalam
memerima keadaan sakitnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19