Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH 1

ASKEP ILEUS

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
BASKARA ILHAM JAYA (P17221171001)
DEA SEPTIAWATI (P17221172015)
APRILIA RACHIM (P17221172016)
FENNY MELLIKE (P17221173024)
YUNDA ARIZATUL B (P17221173031)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN 2018
LATAR BELAKANG

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN ILEUS”. Dari makalah ini
semoga dapat memberikan informasi kepada kita semua bahwa pengambilan
keputusan dalam organisasi itu juga penting. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
tanggung jawab serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

1
DAFTAR ISI

LATAR BELAKANG................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................1
1.3 TUJUAN....................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 DEFINISI ILEUS..........................................................................................................3
2.2 ETIOLOGI ILEUS........................................................................................................3
2.3 TANDA DAN GEJALA ILEUS........................................................................................5
2.4 PATOFISIOLOGI ILEUS....................................................................................................6
2.5 PENATA LAKSANAAN MEDIS.....................................................................................7
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................9
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................19
3.1. KESIMPULAN.......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus


atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi
mekanik. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus
dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
menganggu jalannya isi usus. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di
sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi
sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh
hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi,
sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana
yang jarang menyebabkan strangulasi. Gejala umum
berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan
meteorismus dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala berupa
kolik yang disertai mual dan muntah. Salah satu penanganannya adalah
dengan tindakan pembedahan yaitu tindakan Laparatomi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini


memiliki beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Definisi Ileus ?
2. Etiologi Ileus ?
3. Tanda dan Gejala Ileus ?
4. Patofisiologi Ileus ?
5. Penatalaksanaan Medis ?
6. Asuhan Keperawatan Ileus ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi ileus?

1
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit ileus?
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala ileus?
4. Untuk mengetahui proses terjadinya penyakit ileus?
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis penyakit ileus?
6. Untuk menyelesaikan masalah asuhan keperawatan pada penyakit
ileus?

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ILEUS

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan


tanda adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan.
Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik Ileus
obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada
suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang
saluran usus (Price, 1997 : 502).
Obstruksi usus atau illeus adalah sumbatan yang terjadi pada aliran isi
usus baik secara mekanis maupun fungsional. Ileus obstruktif adalah
hambatan pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik misalnya
oleh strangulasi, invaginasi, atau sumbatan di dalam lumen usus.
(Sjamsuhidayat, 2005).

2.2 ETIOLOGI ILEUS

Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain:


1. Hernia inkarserata :
Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika
percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakan herniotomi segera.

3
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat
berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple,
bisa setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum
akibat peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi.
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya
berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan
mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi
perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas
pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan
pemberian enema barium.
c . Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-
mana diusus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan
tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu
gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang
mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang
penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,
strangulasi, dan perforasi.
d. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Proses keganasan, terutama
karsinoma ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi

4
usus. Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di
peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
e. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari
kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu. Ke duodenum
atau usus halus yang menyeb abkan batu empedu masuk ketraktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,
umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang
menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering
ialah karsinoma, terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal.

2.3 TANDA DAN GEJALA ILEUS

5
Ada empat tanda kardinal obstruksi usus pada bayi baru lahir, yaitu riwayat
polihidramnion, emesis empedu, kegagalan keluarnya mekonium pada hari
pertama kehidupan, serta adanya distensi abdomen.6,7 Gejala klinis pada
ileus obstruktif secara umum meliputi nyeri abdomen, muntah empedu,
distensi abdomen, dan kegagalan buang air besar Gejala dan tanda obstruksi
usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila
terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal
sehingga ileum turut membesar Tanda vital normal pada tahap awal, namun
akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit.
Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen dapat dapat
minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada
sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound”
dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah
distal.2.4 PATOFISIOLOGI ILEUS

6
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau
illeus adalah: Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus
dan kebanyakan direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian
tertahan dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang
menyebabkan pengurangan besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan
hipotensi, syok hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal dan
serebral. Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian
proksimal sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi
terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus
halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar sekresi dari
usus halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna
dari usus besar adalah mukus. Distensi menyebabkan peningkatan
sementara pada peristaltik saat usus berusaha untuk mendorong material
melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan peristaltik
dan usus memperlambat

7
proses yang disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam
usus mengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap
berlanjut segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan
permeabilitas kapiler dan memungkinkan plasma ekstra arteri yang
menyebabkan nekrosis dan peritonit

2.5 PENATA LAKSANAAN MEDIS

Menurut Engram ( 1999 : 243 ) penatalaksanaan obstruksi usus atau


illeus adalah :

1. Intubasi nasogastrik dengan pengisap dan menggunakan selang


salem
2. sump atau selang usus panjang (selang cantor, selang harris).
3. Terapi intra vena dengan penggantian elektrolit.
4. Tirah baring.
5. Analgetik.
6. Pembedahan seperti reseksi usus (pengangkatan segmen yang sakit
7. sekostomi temporer, untuk obstruksi yang disebabkan oleh faktor

8
mekanis

2.6 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1) Identitas klien

Nama : Ny. R

Umur : 36 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia

Agama : islam

Pendidikan : SMU

Alamat : Jl. Veteran Gang Prona I RT 24 No. 30 Banjarmasin

Diagnosa medis : Ileus obstruksi

Penanggung jawab: Tn. H(suami)

2) Keluhan utama pasien

Nyeri pada daerah luka post operasi.

3) Riwayat penyakit sekarang (sesuai pola PQRST)

Klien masuk RS tanggal 28 Mei 2003 jam 18.00 Wita dan


langsung dilakukan operasi cyto jam 21.00 Wita. Saat pengkajian
tanggal 29 Mei 2003 klien mengeluh nyeri pada daerah luka post
operasi seperti diiris-iris dan ditusuk-tusuk, nyeri terasa sampai ke
samping kiri/ kanan perut nyeri lebih terasa apabila klien melakukan
pernafasan perut. Nyeri ilang apabila klien tenang dan tidak merasa
tegang pada daerah perut. Intensitas nyeri ± 3 – 5 menit.

4) Riwayat penyakit dahulu.

Klien pernah menderita penyakit yang sama dengan riwayat


operasi 2 kali yaitu pada tahun 2001 di RSUD Ulin, 2002 di RS

9
Islam dan yang terakhir di RSUD Ulin, tidak ada riwayat hypertensi,
penyakit menular ataupun keganasan.

5) Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada diantara anggota keluarga yang mengalami sakit


seperti klien, tidak ada diantara keluarga yang mempunyai riwayat
hypertensi, penyakit menular atau keganasan.

a. Diagnostik Test
1) Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas
abnormal dari gas dan cairan dalam usus.
2) Pemeriksaan simtologi
3) Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
4) Leukosit: normal atau sedikit meningkat
5) Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah
6) Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi
abdomen
7) Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari
penyebab (batu empedu, volvulus, hernia).
8) Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.

2. Pemeriksaan fisik pada pasien ileus obstruksi


1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang
mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah
kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut
abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat
gerakan peristaltik usus (Gambar 2.4) yang bisa bekorelasi
dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.
Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan
kolik (Sabiston, 1995; Sabara, 2007)
2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi
peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defance
musculair’ involuner atau rebound dan pembengkakan atau
massa yang abnormal (Sabiston, 1995; Sabara, 2007).

10
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar
kehadiran episodic gemerincing logam bernada tinggi dan
gelora (rush’) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa
hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah
berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising
usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri
usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus
obstruksi strangulate (Sabiston, 1995). Bagian akhir yang
diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rectum dan
pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor
serta tidak adanya feses di dalam kubah rektum
menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah
makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalam
rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif
didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995).
Apabila isi rektum menyemprot; penyakit Hirdchprung
(Anonym, 2007).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan intake yang tidak adequat dan ketidakefektifan
penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya mual,
muntah, demam dan diaforesis.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d gangguan absorbsi nutrisi.
c. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi
abdomen
d. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan
disfungsi motilitas usus.
e. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
f. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.

11
3. Perencanaan Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake


yang tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang
ditandai dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis.
Tujuan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, Mempertahankan
hidrasi adekuat dengan bukti membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, dan pengisian kapiler baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara
individual mengeluarkan urine dengan tepat.
Kriteria hasil:
1. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD:
110/70 -120/80 mmHg)
2. Intake dan output cairan seimbang
3. Turgor kulit elastic
4. Mukosa lembab
5. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K:
3,5-5,5 mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L).
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan
pasien.

2. Observasi tanda-tanda vital: N, TD, P, S 2. Perubahan yang drastis pada tanda-


tanda vital merupakan indikasi
kekurangan cairan.
3. Observasi tingkat kesadaran dan tanda-3. kekurangan cairan dan elektrolit
tanda syok dapat mempengaruhi tingkat
kesadaran dan mengakibatkan syok.
4. Menilai fungsi usus
4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2
jam 5. Menilai keseimbangan cairan
5. Monitor intake dan output secara ketat
6. Pantau hasil laboratorium serum6. Menilai keseimbangan cairan dan
elektrolit, hematokrit elektrolit
7. Beri penjelasan kepada pasien dan7. Meningkatkan pengetahuan pasien

12
keluarga tentang tindakan yang dan keluarga serta kerjasama antara
dilakukan: pemasangan NGT dan puasa. perawat-pasien-keluarga.
8. Kolaborasi dengan medik untuk8. Memenuhi kebutuhan cairan dan
pemberian terapi intravena elektrolit pasien.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


gangguan absorbsi nutrisi.
Tujuan :
Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
2. Berat badan stabil.
3. Pasien tidak mengalami mual muntah.

Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual yang1. Mempengaruhi pilihan
mempengaruhi kemampuan untuk mencerna intervensi.
makanan, mis: status puasa, mual, ileus
paralitik setelah selang dilepas.
2. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen;
catat pasase flatus. 2. Menentukan kembalinya
3. Identifikasi kesukaan / ketidaksukaan diet peristaltik ( biasanya dalam 2-4
dari pasien. Anjurkan pilihan makanan hari ).
tinggi protein dan vitamin C. 3. Meningkatkan kerjasama pasien
dengan aturan diet.
Protein/vitamin C adalah
kontributor utuma untuk
pemeliharaan jaringan dan
perbaikan. Malnutrisi adalah fator
4. Observasi terhadap terjadinya diare; dalam menurunkan pertahanan
makanan bau busuk dan berminyak. terhadap infeksi.
4. Sindrom malabsorbsi dapat
terjadi setelah pembedahan usus

13
5. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan halus, memerlukan evaluasi lanjut
sesuai indikasi: Antimetik, mis: dan perubahan diet, mis: diet
proklorperazin (Compazine). Antasida dan rendah serat.
inhibitor histamin, mis: simetidin (tagamet).5. Mencegah muntah. Menetralkan
atau menurunkan pembentukan
asam untuk mencegah erosi
mukosa dan kemungkinan
ulserasi.

c. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi


abdomen
Tujuan :
pola nafas menjadi efektif
Kriteria hasil :
pasien memiliki pola pernafasan: irama vesikuler, frekuensi:
18-20x/menit

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N,S 1. Perubahan pada pola nafas
akibat adanya distensi abdomen
dapat mempengaruhi peningkatan
hasil TTV.

2. Kaji status pernafasan: pola, frekuensi,2. Adanya distensi pada abdomen


kedalaman dapat menyebabkan perubahan
pola nafas.
3. Kaji bising usus pasien 3. Berkurangnya/hilangnya bising
usus menyebabkan terjadi distensi
abdomen sehingga mempengaruhi
pola nafas.
4. Tinggikan kepala tempat tidur 40-604. Mengurangi penekanan pada

14
derajat paru akibat distensi abdomen.
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoksia
5. Perubahan pola nafas akibat
jaringan perifer: cianosis adanya distensi abdomen dapat
menyebabkan oksigenasi perifer
terganggu yang dimanifestasikan
dengan adanya cianosis.
6. Monitor hasil AGD 6. Mendeteksi adanya asidosis
respiratorik.
7. Berikan penjelasan kepada keluarga pasien7. Meningkatkan pengetahuan dan
tentang penyebab terjadinya distensi kerjasama dengan keluarga pasien.
abdomen yang dialami oleh pasien
8. Laksanakan program medic pemberian
terapi oksigen 8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
pasien

d. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan


disfungsi motilitas usus.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
eliminasi kembali normal.
Kriteria hasil:
Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi
lembek, BU normal: 5-35 x/menit, tidak ada distensi abdomen.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan 1. Mengetahui ada atau tidaknya
konsistensi feces kelainan yang terjadi pada
eliminasi fekal.
2. Auskultasi bising usus 2. Mengetahui normal atau
tidaknya pergerakan usus.

3. Kaji adanya flatus 3. Adanya flatus menunjukan


perbaikan fungsi usus.

15
4. Kaji adanya distensi abdomen 4. Gangguan motilitas usus dapat
menyebabkan akumulasi gas di
dalam lumen usus sehingga
terjadi distensi abdomen.
5. Berikan penjelasan kepada pasien dan 5. Meningkatkan pengetahuan
keluarga penyebab terjadinya gangguan pasien dan keluarga serta untuk
dalam BAB meningkatkan kerjasana antara
perawat-pasien dan keluarga.
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi 6. Membantu dalam pemenuhan
pencahar (Laxatif) kebutuhan eliminasi

e. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen


Tujuan :
rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil:
pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan;
menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap shif 1. Nyeri hebat yang dirasakan
pasien akibat adanya distensi
abdomen dapat menyebabkan
2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala peningkatan hasih TTV.
nyeri yang dirasakan pesien sehubungan2. Mengetahui kekuatan nyeri
dengan adanya distensi abdomen yang dirasakan pasien dan
3. Berikan posisi yang nyaman: posisi semi menentukan tindakan selanjutnya
fowler guna mengatasi nyeri.
3. Posisi yang nyaman dapat
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi tarik mengurangi rasa nyeri yang
nafas dalam saat merasa nyeri dirasakan pasien

16
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan4. Relaksasi dapat mengurangi
tehnik pengalihan saat merasa nyeri hebat. rasa nyeri
6. Kolaborasi dengan medic untuk terapi
analgetik 5. Mengurangi nyeri yang
dirasakan pasien.

6. Analgetik dapat mengurangi


rasa nyeri

F. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Tujuan:
Kecemasan teratasi.
Kriteria hasil :
pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan koping positif.
Intervensi Rasional
1. Observasi adanya peningkatan kecemasan:
1. Rasa cemas yang dirasakan
wajah tegang, gelisah pasien dapat terlihat dalam
ekspresi wajah dan tingkah laku.
2. Kaji adanya rasa cemas yang dirasakan2. Mengetahui tingkat kecemasan
pasien pasien.
3. Berikan penjelasan kepada pasien dan3. Dengan mengetahui tindakan
keluarga tentang tindakan yang akan yang akan dilakukan akan
dilakukan sehubungan dengan keadaan mengurangi tingkat kecemasan
penyakit pasien pasien dan meningkatkan
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk kerjasama
mengungkapkan rasa takut atau kecemasan4. Dengan mengungkapkan
yang dirasakan kecemasan akan mengurangi rasa

17
5. Pertahankan lingkungan yang tenang dan takut/cemas pasien
tanpa stres.
5. Lingkungan yang tenang dan
nyaman dapat mengurangi stress
6. Dorong dukungan keluarga dan orang pasien berhadapan dengan
terdekat untuk memberikan support kepada penyakitnya
pasien 6. Support system dapat
mengurani rasa cemas dan
menguatkan pasien dalam
memerima keadaan sakitnya.

BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus


atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi
mekanik. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus
dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
menganggu jalannya isi usus. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di
sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi
sederhana dan obstruksi strangulata.

18
DAFTAR PUSTAKA

(Doengoes, Marilynn E. 2000) dan ( Sabara, 2007 dikutip dari http://www.Files-


of-DrsMed.tk )
(Doengoes, Marilynn E. 2000) dan ( Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-
of-DrsMed.tk )

19

Anda mungkin juga menyukai