FRAKTUR MANDIBULA
PENYUSUN
APRILIA RACHIM
17221172016
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
Jl. A YANI NO 1 LAWANG TLP 0341 427391 FAX 0341 426952
KAMPUS LAWANG II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Price dan Wilson, 2006).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Brunner & Suddarth, 2001).
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian. (Muttaqin, Arif. 2008)
Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur dan
merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak (Watson,2002).
B. Etiologi
Klasifikasi Etiologis:
2. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari area benturan.
3. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa
trauma. Contohfraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi
tulang dan tumor tulang.
C. Manifestasi Klinik
Nyeri pembengkakan
Terdapat trauma
Deformitas
Kelainan gerak
D. Patofisiologi
Penyebab fraktur diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya terjatuh dengan posisi dagu langsung
terbentur dengan benda yang lebih kuat/keras daripada tulang itu sendiri.
E. Pathway (Pohon Masalah)
FRAKTUR MANDIBULA
Pergeseran frag Tlg laserasi kulit: spasme otot tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler
Kerusakan
integritas
jaringan putus vena/arteri tekanan kapiler reaksi stres klien
deformitas
gg. fungsi
syok hipovolemik
Defisit
edema bergab dg trombosit
perawatan diri
makan Kekurangan
Volume Cairan
Dalam Tubuh penekanan pembuluh drh emboli
X.Ray
G. Penatalaksanaan Medik
I. Pengkajian
1. Pengkajian primer:
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
Kesemutan
Deformitas, krepitasi, pemendekan
kelemahan
d. Kenyamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan lokal
2 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji ulang integritas luka dan 1. Mengetahui adanya
Integritas tindakan observasi terhadap tanda tanda2 infeksi
Jaringan b/d keperawatan infeksi atau drainae
Faktor selama 1 x60 menit 2. Monitor suhu tubuh 2. Mengetahui adanya
mekanik integritas kulit yang infeksi kalau suhu tubuh
(misal:koyakan baik tetap terjaga naik
/robekan) 3. Lakukan perawatan kulit, 3. Untuk mempertahankan
(Nanda, 2013) KH: dengan sering pada patah integritas kulit
Klien mengatakan tulang yang menonjol
badannya bugar 4. Lakukan alih posisi dengan 4. Untuk mencegah
Luka tampak bersih sering, dekubitus
5. Pertahankan seprei tempat 5. Mencegah kerusakan
tidur tetap kering dan bebas integritas kulit
kerutan
6. Masage kulit ssekitar akhir 6. Meningkatkan sirkulasi
gips dengan alkohol perifer dan meningkatkan
kelemasan kulit dan otot
terhadap tekanan yang
relatif konstan pada
imobilisasi.
7. Kolaborasi pemberian 7. Untuk mencegah infeksi
antibiotik.
3 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Pertahankan catatan intake dan 1. Menjaga keseimbangan
Volume Cairan tindakan output yang akurat volume cairan
Dalam Tubuh keperawatan 2. Monitor status hidrasi 2. Mengetahui kualitas
b/d selama 1 x 6 jam, (kelembaban membran pemasukan volume
hilangannya masalah mukosa, nadi adekuat, tekanan cairan
volume cairan kekurangan volume darah ortostatik) 3. Mendapatkan nutrisi
secara aktif cairan dalam tubuh 3. Dorong keluarga untuk yang adekuat.
(Nanda, 2013) teratasi membantu pasien makan 4. Mengoptimalkan
4. Tawarkan minuman/makanan pemasukan volume
KH: ringan (snack, jus buah, buah cairan
1. Mempertahankan segar )
urine output
sesuai dengan
usia dan BB, BJ
urine normal, HT
normal
2. Tek
anan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal
3. Tid
ak ada tanda
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor
kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign 1. Mengetahui perubahan
perfusi tindakan 2. Monitor adanya daerah yg sirkulasi
jaringan b/d keperawatan hanya peka terhadap 2. Mengetahui daerah yang
rasa nyeri selama 1xshift panas/dingin/tajam/tumpul mengalami gangguan
(Nanda, 2013) status sirkulasi baik 3. Observasi kulit 3. Mengetahui adanya lesi /
laserasi
KH: 4. Batasi gerakan pada rahang 4. Untuk menjaga sirkulasi
TTV dalam batas 5. Kolaborasi pemberian darah di rahang
normal analgetik
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8.
Jakarta : EGC