Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SAP BATU GINJAL


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusunan mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna untuk penyuluhan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Penyakit Batu
Ginjal, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi. Makalah
SAP ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu kepada pembimbing penyusun meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.

Malang, 10 April 2019

Penyusun
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik : Batu Ginjal


Sasaran : Masyarakat umum
Tempat : RS. Saiful Anwar (Ruang 20)
Hari/ Tanggal : Jum’at, 12 April 2019
Waktu : 30 Menit
Penyuluh : Mahasiswa

I. Latar Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di
ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran
kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena
hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di
negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih
banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), perbedaan ini
dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di
seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lainyang masih belum terungkap (idiopatik).

II. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan dapat mengerti dan memahami
tentang batu ginjal.
III. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan masyarakat mampu :
1. Mengerti tentang 6 langkah cuci tangan
2. Mengerti tentang batu ginjal.
3. Mengerti tentang etiologi dari batu ginjal.
4. Mengerti tentang patofisiologi dari batu ginjal
5. Mengerti tentang manifestasi klinis batu ginjal.
6. Mengerti tentang komplikasi akibat batu ginjal.
7. Mengerti pernatalaksanaan dan pencegahan batu ginjal
8. Menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan oleh pemateri tentang batu
gintal.

IV. Materi
Terlampir

V. Metode
a. Ceramah.
b. Tanya jawab.

VI. Media
a. LCD, laptop,

VII. Proses Pendidikan Kesehatan


NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. 5 menit Pembukaan :
a. Mengucapkan salam. Menjawab salam
b. Memperkenalkan nama dan akademi Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan Memperhatikan
d. Menyebutkan materi yang diberikan. Memperhatikan
e. Menanyakan kesiapan peserta Memperhatikan
2. 15 menit Pelaksanaan :
1. Penyampaian materi. Mendengarkan
a. Menjelaskan tentang cuci
tangan dan peragakan.
b. Menjelaskan tentang Urinary
calculi (batu ginjal).
c. Menjelaskan tentang etiologi
dari Urinary calculi (batu
ginjal).
d. Menjelaskan tentang·
patofisiologi dari Urinary
calculi (batu ginjal).
e. Menjelaskan tentang
manifestasi klinis Urinary
calculi (batu ginjal). Bertanya dan menjawab
f. Menjelaskan tentang pertanyaan yang diajukan
komplikasi dari Urinary
calculi (batu ginjal).
g. Menjelaskan tentang
penatalaksanaan dari urinary
calculi (batu ginjal)

2. Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya

3. 10 menit Evaluasi:
Menanyakan kepada peserta tentang Menjawab pertanyaan
materi yang telah diberikan, dan·
reinforcement kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.
MATERI

1. CUCI TANGAN
1.1 Kapan waktu cuci tangan 1. Menurut Handayani , dkk (2000) waktu
pelaksanaan cuci tangan adalah sebagai berikut:
a. Sebelum dan setelah makan.
b. Setelah ganti pembalut.
c. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah
memegang bahan mentah, seperti produk ternak dan ikan.
d. Setelah memegang hewan atau kotoran hewan.
e. Setelah mengusap hidung, atau bersin di tangan.
f. Sebelum dan setelah mengiris sesuatu.
g. Sebelum dan setelah memegang orang sakit atau orang yang terluka.
h. Setelah menangani sampah.
i. Sebelum memasukkan atau mencopot lensa kontak.
j. Setelah menggunakan fasilitas umum (mis. toilet, warnet, wartel, dan lain –
lain).
k. Pulang bepergian dan setelah bermain.
l. Sesudah buang air besar dan buang air kecil.

1.2 Bagi petugas medis/tenaga kesehatan


a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik/steril
c. Setelah melakukan tindakan/terpapar cairan tubuh pasien
d. Setelah menyentuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

1.3 Enam langkah cuci tangan


1. Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan
2. Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling
menjalin dan sebaliknya
3. Telapak pada telapak dengan jari-jari saling menjalin
4. Punggung jari-jari pada telapak tangan berlawanan dengan jari-jari saling
mengunci
5. Gosok memutar dengan ibu jari tangan kanan mengunci pada telapak kiri
dan sebaliknya
6. Gosok memutar, kearah belakang dan kearah depan dengan jari-jari tangan
kanan mengunci pada telapak tangan kiri dan sebaliknya.
2. MATERI BATU GINJAL

2.1 DEFINISI
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis). Batu di dalam saluran
kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal
(batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses
pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).

2.2 ETIOLOGI
1. Faktor dalam, meliputi:
a) Herediter : diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
b) Umur : paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
c) Jenis kelamin : jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.

2. Faktor luar, meliputi:


a) Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu).
b) Iklim dan temperatur.
c) Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d) Diet : diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu saluran kemih.
e) Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary
life).

2.3 PATOFISIOLOGI
Mekanisme pembentukan batu ginjal tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi beberapa masalah buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat
disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air
seni jenuh akan terjadi pengendapan.
2. Adanya inti (nidus). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana
tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya
partikel-partikel batu pada inti tersebut.
3. Perubahan Ph atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan
muatan dan menyebabkan terjadinya pengendapan.

Jenis batu ginjal, salah satunya adalah Batu Urat. Batu asam urat
meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita
gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah : urine terlalu asam (pH < 6,
volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.

2.4 MANIFESTASI KLINIK


1. Obstruksi.
2. Peningkatan tekanan hidrostatik.
3. Distensi pelvis ginjal.
4. Rasa panas dan terbakar di pinggang.
5. Kolik.
6. Peningkatan suhu (demam).
7. Hematuria (keberadaan darah dalam urine).
8. Gejala gastrointestinal : mual, muntah, diare.
9. Nyeri hebat.

2.5 KOMPLIKASI
1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau
pengangkatan batu ginjal.
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu.
Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat
diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik. Jenis batu
yang memang dapat dilarutkan adalah dari batu asam urat. Batu ini terjadi
bila pH urin asam (pH: 6,2) sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus
disertai makanan alkalis, batu asam urat diharapkan larut. Hasil lebih baik
dilaporkan dengan pemberian alopurinol dan usaha menurunkan kadar asam
urat.
Batu struvit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah dengan
pengasaman urin dan pemberian antiurease. Bila terdapat kuman harus
dibasmi. Akan tetapi pemberian antibiotic sukar membasmi kuman karena
kuman didalam batu susah dicapai oleh antibiotic.
2. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi
perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal.
Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling
sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh
dengan menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Pembedahan terbuka itu antara lain : pielolitotomi yaitu pembedahan
yang dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal atau nefrolitotomi
yaitu insisi pada ginjal untuk mengangkat batu yang terletak si dalam ginjal.

2.7 PENCEGAHAN :
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah :
Diet kadar zat-zat pembentuk batu seperti :
1. Makanan yang tidak boleh dimakan :
Kentang/ ubi, Susu, keju, kepiting, ikan teri, ikan asin, sardine, Bayam, daun
melinjo, daun pepaya, daun singkong, talas, Buah-buahan yang dikeringkan,
Minuman soda, soft drink, teh kental, kopi, Salak, asparagus
2. Makanan yang dibatasi:
a) Tahu/ tempe maksimal 100 grm/hari
b) Kacang-kacangan kering max 25 grm/hari
c) Sayuran (kecuali yang dilarang) max 200 grm/hari
d) Buah (kecuali yang dilarang) max 100 grm/hari

3. Batasi Kalsium
Semakin tinggi kalsium bisa menaikkan pula eksresi yang menambah
pembentukan kristalisasi garam-garam dapur. Batasi kalsium tinggi seperti
ikan salmon, sarden, keju, susu, es krim.

4. Kurangi Oksalat Pembentuk Kristal


Oksalat dalam air kemih berasal dari dalam tubuh, dari makanan yang kita
makan serta hasil metabolisme vitamin C. Oleh karena itu pasien batu ginjal
disarankan tidak mengkonsumsi vitamin C lebih dari 1 gram per hari dan
penderita tidak boleh kekurangan vitamin B6 karena kedua penyebab tersebut
dapat memicu peningkatan produk oksalat.

5. Kurangi Konsumsi Protein Hewani


Protein hewani dapat meningkatkan terbuangnya kalsium dan asam urat
dalam air kemih yang kemudian diikuti dengan menurunnya PH (tingkat
keasaman) urin dan pembuangan sitrat. Urine yang asam dalam jangka lama
memudahkan terbentuknya kristal.

6. Minum Air Putih


Semakin kurang seseorang minum air putih makin kurang pula air kemih
yang terbentuk. Junlah yang dianjurkan adalah minimmal 2 liter air per hari.
Umumnya penderita batu ginjal minum air kurang dari 1 liter per harinya.

7. Batasi Garam
Setiap peningkatan 100 mg garam dalam makanan dapat meningkatkan 25-30
mg kalsium dalam urine. Keluarnya kalsium dari air kemih karena garam ini
mempermudah terbentuknya kristalisasi ikatan kalsium urat oleh natrium
(sodium).
DAFTAR PUSTAKA

2012.(online)www.dechacare.com (diakses pada tanggal 21 November 2016)


2012.(online)www.surabaya-ehealth.org (diakses pada tanggal 21 November 2016) Brunner
& Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta
JNPK_KR. (2004). Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. (2000). KapitaSelektaKedokteran, ED : 3 jilid : 1.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Tarwoto & Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai